Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    globalisasi menyerang islam

    admin
    admin
    Admin
    Admin


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 688
    Join date : 19.03.10
    Age : 37
    Lokasi : Malang-Indonesia

    globalisasi menyerang islam Empty globalisasi menyerang islam

    Post by admin Sat Nov 06, 2010 5:11 pm

    Ekonomi Politik Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004
    Copyright © 2004 Riza Noer Arfani
    1
    G GL LO OB BA AL LI IS SA AS SI I
    Karakteristik & Implikasinya1

    Riza Noer Arfani, MA2

    Globalisasi adalah kecenderungan umum terintegrasinya kehidupan masyarakat
    domestik/lokal ke dalam komunitas global di berbagai bidang. Pertukaran barang dan
    jasa, pertukaran dan perkembangan ide-ide mengenai demokratisasi, hak asasi manusia
    (HAM) dan lingkungan hidup, migrasi dan berbagai fenomena human trafficking lainnya
    yang melintas batas-batas lokalitas dan nasional kini merupakan fenomena umum yang
    berlangsung hingga ke tingkat komunitas paling lokal sekalipun. Pendek kata, komunitas
    domestik atau lokal kini adalah bagian dari rantai perdagangan, pertukaran ide dan
    perusahaan transnasional.
    Yang perlu diperhatikan adalah implikasi dari kecenderungan-kecenderungan itu.
    Kita perlu memperhatikan munculnya global governance yang mengatur berbagai
    kecenderungan tadi. Dalam bidang perdagangan, pemerintah nasional kita adalah anggota
    dari WTO (World Trade Organization) yang terikat dengan aturan-aturan yang diratifikasi di
    dalamnya.
    Dalam hal perburuhan kita juga adalah anggota ILO (International Labor

    1
    Disampaikan dalam forum diskusi 'PubDisc Sciences' tentang 'Globalisasi' di FISIPOL UGM Sabtu, 19 April 2003
    2
    Staf Pengajar Jurusan llmu Hubungan Internasional Fisipol UGM

    LISENSI DOKUMEN
    Copyright © 2004 Riza Noer Arfani. Lisensi Al-Manär.
    ¾ Penggandaan maupun penyebarluasan untuk kepentingan pendidikan dan bukan
    komersial diijinkan dengan tetap mencantumkan atribut penulis dan keterangan
    dokumen ini secara lengkap.
    ¾ Modifikasi artikel atau penggandaan serta penyebarluasan artikel ini untuk
    kepentingan komersial mensyaratkan permohonan ijin secara tertulis kepada
    penulis melalui redaksi Digital Journal Al-Manär atau secara langsung kepada
    penulis. Ekonomi Politik Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004
    Copyright © 2004 Riza Noer Arfani
    2
    Organization) yang semakin memperhatikan prinsip-prinsip penerapan HAM dalam
    kehidupan kaum buruh. Demikian pula dalam isu-isu yang berhubungan dengan prinsip-
    prinsip pelestarian lingkungan hidup, kita termasuk salah satu negara yang
    menandatangani Protokol Kyoto yang mengatur pengurangan emisi karbon dan sejumlah
    gas lainnya yang mengancam keberadaan ozon dan menimbulkan efek pemanasan global.
    Melihat implikasi yang isunya begitu beragam tetapi begitu mendalam dan spesifik
    konteks persoalannya, globalisasi bukanlah fenomena hitam putih yang bisa secara mudah
    dan cepat dikelola. Fenomena ini berada di sekitar dan bahkan embedded dengan berbagai
    kepentingan kita. Global governance di berbagai area -yang sebagian sudah disebut tadi- tidak
    saja menggambarkan kompleksitas persoalannya, tetapi juga sekaligus menawarkan ide
    atau bahkan aturan main alternatif untuk mengelola dan menyelesaikan persoalan-
    persoalan di seputar isu-isu itu.
    Eksplorasi berbagai ide, inisiatif dan tindakan yang berasal dari kalangan domestik
    atau lokal (local genuines) oleh karenanya perlu secara serius dilakukan agar pertentangan
    global versus lokal tidak menemukan jalan keluar yang ekstrim, yaitu either simply ‘join the
    club’ or ‘go to hell with globalization’. Proses 'glokalisasi' yang menggabungkan arus globalisasi
    dari atas dengan berbagai tradisi, nilai atau ide lokal adalah salah satu tema yang perlu
    mendapat kajian mendalam.
    Dalam sejumlah studi, proses ini tidak hanya mengidentifikasi kecenderungan-
    kecenderungan yang berorientasi ke politik dan pasar global, tetapi juga kecenderungan
    fragmentasi kultural dan sosial yang bermuara pada penemuan kembali (reinvention) tradisi-
    tradisi dan identitas lokal. Eropa adalah salah satu contoh di mana pusaran pasar dan
    politik global tidak serta merta menghilangkan identitas lokal. Ketika Belgia
    mendesentralisasi proses dan kegiatan politiknya, Catalonia pada saat yang sama
    mendapatkan otonomi yang lebih besar.
    Proses globalization from below dengan demikian perlu dikembangkan untuk
    menandingi dan sekaligus mendampingi proses hiper-globalisasi yang selama ini
    digambarkan secara amat menakutkan. Pertanyaannya: bagaimana melakukan itu?
    Pada level negara/pemerintah, proses itu bisa dilakukan dengan menerapkan
    kebijakan-kebijakan yang dituntun oleh strategi penyesuaian yang cocok untuk merespon
    perubahan-perubahan di tingkat global. Penelitian oleh Nanang Pamuji Mugasejati dkk.
    (Jurusan llmu Hubungan Intemasional FISIPOL UGM & Balitbang Deplu, 2000) Ekonomi Politik Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004
    Copyright © 2004 Riza Noer Arfani
    3
    merekomendasikan 5 (lima) strategi penyesuaian yang secara teoretik bisa diadopsi.
    Rekomendasi ini ditawarkan setelah terlebih dahulu mengidentifikasi 2 (dua) macam rute
    yang selama ini dilalui ketika perubahan-perubahan di tingkat global mempengaruhi
    tingkah laku negara dan masyarakat di tingkat domestik.
    Rute pertama menggambarkan proses perubahan di tingkat global yang
    menyebabkan munculnya institusi internasional. Institusi ini kemudian memiliki peluang
    untuk mempengaruhi negara dan masyarakat domestik. Di rute yang pertama ini peran
    lembaga-lembaga formal antar-negara di tingkat internasional adalah sentral.
    Rute kedua menggambarkan proses perubahan di tingkat global yang
    menyebabkan munculnya institusi trans-nasional. Institusi ini kemudian mempengaruhi
    terutama masyarakat domestik tetapi juga negara. Di rute yang kedua inilah kita melihat
    peran komunitas internasional, seperti komunitas epistemik, dalam mempengaruhi
    masyarakat domestik.
    Berikut ini 5 (lima) strategi penyesuaian yang diajukan. Pertama, strategi otonomi
    nasional. Dalam strategi ini mengurangi dalam jumlah besar atau bahkan menghentikan
    sama sekali kontak dengan dunia internasional yang dianggap akan membahayakan
    kedaulatan dan otonomi dalam pengambilan kebijakannya. Dalam bidang ekonomi, kasus
    Kuba dan Korea Utara adalah contoh ekstrim ketika mereka mengambil jalan isolasi.
    Dalam isu non-ekonomi, seperti hak asasi manusia (HAM) dan demokratisasi, sejumlah
    negara membuat kebijakan yang membatasi warganya terhadap akses informasi atau
    partisipasi politik guna mencegah intervensi nilai-nilai global.
    Strategi kedua adalah pengakuan timbal balik (mutual recognition). Strategi ini masih
    menyisakan keputusan atau kebijakan politik sebagai otoritas negara, akan tetapi
    menyerahkan proses integrasi ekonomi domestik ke dalam pasar internasional ditentukan
    oleh kekuatan pasar. Negara berusaha menciptakan kebijakan yang sesuai dengan
    keinginan pasar dan bekerjasama dengan negara lain dalam bentuk konsultasi yang tidak
    mengikat.
    Strategi ketiga adalah koordinasi. Strategi ini menekankan pada pentingnya
    kerjasama antar-negara agar kebijakan nasional masing-masing bisa saling bersesuaian.
    Tujuannya menghindarkan pay-off yang tidak diinginkan bersama. Strategi ini mendorong
    negara untuk aktif dalam berbagai perundingan internasional yang berupaya membentuk
    institusi-institusi internasional dalam isu-isu tertentu. Ekonomi Politik Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004
    Copyright © 2004 Riza Noer Arfani
    4
    Strategi keempat: adalah harmonisasi eksplisit (explicit harmonization) atau
    kolaborasi. Dalam strategi ini negara rnenerima adanya joint-adjustment dalam kebijakan
    nasionalnya. Di sini berlaku juga proses monitoring yang dilakukan oleh institusi
    internasional untuk menjamin adanya kepatuhan terhadap setiap kesepakatan yang
    berlaku. Ini berlaku secara substantif maupun prosedural. Kebijakan Negara yang
    menyesuaikan berbagai kesepakatan dalam bidang investasi internasional di Negara-negara
    OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) seperti termuat dalam MAI
    (Multilateral Agreement on Investment) adalah contoh penerapan kebijakan ini.
    Strategi kelima adalah federalist mutual governance. Strategi ini mendorong negara
    untuk menyerahkan sebagian kedaulatannya kepada institusi internasional dengan
    membentuk suatu organ supra-negara. Uni Eropa dalam batas-batas tertentu adalah
    contoh sebuah istitusi internasional yang memiliki organ-organ supra-negara untuk
    mengatur bidang-bidang tertentu. Salah satunya adalah rejim moneter yang menerbitkan
    dan mengatur peredaran mata uang Euro di negara-negara anggotanya.
    Terakhir, pada level individual atau masyarakat, kita bisa mengadopsi strategi yang
    ditawarkan oleh Brechen & Costello (1994) yang mereka sebut sebagai ‘Strategi Liliput’.
    Strategi ini menekankan pada aksi non-negara atau non-pemerintah yang bisa dilakukan
    oleh para aktivis masyarakat, buruh, akademisi, pengusaha, partai politik, atau bahkan
    aparat negara yang concern terhadap proses globalisasi yang merugikan banyak kalangan
    masyarakat. Inilah guidelines-nya :
    1. Linking self-interest with common interest
    2. Linking the global to the local
    3. Linking North and South
    4. Linking constituences across borders
    5. Linking particular interest with wider
    commonalities
    6. Linking issues and constituencies
    7. linking the threatened with the marginalized
    8. Linking different power sources
    9. Linking struggle against targeted institutions
    10. Linking resistance with institutional change
    I 1. Linking economic issues and democratization Ekonomi Politik Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004
    Copyright © 2004 Riza Noer Arfani
    5
    Riza Noer Arfani. Alumnus Hl UGM tahun 1992. Semasa mahasiswa pernah aktif di
    Jama'ah Musholla Fisipol (JMF). Meraih gelar MA dari Syracuse University, USA, pada
    tahun 1996. Sekarang dosen tetap merangkap sebagai sekretaris Jurusan Hl UGM. Aktif
    juga di Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan (PPSK). Tulisannya banyak dimuat di
    beberapa surat kabar dan Jurnal llmiah. Ekonomi Politik Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004
    Copyright © 2004 Riza Noer Arfani
    6
    K KA AP PI IT TA AL LI IS SM ME E & & N NE EO OL LI IB BE ER RA AL LI IS SM ME E
    Sebuah Tinjauan Singkat3

    Oleh: Eko Prasetyo
    Keberatan terbesar kalangan mahasiswa terhadap pemotongan subsidi ditengarai
    karena kebijakan yang ada di balik itu didasarkan pada kepatuhan atas ajaran yang tertuang
    dalam ideologi neo-liberalisme. Yang terpokok dari ideologi neo-liberalisme adalah
    dikarantinanya peran sosial negara dan menjadikan pasar bebas sebagai kiblat dari semua
    transaksi ekonomi. Kedua kecenderungan ini membawa akibat serius bagi kehidupan
    mayoritas rakyat yang masih berada dalam krisis. Segala kritik yang ditumpahkan oleh
    sejumlah aktivis tidak mengurangi keyakinan penguasa untuk tetap menerapkan ideologi
    neo-liberalisme dalam berbagai proyek pembangunan. Kerasnya suara perlawanan di
    tingkat akar rumput ini telah memperluas wacana ideologi neo-liberalisme pada semua
    komunitas masyarakat sipil. Aksi penentangan yang tidak percuma mengingat saat ini,
    banyak kalangan mulai kembali menelaah, apa sesungguhnya yang ada di balik ideologi
    neo-liberalisme dan bagaimana kiprahnya. Sejarah tentang pergerakan modal tak lagi
    ditatap sebagai soal ekonomi semata akan tetapi juga ditinjau dari sudut politik, sosial
    bahkan persentuhannya dengan keyakinan agama. Dinamika konflik antara modal dengan
    negara saat ini menemukan babak baru dan melaluinya beberapa teori perubahan sosial
    kini dirumuskan.
    Dalam paparannya, Anthony Giddens menyatakan kalau modernitas disangga oleh
    kekuatan kapitalisme, negara bangsa, organisasi militer dan industrialisasi. Kapitalisme
    merujuk pada sejumlah prinsip struktural yang mendasari praktik akumulasi modal dalam
    konteks pasar produksi dan tenaga kerja yang kompetitif. Sedang negara-bangsa menunjuk
    pada prinsip struktural yang mengoordinasi praktik kontrol atas informasi, supervisi sosial
    dan pemata-mataan. Lalu militerisme menyangkut prinsip struktural yang mendasari
    praktik pengontrolan atas alat-alat kekerasan dalam konteks industrialisasi perang.
    Akhirnya industrialisme menyangkut prinsip struktural yang mendasari praktik-praktik
    yang bertujuan untuk mengubah alam atau pembangunan lingkungan non alami
    4.

    3
    Disampaikan untuk PubDisc (Public Discussion) SCIENCES,19 April 2003
    4
    Lih B Herry Priyono, Anthony Giddens, Suatu Pengantar, KPG, 2003
    Ekonomi Politik Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004
    Copyright © 2004 Riza Noer Arfani
    7
    Keempatnya merupakan tulang punggung yang menghamba pada modernitas dan darinya
    proses transformasi sosial masyarakat bekerja. Dalam konteks perbincangan kali ini,
    kapitalisme kiranya menjadi sistem yang berkait-erat dengan proses berjalin-kelindanya
    modal. Kapitalisme membawa dunia pada sistem perekonomian yang tunduk pada norma
    serta aturan pasar. Terobosan kapitalisme adalah membentuk sistem pasar yang
    hegemonik dimana kekuasaan privat juga memiliki kemampuan untuk mencipta pengaruh
    pada kawasan publik. Mengapa kekuatan kapitalisme bisa sejauh itu dampaknya?
    Adam Smith adalah peletak dasar pemikiran kapitalisme yang menjelaskan
    bekerjanya mekanisme hukum pasar atas dasar dorongan kepentingan-kepentingan pribadi
    karena kompetisi dan kekuatan individualisme dalam menciptakan keteraturan ekonomi
    5.
    Melaluinya, kapitalisme melakukan klasifikasi antara nilai guna dengan nilai tukar yang ada
    pada setiap komoditi. Ukuran riil dari nilai tukar komoditi, harus dilihat dari kondisi
    pertukaran, dimana 'ukuran riil' dari nilai komoditi adalah kuantitas dari kerja yang berada
    dalam barang-barang lain yang dapat dipertukarkan di pasar. Tokoh berikutnya yang
    penting adalah David Ricardo, yang melakukan kritik terhadap Adam Smith, terutama
    yang berkaitan dengan nilai komoditi. Menurutnya, nilai komoditi terdapat pada kerja
    manusia berikut bahan-bahan mentah dan alat-alat kerja. Ricardo menemukan bahwa
    komoditi yang dijual pada harganya, kira-kira akan setara dengan jumlah kerja yang
    diperlukan untuk memproduksinnya. Asumsinya satu-satunya nilai tukar, berawal dari
    jumlah kerja yang digunakan untuk memproduksi, Karenanya dari Ricardo-lah sifat parasit
    dari seluruh pendapatan yang tidak diperoleh dari kerja terbongkar, sebab darinya, kelak
    akan ditemukan apa yang dinamai dengan nilai lebih dan kerja lebih.
    Kedua ilmuwan ini menjadi peletak dasar bagi ideologi kapitalisme awal dan
    mereka hidup pada masa transisi dari ekonomi subsisten menuju pada sistem ekonomi
    pasar, yang mengandalkan pada laba. Sejumlah ilmuwan kemudian memberikan
    pendasaran historis tentang masa peralihan ke kapitalisme ini dengan ditandai oleh
    sejumlah indikator: pertama meningkatnya output pertanian yang bersamaan dengan
    pemisahan petani-petani dari tanahnya, kedua pertumbuhan produksi komoditi dan

    5
    Kalimat yang populer dari Adam Smith "Bukanlah dari kemurahan hati tukang daging, tukang bir atau tukang rot/', kita mengharapkan
    mendapat makanan; melainkan dari penghargaan mereka atas kepentingan din mereka masing-masing. Kita camkan dalam din kita, bahwa
    bukanlah dari rasa kemanusiaan, melainkan dan rasa cinta terhadap diri-sendiri; dan tak akan kita berbicara pada mereka mengenai
    kebutuhan-kebutuhan kita bersama, melainkan atas dasar laba yang bisa mereka rain' Lih Bonnie Setiawan, Peralihan Kapitalisme Di Dunia
    Ketiga, Insist Press, 1999 Ekonomi Politik Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004
    Copyright © 2004 Riza Noer Arfani
    8
    pembagian kerja, ketiga akumulasi modal oleh pedagang dan petani kaya. Paul Baran
    menyatakan bahwa kapitalisme terbentuk ketika terjadi akumulasi modal dalam bentuk
    modal dagang yang kemudian menjadi dasar ekspansi Eropa dimana negara memberikan
    dukungan terhadap kompetisi. Dengan demikian, Baran melihat perkembangan
    kapitalisme sebagai perkembangan di satu wilayah dengan mengorbankan wilayah-wilayah
    lainnya. Baran berjasa dalam meletakkan dasar-dasar eksploitasi kapitalisme yang
    dilanjutkan oleh sejumlah teoritisi neo marxis yang menjelaskan tentang bagaimana
    ekspansi kolonial ini telah membawa ketergantungan pada sejumlah negara. Ekspansi
    kolonial ini juga memperkenalkan kemajuan dari organisasi militer, yang oleh Amartya
    Sein, telah membawa pada dua tingkat; pertama karakter massal tuntutan militer telah
    merangsang rasionalisasi proses produksi dan kedua tentara itu sendiri merupakan model
    bagi organisasi industri dan organisasi sosial.
    Tapi Perang Dunia II telah mendorong upaya untuk penyusunan kembali
    pemikiran ekonomi yang kemudian melahirkan ekonomi pembangunan, Gunnar Myrdal
    menyatakan gagasan pembangunan ini dilatarbelakangi oleh: pertama likuidasi kekuasaan
    struktur kolonial yang cepat, kedua adanya harapan akan perkembangan di negara-negara
    terbelakang itu sendiri, ketiga ketegangan internasional, yang memuncak pada perang
    dingin, yang membuat nasib negara-negara terbelakang menjadi keprihatinan kebijakan
    luar negeri.
    6 Pasca Perang Dunia II ini telah membawa upaya beberapa negara, terutama
    Amerika, untuk memimpin proses rekonstruksi. Instrumen untuk ini ada dalam program
    besar-besaran yang dinamai dengan Marshal Aid yang bertujuan ganda, pertama untuk
    menjalankan ekonomi dunia (menurut sistem Bretton Woods) dan menahan laju
    komunisme. Paling tidak, ada tiga pilar di balik pemunculan teori pembangunan, yakni;
    pertumbuhan, perencanaan dan bantuan. Dalam pengertian Gramscian, tatanan dunia
    pasca perang -yang memunculkan gagasan pembangunan- ini sangat hegemonik.
    Mengingat, pertama secara gemilang AS berhasil mendifinisikan kepentingan korporasi
    ekonominya dalam sebuah kerangka global dan bersedia memikul beban kepemimpinan.
    Kedua kepemimpinan AS atas sekutu-sekutu Eropa tidak semata-mata dibangun di atas
    dominasi ekonomi, politik atau keunggulan militer, tetapi lebih didasarkan pada
    konvergensi kepentingan dan sikap elite di negara-negara itu, dan semakin meningkatnya
    penerimaan visi internationalis liberal AS mengenai ekonomi dunia yang terbuka yang

    6
    Lih Bjorn Hettne, Teori Pembangunan dan Tiga Dunia, Gramedia, 2001 Ekonomi Politik Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004
    Copyright © 2004 Riza Noer Arfani
    9
    dirancang menguntungkan para pesertanya, meski tidak seimbang7.
    Tapi, proyek ini ternyata membawa kegagalan serius, sebagaimana yang dinyatakan
    oleh berbagai kalangan, pertumbuhan dengan tanpa pembangunan tetapi dengan
    kemiskinan. 1-1 Cheners menyatakan "sekarang jelas bahwa lebih dari satu dekade,
    pertumbuhan yang pesat di negara-negara terbelakang menghasilkan sedikit sekali
    keuntungan bagi sekitar sepertiga penduduknya". Yang lebih berbahaya dampak dari
    adopsi kebijakan pembangunan adalah timbunan hutang yang ada di negara-negara
    berkembang. Karenanya, diperlukan sebuah strategi baru, yang kemudian dikenal dengan
    neo-liberalisme. Pada dasarnya neo-liberalisme adalah sebuah reaksi terhadap
    membesarnya peran negara yang menyebabkan kehancuran sistem pasar. Jalan keluar yang
    diusulkan oleh ideologi neo-liberalisme adalah melucuti peran negara dan mengembalikan
    semua transaksi ekonomi ke dalam hukum pasar. Sehingga ketika Indonesia terjatuh pada
    krisis, neo-liberalisme memberikan beberapa penjelasan tentang sebab-musabanya8.
    Pertama krisis terjadi karena kebijakan makro yang diterapkan sehingga krisis dipandang
    dalam konteks balance of payment (depresiasi uang, jatuhnya nilai tukar) kedua financial panic
    yakni kepanikan nasabah Bank, ketiga Bubble Colaps atau model balon mengempis karena
    prilaku para spekulator, keempat moral hazarrd cyrisis terhadap institusi perbankan dan
    terakhir disoderly workout yakni kekacauan terjadi ketika peminjam tidak lancar
    memprovokasi kreditor untuk berlomba dan memaksa likuiditas.
    Itu sebabnya kehadiran IMF menjadi diperlukan terutama ketika banyak negara
    tidak mampu membayar hutangnya kembali. Semula Meksiko yang gagal membayar
    hutangnya yang jatuh tempo pada tahun 1982. IMF, pada saat Meksiko mengalami
    masalah, diperlukan untuk membantu menyelamatkan neraca pembayaran dan mengatur
    perundingan restrukturisasi utang dengan kalangan Perbankan International. Perannya
    menjadi kian penting saat Asia memasuki krisis terberatnya pada dekade 1997 dimana
    IMF mencoba ikut memecahkan. Salah satu program IMF yang populer dinamakan
    dengan SAP {Structural Adjusment Program) yang didasarkan atas keyakinan bahwa sektor
    swasta lebih efektif, dinamis dan bereaksi lebih baik terhadap ekonomi pasar daripada

    7
    Lih Muhadi Sugiono, Kritik Antonio Gramsci Terhadap Pembangunan Dunia Ketiga, Pustaka Pelajar,
    1999
    6
    Lih Mansour Fakih, Sesat Pikir Teori Pembangunan 6' Globalisasi, Insist Press dan Pustaka Pelajar, 2001
    Ekonomi Politik Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004
    Copyright © 2004 Riza Noer Arfani
    10
    sektor pemerintah. Karenanya IMF selalu mendorong setiap negara untuk berintegrasi
    dalam pasar dunia melalui beberapa kebijakan, diantaranya9: pertama menurunkan nilai
    tukar mata uangnya agar lebih kompetitif, kedua mengurangi hambatan-hambatan
    perdagangan sehingga mendorong industri lokal lebih kompetitif dalam menghadapi
    produk impor yang lebih murah, ketiga memberikan insentif ekspor seperti keringanan
    pajak dan subsidi keuangan, keempat merangsang investasi asing dengan menciptakan
    wilayah perdagangan bebas atau memberikan pembebasan pajak. Di samping sejumlah
    program ini juga ada sejumlah bantuan yang berada di bawah program-program IMF yang
    tetap konsisten dengan paradigma utamanya, yakni mencebur dalam mekanisme pasar
    bebas.
    Peran IMF yang terpenting adalah melakukan liberalisasi finansial dan ini
    sepenuhnya mendapat dukungan penuh Amerika. Bill Clinton yang menetapkan ekonomi
    sebagai fokus kebijakan luar negerinya membentuk Dewan Ekonomi Nasional yang
    kedudukannya setara dengan Dewan Keamanan. Liberalisasi Finansial yang dipaksakan
    pada semua negara tentu memiliki efek yang membahayakan. Apalagi ketika kebijakan
    Liberalisasi Keuangan ini mendapat dukungan besar dari NATO, yang memiliki tujuan
    untuk menyebar-luaskan keamanan dan stabilitas yang dinikmati Eropa Barat sejak Perang
    Dunia II ke Eropa Tengah dan Timur. Penyebarluasan tersebut akan menciptakan
    prospek yang bagus untuk menarik investasi. Bahkan Cohen menyatakan, strategi
    pemerintah untuk menentang “kekerasan dan instabilitas-instabilitas yang membahayakan
    nyawa manusia dan pasar”.10 Tentu kebijakan ini sudah tentu akan membawa dampak
    yang muram, terutama ketika dikaitkan dengan pendapat yang dikemukakan pertama kali
    oleh, John Maynard Keynes. Dikatakan, liberalisasi kapital akan merampas kemampuan
    negara untuk melaksanakan kebijakan ekonomi yang independen. Keynes selalu
    menganggap pasar itu sesungguhnya bersifat irasional. Tetapi, nampaknya Amerika
    bersikukuh untuk tetap menyakini akan liberalisasi pasar. Dalam laporan sub-komite senat
    dikatakan, teologi yang menggerakkan sistem ini adalah keyakinan tak tergoyahkan
    terhadap pergerakan modal bebas tanpa batasan atau regulasi. Tujuan kebijakan AS adalah
    untuk memastikan keamanan dan mobilitas modal. Sebuah keyakinan yang mesin
    utamanya adalah IMF dan kekuasaan otoriter ini tentu memiliki, sejumlah kelemahan-

    9
    Carol Welch, Panduan Mengenai IMF, INFID Jakarta
    10
    William K Tabb, Tabir Politik Globalisasi, 2003, Lafadi, Yogyakarta Ekonomi Politik Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004
    Copyright © 2004 Riza Noer Arfani
    11
    kelemahan serius.
    Tentu ada sejumlah kelemahan-kelemahan yang ada dalam IMF saat menjalankan
    programnya. Kritikan utama yang selalu muncul adalah cara kerja IMF yang sangat
    tertutup dan andaikan ada informasi maka itupun informasi yang sangat sepele. Kritik lain
    adalah tidak adanya akuntabilitas dan evaluasi terhadap sejumlah program IMF. Apalagi
    IMF selalu mengaku sebagai lembaga antar pemerintah sehingga tidak merasa perlu
    bertanggung jawab kepada publik. Akuntabilitas dan evaluasi tidak terjadi karena IMF
    selalu menghindar berurusan dengan wakil pemerintah dari kalangan yang lebih luas,
    dengan berdalih pada artikel V statuta-nya, yang menyatakan bahwa kementrian keuangan
    dan para pejabat Bank Sentral adalah pihak yang memiliki hubungan langsung dengan
    IMF. Di sisi lain pendekatan IMF terhadap persoalan tenaga kerja benar-benar mengacu
    pada pasar, fleksibilitas tenaga kerja akan memberi rangsangan bagi bisnis dan penanaman
    modal yang pasti akan mendorong kenaikan upah maupun perubahan iklim kerja jika
    negara terus berkembang. Dampak pendekatan ini yang menyolok adalah melejitnya angka
    pengangguran. Selain itu juga yang tak kalah hebohnya, perhatian IMF pada perdagangan
    bebas dan pertumbuhan ekonomi yang mengandalkan ekspor telah 'berhasil' merusak
    lingkungan. Mengingat sejumlah kelemahan-kelemahan diatas itu pulalah maka ada kritik
    bahkan tuntutan untuk membubarkan saja institusi ini.
    Tuntutan yang makin mengeras ini telah mengetuk Washington untuk kembali
    memikirkan strategi penaklukan sejumlah gerakan oposisi. Diantara taktik yang diterapkan
    adalah11 (1) Washington berusaha memecah-belah oposisi anti diktator dengan mendanai
    dan mengatur kelompok borjuis liberal sambil mengisolir dan mendemobilisasi gerakan-
    gerakan kerakyatan sayap kiri (2) Washington mengkampanyekan transisi hasil negoisasi
    antara liberal borjuis dan militer yang akan mempertahankan kekuatan bersenjata,
    memperkuat kebijakan-kebijakan "pasar bebas" dan memperkenalkan pemilihan umum.
    Kemunculan sejumlah ornop yang menggerakkan agenda demokratisasi sebenarnya
    dilandasi oleh motif itu, karenanya beberapa kalangan mulai menggulirkan beberapa kritik,
    yang berkisar pada; pertama ornop telah menjadi tempat berteduh yang nyaman bagi
    sejumlah intelektual yang ingin 'bertahan hidup', kedua kegiatan ornop telah menjadi
    komoditas yang berorientasi semata-mata pada proyek yang bisa 'dijual', ketiga ornop
    menjadi lowongan kerja tersendiri yang memiliki potensi untuk menampung tenaga kerja.

    11
    Lih James Petras dan Heltmeyer, Imperialisme Abad 21, Kreasi Wacana, 2002 Ekonomi Politik Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004
    Copyright © 2004 Riza Noer Arfani
    12
    Ringkasnya, gerakan ornop telah menjadi kekuatan proyek dan lama-kelamaan memang
    tidak lagi berorientasi gerakan. Dalam kaitan inilah, proyek neo-liberalisme ditegakkan, di
    tengah lesunya gerakan kerakyatan dan buasnya kekuatan swasta yang hendak
    menggantikan kuasa dari pemerintah.
    Dengan mempertimbangkan itu semua, kiranya ada fungsi dan mandat yang bisa
    dilakukan oleh LDK (Lembaga Dakwah Kampus). Pertama yang teramat penting adalah
    mendorong kesadaran kritis mengenai apa itu kapitalisme. LDK harus mampu untuk
    menjelaskan dalam bahasa yang komunikatif pada publik mengenai apa itu kapitalisme,
    mengingat ancaman yang dibawanya sekaligus korban yang berjatuhan akibat penerapan
    ideologi ini. Kalau perlu 'motif’ penghancuran dari sistem ekonomi yang kapitalistik ini
    dibaca dalam konteks semangat moral. Tujuannya sederhana, agar persoalan kapitalisme
    ini tidak melulu dihadapi sebagai soal ekonomi melainkan juga pada tataran nilai. Kedua
    tak kalah pentingnya adalah mulai merintis jaringan bukan lagi berdasarkan atas 'kesamaan
    iman' saja melainkan juga atas basis kesamaan pada persoalan sosial. LDK perlu lebih
    mengintensifkan hubungan dengan berbagai kekuatan anti kapitalisme yang mungkin
    dapat menyediakan sejumlah data, informasi bahkan wacana mengenai kapitalisme ini.
    Jaringan ini menjadi mudah saat ini, terutama dengan berkembang-luasnya gerakan anti
    kapitalisme belakangan ini. Di samping itu yang tak kalah pentingnya adalah mengaktifkan
    kembali kegiatan advokasi, yang tidak semata-mata dipandang sebagai kegiatan sekuler,
    melainkan kegiatan pembelaan terhadap kaum yang dianiaya. Usaha untuk ini perlu
    ditempuh mengingat krisis yang berpekepanjangan ini, tak lagi bisa dilihat sebagai
    ancaman sosial melainkan juga ancaman akan runtuhnya nilai-nilai kemanusiaan.
    Berangkat dari sana nampaknya, orientasi LDK yang selalu mendorong pembentukan
    komunitas atau masyarakat yang berakhlak mulia perlu ditambah dengan mandat,
    penciptaan masyarakat yang adil dan egaliter. Cita-cita ideal yang kini sedang dirusak oleh
    sistem Kapitalisme maupun oleh sistem globalisasi.
    *********
    Ekonomi Politik Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004
    Copyright © 2004 Riza Noer Arfani
    13
    Eko Prasetyo, adalah alumnus Fakultas Hukum Ull tahun 1997, kemudian melanjutkan
    studi S2 di fakultas dan umversitas yang sama, namun tidak selesai. Mengawali "karir"
    dengan menjadi guru TPA di Kota Gede dan pernah jadi kepala sekolah TPA di kampung
    Pujokusuman Yogyakarta. Pernah menjadi bagian dan kepanitiaan ramadhan di Masjid
    Syuhada Kota baru dalam Training Keluarga Sakinah. Selain aktif di Insist Press, Pusham
    Ull dan redaksi tetap Jurnal Wacana, sempat juga menjadi anggota Tim Pembela Muslim
    untuk advokasi hukum Laskar Jihad dan pernah menulis beberapa artikel untuk tabloid
    Laskar Jihad. Beberapa tulisannya dalam bentuk buku telah diterbitkan antara lain: HAM:
    Kejahatan Negara dan Imperialisme Modal (2001), Islam Kiri Melawan Kapitalisme Modal: dari
    Wacana Menuju Gerakan (2002), dan Membela Agama Tuhan: Potret Gerakan Islam dalam
    Pusaran Konflik Global (2003). Pengalaman lainnya yang menarik adalah pernah menjadi
    produser untuk sebuah film dokumenter tentang Polisi DIY dan Masyarakat Transisi.
    Aktivitas di rumahnya yang terletak di desa Lemwulung di wilayah Bangun Tapan, BantuI,
    antara lain membaca novel roman, membaca puisi dan mengasuh anak bersama istri
    tercinta.



      Waktu sekarang Thu Nov 21, 2024 6:16 pm