Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    kriteria akidah islam

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 37
    Lokasi : rahasia

    kriteria akidah islam Empty kriteria akidah islam

    Post by kutubuku Wed Jun 30, 2010 4:12 pm








    kriteria
    AQIDAH ISLAMIYAH
















    Apakah Akidah Islam Itu ?






    Akidah Islamiyah adalah : “iman kepada
    Allah, para malaikatNya, kitab-kitab­Nya, para rasulNya, hari akhir;
    Aqidah
    inilah yang terkenal di kalangan kaum musli-min dengan sebutan “ arkanul
    iman
    ” . Namun setelah munculnya banyak perdebatan di kalangan ulama
    ahli kalam tentang “qadho’ dan qadar ” maka sejak itu akidah
    Islamiyah telah menjadi enam bagian
    yaitu; iman kepada Allah, para malai-katNya, kitab-kitab­Nya, para
    rasulNya, hari akhir; juga kepada qadlo’ dan qadar baik buruknya dari Allah SWT
    ”.


    Adapun mengenai dalil-dalil akidah, maka
    adakalanya dalil bersifat “aqli” dan ada-kalanya bersifat “naqli”,
    tergan­tung perkara yang diimani. Kriteria dalil adalah seba-gai berikut :


    a) Jika yang diimani itu masih dalam jangkauan panca
    indera, maka dalil kei-manannya bersi­fat aqli.


    b) Jika yang diamni berada di luar jangkauan panca inde­ra,
    maka ia harus di-dasar­kan pada dalil naqli.


    Namun perlu di­ingat bahwa penentuan suatu dalil naqli
    juga ditetapkan dengan jalan aqli. Artinya, penentuan dalil tersebut dilaku­kan
    melalui penyelidikan untuk me-nentukan mana yang boleh dan mana yang tidak
    untuk dapat dijadikan sebagai dalil naqli. Oleh karena itu, semua dalil tentang
    akidah pada dasarnya disandarkan pada metode aqliyah.





    Dalam hubungan ini, Imam Syafi'i
    berkata1):






    "Ketahuilah bahwa kewajiban
    pertama bagi seorang mukal­laf adalah berfikir dan mencari dalil untuk ma'rifat
    kepada Allah Ta'ala. Arti berfikir adalah melakukan penalaran dan perenungan
    kalbu dalam kondisi orang yang berfikir tersebut dituntut untuk ma'rifat kepada
    Allah. Dengan cara seperti itu, ia bisa sampai kepada ma'rifat terhadap hal-hal
    yang ghaib dari pengamatannya dengan indera, dan ini merupakan suatu keharusan.
    Hal seperti itu merupakan suatu kewajiban dalam bidang ushuluddin".






    --------------------------------------------------------------------


    1) Lihat buku "Fiqhul
    Akbar"
    oleh Imam Syafi'i.





    Peranan
    akal dalam masalah keimanan






    Akal manusia mampu membuktikan sesuatu yang berada di
    luar jangkauannya jika ada sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk atas­nya,
    seperti perkataan seorang Badui (suku bangsa pengembara di Tanah Arab) tatkala
    dita­nyakan kepadanya"Den- gan apa engkau mengenal Rabbmu?"
    Jawabnya:





    "Tahi Onta itu menunjukkan
    adanya onta dan bekas ta­pak kaki menunjuk-kan ada orang yang berjalan. Bukankah gugusan bintang yang ada di langit
    dan ombak yang bergelombang di laut menunjukkan adanya Sang Pencipta Yang Maha
    Tinggi dan Maha Kuasa
    .








    Oleh karena itu, ayat-ayat
    Al-Qur'an adalah bukti ek­sistensiAllah (tentang adanya sang pencipta) dengan
    cara mengajak manusia memperhatikan mahluk-mahlukNya. Sebab, kalau akal diajak
    untuk mencari dzatNya, maka tentu saja akal tidak mampu men­jangkauNya,
    meskipun dapat menjankui ciptaan-ciptaanNya, seperti firmanNya :





    إن في السماوات
    والأرض لآيآتٍ للمؤمنين * وفي خلقكم وما يبث من دابةٍ






    آياتٌ لقومٍ يوقنون * واختلاف الليل والنهار وما أنزل الله من السماء منْ





    رزقٍ فأحيا به
    الأرض بعد موتها وتصرف الرياح آيات لقومٍ يعقلون
    .






    "Sesungguhnya pada langit dan
    bumi benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah untuk orang-orang yang
    beriman. Dan pada penciptaan kamu dan
    pada binatang-binatang melata yang ber­tebaran
    (di muka bumi) terdapat
    tanda-tanda
    (kekua­saan Allah) bagi kaum yang meyakini. Dan pada
    pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu
    dihidupkan-nya dengan air hujan itu bumi (tanah) sesudah matinya; dan pada
    perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
    berakal
    " (QS Al Jaatsiyat 3-5).





    Karena keterbatasan akal dalam berfikir, Islam
    melarang manusia untuk berfikir langsung tentang dzat Allah. Sebab, manu­sia
    mempunyai kecenderungan (bila ia hanya menduga-duga tanpa memiliki acuan
    kepastian) menyerupakan Allah SWT de­ngan suatu mahluk. Dalam hal ini
    Rasulullah saw bersabda 2) :





    تفكروا في خلق الله ولا تفكروا في الله فإنكم لن تقدروا قدْره





    "Berfikirlah kamu tentang
    mahluk Allah tetapi janganlah kamu pikirkan tentang Dzat Allah itu sendiri.
    Sebab, kamu tidak akan sanggup mengira-ngira tentang hakikatNya yang sebenarnya
    "

    .


    --------------------------------------------------------------


    2) Hadits ini diriwayatkan
    oleh Abu Nu'im dalam kitab "Al-Hidayah";
    sifatnya marfu’, sanadnya dhoif tetapi isinya shahih, bisa diterima .


    Akal manusia yang terbatas tidak akan
    mampu membuat gambaran tentang Dzat
    Allah yang sebenarnya; bagaimana Allah melihat, mendengar, berbicara,
    bersemayam di atas arsy-Nya dan seterusnya. Sebab, dzat Allah bukanlah materi
    yang bisa diukur atau dianali­sa. Ia tak dapat dianalogkan pada suatu bentuk
    materi apapun, semisal manusia, atau mahluk aneh yang berta­ngan sepuluh dan
    sebagainya.


    Kita hanya percaya dengan sifat-sifat
    Allah yang dika­barkan­Nya melalui al-wahyu. Apabila kita menghadapi suatu
    ayat/hadits yang menceritakan tentang (usaha) menyerupakan Allah dengan makh­luk,
    maka kita tidak boleh mencoba-coba membahas ayat-ayat /ha­dits tersebut atau
    menta'wilkannya,ia lebih baik kita serahkan kepada Allah, karena ia memang
    berada di luar jangkauan akal. Itulah sikap yang dipegang oleh para sahabat,
    tabi'in dan ulama salaf.





    Imam Ibnul Qoyyim berkata2):





    "Para sahabat berbeda pendapat
    dalam beberapa masalah. Pada­hal mereka itu adalah umat yang dijamin sempurna
    iman­nya. Tetapi, alhamdulillah, mereka tidak pernah terlibat bertentangan
    paham satu sama lain dalam menghadapi masalah-masalah Asma’ Allah, per­buatan-perbuatan
    Allah, sifat-sifat­Nya. Me-reka menetapkan apa yang diutarakan Al-Qur'an dengan
    suara bulat. Mereka tidak men­ta'wilkannya, juga mereka tidak memalingkan
    pengertiannya
    ".





    Ketika Imam Malik3) ditanyakan tentang maknanya Istiwa' Allah (bersema-yamNya) di atas
    ‘Arsy ?
    beliau lama tertunduk dan bahkan mengeluarkan keringat. Setelah itu
    Imam Malik mengangkat kepala lalu berkata:





    "Persemayaman itu bukan sesuatu
    yang tidak diketahui. Juga, kaifiyat (cara)nya bukanlah hal yang dapat
    dimengerti. Sedangkan mengimaninya adalah wajib, tetapi menanyakan hal tersebut
    adalah bid'ah".






    Inilah jalan yang ditempuh oleh imam Muhammadd
    bin Idris Asy-Syafi'iy
    , Muhammad Abdul Hasan Asy-Syaibani, Ahmad
    bin Hanbal
    , dan lain-lain.








    Kerusakan
    akidah umat Islam akibat pilsafat Yunani






    Ini berbeda dengan sikap dan pendapat ulama khalaf (Ulama
    Mutakhirin), terutama ahli ilmu kalam (Mutakallimin). Mereka tidak menjalani
    cara yang ditempuh oleh ulama salaf. Mereka tidak puas dengan cara berfikir
    demikian. Oleh karena itu, mereka lalu menta'wilkan Al-Wahyu yang termasuk
    dalam kategori mutasyabihat se-


    --------------------------------------------------------------------------


    2) Lihat buku "I'laamul
    Muuraqqiin"
    jilid I, halaman 55.


    3) Lihat kitab
    "Fathul Barri" Jilid XII, halaman 9l5.


    suai dengan kehendak akal
    dan i'tikad yang tujuannya untuk mensucikan Allah dan sifat-sifatNya secara
    tidak layak. Mereka juga menggu­nakan pula dalil aqli yang ber-dasarkan ilmu
    mantiq
    untuk, misalnya, mem­bahas bergeraknya Allah, diamNya, turunNya
    ke langit, atau hubungan antara sifat dengan Dzat Allah dan lain-lain.





    Meskipum ulama khalaf menempuh jalan yang tidak
    sesuai de­ngan apa yang telah ditentukan Al-Qur'an, tetapi mereka tetap beriman
    kepada Islam dan tetap bertolak dari dalil-dalil syara'. Berbeda halnya dengan
    jalan yang ditempuh oleh para pilosof dan kaum Muslimin yang memandang dan
    fisafat Yunani sebagai tolok ukur /titik tolak akidah.





    Mereka telah mencoba menggunakan akal untuk memecahkan
    permasalahan yang pernah dialami oleh para pilo­sof Yunani terdahulu, tanpa
    kembali kepada ketentuan Al-Wahyu. Mulailah mereka melontarkan kembali
    masalah-masalah klasik, se­perti Wihdatul Wujud (panteisme),
    keadilan Allah, takdir (keputusanNya), dan keterbatasan ilmu Allah, atau
    pembahasan bahwa iblis tidak akan kekal dalam neraka dan seterusnya.


    Pendapat-pendapat mereka (ahli ilmu kalam
    dan pilosof muslim) ini­lah yang telah meragukan umat terhadap beberapa hal
    yang ber­kait­an dengan masalah akidah, bahkan berhasil pula menyesatkan dan
    mengeluarkan sebagian kaum Muslimin dari Islam. Oleh karena itu akidah Islam perlu
    dijauhkan dari ilmu Mantiq atau filsafat agar tidak membahayakan akidah umat.
    Dengan menggaris bawahi bahwa sumber akidah hanyalah Al-Qur'an dan
    hadits-hadits mutawatir.

      Waktu sekarang Fri Nov 22, 2024 7:55 pm