Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    barat vs Islam

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 37
    Lokasi : rahasia

    barat vs Islam Empty barat vs Islam

    Post by kutubuku Thu Jun 24, 2010 4:09 pm

    BARAT, ISLAM DAN MAIYAH (OTOKRITIK)
    Dapat dipastikan kalau kita pergi ke negara maju/barat
    (Amerika, australia dsb), maka decak kagum langsung
    terekpresikan melihat keteraturan hidup yang ada, keteraturan
    lalu lintasnya, ketertiban antrian orang-orangnya dan
    seterusnya. Sebuah kekaguman yang wajar, ketika kita hidup
    pada masyarakat dimana penyakit korupsi meraja-lela, kehidupan
    yang serba semrawut dimana kebersihan kurang terjaga dengan
    baik, dan sebagainya, lalu kita melihat atau merasakan hidup
    pada sebuah negara maju yang kondisinya bertolak belakang
    dengan kondisi tersebut. Hanya saja sebagian besar dari kita, kalau
    tidak mau dikatakan hampir semua (dari para intelektual Islam sampai
    para ustad dan kyai), yang pernah tinggal / berkunjung ke negara
    tersebut menyebut inilah kehidupan yang Islami. Sebuah kesimpulan yang
    sungguh sangat tergesa-gesa, memandang tatanan kehidupan
    sebuah masyarakat hanya dari bagian kecil kehidupan mereka.
    Sifat-sifat jujur, kebersihan dan lain-lain adalah nilai-nilai
    universal dimana agama lainpun mengajarkan sifat-sifat tersebut. Maka
    ketika kita melihat individu non islam melakukan sifat-sifat tersebut
    kemudian kita mengatakan bahwa itu islami, jika individu bukan muslim
    mendengar klaim tersebut, dapat dipastikan individu tersebut tidak
    menerima, karena nilai tersebut tidak hanya dimiliki oleh islam, dia
    berhak mengklaim nilai tersebut berasal dari agamanya. Begitu juga kita
    tidak bisa mengatakan bahwa Agama lain lebih jujur atau lebih bersih,
    hanya dikarenakan individu yang beragama islam tidak melaksanakan sifat-
    sifat tersebut. Seharusnyalah bila kita memandang sebuah sistem secara
    menyeluruh, tidak hanya sebagian atau per kasus saja, ini baru dikatakan
    obyektif. Suatu hari saya ngobrol dengan seorang calon doktor yang juga
    intelektual muslim, tinggal di Australia. Teman tersebut mengutarakan
    kekagumannya akan negeri ini dengan perlindungan terhadap wanita, dimana
    kalau pria memandang wanita berlama-lama si wanita bisa menuntut dengan
    alasan pelecehan seksual. Kemudian menganggap sistem ini lebih baik,
    karena di negara yang mayoritas penduduknya muslim tidak menerapkan
    hukum ini. Kalau kita mau sedikit berpikir jernih, maka kita bisa
    melihat sistem tersebut tidak fair. Wanita dibiarkan berpakaian
    sedemikian rupa hingga hampir telanjang (atau bahkan telanjang di
    tempat-tempat tertentu) sehingga dapat menimbulkan rangsangan bagi pria,
    tetapi di sisi lain pria dibatasi pandangan matanya untuk tidak melihat
    hal-hal yang merangsang mata pria melihatnya, apakah ini dapat dikatakan
    adil ?.
    Marilah coba kita bandingkan dengan islam. Islam menyuruh kita untuk
    menundukkan pandangan kita, islam mengajarkan pandangan pertama adalah
    milikmu, selebihnya adalah milik setan. Di lain fihak, Islam menyuruh
    wanita untuk menutup auratnya, untuk berpakaian yang tidak merangsang
    pandangan mata laki-laki. Manakah yang dapat dikatakan lebih adil ?.
    Akankah obyektif kalau kita katakan sistem yang ada di negara ini lebih
    baik dari Islam, hanya karena individu di negara yang mayoritaspenduduknya Islam tidak menjalankan hukum-hukum yang ditetapkan oleh
    Islam ?.
    Contoh lain yang lebih konkrit, di Australia setiap hari kita bisa
    mendengar dan melihat bagaimana sibuknya pemerintah ini untuk menangani
    masalah yang dihadapi masyarakatnya yang berkaitan dengan alkohol dan
    perjudian. Tetapi disisi lain perekomian di negara ini salah satunya
    ditopang oleh hasil penjualan minuman keras dan perjudian, maka dengan
    gamblang kita bisa melihat satu tindakan yang kontradiktif, dimana
    disatu sisi ingin memperbaiki masyarakatnya untuk tidak kecanduan
    alkohol dan judi, di sisi lainnya melegalkan kegiatan tersebut karena
    mengandung manfaat bagi pemerintah. Bedakan dengan Islam yang jelas-
    jelas mengharamkan segala bentuk kegiatan tersebut, baik pemakai maupun
    penjualnya, meskipun ada sisi manfaat lain dalam kegiatan tersebut. Jadi
    solusi Islam lebih jelas dan tidak berbelit. Kemudian kita juga dapat
    melihat dengan gamblang bahwa kegiatan pelacuran ditawarkan dari rumah
    ke rumah tanpa malu-malu lagi melalui iklan di koran dan televisi. Yang
    lebih mengejutkan lagi ketika aktifis organisasi Islam menyebarkan
    pamflet/brosur yang menyerukan agar pemerintah melarang segala bentuk
    aktifitas homo seksual (gay & lesbian), kelompok gay & lesbian ganti
    melaporkan ke pemerintah, keberadaan organisasi Islam tersebut sebaiknya
    ditutup saja karena telah mengganggu keberadaan mereka yang telah
    dijamin oleh undang-undang, dan organisasi Islam tersebut mendapat
    peringatan keras atas nama DEMOKRASI ( sudah saatnya kita berfikir ulang
    apakah demokrasi yang didasarkan pada suara mayoritas manusia terbanyak,
    cocok dan baik untuk kemashlahatan kehidupan kaum muslim dunia dan
    akhirat, yang seharusnya hanya menyandarkan suara tunggal - bukan
    demokrasi - dari Allah Swt ) untuk tidak "ngutak-atik" keberadaan gay &
    lesbian. Apakah semua ini dapat kita katakan lebih Islami hanya dengan
    melihat beberapa fakta bahwa korupsi di negeri ini lebih sedikit
    dibandingkan negeri yang mayoritas penduduknya muslim yang tidak
    menerapkan hukum Islam ? ataupun fakta-fakta kecil lainnya yang telah
    disebutkan di atas ?.
    Dari contoh-contoh di atas, perilaku masyarakat barat baik yang
    melahirkan sebuah kebaikan ataupun keburukan (tentu saja sangat relatif
    kalau parameternya adalah kacamata manusia), dihasilkan oleh suatu
    PRODUK HUKUM/SISTEM, bukan oleh produk akhlak masyarakatnya.
    Kalau begitu apa dong yang menyebabkan terpuruknya negara-negara yang
    mayoritas penduduknya beragama Islam, salah satunya Indonesia. Bukankah
    akhlak mereka tidak sesuai dengan ajaran Islam, jadi biang bencana umat
    ini adalah karena akhlaknya ?. Seorang aktifis dakwah Islam (tidak mau
    disebut kyai apalagi ulama) yang juga seorang insinyur berasal dari
    Jordan, yang telah berkunjung ke berbagai negara yang mayoritas muslim,
    dan lama tingal di negeri barat (jerman dan australia), cukup jeli
    menggambarkan akhlak orang barat dengan orang Islam. Dia mengatakan
    sangatlah tidak adil menghakimi bahwa akhlak orang Islam jauh lebih
    buruk dari orang barat tanpa melihat lingkungan yang membentuk mereka.
    Di negara barat saat ini mungkin jarang ditemukan pencurian atau
    penipuan (manusia barat lebih jujur), karena sistem di mana mereka hidupmenjamin kebutuhan minimal pokoknya telah terpenuhi, orang yang tidak
    bekerja mendapatkan jaminan sosial karena dia tidak bekerja (serta
    jaminan-jaminan lain bagi yang tidak mampu), sehingga orang tidak butuh
    mencuri atau menipu untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Bandingkan
    dengan Indonesia misalnya, berapa juta manusia yang tidak bisa sekedar
    memenuhi kehidupan pokoknya saja, maka kondisi demikian akan sangat
    memungkinkan orang untuk bertindak kejahatan. Bukti yang bisa terlihat
    gamblang adalah orang amerika yang telah terjamin kebutuhan minimal
    hidupnya, tetapi ketika satu kota lampunya mati beberapa jam saja,
    terjadi pencurian dan perampokan besar-besaran di banyak pertokoan yang
    ada (bayangkan kalau orang amerika tidak dijamin kebutuhan pokok
    hidupnya). Artinya apa ? Orang Amerika tidak mau mencuri atau merampok
    bukan karena akhlaknya yang baik, tetapi karena takut kepada produk
    hukum yang ada. Paling tidak orang Islam masih berbangga masih ada di
    negara yang mayoritas penduduknya Islam pada waktu sholat jum'at tiba,
    semua aktifitas perdagangan ditinggalkan, dan semua toko-toko
    ditinggalkan tanpa penjagaan tanpa rasa khawatir sama sekali, dan ketika
    pemilik toko kembali mendapatkan barang dagangannya masih utuh. Jangan
    lupa pula orang-orang barat punya andil untuk memiskinkan penduduk
    negara-negara yang mayoritas penduduknya Islam, mau bukti ? nggak usah
    jauh-jauh IMF dengan Indonesianya yang saat ini sedang diributkan, dan
    masih banyak sederet fakta lainnya. Kalau begitu apa yang salah dengan
    umat Islam ini dan manusia di dunia ini?. Tanpa menafikan fakta bahwa
    memang akhlak umat Islam ini merosot drastis, yang terpenting dari semua
    itu adalah tidak diterapkannya hukum-hukum Islam terhadap keseluruhan
    umat manusia ( Islam adalah rahmat bagi seluruh manusia). Umat Islam
    memang beragama Islam tapi ideologi, pola pikirnya masih kapitalis,
    masih menghalalkan gay & lesbian (lho koq ? -- lha ini kan produk
    DEMOKRASI, sedang umat Islam kan lagi gandrung sama namanya DEMOKRASI,
    kan nggak jauh beda dengan menghalalkan perjudian asal di pool di satu
    tempat misalnya pulau seribu, atas dasar manfaat di bawah naungan
    semangat demokrasi).
    Kalau begitu apa yang salah dengan maiyah (koq dijadikan judul) ?. Ya,
    tidak ada yang salah dengan maiyah. Maiyah adalah sebuah potensi besar,
    sebuah potensi kebersamaan, bersama-sama bangkit membangun Indonesia
    awalnya, lalu peradaban dunia akhirnya ( Islam nggak hanya untuk
    Indonesia saja kan ?). Hanya kalau caranya cuma menunggu semua orang
    Indonesia melingkar, apa iya bisa terwujud efektif. Kalau kita teladani
    Rasullulah dan para sahabat, selain saling melingkar unsur yang
    terpenting adalah kepemimpinan. Berbicara tentang kepemimpinan berarti
    bicara tentang politik/siyasiah. Tentu saja politik dalam koridor
    demokrasi adalah identik dengan perebutan kekuasaan, yang berarti pula
    kekayaan, maka ketika orientasinya adalah perebutan kekuasaan yang
    terjadi adalah munculnya trik-trik kotor (apakah ini cuma terjadi di
    Indonesia, ya tentu saja tidak bahkan "bapak negara" demokrasi-pun punya
    prestasi yang cukup banyak melahirkan trik-trik kotor). Mungkin sudah
    saatnya maiyah mengajarkan politik dalam kacamata Islam. Politik dalam
    Islam adalah berarti mengurusi semua kepentingan, kesejahteraan umat.
    Maka tak heran ketika Islam berjaya seorang mukmin yang ditunjuk sebagai
    khalifah langsung pingsan, dia memilih menjadi rakyat biasa saja, karenaterbayang betapa berat tanggung jawab yang harus dipikul, harus
    mengurusi kepentingan, kesejahteraan berjuta umat, yang nanti harus
    dipertanggung jawabkan di depan Allah. Lalu untuk itu dia harus rela
    hidup pas-pasan, tapi efeknya adalah umat hidup sejahtera, bahkan sangat
    kesulitan untuk mendistribusikan zakat, sehingga keluar aturan siapa
    saja pemuda yang ingin menikah, semua biaya pernikahan ditanggung oleh
    negara. Dan yang terpenting dari semua itu adalah, terciptanya tatanan
    masyarakat yang bukan hanya berorientasi pada pemenuhan materi saja,
    tetapi sebagai hamba-hamba yang patuh pada seluruh hukum-hukumNya, dunia
    hanyalah sebagai efek samping atas nikmat yang diberikan karena
    menjalankan hukum-hukumNya.
    Benar apa yang diadopsi maiyah, sebaiknya biar Allah yang memilih
    pemimpin umat. Tugas maiyah adalah menciptakan kondisi-kondisi agar
    Allah berkenan memilihkan pemimpin untuk kita. Maka kalau kondisi-
    kondisi itu masih di dasarkan pada suara terbanyak sebagai tolok ukur
    kebenaran yang berarti demokrasi, bukan kondisi yang didasarkan pada
    suara tunggal kacamata Allah sebagai tolok ukurnya, akankah Allah
    berkenan memilihkan pemimpin yang "benar" untuk kita semua ?.
    Wallahualam bi shawab !
    Sydney, 27 Juni 2002

      Waktu sekarang Tue Nov 26, 2024 1:45 am