Investigasi Sosial
dan Analisa Kampus (ISAK)
I. Apa itu ISAK?
ISAK adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk mengetahui secara
mendalam tentang keadaan alam dan keadaan sosial (masyarakat) sebuah atau
beberapa kampus, desa ataupun kota. Penyelidikan sosial
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kerja membangkitkan kesadaran,
menggerakan dan mengorganisasikan massa di manapun. Tulisan ini dimaksudkan
untuk mahasiswa dan umumnya dosen,
birokrat, cleaning service. ISAK Bukan pekerjaan gagah-gagahan, bukan
pula pekerjaan yang hanya untuk memenuhi tugas belajar, bukan pula pekerjaan
proyek yang orientasinya lebih pada keuntungan jangka pendek khususnya
finansial. Penyelidikan sosial merupakan sebuah upaya yang sungguh-sungguh dan
serius untuk meneliti keadaan kampus dan keadaan masyarkat kampus, sehingga
kita dapat memahami dan mengerti tentang persoalan-persoalan yang dihadapi oleh
mahasiswa, sebab-sebabnya dan perjuangan apa yang mesti dilancarkan untuk
menyelesaikan persoalan tersebut.
Sebagai bagian tidak terpisahkan dari pekerjaan membangkitkan kesadaran,
menggerakkan dan mengorganisasikan massa mahasiswa, maka prinsip penting dalam
penyelidikan sosial bahwa tujuan penyelidikan sosial bukan semata-mata untuk
mengetahui sehingga mampu menerangkan situasi konkret yang ada, tapi lebih
penting dari itu adalah merubah keadaan atau situasi tersebut menjadi lebih
baik. Karena mampu menerangkan situasi adalah penting, tetapi lebih penting
lagi adalah mengubahnya. Jadi penyelidikan sosial merupakan pekerjaan
aktif untuk mengubah dunia menjadi lebih
baik. Sebagai contoh, dari hasil penyelidikan sosial kita mendapatkan
data bahwa masalah atau persoalan mahasiswa di Fakultas Kedokteran adalah berkaitan dengan laboratorium yang
tidak lengkap.Maka kita secara aktif mendorong mahasiswa di fakultas untuk
memperjuangkan pemenuhan sarana laboratorium sehingga dapat menunjang praktek
mahasiswa di Fakultas tersebut.
Investigasi sosial bisa dilakukan
oleh siapa pun; Buruh, Buruh Tani, Miskin Kota, Perempuan,
Pemuda-Mahasiswa-Pelajar. Pemikiran dan pandangan tersebut berdasarkan pada
bahwa semua orang harus mengubah nasibnya dan pekerjaan investigasi bukan
melulu mengumpulkan data tapi mengumpulkan, menganalisa dan menyimpulkan.
Penyelidikan sosial juga merupakan sebuah cara untuk tidak bekerja secara
serampangan, asal-asalan atau sembarangan. Banyak orang malas untuk melakukan
penyelidikan sosial, malas untuk meneliti secara mendalam kondisi di mana ia
hidup, bekerja dan bertempat tinggal. Banyak orang juga berkata bahwa hanya
dengan membaca buku, koran atau merenung di rumah, maka mereka akan mengerti
tentang situasi konkret masyarakat. Adalah tidak benar bahwa tanpa melangkahkan
kaki ke luar pintu rumah, maka kita
dapat mengerti dan memahami banyak hal. Yang akan terjadi kemudian justru apa
yang ada dalam pikiran kita yang kita anggap sebagai kebenaran dan kenyataan
dan bukannya kenyataan dan kebenaran itu sendiri yang ada di luar diri kita, di
tengah massa rakyat. Itu adalah kesalahan berpikir dan kesalahan di dalam
memahami kenyataan dan situasi konkret.
Prinsip penting dalam cara kerja
kita adalah Tanpa Penyelidikan Sosial, Tidak Ada Hak Bicara (No
Investigation, No Right To Speak). Kita seringkali bertindak
tergesa-gesa ketika melakukan penilaian atau mengambil keputusan. Itu adalah
sebuah langkah yang gegabah, terburu-buru dan karenanya tidak tepat. Yang harus
kita lakukan adalah meneliti dulu keadaannya secara mendalam baru membuat
kesimpulan-kesimpulan. Contohnya, dalam praktek pengorganisasian kita
sudah mulai masuk ke sebuah Jurusan/Fakultas/Kampus yang dari data awal banyak
mahasiswa bertempat tinggal. Kemudian
kita mengajak mereka untuk membentuk organisasi dan mempunyai program kerja
yang konkret. Namun mahasiswa Jurusan/Fakultas/Kampus tersebut tidak menanggapi
dengan semangat bahkan banyak yang tidak mau. Lalu kita menilai bahwa
Jurusan/Fakultas/Kampus tersebut Hedonis, Pragmatis, Belajarisme dan
kesadarannya rendah. Padahal kita belum mengetahui apa yang menyebabkan mereka
enggan untuk diajak berorganisasi. Setelah kita melakukan penyelidikan lebih
mendalam, ternyata faktor yang menyebabkan keengganan mereka berorganisasi
adalah organ-organ mahasiswa sering bertengkar [1], beban mata kuliah yang banyak dll. Dari temuan tersebut maka yang harus
kita lakukan adalah memberikan pendidikan untuk membangkitkan kesadaran bahwa
berorgnisasi adalah untuk berjuang, bukan memenuhi nafsu atau hobby
berorganisasi. Dan bahwa organisasi dibentuk untuk memperjuangkan massa.
Demikianlah kalau kita terburu-buru menilai tanpa menyelidiki lebih mendalam,
maka penilaian dan keputusan kita seringkali tidak tepat.
Pelaku
atau yang menjalankan penyelidikan sosial pedesaan adalah pihak yang
menginginkan perubahan di kampus menuju situasi yang lebih baik , yaitu dalam
hal ini massa Mahasiswa di Jurusan/Fakultas/Kampus tersebut. Organisasi
mahasiswa harus melakukan penyelidikan sosial di Jurusan/Fakultas/Kampus,
sehingga dengan demikian dapat mengerti tentang persoalan-persoalan yang
dihadapi oleh mahasiswa di kampusnya, dan mampu untuk merumuskan program
organisasi yang bertujuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut. Program yang baik harus berasal dari situasi konkret dan nyata yang
dihadapi, bukan ditentukan oleh keinginan pribadi pengurus atau sebagian orang
tertentu. Oleh karenanya, organisasi yang dibentuk secara teratur dan
terjadwal, harus melakukan penyelidikan sosial untuk memperbaharui data.
Demikian juga mendidik anggotanya terutama pengurus tingkat Fakultas/Kampus dan
untuk secara aktif melakukan penyelidikan sosial.
II. Apa Saja Yang Dicari Dalam Penyelidikan Sosial
Setelah kita memahami apa itu penyelidikan sosial, mengapa penting
dilakukan dan beberapa prinsisp penting di dalamnya maka berikut ini akan
diuraikan hal-hal apa saja yang penting untuk dicari dalam sebuah proses
penyelidikan sosial. Secara pokok, yang penting untuk dicari ada dua hal yaitu
keadaan kampus dan keadaan mahasiswa.
A.
Keadaan kampus
Yang dimaksud dengan keadaan kampus adalah
segala sesuatu yang bersangkut paut dengan kondisi di Kampus tersebut terutama
kaitannya dengan kegiatan Belajar[2]
yang dilakukan oleh Mahasiswa. Termasuk di dalamnya adalah
Yang perlu diketahui
berkaitan dengan letak geografis Kampus misalnya apakah lokasinya jauh dari
pusat kota, apakah ada Kampus lain di sekitarnya yang berbatasan. Demikian juga
perlu diketahui fasilitas apa saja yang ada di Kampus, seperti poliklinik,
perpustakaan, laboratorium dan lain-lain.
Yang perlu
dicari lebih lanjut berkaitan dengan kondisi kampus misalnya apakah kondisinya kampus berlebel
agama, tehnik dan lain-lain. Hal ini dilakukan berkaitan dengan sikap apa yang pertama-tama akan
diambil, prinsipnya bagaimana kita diterima oleh Massa.
Yang perlu
diketahui lebih lanjut adalah ada fakultas apa saja dan ada jurusan apa saja
dikampus tersebut. Mana jurusan yang paling diminati mahasiswa. Mana jurusan
yang mempunyai pengaruh dikampus terseut terhadap mahasiswa.Hal ini diperlukan
untuk menentukan jurusan mana yang akan mulai kita organisir.
B. Keadaan Mahasiswa
Yang dimaksud dengan
keadaan Mahasiswa adalah hal-hal yang berkaitan dengan dinamika mahasiswa
ketika meanggapi suatu persoalan, baik itu berupa isu-isu sosial, ekonomi
maupun politik, hal ini dilakuakan untuk mendapatkan kesimpulan umum dari
kampus yang akan diorganisir. Misal di Kampus A dinamika mahasiswa untuk berorganisasi
sangat tinggi ketika menyikapi
masalah-masalah politik negara sedang keadaan kampusnya diterlantarkan,
kesimpulan awal yang dapat kita tarik adalah bahwa mahasiswa di kampus A
tersebut senang berorganisasi tapi pemahaman organisasinya masih minim, tidak
memaknai bahwa ormas untuk memperjuangkan persoalan kongkrit massa. Beberapa
hal yang perlu diketahui adalah :
1.
Populasi dan Mahasiswa
Yang
perlu dicari adalah jumlah mahasiswa, jumlah laki-laki dan perempuan. Kemudian
komposisi suku, agama, aliran keagamaan, berapa jumlah mahasiswa perangkatan.
Setelah itu dicari
2. Kondisi Birokrasi
Yang
dimaksud adalah kekuatan siapa yang paling berkuasa secara politik di kampus,
apakah guru besar, apa llatar belakang pemegang Birokrasi ; Apakah HMI, atau
PMII. Lalu bagaimana pandangan Birokrasi terhadap Organisasi Mahasiswa.
3. Isu-Isu
Yang Sering Muncul
Penting
juga diketahui adalah isu-isu kontemporer yang sering menjadi pembicaraan
disetiap benak mahasiswa; apakah permainan bola, film dan sebagainya. Kadang kala kita akan menemukan bahwa dikampus-kampus lain rame dibicarakan
tentang pertandingan sepak bola dunia, ternyata kita menemukan satu kampus
ramai dengan pemilihan dekan. Hal ini perlu diketahui agar kita mampu
mengkombinasikan antara propaganda dan kecederungan umum mahasiswa.
4 . Konsentrasi
Mahasiswa
Sebagai golongan kelas menengah, golongan borjuasi kecil (petty
Borjuasi) dalam keadaan normal mereka lebih banyak waktu luangnya, kecuali
kondisi-kondisi khusus seperti ujian maka secara umum mereka berada ditempat
tinggalnya meskipun untuk sekedar main kartu Domino. Disaat keadaan normal
belajar maka golongan borjuasi kecil ini sering nogkrong-nongkrong untuk
sekedar merokok, ngobrol. Secara umum mereka akan mencari tempat-tempat yang
teduh, mudah memesan kopi atau makanan lainnya. Yang perlu diketahui oleh kita
adalah dimanakah mahasiswa tersebut biasa berkumpul; disaat menunggu jam
pelajaran masuk, disaat pulang dan disaat santai-santai.
5.
Kondisi Gerakan Mahasiswa
Perlu juga kita mengetahui apakah tingkat
berorganisasi dikampus tersebut cukup tinggi atau tidak. Selain
meng-investigasi ada organisasi apa saja dalam kampus tersebut, kita juga perlu
mengetahui keadaan khusus tiap lembaga kemahasiswaaan (LK) di kampus tersebut
kegiatan apa saja yang biasa di lakukannya. Memang secara umum LK sudah mandul
sejak dikeluarkannya peratruran tentang NKK/BKK pada tahun 1974-an, meskipun
demikian kita perlu mengetahui keefektifan LK yang selalu dibayar oleh
mahasiswa tiap semester dan uangnya di kemanakan?.
Organisasi
Mahasiwa “Ekstra” pun wajib kita ketahui karena dengan demikian akan
mempermudah bagi kita ketika melakukan pengorganisiran jika belum ada
organisasi Mahasiswa lainnya. Apakah
dikampus tersebut ada KAMMI, HMI, PMII atau tidak?. Organisasi mana yang paling
banyak anggotanya lalu bandingkan dengan massa mahasiswa yang tidak terorganisir,
biasanya ditiap kampus apalagi sejak 1998 selalu ada organisasi lokal yang
lebih eksis dari organisasi tingkat nasional.
III. Golongan-golongan yang perlu didekati untuk
pengorganisiran
Dari populasi yang ada, maka lebih
lanjut perlu diketahui juga komposisi golongan
yang ada di Kampus. Untuk mengetahui golongan-golongan apa saja yang ada
di Kampus, maka perlu dipahami panduan tentang beberapa hal sebagai berikut :
a. Dosen
Berdasarkan
beberapa pandangan, Dosen termasuk kelas pekerja tapi bukan buruh[3], posisinya bimbang dalam kalau mau lebih vulgar dosen adalah Borjuasi
kecil karena dia tidak terlibat dalam proses produksi. Hidup mereka tergantung
ilmu pengetahuan mereka, pada saat jadi dosen mereka menjual ilmunya bukan
menjual tenaga. Dosen merupakan golongan yang berada di lingkungan kampus
posisi mereka pada hakikatnya tertindas, dan tentunya sebagai katifis massa
mereka kita dorong untuk mengorganisasikan diri dan berpikiran maju. Hal ini
dilakukan karena selain akan membantu proses demokratisasi kampus juga mampu
memperjuangkan hak-haknya.
b. Cleaning
Sevice
Cleaning
service adalah mereka yang berada dikampus, mereka hidup dari pekerjaanya
sebagai tukang sapu, tukang bersih-bersih dan lain-lain. Dalam posisi seperti
ini cleaning service pun bersama karyawan kampus seperti penjaga perpustakaan
perlu kita dorong supaya bisa berorganisasi dan mampu berjuang. Posisi mereka
dikampus sama-sama tertindas oleh struktur Imperialisme.
c. Masyarakat
Sekitar
Selain
beberapa hal diatas , terutama yang berkaitan dengan warga kampus kita pun
harus mampu memberikan perhatian pada masyarakat sekitar kampus. Secara hakiki
posisi mereka terpinggirkan karena keberadaan kampus yang menjulang tinggi.
Karena posisi mereka terpinggirkan sering kali mereka menjadi boomerang bagi
aktifis. Sebagai aktifis massa yang hidupnya untuk massa harusnya mampu
mengerjakan pelayanan massa bagi masyrakat sekitar. Dengan mengorganisir
masyarakat kita akan lebih mampu membuktikan kepada massa mahasiswa bahwa
organisasi kita bukan organisasi elitis.
IV. Persoalan-Persoalan Massa
Dalam penyelidikan sosial, perlu
diketahui secara mendalam tentang persoalan-persoalan nyata yang dihadapi oleh
massa, seperti persoalan yang berkaitan dengan sarana dan prasaran. Misalnya,
apakah tingkat fasilitas untuk mahasiswa cukup baik, apakah ada pelecehan
seksual terhadap mahasiswi, bagaimana dengan perpustakaan, apakah ada dosen
yang berwatak progressif. Berapa jumlah bayaran tiap dosen, bagaimana bayaran
cleaning service. Kita perlu mengetahui hal ini untuk menghindarkan diri dari
sikap subyektifisme dan perjuangan serta propaganda yang dilakukan tidak
menjauh dari kesadaran massa. Sering kali kita menyaksikan propganda yang
dilkukan sebenarnya berguna bagi massa tapi massa tidak mempu memahami apa yang
telah kita propagandakan sehingga propaganda yang telah kita keluarkan menjadi
tidak mampu membangkitkan, menggerakkan massa. Beberapa pengalaman menunjukan
bahwa bentuk propganda baik itu pamflet maupun buletin seringkali menjadi
sinisme atau bahan ejekan mahasiswa, padahal maksudnya adalah untuk
memperjuangkan mahasiswa tapi yang
diperjuangkannya menjadi menjauh, disinilah letak pentingnya kita meletakan
garis massa[4] agar
tidak terjebak pada penyakit dogmatisme ataupun buntutisme.
Sedikit Pengantar Untuk Investigasi Dan Analisa Kampus
Penyelidikan sosial dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung pada situasi
konkret dari masyarakat manapun yang akan diinvestigasi sosial dan juga kondisi
serta kesanggupan dari orang yang mau melakukan investigasi sosial. Satu
prinsip yang tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan penyelidikan sosial adalah
sebaiknya penyelidikan sosial dilakukan secara kolektif (tim kerja) untuk menghindari subyektivisme perseorangan.
Yang perlu dijadikan landasan adalah ISAK merupakan pekerjaan untuk
membangkitkan, menggerakkan dan mengorganisasikan massa, pekerjaan ini tentunya
dilakukan dengan kerja-kerja massa. Pekrejaan membangkitkan, menggerakkan
danmengorganisasikan massa bukanpekerjaan sehari atau dua hari, tapi pekerjaan
yang memerlukan ketelatenan, kesabaran, kerajinan dan kejujuran atas hasil
pekerjaan. Telaten, rajin, sabar serta jujur dalam melakukan ISAK berdasarkan
pada falsafah bahwa yang membuat perubahan adalah massa itu sendiri, bukan atas
dasar keinginan pribadi, sehingga serobotan, tidak terencana dan tanpa
perhitungan matangdan menjadi pekerjaan coba-mencoba.
Oleh karena disampaikan dulu tahapan-tahapan yang ada dalam proses
penyelidikan sosial, diantaranya :
1. Bentuklah tim penyelidikan sosial minimal paling sedikit 3 orang,
tergantung wilayah yang akan di ISAK. Apakah untuk satu Fakultas atau Kampus.
Lebih baik kalau anggota tim merupakan pimpinan di organisai yang lebih tinggi
; kampus ataupun Cabang. Dalam membentuk tim (komite) ISAK, libatkan orang yang
sudah menjadi anggota jangan dimonopoli oleh pimpinan agar tiap anggota
terlatih dalam kerja-kerja massa dan jika belum ada anggota maka yang
dilibatkan dalam tim adalah Calon anggota yang berasal dari wilayah yang akan
kita organisir, sembari melakukan pendidikan kepada Calon Anggota tersebut.
2. Adakan rapat persiapan untuk membuat perencanaan tentang penyelidikan
sosial, mulai dari wilayah mana saja yang akan diselidiki, apa saja yang mau
dicari, bagaimana mencari data, pembagian tugas atau peran dan penjadwalan
kerja. Pastikan semua anggota tim memahami sejelas-jelasnya tentang perencanaan
yang dibuat. Tentukan target kongkrit akan dicapai dalam perencanaan waktu.
Misal anggota tim menargetkan dalam waktu tiga bulan sudah terbentuk rayon
dengan kegiatan diskusi dan terbitnya pamflet seminggu sekali serta iuran tiap
minngu. Dalam membuat targetan buatlah sekongkrit mungkin agar mudah di
evaluasinya. Perencanaan itu sangat penting karena selain memudahkan untuk
mengevaluasi juga memudahkan kerja dan yang lebih penting lagi supaya tidak
banyak improvisasi dilapangan. Ketika banyak improvisai maka akan sulit untuk
di kritisi apa-apa yang telah anggota tim laksanakan. Keuntungan lain dari
perencanaan adalah focusing kerja, supaya tidak semua hal dilakukan dan semua
hal dikerjakan, jika semua hal dilakukan dan semua hal dikerjakan biasanya
menjadi salahsatu faktor yang mendorong “frustasi” dalam kerja massa, merasa
semua hal telah dikorbankan tapi hasilnya nihil.
3. Laksanakan penyelidikan sosial sesuai dengan perencanaan yang telah
dibuat, baik mengenai apa saja yang mau dicari dan pembagian peran. Jangan lupa selalu membuat catatan-catatan yang rapi
dan jelas tentang hasil penyelidikan sosial. Mencatat itu penting terutama
tentang catatan keseharian anggota tim. Jangan pernah menganggap sepele tentang
pekerjaan kecil ini, secara filosofis menulis itu penting, jika mengandalkan
ingatan maka itu akan sangat lemah, karena manusia itu pasti mati. Dengan adanya tulisan akan memudahkan orang untuk belajar dari
pengalamanpraktik yang telah kita laksanakan. Selain menjadi bahan dokumentasi,
menulis juga membantu untuk mensistematisir pengetahuan yang telah kita miliki.
4. Adakan rapat evaluasi untuk menilai sejauh mana kemajuan yang sudah
dihasilkan dalam proses penyelidikan sosial, kendala-kendala yang dihadapi di
lapangan dan bagaimana memecahkan persoalan tersebut, serta bagaimana
penyelidikan sosial bisa lebih maju. Evaluasi bukan pekerjaan terpisah dari
pekerjaan sebelumnya, evaluasi tetap integral denganapa-apa yang telah kita
laksanakan sebelumnya. Forum evaluasi bukan forum untuk saling menjatuhkan,
seperti yang sering di lakuakan oleh kalangan intelektual borjuis untuk menolak
LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) sesama anggotanya, forum evaluasi adalah
forum untuk menilai sejanuh mana pekerjaan yang telah kita lakukan dan yang
paling penting adalah meng-evaluasi pekerjaannya bukan individunya.
Secara umum melakukan evaluasi berkisar pada program, pelaksanaan program serta
pelaksananya. Meng-evaluasi program berarti akan berbicara apakah program kerja
yang dibuat terlalu melangit, tidak kongkrit sudahkah program tersebut sesuai
dengan kondisi kongkritnya, bisa jadi satu program sangat kongkrit tapi karena
tidak sesuai dengan kondisi yang diahadapi maka bisa gagal. Sedang pelaksanaan
program berarti membicarakan sejauh mana program dilaksanakan, apakah tiap
anggota tim melaksanakan program dengan penuh kedisiplinan atau banyak
improvisasi dilapangan, misal metode pelaksanaan Program Konslodasi Anggota
adalah propaganda solid dengan mendatangi satu persatu anggota, door to door,
tapi dalam pelaksanaannya malah menggunakan konsep Even Organizing (EO), tentu
saja konsep pelaksanaan door to door dan konsep EO adalah dua hal yang bebeda,
karena EO adalah propaganda luas dan tiap anggota belumtentu bisa mengikutinya.
Dengan propaganda solid kita akan mengetahui kondisi kongkrit yang tengah
dihadapi oleh anggota; seperti sakit, sedang ujian. Konsep EO tidak akan mampu
menjangkau keadaan konkrit yangtengah dihadapi oleh anggota. Berbicara pelaksana
program adalah berkisar diwilayah Petugas program. Nantinya akan membicarakan
apakah si Petugas terlibat dalam pembuatan program sehingga ia mengetahui
perdebatan-perdebatan ketika membuat program, berbicara mengenai apakah
kemampuanPetugas sesuai dengan program yang diberikan kepadanya. Juga akan
membicarakan tentang sistem kerja Komite, otokritik, kepemimpinan kolektif,
demokrasi terpusat dan garis massa,
sebagai landasan kerja si Petugas, apakah masih terkena penyakit
departemetalisme dan birokratisme.
5. Setelah semua yang dicari dalam penyelidikan sosial tersebut dirasa cukup
didapatkan, maka adakanlah rapat tim untuk mendiskusikan hasil-hasil
penyelidikan sosial yang didapatkan, mengambil kesimpulan-kesimpulan penting
dan menuliskan semua hasil laporan penyelidikan sosial dalam laporan tertulis
yang sistematis dan rapi.
6. Tim penyelidikan sosial harus membuat catatan penting berkaitan dengan
temuan penyelidikan sosial yang dipandang perlu direspon dan dijadikan program
oleh organisasi, dan mengajukannya secara resmi kepada organisasi. Point ini
merupakan gambaran singkat dari praktik Demokrasi terpusat, dimana tiap anggota
akan melakukan pekerjaan sesuai dengan program yang telah disepakati dan
disahkan oleh Pimpinan Kolektif, jika akan
melakukan pekerjaan lain maka harus segera melapor kepada pimpinan
organisasi tertingginya
Setelah mengetahui tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses penyelidikan
sosial, maka kita sekarang dapat berbicara tentang metode yang dapat dipakai
dalam prakteknya. Beberapa metode yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :
1.
Untuk pengumpulan data sekunder, seperti
misalnya luas wilayah Kampus, jumlah Mahasiswa , jumlah fakultas dan sebagainya
dapat diperoleh dengan mencarinya di Bagian Kemahasiswaan setempat. Namun
demikian data-data tersebut haruslah dicek kebenarannnya di lapangan, karena
seringkali data-data yang ada masih belum akurat.
2.
Penyelidikan sosial dapat dilakukan dengan
melakukan pengamatan secara langsung terhadap situasi atau keadaan yang hendak
dicari tahu, dan kemudian membuat catatan-catatan atas pengamatan yang
dilakukan. Misalnya kita dapat mengamati secara langsung dinamika mahasiswa
dalam Pemilu Raya Mahasiswa, apakah semua mahasiswa antusias, atau yang
antusias lebih kecil dibanding yang apatis. Demikian juga kita dapat mengamati
sarana dan prasarana yang yamg disediakan untuk mahasiswa lalu bandingkan
dengan bayaran mahasiswa tiap semester.
3.
Kita dapat juga melakukan obrolan langsung
dengan orang yang kita anggap mengetahui tentang sebuah hal atau menjadi orang
yang kita ingin selidiki. Misalnya kita dapat datang ke orang yang sering
berada dikampus untuk mendapatkan informasi dan data tentang bagaimana sikap
mahasiswa terhadap kondisi pendidikan saat ini, lalu kita bisa langsung menanyakan
apakah sarana dan prasrana yang ada memadai untuk menunjang kegiatan belajar
mahasiswa. Yang perlu diperhatikan bahwa untuk dapat melakukan wawancara dengan
baik dan mendapatkan hasil yang optimal, seringkali kita harus memperhatikan
caranya atau juga kondisi orang yang akan diwawancarai.
4. Kita juga dapat melakukan rapat penyelidikan dengan mengundang orang-orang
yang kita anggap tepat untuk mendiskusikan materi yang mau dicari. Misalnya
kita mengundang mahasiswa dalam acara buka bersama dan renungan kondisi
pendidikan, untuk mengetahui sejauh mana pandangan dan perasaan mereka terhadap
persoalan mahasiswa di kampusnya. Rapat penyelidikan tidak harus banyak-banyak,
7-9 orang sudah cukup. Yang penting harus dipersiapkan dengan baik. Sebelum
rapat kita harus mencatat apa-apa yang akan ditanyakan dalam rapat. Demikian
juga selama rapat, kita harus membuat catatan-catatan penting tentang apa yang
didiskusikan dan juga respon perserta rapat terhadap materi yang didiskusikan.
Bangkitkan, Gerakkan dan Organisasikan Massa
Bebaskan rakyat Indonesia dari Imperialisme dan Feodalisme
Berjuang bersama Rakyat Menuju Demokrasi Sejati
[1] Di beberapa kampus sering kita menyaksikan Organisasi Mahasiswa
terutama PMII dan HMI bertengkar sampai main golok karena rebutan jabatan
Presma (Presiden Mahasiswa). Praktek seperti ini tentunya harus dihindari oleh ormas-ormas yang mengabdi
kepada kepentingan massa, karena tiap orang harus dibangkitkan, digerakkan
serta diorganisasikan dengan pandangan-pandangan maju.
[2] Aktifitas belajar merupakan sandaran
utama Mahasiswa atau Pelajar. Tapi istilah belajar bukan hanya berada di ruang
kelas. Aktifitas belajar merupakan kesadaran yang paling diketahui oleh
Mahasiswa
[3] Keterngan lebih lanjut tentang pekerja
bukan buruh, sedang buruh adalah termasuk pekerja. Lihat., Notulensi Pendidikan
FMN, Lembang; 2003
[4] salah satu point penting dari garis massa
adalah bagaimana kita mengarahkan dan memimpin kesadaran massa, memadukan
antara yang umum dan yang khusus, pimpinan dan massa, ide dan materi.
dan Analisa Kampus (ISAK)
I. Apa itu ISAK?
ISAK adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk mengetahui secara
mendalam tentang keadaan alam dan keadaan sosial (masyarakat) sebuah atau
beberapa kampus, desa ataupun kota. Penyelidikan sosial
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kerja membangkitkan kesadaran,
menggerakan dan mengorganisasikan massa di manapun. Tulisan ini dimaksudkan
untuk mahasiswa dan umumnya dosen,
birokrat, cleaning service. ISAK Bukan pekerjaan gagah-gagahan, bukan
pula pekerjaan yang hanya untuk memenuhi tugas belajar, bukan pula pekerjaan
proyek yang orientasinya lebih pada keuntungan jangka pendek khususnya
finansial. Penyelidikan sosial merupakan sebuah upaya yang sungguh-sungguh dan
serius untuk meneliti keadaan kampus dan keadaan masyarkat kampus, sehingga
kita dapat memahami dan mengerti tentang persoalan-persoalan yang dihadapi oleh
mahasiswa, sebab-sebabnya dan perjuangan apa yang mesti dilancarkan untuk
menyelesaikan persoalan tersebut.
Sebagai bagian tidak terpisahkan dari pekerjaan membangkitkan kesadaran,
menggerakkan dan mengorganisasikan massa mahasiswa, maka prinsip penting dalam
penyelidikan sosial bahwa tujuan penyelidikan sosial bukan semata-mata untuk
mengetahui sehingga mampu menerangkan situasi konkret yang ada, tapi lebih
penting dari itu adalah merubah keadaan atau situasi tersebut menjadi lebih
baik. Karena mampu menerangkan situasi adalah penting, tetapi lebih penting
lagi adalah mengubahnya. Jadi penyelidikan sosial merupakan pekerjaan
aktif untuk mengubah dunia menjadi lebih
baik. Sebagai contoh, dari hasil penyelidikan sosial kita mendapatkan
data bahwa masalah atau persoalan mahasiswa di Fakultas Kedokteran adalah berkaitan dengan laboratorium yang
tidak lengkap.Maka kita secara aktif mendorong mahasiswa di fakultas untuk
memperjuangkan pemenuhan sarana laboratorium sehingga dapat menunjang praktek
mahasiswa di Fakultas tersebut.
Investigasi sosial bisa dilakukan
oleh siapa pun; Buruh, Buruh Tani, Miskin Kota, Perempuan,
Pemuda-Mahasiswa-Pelajar. Pemikiran dan pandangan tersebut berdasarkan pada
bahwa semua orang harus mengubah nasibnya dan pekerjaan investigasi bukan
melulu mengumpulkan data tapi mengumpulkan, menganalisa dan menyimpulkan.
Penyelidikan sosial juga merupakan sebuah cara untuk tidak bekerja secara
serampangan, asal-asalan atau sembarangan. Banyak orang malas untuk melakukan
penyelidikan sosial, malas untuk meneliti secara mendalam kondisi di mana ia
hidup, bekerja dan bertempat tinggal. Banyak orang juga berkata bahwa hanya
dengan membaca buku, koran atau merenung di rumah, maka mereka akan mengerti
tentang situasi konkret masyarakat. Adalah tidak benar bahwa tanpa melangkahkan
kaki ke luar pintu rumah, maka kita
dapat mengerti dan memahami banyak hal. Yang akan terjadi kemudian justru apa
yang ada dalam pikiran kita yang kita anggap sebagai kebenaran dan kenyataan
dan bukannya kenyataan dan kebenaran itu sendiri yang ada di luar diri kita, di
tengah massa rakyat. Itu adalah kesalahan berpikir dan kesalahan di dalam
memahami kenyataan dan situasi konkret.
Prinsip penting dalam cara kerja
kita adalah Tanpa Penyelidikan Sosial, Tidak Ada Hak Bicara (No
Investigation, No Right To Speak). Kita seringkali bertindak
tergesa-gesa ketika melakukan penilaian atau mengambil keputusan. Itu adalah
sebuah langkah yang gegabah, terburu-buru dan karenanya tidak tepat. Yang harus
kita lakukan adalah meneliti dulu keadaannya secara mendalam baru membuat
kesimpulan-kesimpulan. Contohnya, dalam praktek pengorganisasian kita
sudah mulai masuk ke sebuah Jurusan/Fakultas/Kampus yang dari data awal banyak
mahasiswa bertempat tinggal. Kemudian
kita mengajak mereka untuk membentuk organisasi dan mempunyai program kerja
yang konkret. Namun mahasiswa Jurusan/Fakultas/Kampus tersebut tidak menanggapi
dengan semangat bahkan banyak yang tidak mau. Lalu kita menilai bahwa
Jurusan/Fakultas/Kampus tersebut Hedonis, Pragmatis, Belajarisme dan
kesadarannya rendah. Padahal kita belum mengetahui apa yang menyebabkan mereka
enggan untuk diajak berorganisasi. Setelah kita melakukan penyelidikan lebih
mendalam, ternyata faktor yang menyebabkan keengganan mereka berorganisasi
adalah organ-organ mahasiswa sering bertengkar [1], beban mata kuliah yang banyak dll. Dari temuan tersebut maka yang harus
kita lakukan adalah memberikan pendidikan untuk membangkitkan kesadaran bahwa
berorgnisasi adalah untuk berjuang, bukan memenuhi nafsu atau hobby
berorganisasi. Dan bahwa organisasi dibentuk untuk memperjuangkan massa.
Demikianlah kalau kita terburu-buru menilai tanpa menyelidiki lebih mendalam,
maka penilaian dan keputusan kita seringkali tidak tepat.
Pelaku
atau yang menjalankan penyelidikan sosial pedesaan adalah pihak yang
menginginkan perubahan di kampus menuju situasi yang lebih baik , yaitu dalam
hal ini massa Mahasiswa di Jurusan/Fakultas/Kampus tersebut. Organisasi
mahasiswa harus melakukan penyelidikan sosial di Jurusan/Fakultas/Kampus,
sehingga dengan demikian dapat mengerti tentang persoalan-persoalan yang
dihadapi oleh mahasiswa di kampusnya, dan mampu untuk merumuskan program
organisasi yang bertujuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut. Program yang baik harus berasal dari situasi konkret dan nyata yang
dihadapi, bukan ditentukan oleh keinginan pribadi pengurus atau sebagian orang
tertentu. Oleh karenanya, organisasi yang dibentuk secara teratur dan
terjadwal, harus melakukan penyelidikan sosial untuk memperbaharui data.
Demikian juga mendidik anggotanya terutama pengurus tingkat Fakultas/Kampus dan
untuk secara aktif melakukan penyelidikan sosial.
II. Apa Saja Yang Dicari Dalam Penyelidikan Sosial
Setelah kita memahami apa itu penyelidikan sosial, mengapa penting
dilakukan dan beberapa prinsisp penting di dalamnya maka berikut ini akan
diuraikan hal-hal apa saja yang penting untuk dicari dalam sebuah proses
penyelidikan sosial. Secara pokok, yang penting untuk dicari ada dua hal yaitu
keadaan kampus dan keadaan mahasiswa.
A.
Keadaan kampus
Yang dimaksud dengan keadaan kampus adalah
segala sesuatu yang bersangkut paut dengan kondisi di Kampus tersebut terutama
kaitannya dengan kegiatan Belajar[2]
yang dilakukan oleh Mahasiswa. Termasuk di dalamnya adalah
- Letak geografis Kampus
Yang perlu diketahui
berkaitan dengan letak geografis Kampus misalnya apakah lokasinya jauh dari
pusat kota, apakah ada Kampus lain di sekitarnya yang berbatasan. Demikian juga
perlu diketahui fasilitas apa saja yang ada di Kampus, seperti poliklinik,
perpustakaan, laboratorium dan lain-lain.
- Kondisi Kampus
Yang perlu
dicari lebih lanjut berkaitan dengan kondisi kampus misalnya apakah kondisinya kampus berlebel
agama, tehnik dan lain-lain. Hal ini dilakukan berkaitan dengan sikap apa yang pertama-tama akan
diambil, prinsipnya bagaimana kita diterima oleh Massa.
- Berapa fakultas, jurusan
Yang perlu
diketahui lebih lanjut adalah ada fakultas apa saja dan ada jurusan apa saja
dikampus tersebut. Mana jurusan yang paling diminati mahasiswa. Mana jurusan
yang mempunyai pengaruh dikampus terseut terhadap mahasiswa.Hal ini diperlukan
untuk menentukan jurusan mana yang akan mulai kita organisir.
B. Keadaan Mahasiswa
Yang dimaksud dengan
keadaan Mahasiswa adalah hal-hal yang berkaitan dengan dinamika mahasiswa
ketika meanggapi suatu persoalan, baik itu berupa isu-isu sosial, ekonomi
maupun politik, hal ini dilakuakan untuk mendapatkan kesimpulan umum dari
kampus yang akan diorganisir. Misal di Kampus A dinamika mahasiswa untuk berorganisasi
sangat tinggi ketika menyikapi
masalah-masalah politik negara sedang keadaan kampusnya diterlantarkan,
kesimpulan awal yang dapat kita tarik adalah bahwa mahasiswa di kampus A
tersebut senang berorganisasi tapi pemahaman organisasinya masih minim, tidak
memaknai bahwa ormas untuk memperjuangkan persoalan kongkrit massa. Beberapa
hal yang perlu diketahui adalah :
1.
Populasi dan Mahasiswa
Yang
perlu dicari adalah jumlah mahasiswa, jumlah laki-laki dan perempuan. Kemudian
komposisi suku, agama, aliran keagamaan, berapa jumlah mahasiswa perangkatan.
Setelah itu dicari
2. Kondisi Birokrasi
Yang
dimaksud adalah kekuatan siapa yang paling berkuasa secara politik di kampus,
apakah guru besar, apa llatar belakang pemegang Birokrasi ; Apakah HMI, atau
PMII. Lalu bagaimana pandangan Birokrasi terhadap Organisasi Mahasiswa.
3. Isu-Isu
Yang Sering Muncul
Penting
juga diketahui adalah isu-isu kontemporer yang sering menjadi pembicaraan
disetiap benak mahasiswa; apakah permainan bola, film dan sebagainya. Kadang kala kita akan menemukan bahwa dikampus-kampus lain rame dibicarakan
tentang pertandingan sepak bola dunia, ternyata kita menemukan satu kampus
ramai dengan pemilihan dekan. Hal ini perlu diketahui agar kita mampu
mengkombinasikan antara propaganda dan kecederungan umum mahasiswa.
4 . Konsentrasi
Mahasiswa
Sebagai golongan kelas menengah, golongan borjuasi kecil (petty
Borjuasi) dalam keadaan normal mereka lebih banyak waktu luangnya, kecuali
kondisi-kondisi khusus seperti ujian maka secara umum mereka berada ditempat
tinggalnya meskipun untuk sekedar main kartu Domino. Disaat keadaan normal
belajar maka golongan borjuasi kecil ini sering nogkrong-nongkrong untuk
sekedar merokok, ngobrol. Secara umum mereka akan mencari tempat-tempat yang
teduh, mudah memesan kopi atau makanan lainnya. Yang perlu diketahui oleh kita
adalah dimanakah mahasiswa tersebut biasa berkumpul; disaat menunggu jam
pelajaran masuk, disaat pulang dan disaat santai-santai.
5.
Kondisi Gerakan Mahasiswa
Perlu juga kita mengetahui apakah tingkat
berorganisasi dikampus tersebut cukup tinggi atau tidak. Selain
meng-investigasi ada organisasi apa saja dalam kampus tersebut, kita juga perlu
mengetahui keadaan khusus tiap lembaga kemahasiswaaan (LK) di kampus tersebut
kegiatan apa saja yang biasa di lakukannya. Memang secara umum LK sudah mandul
sejak dikeluarkannya peratruran tentang NKK/BKK pada tahun 1974-an, meskipun
demikian kita perlu mengetahui keefektifan LK yang selalu dibayar oleh
mahasiswa tiap semester dan uangnya di kemanakan?.
Organisasi
Mahasiwa “Ekstra” pun wajib kita ketahui karena dengan demikian akan
mempermudah bagi kita ketika melakukan pengorganisiran jika belum ada
organisasi Mahasiswa lainnya. Apakah
dikampus tersebut ada KAMMI, HMI, PMII atau tidak?. Organisasi mana yang paling
banyak anggotanya lalu bandingkan dengan massa mahasiswa yang tidak terorganisir,
biasanya ditiap kampus apalagi sejak 1998 selalu ada organisasi lokal yang
lebih eksis dari organisasi tingkat nasional.
III. Golongan-golongan yang perlu didekati untuk
pengorganisiran
Dari populasi yang ada, maka lebih
lanjut perlu diketahui juga komposisi golongan
yang ada di Kampus. Untuk mengetahui golongan-golongan apa saja yang ada
di Kampus, maka perlu dipahami panduan tentang beberapa hal sebagai berikut :
a. Dosen
Berdasarkan
beberapa pandangan, Dosen termasuk kelas pekerja tapi bukan buruh[3], posisinya bimbang dalam kalau mau lebih vulgar dosen adalah Borjuasi
kecil karena dia tidak terlibat dalam proses produksi. Hidup mereka tergantung
ilmu pengetahuan mereka, pada saat jadi dosen mereka menjual ilmunya bukan
menjual tenaga. Dosen merupakan golongan yang berada di lingkungan kampus
posisi mereka pada hakikatnya tertindas, dan tentunya sebagai katifis massa
mereka kita dorong untuk mengorganisasikan diri dan berpikiran maju. Hal ini
dilakukan karena selain akan membantu proses demokratisasi kampus juga mampu
memperjuangkan hak-haknya.
b. Cleaning
Sevice
Cleaning
service adalah mereka yang berada dikampus, mereka hidup dari pekerjaanya
sebagai tukang sapu, tukang bersih-bersih dan lain-lain. Dalam posisi seperti
ini cleaning service pun bersama karyawan kampus seperti penjaga perpustakaan
perlu kita dorong supaya bisa berorganisasi dan mampu berjuang. Posisi mereka
dikampus sama-sama tertindas oleh struktur Imperialisme.
c. Masyarakat
Sekitar
Selain
beberapa hal diatas , terutama yang berkaitan dengan warga kampus kita pun
harus mampu memberikan perhatian pada masyarakat sekitar kampus. Secara hakiki
posisi mereka terpinggirkan karena keberadaan kampus yang menjulang tinggi.
Karena posisi mereka terpinggirkan sering kali mereka menjadi boomerang bagi
aktifis. Sebagai aktifis massa yang hidupnya untuk massa harusnya mampu
mengerjakan pelayanan massa bagi masyrakat sekitar. Dengan mengorganisir
masyarakat kita akan lebih mampu membuktikan kepada massa mahasiswa bahwa
organisasi kita bukan organisasi elitis.
IV. Persoalan-Persoalan Massa
Dalam penyelidikan sosial, perlu
diketahui secara mendalam tentang persoalan-persoalan nyata yang dihadapi oleh
massa, seperti persoalan yang berkaitan dengan sarana dan prasaran. Misalnya,
apakah tingkat fasilitas untuk mahasiswa cukup baik, apakah ada pelecehan
seksual terhadap mahasiswi, bagaimana dengan perpustakaan, apakah ada dosen
yang berwatak progressif. Berapa jumlah bayaran tiap dosen, bagaimana bayaran
cleaning service. Kita perlu mengetahui hal ini untuk menghindarkan diri dari
sikap subyektifisme dan perjuangan serta propaganda yang dilakukan tidak
menjauh dari kesadaran massa. Sering kali kita menyaksikan propganda yang
dilkukan sebenarnya berguna bagi massa tapi massa tidak mempu memahami apa yang
telah kita propagandakan sehingga propaganda yang telah kita keluarkan menjadi
tidak mampu membangkitkan, menggerakkan massa. Beberapa pengalaman menunjukan
bahwa bentuk propganda baik itu pamflet maupun buletin seringkali menjadi
sinisme atau bahan ejekan mahasiswa, padahal maksudnya adalah untuk
memperjuangkan mahasiswa tapi yang
diperjuangkannya menjadi menjauh, disinilah letak pentingnya kita meletakan
garis massa[4] agar
tidak terjebak pada penyakit dogmatisme ataupun buntutisme.
Sedikit Pengantar Untuk Investigasi Dan Analisa Kampus
Penyelidikan sosial dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung pada situasi
konkret dari masyarakat manapun yang akan diinvestigasi sosial dan juga kondisi
serta kesanggupan dari orang yang mau melakukan investigasi sosial. Satu
prinsip yang tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan penyelidikan sosial adalah
sebaiknya penyelidikan sosial dilakukan secara kolektif (tim kerja) untuk menghindari subyektivisme perseorangan.
Yang perlu dijadikan landasan adalah ISAK merupakan pekerjaan untuk
membangkitkan, menggerakkan dan mengorganisasikan massa, pekerjaan ini tentunya
dilakukan dengan kerja-kerja massa. Pekrejaan membangkitkan, menggerakkan
danmengorganisasikan massa bukanpekerjaan sehari atau dua hari, tapi pekerjaan
yang memerlukan ketelatenan, kesabaran, kerajinan dan kejujuran atas hasil
pekerjaan. Telaten, rajin, sabar serta jujur dalam melakukan ISAK berdasarkan
pada falsafah bahwa yang membuat perubahan adalah massa itu sendiri, bukan atas
dasar keinginan pribadi, sehingga serobotan, tidak terencana dan tanpa
perhitungan matangdan menjadi pekerjaan coba-mencoba.
Oleh karena disampaikan dulu tahapan-tahapan yang ada dalam proses
penyelidikan sosial, diantaranya :
1. Bentuklah tim penyelidikan sosial minimal paling sedikit 3 orang,
tergantung wilayah yang akan di ISAK. Apakah untuk satu Fakultas atau Kampus.
Lebih baik kalau anggota tim merupakan pimpinan di organisai yang lebih tinggi
; kampus ataupun Cabang. Dalam membentuk tim (komite) ISAK, libatkan orang yang
sudah menjadi anggota jangan dimonopoli oleh pimpinan agar tiap anggota
terlatih dalam kerja-kerja massa dan jika belum ada anggota maka yang
dilibatkan dalam tim adalah Calon anggota yang berasal dari wilayah yang akan
kita organisir, sembari melakukan pendidikan kepada Calon Anggota tersebut.
2. Adakan rapat persiapan untuk membuat perencanaan tentang penyelidikan
sosial, mulai dari wilayah mana saja yang akan diselidiki, apa saja yang mau
dicari, bagaimana mencari data, pembagian tugas atau peran dan penjadwalan
kerja. Pastikan semua anggota tim memahami sejelas-jelasnya tentang perencanaan
yang dibuat. Tentukan target kongkrit akan dicapai dalam perencanaan waktu.
Misal anggota tim menargetkan dalam waktu tiga bulan sudah terbentuk rayon
dengan kegiatan diskusi dan terbitnya pamflet seminggu sekali serta iuran tiap
minngu. Dalam membuat targetan buatlah sekongkrit mungkin agar mudah di
evaluasinya. Perencanaan itu sangat penting karena selain memudahkan untuk
mengevaluasi juga memudahkan kerja dan yang lebih penting lagi supaya tidak
banyak improvisasi dilapangan. Ketika banyak improvisai maka akan sulit untuk
di kritisi apa-apa yang telah anggota tim laksanakan. Keuntungan lain dari
perencanaan adalah focusing kerja, supaya tidak semua hal dilakukan dan semua
hal dikerjakan, jika semua hal dilakukan dan semua hal dikerjakan biasanya
menjadi salahsatu faktor yang mendorong “frustasi” dalam kerja massa, merasa
semua hal telah dikorbankan tapi hasilnya nihil.
3. Laksanakan penyelidikan sosial sesuai dengan perencanaan yang telah
dibuat, baik mengenai apa saja yang mau dicari dan pembagian peran. Jangan lupa selalu membuat catatan-catatan yang rapi
dan jelas tentang hasil penyelidikan sosial. Mencatat itu penting terutama
tentang catatan keseharian anggota tim. Jangan pernah menganggap sepele tentang
pekerjaan kecil ini, secara filosofis menulis itu penting, jika mengandalkan
ingatan maka itu akan sangat lemah, karena manusia itu pasti mati. Dengan adanya tulisan akan memudahkan orang untuk belajar dari
pengalamanpraktik yang telah kita laksanakan. Selain menjadi bahan dokumentasi,
menulis juga membantu untuk mensistematisir pengetahuan yang telah kita miliki.
4. Adakan rapat evaluasi untuk menilai sejauh mana kemajuan yang sudah
dihasilkan dalam proses penyelidikan sosial, kendala-kendala yang dihadapi di
lapangan dan bagaimana memecahkan persoalan tersebut, serta bagaimana
penyelidikan sosial bisa lebih maju. Evaluasi bukan pekerjaan terpisah dari
pekerjaan sebelumnya, evaluasi tetap integral denganapa-apa yang telah kita
laksanakan sebelumnya. Forum evaluasi bukan forum untuk saling menjatuhkan,
seperti yang sering di lakuakan oleh kalangan intelektual borjuis untuk menolak
LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) sesama anggotanya, forum evaluasi adalah
forum untuk menilai sejanuh mana pekerjaan yang telah kita lakukan dan yang
paling penting adalah meng-evaluasi pekerjaannya bukan individunya.
Secara umum melakukan evaluasi berkisar pada program, pelaksanaan program serta
pelaksananya. Meng-evaluasi program berarti akan berbicara apakah program kerja
yang dibuat terlalu melangit, tidak kongkrit sudahkah program tersebut sesuai
dengan kondisi kongkritnya, bisa jadi satu program sangat kongkrit tapi karena
tidak sesuai dengan kondisi yang diahadapi maka bisa gagal. Sedang pelaksanaan
program berarti membicarakan sejauh mana program dilaksanakan, apakah tiap
anggota tim melaksanakan program dengan penuh kedisiplinan atau banyak
improvisasi dilapangan, misal metode pelaksanaan Program Konslodasi Anggota
adalah propaganda solid dengan mendatangi satu persatu anggota, door to door,
tapi dalam pelaksanaannya malah menggunakan konsep Even Organizing (EO), tentu
saja konsep pelaksanaan door to door dan konsep EO adalah dua hal yang bebeda,
karena EO adalah propaganda luas dan tiap anggota belumtentu bisa mengikutinya.
Dengan propaganda solid kita akan mengetahui kondisi kongkrit yang tengah
dihadapi oleh anggota; seperti sakit, sedang ujian. Konsep EO tidak akan mampu
menjangkau keadaan konkrit yangtengah dihadapi oleh anggota. Berbicara pelaksana
program adalah berkisar diwilayah Petugas program. Nantinya akan membicarakan
apakah si Petugas terlibat dalam pembuatan program sehingga ia mengetahui
perdebatan-perdebatan ketika membuat program, berbicara mengenai apakah
kemampuanPetugas sesuai dengan program yang diberikan kepadanya. Juga akan
membicarakan tentang sistem kerja Komite, otokritik, kepemimpinan kolektif,
demokrasi terpusat dan garis massa,
sebagai landasan kerja si Petugas, apakah masih terkena penyakit
departemetalisme dan birokratisme.
5. Setelah semua yang dicari dalam penyelidikan sosial tersebut dirasa cukup
didapatkan, maka adakanlah rapat tim untuk mendiskusikan hasil-hasil
penyelidikan sosial yang didapatkan, mengambil kesimpulan-kesimpulan penting
dan menuliskan semua hasil laporan penyelidikan sosial dalam laporan tertulis
yang sistematis dan rapi.
6. Tim penyelidikan sosial harus membuat catatan penting berkaitan dengan
temuan penyelidikan sosial yang dipandang perlu direspon dan dijadikan program
oleh organisasi, dan mengajukannya secara resmi kepada organisasi. Point ini
merupakan gambaran singkat dari praktik Demokrasi terpusat, dimana tiap anggota
akan melakukan pekerjaan sesuai dengan program yang telah disepakati dan
disahkan oleh Pimpinan Kolektif, jika akan
melakukan pekerjaan lain maka harus segera melapor kepada pimpinan
organisasi tertingginya
Setelah mengetahui tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses penyelidikan
sosial, maka kita sekarang dapat berbicara tentang metode yang dapat dipakai
dalam prakteknya. Beberapa metode yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :
1.
Untuk pengumpulan data sekunder, seperti
misalnya luas wilayah Kampus, jumlah Mahasiswa , jumlah fakultas dan sebagainya
dapat diperoleh dengan mencarinya di Bagian Kemahasiswaan setempat. Namun
demikian data-data tersebut haruslah dicek kebenarannnya di lapangan, karena
seringkali data-data yang ada masih belum akurat.
2.
Penyelidikan sosial dapat dilakukan dengan
melakukan pengamatan secara langsung terhadap situasi atau keadaan yang hendak
dicari tahu, dan kemudian membuat catatan-catatan atas pengamatan yang
dilakukan. Misalnya kita dapat mengamati secara langsung dinamika mahasiswa
dalam Pemilu Raya Mahasiswa, apakah semua mahasiswa antusias, atau yang
antusias lebih kecil dibanding yang apatis. Demikian juga kita dapat mengamati
sarana dan prasarana yang yamg disediakan untuk mahasiswa lalu bandingkan
dengan bayaran mahasiswa tiap semester.
3.
Kita dapat juga melakukan obrolan langsung
dengan orang yang kita anggap mengetahui tentang sebuah hal atau menjadi orang
yang kita ingin selidiki. Misalnya kita dapat datang ke orang yang sering
berada dikampus untuk mendapatkan informasi dan data tentang bagaimana sikap
mahasiswa terhadap kondisi pendidikan saat ini, lalu kita bisa langsung menanyakan
apakah sarana dan prasrana yang ada memadai untuk menunjang kegiatan belajar
mahasiswa. Yang perlu diperhatikan bahwa untuk dapat melakukan wawancara dengan
baik dan mendapatkan hasil yang optimal, seringkali kita harus memperhatikan
caranya atau juga kondisi orang yang akan diwawancarai.
4. Kita juga dapat melakukan rapat penyelidikan dengan mengundang orang-orang
yang kita anggap tepat untuk mendiskusikan materi yang mau dicari. Misalnya
kita mengundang mahasiswa dalam acara buka bersama dan renungan kondisi
pendidikan, untuk mengetahui sejauh mana pandangan dan perasaan mereka terhadap
persoalan mahasiswa di kampusnya. Rapat penyelidikan tidak harus banyak-banyak,
7-9 orang sudah cukup. Yang penting harus dipersiapkan dengan baik. Sebelum
rapat kita harus mencatat apa-apa yang akan ditanyakan dalam rapat. Demikian
juga selama rapat, kita harus membuat catatan-catatan penting tentang apa yang
didiskusikan dan juga respon perserta rapat terhadap materi yang didiskusikan.
Bangkitkan, Gerakkan dan Organisasikan Massa
Bebaskan rakyat Indonesia dari Imperialisme dan Feodalisme
Berjuang bersama Rakyat Menuju Demokrasi Sejati
[1] Di beberapa kampus sering kita menyaksikan Organisasi Mahasiswa
terutama PMII dan HMI bertengkar sampai main golok karena rebutan jabatan
Presma (Presiden Mahasiswa). Praktek seperti ini tentunya harus dihindari oleh ormas-ormas yang mengabdi
kepada kepentingan massa, karena tiap orang harus dibangkitkan, digerakkan
serta diorganisasikan dengan pandangan-pandangan maju.
[2] Aktifitas belajar merupakan sandaran
utama Mahasiswa atau Pelajar. Tapi istilah belajar bukan hanya berada di ruang
kelas. Aktifitas belajar merupakan kesadaran yang paling diketahui oleh
Mahasiswa
[3] Keterngan lebih lanjut tentang pekerja
bukan buruh, sedang buruh adalah termasuk pekerja. Lihat., Notulensi Pendidikan
FMN, Lembang; 2003
[4] salah satu point penting dari garis massa
adalah bagaimana kita mengarahkan dan memimpin kesadaran massa, memadukan
antara yang umum dan yang khusus, pimpinan dan massa, ide dan materi.
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as