Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    pendidikan dalam perjalanan waktu

    ratri
    ratri
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 281
    Join date : 01.04.10
    Age : 36
    Lokasi : di hati si admin

    pendidikan dalam perjalanan waktu Empty pendidikan dalam perjalanan waktu

    Post by ratri Fri Jun 18, 2010 9:17 pm

    Pendidikan Dalam Perjalanan Waktu






    Ketika orang berbicara
    masalah pendidikan maka yang terpikir adalah masalah teory pendidikan itu
    sendiri, methodenya, administratisinya, atau problem-problem didalamnya. Hal
    tersebut tentunya menjadi porsi para ahli dibidangnya. Sebagai orang awam yang
    bisanya sekedar mengamati, ingin mencoba menelusuri perjalanan sejarah panjang
    dari pendidikan itu sendiri, baik secara formal atau non formal.



    Telah dipahami oleh para pendidik bahwa misi
    pendidikan adalah mewariskan ilmu dari generasi ke generasi selanjutnya. Ilmu
    yang dimaksud antara lain: pengetahuan, tradisi, dan nilai-nilai budaya
    (keberadaban). Secara umum penularan ilmu tersebut telah di emban oleh
    orang-orang yang terbeban (concern) terhadap generasi selanjutnya. Mereka
    diwakili oleh orang yang punya visi kedepan, yaitu menjadikan generasi yang
    lebih baik dan beradab. Peradaban kuno mencatat methode penyampaian
    ajaran lewat tembang dan kidung, puisi ataupun juga cerita sederhana yang
    biasanya tentang kepahlawanan.


    Maka tidak
    heran bila pada awal pendidikan digeluti oleh tokoh-tokoh agama. Seperti yang
    terjadi di Mesir kuno (sejak abad 30 SM ), atau jauh sebelumnya di Sumeria
    (Iraq utara dimana disana cerita taman Eden bermula). Sumber ilmu pengetahuan
    mereka adalah dari ajaran turun temurun seperti yang termuat dalam kitab
    Taurat, kitab Talmud, dan kitab-kitab kuno lainnya. Di India tepatnya di lembah
    Indus, pendeta Hindu lewat kitab Veda-nya (1200 SM) mengajarkannya kepada
    generasi penerus isi kitab-kitab tersebut. Budha (483 SM) juga banyak
    memperbaharui kondisi sebelumya, dan yang kemudian ajaran Budha menyebar
    kedaerah China. Namun sebelumnya Cina mencatat pengaruh dari Confucius, Laozi
    (Lao-Tzu), dan filusuf lainnya (770-256 SM). Dibelahan Eropa cikal bakal
    pendidikan lewat pemikir-pemikir yang sangat kental dipengaruhi kepercayaan
    Yunani kuno melalui cerita-cerita semacam Iliad, Odyssey dll (sekitar abad 8
    SM). Namun sejak jamannya Socrates, Plato, Aristoteles, Isocrates, dan
    bolo-bolonya, ada perubahan mendasar dalam konsep pendidikan.


    Socrates
    (400 SM) menekankan prinsip-prinsip universal dalam pengajarannya melalui
    kebenaran, keindahan, dan kebaikan secara umum, dan diajarkan melibatkan
    kesadaran anak didiknya. Plato sebagai murid Socrates melanjutkan prinsip ini
    dan juga menjadi orang pertama mendirikan sekolahan secara institusional
    (Academy). Plato juga tokoh matematika fanatik, sampai-sampai menulis kalimat
    ‘Let no one ignorant of mathemathics enter here’ dipintu gerbang sekolahannya.
    Aristoteles sebagai murid Plato mengembangkan prinsip rasional dimana hal ini
    adalah penting dalam pendidikan. Melalui prinsip ini manusia bisa melihat
    phenomena alam dan memahami hukum-hukum alam. Alasan lain adalah untuk dapat
    menangkis pendapat para ekstremis yang cenderung tidak rasional.


    Secara institusional
    Yunani (tepatnya Yunani utara) bisa dibilang lebih maju berpikir. Karena
    menjadikan pendidikan sarana untuk mempersiapkan generasi muda menjadi calon
    pemimpin dibidang pemerintahan atau masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut
    mereka menekankan pengajaran dibidang seni, beberapa cabang filsafat,
    pertanian, pengembangan creativitas dan juga kesegaran jasmani. Walaupun
    kemudian ada pergeseran arah dikemudian hari, Plutarach lebih melihat bahwa
    pendidikan bagi orang dewasa adalah lebih penting dari pada anak-anak.
    Isocrates meletakkan dasar prinsip-prinsip kepemimpinan, yang kemudian
    ajarannya sangat mempengaruhi pendidikan di Romawi.


    Lain lagi
    dengan apa yang dilakukan orang Romawi abad pertama, mereka lebih mementingkan
    keorganisasian. Sehingga pelajaran pidato, penguasaan masa, pengembangan
    kebribadian dianggap paling penting pada jaman itu. Mulailah pelajaran bahasa
    menjadi popular bersamaan dengan system organisasi yang lebih baik, keteknikan
    lebih maju. Arus informasi tentunya lebih maju dengan baiknya pengorganisasian.
    Quintilian patut dicatat sebagai pendidik yang
    mulai melihat perlunya pemilahan pendidikan berdasarkan perkembangan mental
    muridnya. Methode yang diterapkan di Romawi ternyata cukup baik bagi upaya
    Romawi menjadi penguasa tunggal saat itu. Pendidikan dijadikan alat kekuasaan
    dan memperlebar daerah kekuasaan.



    Faktor
    keagamaan semakin berperan dalam perjalanan pendidikan terutama sebelum abad
    sepuluh dan setelah runtuhnya kekuasaan Romawi. Terutama sekali di belahan
    barat dimana bengaruh Yahudi dan Kristen (khususnya Roman Katolic) cukup besar.
    Pendidikan dilakukan dibiara-biara dan diajarkan oleh monk (pendeta yang
    mengkususkan dalam pelayanan terhadap sesama). Namun tidak dipungkiri pula
    dalam perjalanannya peran agama seolah membodohi masyarakat saat mana agama
    dipakai penguasa sebagai alat mempertahankan kekuasaannya.


    Diabad 5,
    dimana mulai dibuat texbook untuk masing-masing pengetahuan dalam satu koleksi
    (yang dikenal dengan seven liberal art), pendidikan masih sekitar itu-itu saja
    tanpa mengalami perubahan berarti. Walaupun kelembagaan pendidikan lumayan
    berkembang bersamaan pengabaran agama itu sendiri. Barangkali Raja Alfred
    (England abad 9) termasuk orang yang sangat peduli dibidang pendidikan, dengan
    mendorong berdirinya banyak biara-biara (sekolahan dulu dilakukan dibiara) dan
    pembikinan kurikulum yang lebih mapan. Ini juga terjadi di Itali (Salerno),
    Jerman, di Spanyol, England (Oxford College – 1249), Paris (Sorbone-1253). Dan
    tentunya ditimur juga serius mengelola sekolahan. Seperti dicatat Al-Azhar
    University didirikan ditahun 970, disamping Al-Qarawiyin di Maroco (859). Pada
    abad pertengahan ini banyak terjadi saling tukar informasi pola barat dan
    timur, yang tentunya saling menguntungkan. Dimana hal ini juga menjadi factor
    utama munculnya faham humanisme dan renaissance (kelahiran kembali).


    Pada
    jaman selanjutnya (abad 13-15) terjadi perubahan yang yang sangat mendasar,
    pendidikan lebih melihat pada pentingnya humanisme dari pada masalah keagamaan,
    atau pengetahuan faham Yunani ataupun masalah Latin klasik Kemudian hari faham
    ini menjadi awal terbentuknya sekularisasi. Gerakan kelahiran kembali ini
    dimulai dari arah Itali yang kemudian begitu cepat menyebar di belahan Eropa.
    Ditandai dengan perubahan-perubahan mendasar dibidang seni arsitektur dan
    literature. Desiderius Erasmus patut dicatat sebagai tokoh yang melihat bahwa
    pengajaran secara liberal adalah pilihan yang tepat, memahami maksud suatu
    literature adalah lebih berguna dari pada menghafal. Maka mulailah pelajaran
    sejarah, perbintangan, mythology, arkeologi, scripture, diajarkan bukan untuk
    dihafal.


    Ditemukannya
    alat cetak (Johanes Gutenberg) di abad 15 juga menjadi pendorong perubahan
    dibidang pendidikan. Hal lain yang sangat baik diabad ini adalah adanya perhatian
    terhadap hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan secara formal di sekolah
    umum. Ditahun 1640, di London tercatat 80% wanita adalah buta huruf.


    Bagaikan
    bola salju yang menggelinding Renaissance membawa angin perubahan dibidang
    agama, dengan terjadinya reformasi agama (Kristen) oleh John Calvin, Martin
    Luther dan Huldreich Zwingli diawal abad 16. Tentunya hal ini sangat besar
    pengaruhnya terhadap perubahan pendidikan jaman itu pula. Dimana kekuasaan
    sentralisasi Roman Katolik tidak lagi membelenggu sektor pendidikan. Terutama
    sekali masalah bahasa, dan kebebasan untuk melihat sesuatu yang sebelumnya
    dianggap sakral. England misalnya, mulai memakai bahasa inggris untuk pengantar
    pengajaran. Baru pendidikan bahasa latin dan Yunani diajarkan di tingkat dua
    (Grammar Shoool di England, Gymnasium di Jerman). Gerakan reformasi juga telah
    mendorong peran keluarga dalam membentuk generasi, dimana orang tua didorong
    untuk mengajarkan ajaran agama dan tidak tergantung pada pemimpin agama. Martin
    Luther juga mendorong terjadinya produktivitas berpikir, mengajak keluarga,
    masyarakat, lembaga pendidikan dan pemerintah saling bahu membahu menggulirkan
    reformasi disegala bidang (terutama agama dan pendidikan). Karena pada dasarnya
    agama adalah untuk kepentingan manusianya itu sendiri, bukan sebaliknya.
    Melanchthon teman Luther di Jerman dengan keras menekankan peran pemerintah
    sebagai penanggung-jawab masalah pendidikan bagi warganya (sebelumnya
    pendidikan banyak ditangani oleh badan keagamaan).


    Namun
    demikian bukan berarti pihak Roman Katholik tidak mengambil inisiatip atas
    terjadinya angin perubahan jaman. St. Ignatius of Loyola menanggapi perubahan
    dengan cukup bijak, walaupun tentunya bermaksud untuk mengimbangi gerakan kaum
    reformis saat itu.


    Pendidikan
    yang dinamis telah menghantarkan masyarakat dari tahap agraris menuju tahap
    industrialis. Dimana diabad 17 ilmu pengetahuan science menjadi perhatian umat.
    Royal society di London menjadi pelopor bagaimana mengembangkan basic ilmu
    pengetahuan natural. Barangkali Christ’s Hospital (di London) adalah sekolahan
    yang mengajarkan bidang science dengan memberi gelar menurut bidangnya untuk
    pertamakalinya. Francis Bacon adalah filosuf Inggris yang mengetengahkan
    pentingya pola pikir inductive. Dia mendorong murid untuk mengamati, meneliti,
    menguji, berdasarkan apasaja yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan
    termasuk didalamnya adalah panca indera dan akal-budi, dan yang kemudian baru
    membuat kesimpulan.


    Abad 17
    juga ditandai dengan banyaknya pemikir masalah pendidikan dibanyak negara di
    Eropa. Misal Wolfgan Ratke dengan metode pengajaran di bidang bahasa, Rene
    Descrates dengan penekanan pentingnya logika dalam berpikir, John Locke melihat
    pentingnya kurikulum dan metode pengajaran. John Locke beranggapan lebih baik melihat
    objek secara langsung daripada hanya lewat buku, missal lewat rekreasi keluar
    bersama, kesawah, kesungai dan diskusi disana. Adalah lebih baik makan durian
    dari pada mendengar enaknya buah durian. Hal ini dimaksud untuk melatih daya
    kritis, analisis dengan menggunakan logika yang teratur guna memperkuat
    akalbudinya. Karana pada dasarnya manusia ketika lahir adalah bagaikan tabula
    rasa. St. John Babtist de la Salle dengan seminarinya, adalah termasuk pioneer
    dalam mempersiapkan tenaga pengajar dengan cara yang sistimatis. Ide tersebut
    mengilhami Comenius untuk mengajarkan sesuatu yang konret dari pada yang
    verbal. August Franke seorang pendeta Lutheran (masih abad 17) memantapkan
    dasar-dasar teacher training, pendidikan orang dewasa, modernisasi kurikulum
    dan jaringan sekolahan.


    Pembaharuan
    pendidikan merambah ke daratan Afrika, Amerika, dll, bersama dengan perubahan
    jaman (kolonialisme dan penjajahan).


    Disamping
    masih terus terjadinya pembaharuan konsep, seperti Jean-Jacques Rousseau (1762)
    merombak konsep, bahwa anak-anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak-anak
    harus diberlakukan sebagaimana anak-anak sesuai perkembangan jiwanya. Atau
    tepatnya dikatakan oleh muridnya (Johann Basedow), semuanya harus kembali
    secara alami (jangan dikarbit biar cepat matang tapi cepat busuk pula).
    Mengajar anak harus juga menggunakan perasaan (memangnya anak sebagai kelinci
    percobaan).


    Reformasi
    juga terjadi di belahan Amerika (1775-1783), Benjamin Franklin termasuk tokok
    perubahan pendidikan. Thomas Jefferson sebagai presiden yang ketiga sangat
    memperhatikan masalah pendidikan ini, dia beranggapan untuk membentuk
    masyarakat yang demokratik harus dimulai dari pendidikan. Jaman tersebut
    disebutkan sebagai jaman serba beralasan, karena reason adalah dasar mengungkap
    sesuatu yang terselubung.


    Agaknya
    konsep Johann Pestalozzi (1746-1827) yang agak mirip dengan Rousseau patut
    diingat. Dimana prinsip pengajaran anak selain kembali pada perkembangan
    natural, menekankan pada hal yang lebih konkret, melihat hal yang dekat dahulu
    (keseharian), memulai yang sederhana dahulu, juga memberikan dasar bahwa
    sesuatu yang besar adalah kumpulan yang kecil-kecil. Atau boleh dikatakan
    pelajaran yang komplek sebenarnya hanyalah pelajaran yang sederhana ditambah
    sedikit dan yang sederhana lainnya. Untuk mengaktualisasikan hal ini dia
    menggunakan prinsip keseimbangan perkembangan 3 H (head, heart, dan hand).


    Sedikit
    bergeser keabad 19, bapak kindergarten (Friedrich Froebel), meletakkan dasar
    pentingnya keseimbangan psikologi dan filosofi didalam pendidikan science. Dia
    merasa fahamnya Pestalozzi mengesampingkan factor filosofi dimana pada dasarnya
    anak memiliki daya pengajaran terhadap dirinya sendiri. Dia yakin bahwa anak
    mempunyai cahaya pencerahan bagi dirinya sendiri yang sifatnya spiritual (anak
    berusaha menghindari kesalahan yang sama, jadi tidak perlu setiap hari diberi
    tahu bahwa api itu panas). Oleh karena itu di sekolahannya (kindergarten)
    disamping memberi pelajaran sesuai konsepnya Pestalozzi, dia membebaskan dan
    merangsang anak untuk berkreasi dengan apa yang ada di sekitarnya (missal air,
    pasir, tanah liat, alat gambar dll). Rudolf Steiner (di Sturtgart) menyambut
    gagasan ini, dia sebagai seorang mistikus sekaligus filosof percaya bahwa
    pendidikan harus menyeimbangkan perkembangan anak secara utuh (tidak sekedar
    inteletualnya saja). Barangkali ini juga mendasari pemberian kebebasan anak
    untuk memilih ajaran agamanya dikemudian hari.


    Mungkin
    sebagai gambaran emansipasi wanita saat itu, Elizabeth Garrett Anderson
    (1836-1917) patut dicatat sebagai wanita pertama meraih gelar doctor).


    Herbert
    Spencer seorang yang terpengaruh oleh teory Darwin. Dimana dijaman industrialis
    saat itu, untuk menyiapkan murid yang berdaya saing kuat dan mudah beradaptasi
    maka pelajaran science dan pelajaran pendukungnya adalah mutlak terpenting.
    Atau dengan kata lain membekali murid dengan antisipasi kedepan adalah lebih
    penting dari pada melihat kebutuhan saat itu saja.


    Pada abad
    19 ini juga mulai terpikir adanya sistim pendidikan secara nasional, yang
    berarti ada pelajaran-pelajaran wajib untuk pelajaran yang bersifat umum.
    Mulailah berkembangnya sekolahan-sekolahan modern yang lebih liberal. Nampaknya
    Jepang juga mulai melepas dari pengasingan diri, untuk melirik cara-cara barat
    (reformasi budaya bukan berarti menabut akar budaya). Demikian juga Amerika
    Latin, tak ketinggalan pula para penjajah mulai berpikir ulang untuk
    menyebarkan pengetahuannya (walaupun cenderung masih bermaksud menghisap).


    Diawal
    abad 20 Ellen Key menjadi terkenal ketika dia melontarkan gagasannya, bahwa
    pengajaran harus didasarkan pada kebutuhan pokok dan kemampuan murid daripada
    pertimbangan kebutuhan social, keinginan orang tua apalagi keinginan
    keorganisasian agama. John Dewey setuju, bahwa interest anak yang berbeda harus
    dilayani dengan cara berbeda. Maka pendidikan ketrampilan menurut bakat dan
    kemampuan anak menjadi penting. Karena itu perlu pengelompokan berdasarkan
    bakat dan keinginan (kejuruan dan ketrampilan). Ini pula yang dikembangkan oleh
    Maria Montessori (1907). Dia sangat berjasa dalam sumbangannya terutama untuk
    pendidikan dasar (yang saat ini masih sering jadi bahan acuan). Namun
    dibeberapa negara teori ini tidak bisa diterapkan, karena kebutuhan negara
    adalah lebih penting dari pada kebutuhan anak.


    Diabad 20
    tersebut juga sangat dipengaruhi oleh pendapat Jean Piaget yang mengamati
    adanya perkembangan kemampuan verbal dan berpikir lewat pengenalan dan
    kemampuan pembentukan konsep bagi anak, yang ternyata berbeda-beda. Maka system
    pendidikan perlu disesuaikannya. Dia menggolongkan perkembangan anak dalam
    empat tahapan. Dimana tiap tahapan harus dilalui secara natural. Sumbangan
    Binet dan Simon (1905) cukup penting dalam penanganan anak yang berbeda IQ.
    Anak yang IQ-nya 80 tidak selayaknya disejajarkan penilaiannya dengan anak yang
    ber IQ tinggi. Hal itu akan merusak perkembangan mental anak. Mungkin
    barangkali ini mendasari mengapa pada tahap pendidikan dasar metode penilaian
    cukup lewat laporan kemajuan anak, supaya anak tidak merasa rendah diri.


    Pendidikan
    menjadi industri nasional, maka perlu ditata ulang dengan peraturan-peraturan
    nasional pula. Apalagi di Inggris ditahun 1889 sudah berdiri badan perlindungan
    anak (NSPCC), dimana menganjurkan anak dibawah 10 tahun harus mendapatkan
    pendidikan. Penataan di Inggris missal di tahun 1944 menerapkan tiga tahapan
    pendidikan yaitu pendidikan dasar, kedua dan pendidikan atas (higher
    education). Di Inggris peraturan telah mengelami beberapa perubahan sesuai
    perkembangan jaman, dan teori dari pendidikan itu sendiri yang berkembang. Termasuk
    didirikannya Universitas terbuka untuk pertamakalinya (1969) perlu ditata
    secara nasional.


    Pengaruh
    suasana politik saat itu tidak bisa diabaikan. Missal di Rusia dengan partai
    komunisnya yang bersatu dibawah Joshep Stalin 1920 walaupun kemudian di tahun
    1990 terjadi berubahan baru dibawah Michail Gorbachev. Dibelahan Eropa dengan
    perang dunianya, dan juga runtuhnya tembok Berlin (1989) ikut merubah system
    pendidikan.


    Bahkan
    secara luas telah menjadi perhatian PBB lewat UNESCO-nya. Target utama saat itu
    adalah pemberantasan buta huruf dinegara-negara sedang berkembang termasuk
    didalamnya Indonesia.


    Menengok
    kedalam negeri sekolah pendidikan dasar telah diperkenalkan oleh Belanda.
    Sekolah yang tadinya hanya untuk kalangan keturunan belanda, dengan etische
    politiek (kepotangan budi) di negara jajahan belanda (1870) mulai membuka
    sekolahan bagi kaum bumi putera (SR). Hal tersebut nampaknya juga akibat
    pengaruh faham humanisme dan kelahiran baru yang melanda negeri Belanda.
    Program utamannya saat itu mungkin hanya untuk kepentingan Belanda juga (untuk
    meningkatkan produktivitas ditanah jajahannya). Untuk Perguruan tinggi dimulai
    dengan berdirinya sekolah-sekolah kejuruan. Misal STOVIA(1902) yang kemudia
    berubah jadi NIAS(1913) dan GHS adalah cikal bakal dari fakultas kedokterannya
    UI. Lalu juga Rechts School (1922) dan Rechthoogen School (1924) kemudian
    melebur jadi fakultas hukumnya UI. Juga disusul beberapa fakultas lainya. Di
    Bandung dimana bung Karno sekolah juga berasal dari sekolah teknik THS (1920)
    dan di Bogor dibuat juga sekolah perkebunan (1941) adalah cikal bakal IPB
    sekarang.


    Bila
    kemudian didirikan UI (1950) atau UGM (1945) adalah leburan dari yang sudah ada
    dan kemudian ditambahkan fakultas lainnya. Perlu dicatat pula universitas tua
    lainnya seperti ITB (1959), IPB (1963), Unair (1963), dan universitas swasta
    tertua kita adalah UII (1948). Barangkali bisa dimaklumi bahwa pendidikan di
    Indonesia masih sangat muda dibanding pendidikannya Plato.


    Walaupun
    sebenarnya sejak jamannya pangeran Aji Saka (abad 3) telah diperkenalkan huruf
    jawa dengan mencontoh huruf di India selatan, jadi pemerintahan Jawa Dwipa
    sudah mengenal pendidikan. Demikian pula abad 5 pendeta Budha memperkenalkan
    ajarannya (tentunya mengandung unsur pendidikan. Berdirinya Borobudur boleh di
    anggap sebagai parameter tingginya ilmu arsitektur (diabad Cool oleh Raja
    Sailendra Samaratungga. Dicatat pula Candi Prambanan (Hindu) yang elok itu
    dibangun di abad 9 jamannya raja Sanjaya. Raja agung Airlangga (1019) boleh
    dianggap raja paling toleran dan melindungi umat berbeda agama (hal ini
    tentunya tidak terjadi sebelumnya). Tidak kurang di Indonesia juga ada ahli
    filosuf atau mungkin sebagai nabinya wong jowo yaitu Raja Joyoboyo (1157),
    siapa yang tak kenal dengan primbonnya Joyo boyo. Namun sayang selama
    perjalanan sejarah bangsa Indonesia selalu disertai dengan perang saudara (jauh
    sebelum Belanda datang, sudah cakar-cakaran, jangan hanya Belanda yang
    disalahkan sebagai provokator dengan politik adu kambinya, ternyata bakat ini
    belum hilang sampai sekarang). Bahkan Patih Gadjah Mada yang dianggap
    pemersatupun (dengan sumpahnya yang sakti) adalah hanya untuk penguasaan dan
    menunjukkan kehebatan Majapahit. Tentu ini juga berpengaruh pada pendidikan
    secara umum, dan sebaliknya bisa jadi pendidikan ikut mempengaruhinya. Menengok
    perjalanan sejarah bangsa Indonesia perlu dibahas tersendiri.


    Gambaran
    sejarah pendidikan di Indonesia saat ini bisa dialami bersama. Dari gambaran
    diatas ternyata masalah pendidikan bukan sekedar tergantung pada teory dan ilmu
    pendidikan itu saja, tapi juga iklim social budaya dan politik ikut berperan.
    Namun bukan alasan untuk tidak memperbaharui kehidupan melalui pembaharuan
    konsep pendidikan itu sendiri. Jadi reformasi pendidikan adalah mutlak perlu
    dilakukan terus menerus sesuai perubahan pemahaman umat akan kehidupan itu
    sendiri. Dimana Peter Drucker melihat pergeseran kebutuhan manusia, dari
    ekonomi yang berbasiskan benda tak bergerak dan jasa menuju ekonomi berbasiskan
    ilmu pengetahuan, perlu di renungkan. Lebih jauh Drucker mengemukakan bahwa
    tahapan agraris, industri dan kini informasi adalah tidak lama lagi tergeser
    pada era inovasi. Apa itu inovasi dan persyaratannya adalah bahan pekerjaan
    rumah bersama. Bila generasi kita saat ini setress gara-gara tidak tahu bahasa
    jawanya anak kerbau, atau hafalan lainya. Jangan disalahkan bila kemudian hari
    negara Indonesia menjadi negara terbelakang yang menunggu petunjuk, menunggu
    pemerintahannya waras, menunggu dan menunggu. Namun untung ada film anak-anak
    pokemon, digimon, tweenies, bob builder dan sejenisnya yang barangkali jadi
    hiburan anak sekaligus menjadi sarana berfantasi sambil berinovasi, dari pada
    ngerjakan PR paket pendidikan yang sarat dengan indokrinasi hukum-hukum
    matematika dan hukum lainnya yang harus dipatuhi tanpa syarat demi memumuaskan
    harapan bapak dan ibu (memang jamannya sudah terbalik anak berkorban buat orang
    tua dan guru, rakyat berkorban buat pak Bos).

      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 1:56 pm