Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    mengemas muatan budaya dalam pendidikan

    ratri
    ratri
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 281
    Join date : 01.04.10
    Age : 36
    Lokasi : di hati si admin

    mengemas muatan budaya dalam pendidikan Empty mengemas muatan budaya dalam pendidikan

    Post by ratri Mon Jun 14, 2010 9:27 pm

    Kemasan Muatan
    Budaya dalam Materi Pelajaran



    Bahasa
    Indonesian Intensif di IALF Jakarta






    Tetty Simanjuntak


    IALF Jakarta








    Latar belakang





    Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di
    IALF Jakarta telah mulai dirintis sejak lembaga ini didirikan pada tahun
    1989. Namun baru pada tahun 1990 IALF Jakarta secara resmi membuka program
    BIPA dengan dibukanya beberapa kelas Bahasa Indonesia untuk umum dan kemudian juga untuk pekerja-pekerja asing di berbagai
    lokasi perusahaan asing di Indonesia. Program Bahasa Indonesia untuk umum
    di IALF Jakarta dapat diikuti sampai 6
    jenjang tingkatan, dan setiap tingkat diselenggarakan selama 30 jam tatap-muka
    yang diadakan selama 10 minggu, dua
    kali dalam seminggu masing-masing selama
    satu setengah jam. Di setiap tingkat
    selalu ada beberapa peserta yang tetap
    tekun mengikuti tingkat demi tingkat sampai selesai, bahkan tetap ingin terus
    belajar meskipun telah menyelesaikan seluruh program yang tersedia. walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah
    peserta selalu berkurang pada setiap kenaikan tingkat. Sebelum Indonesia dilanda krisis moneter
    IALF Jakarta juga telah membuka, dan telah menyelenggarakan program belajar
    pilihan yaitu Bahasa Indonesia Bisnis untuk para peserta yang telah mahir.





    Dalam lembar evaluasi program belajar/mengajar yang diberikan kepada para peserta untuk diisi
    pada setiap akhir berlangsungnya kursus Bahasa Indonesia umum tingkat 1, para
    peserta yang tidak dapat melanjutkan karena alasan yang berhubungan dengan
    kesibukan kerja mereka selalu
    menyampaikan berbagai harapan dan/atau usul mereka untuk pengembangan program
    BIPA di IALF Jakarta. Komentar-komentar yang mereka berikan menunjukkan cukup
    banyaknya peserta yang merasakan adanya
    kebutuhan akan suatu program belajar
    yang intensif dan diselenggarakan dalam
    jangka waktu yang relatif pendek dengan jam belajar yang lebih padat. Berdasarkan usul-usul tersebut, pada pertengahan tahun 1995 IALF Jakarta
    memutuskan untuk membuka sebuah program belajar baru yaitu program Bahasa
    Indonesia Intensif sebagai salah satu pilihan program belajar yang ditawarkan
    oleh IALF Jakarta bagi penutur asing yang berminat untuk mempelajari Bahasa
    Indonesia.








    Bahasa
    Indonesia Intensif






    Program Bahasa Indonesia Intensif (BII) ini diadakan
    setiap bulan sejak bulan September 1995 dan diselenggarakan selama 2
    minggu (10 hari kerja) dengan waktu
    belajar selama 6 jam (jam 08:00 - 12:00 ; dan 13:00 - 15:00) setiap hari,
    sehingga jumlah jam belajar adalah 60 jam. Program ini dapat dikatakan sebagai
    program yang sangat berhasil dan cukup luas diketahui dan diminati oleh
    masyarakat asing. Pesertanya terdiri
    dari berbagai bangsa dan profesi,
    kebanyakan adalah para pekerja asing yang bekerja di Indonesia (bahkan ada yang khusus datang
    untuk dua minggu dari tempat lain di kawasan ini seperti dari Singapura dan
    Pilipina), sebagai konsultan pengusaha dan diplomat, serta anak, istri atau
    suami para peserta tersebut.





    Daya tarik program ini terletak pada penekanan
    pengajaran bahasa dalam program ini yaitu
    keterampilan berbicara. Silabus program BII merupakan perpaduan dari
    silabus tingkat 1 dan sebagian besar silabus tingkat 2 Bahasa Indonesia umum
    yang meliputi pokok-pokok bahasan sebagai berikut:





    · Perkenalan : salam, pamitan, mengeja nama dsb.


    · Pekerjaan ; tugas-tugas dalam
    suatu pekerjaan. dsb.


    · Waktu : jam, hari, tanggal,
    bulan , tahun


    · Kegiatan sehari-hari : jam,
    keterangan kekerapan dsb.


    · Belanja : membicarakan
    harga, jenis atau mutu barang dsb. suka / suka


    · Bertelepon : memberi atau meminta informasi, meninggalkan
    pesan dsb.


    · Keluarga : anggota keluarga,
    kepunyaan dsb.


    · Kesehatan: bagian tubuh,
    memberi saran dsb


    · Instruksi ;memberi perintah,
    mengecek pelaksanaan perintah dsb.


    · Lokasi dan Arah : memberikan
    informasi tentang lokasi/arah, membandingkan


    jarak, tempat dsb.





    Materi-materi pelajaran yang digunakan dalam program
    BII lebih ditekankan pada usaha melatih
    peserta untuk dapat berbicara dan mengekspresikan ide dalam bentuk
    kalimat yang sederhana di kelas dan juga di luar kelas yaitu dengan kegiatan
    mengadakan 'kunjungan lapangan' yang dapat diikuti oleh peserta. Untuk setiap pokok bahasan para pengajar
    menyiapkan materi pelajaran berupa latihan-latihan yang dapat memberi
    kesempatan kepada peserta program untuk berlatih berbicara dengan menggunakan
    bentuk-bentuk bahasa yang sedang dipelajarinya, baik secara berkelompok maupun
    secara berpasangan. Namun demikian,
    seperti kita ketahui berhasil atau tidaknya komunikasi antara seorang penutur
    asing dengan penutur asli tidak hanya
    bergantung pada tingkat kompetensi
    dalam komponen-komponen linguistik
    yang diperoleh dari pengajaran
    bahasa saja. Para pembelajar juga perlu
    juga mempunyai pemahaman budaya sasaran - dalam hal BIPA, budaya Indonesia - agar ia dapat memasuki tahap melakukan komunikasi
    dengan sikap yang positif mengenai lawan
    bicaranyayang budayanya adalah
    budaya sasaran. Tentu saja semua itu
    hanya mungkin dicapai apabila komponen budaya juga dimasukkan dalam pengajaran
    BIPA.








    Muatan Budaya
    dalam Materi Belajar BII






    Pada awalnya
    dalam program BII pelatihan lintas-budaya diberikan oleh seorang
    konsultan pelatihan lintas
    budaya (cross-cultural training
    consultant
    ) selama dua jam setiap kali BII diselenggarakan. Demikian juga diadakan tiga kali, 'kunjungan
    lapangan' yaitu kunjungan ke sebuah pasar tradisional, sebuah rumah sakit dan sebuah hotel -
    masing-masing juga selama dua jam.
    Dengan alokasi waktu untuk kegiatan-kegiatan tersebut, waktu untuk mereka
    belajar dan berlatih memakai bentuk-bentuk bahasa di kelas harus berkurang 8
    jam. Sebagai akibatnya kami sering
    mendapat masukan dari para peserta yang merasa membutuhkan lebih banyak waktu
    untuk berlatih dikelas, untuk menghindari pengurangan waktu tersebut. Oleh karena itu diputuskan untuk menambah
    jumlah jam belajar di kelas yaitu dengan memberikan kebebasan bagi mereka untuk
    memilih antara mengadakan dan tidak
    mengadakan kunjungan lapangan.
    Belakangan ini para peserta
    kursus umumnya hanya memilih kunjungan ke pasar tradisional sebagai 'kunjungan
    lapangan'.





    Jam belajar di kelas juga ditambah dengan tidak lagi
    mengadakan kelas lintas-budaya secara khusus, melainkan mengemas informasi
    lintas-budaya yang dianggap perlu untuk diketahui oleh pendatang baru di
    Indonesia dalam bentuk bahan bacaan dan menyertakannya di dalam map tempat
    menyimpan materi pelajaran yang dibagikan kepada mereka sebelum kursus dimulai. Para peserta kursus diharapkan membaca
    bahan-bahan tersebut sehingga mereka mengetahui beberapa hal yang dapat
    membantu mereka dalam berinteraksi dengan orang Indonesia. Apabila memungkinkan, pada akhir kursus guru dan peserta program
    BII dapat bersama-sama membahas kembali hal-hal yang dimuat dalam bahan bacaan
    tentang budaya tersebut.





    Harus diakui bahwa
    penyediaan bacaan saja tidak cukup untuk dapat mencapai sasarannya yaitu
    memberikan keterampilan atau pengetahuan praktis dan pemahaman pada pembelajar
    mengenai budaya. Seorang pembelajar
    dapat saja membaca keterangan tentang budaya tawar-menawar orang Indonesia
    namun mengalami terkejut atau frustrasi ketika harus terlibat dalam proses
    tawar-menawar. Seorang pembelajar lain
    juga mungkin telah membaca keterangan tentang fungsi pertanyaan seperti : "Mau
    ke mana?
    " "Dari mana?" yang bisa berarti sama dengan sapaan "Hai" tetapi merasa terkejut disapa seperti itu; atau merasa
    sangat risih ketika seseorang mencoba berbasa-basi dengan mengatakan "Apa agama Anda?" atau "Berapa gaji pembantu Anda?". Demikian juga seorang pembelajar bisa saja
    merasa frustrasi karena mendapat respon yang kurang menyenangkan ketika menyampaikan
    suatu perintah dengan menggunakan cara non-verbal atau bahasa isyarat karena ia
    tidak menyadari ternyata cara yang digunakannya adalah sangat tidak sopan dalam
    budaya sasaran. Mengapa hal-hal
    tersebut bisa terjadi? Karena pada
    dasarnya budaya itu menyangkut keseluruhan cara hidup sekelompok manusia termasuk di dalamnya nilai-nilai, cara
    berpikir, adat istiadat, kebiasaan, agama, dan masih banyak lagi, yang dianut oleh mereka. (UNDERSTANDING WAYS : Communicating Between
    Cultures
    , Kerry O'Sullivan).
    Pengalaman pembelajar dapat
    membuatnya lebih mengerti dan bersikap lebih toleran dalam berhadapan dengan
    orang yang latar belakang budayanya adalah budaya.





    Ada satu hal yang sangat membantu dalam usaha
    'mengangkat' dan membahas budaya di
    kelas BII. Kelas itu sendiri merupakan
    wadah yang efektif untuk melakukan interaksi lintas-budaya karena pesertanya
    berasal dari beragam latar belakang budaya.






    Sekedar untuk memberi gambaran saya ambil dua contoh
    kelas BII.





    Contoh 1. Kelas BII September 1997. Peserta 10 orang.
    Kebangsaan : Amerika



    Serikat - 2, Australia - 2, Inggris - 2,
    Jepang - 1; Turkey - 1, Jerman -
    1,


    Filipina - 1.





    Contoh 2. Kelas
    BII Februari 2000.
    peserta 8 orang.
    Kebangsaan : Jepang -


    1,
    Brazilia - 1, Amerika Serikat - 2, Meksiko - 1, Belanda - 1, Inggris - 1,



    Australia 1.





    Dengan latar belakang budaya para pembelajar yang
    demikian beragamnya kegiatan mengajarkan bentuk-bentuk bahasa dapat sekaligus juga menjadi kegiatan yang memberikan pengalaman konkrit
    tentang berbagai budaya.





    Dalam kesempatan yang singkat ini saya ingin berbagi pengalaman dan
    memperlihatkan hal-hal yang berhubungan dengan budaya yang disajikan melalui
    materi pelajaran bahasa yang kami
    gunakan dalam program BII di IALF Jakarta.




















    Daftar Pustaka





    Campbell, A. Bridging
    Cultures.
    Canberra: faculty of Education. University of Canberra, 1995





    Depdikbud. Kamus
    Besar Bahasa Indonesia, Ed II,
    Jakarta:
    Balai Pustaka, 1993





    Draine, Cathie & Hall,
    Barbara. Culture Shock Indonesia. Singapore: Times Books International, 1986





    IALF Jakarta. Bahasa Indonesia Intensif Course Material Files.
    1995 - 2001..





    O'Sullivan, Kerry. Understanding
    Ways: Communicating Between Cultures.
    Sydney: Hale & Iremonger


    Pty. Ltd.,
    1994.





    Storti, C. Figuring
    Foreigners Out: A Practical Guide.
    Maine: Intercultural Press Inc.,
    1999.

      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 8:18 pm