Eksistensi
mahasiswa di lingkungan sosial
Segala
gerakan dan tindakan yang dilakukan sosok manusia yang satu ini, mewujudkan
kridibelitasnya untuk mengusung perubahan sosial pada hakikat kesetaraan di
semua lini kehidupan. Siapa lagi actor perubahan dan kebebasan dari segala
hegemoni di era ini?
Salut!!!
Salut !!!
Aku
mahasiswa, engkau mahasiswa, dia mahasiswa, mereka masiswa di wilayah manapun
pemuda pemudi bangga menyandang gelar mahasiswa. Lebel ini tidak semua anak
bangsa bisa menyandangnya bahkan diasumsikan gelar itu hanya untuk anak bangsa
dari golongan menengah ke atas, atau dari golongan bawah yang bapak ibunya
harus banting tulang tiada henti untuk sang anak hanya demi kehidupan yang
lebih baik di hari esok.
Apakah kita
akan tetap meyakini dan menganggap wajar bahwa “lingkaran setan” itu alami?
Sang bijak
bertanya kepada si miskin.
Sang bijak:
“hai saudaraku!! Kenapa kamu miskin?”
Si miskin:
“karena pekerjaanku pemulung atau buruh”
Sang bijak:
“kenapa bisa seperti itu?”
Si miskin:
“aku bodoh, sekolah pun hanya tingkat dasar! Bahkan saudaraku yang lain tidak
pernah merasakan sekolah.”
Sang bijak:
“wahhhhh kamu sih kenapa kok bodoh?”
Si miskin:
“karena gak ada biaya !!! orang tuaku miskin.”
Sang bijak:
“saudaraku, kok bisa ortu kamu miskin?”
Si miskin:
“karena mereka bodoh.”
Sang bijak:
“trus kenapa mereka bodoh?”
Si miskin:
“mbahku dulu juga miskin, jadi ortuku pendidikannya rendah!”
Sang bijak:
“napa mbah kamu miskin?”
Si miskin:
“sebab mbah aku bodoh!! Begitu terus pe canggahku pe buyutku pe nenek moyangku
sebelum-sebelume…itu karena biaya”
Hipotesa
fiktif ini, memang masih butuh diuji, tapi kita tidak bisa memungkiri realita
itu ada di kehidupan sosial saat ini.
Mahasiswa
???? mahasiswa !!!!
Akankah kau
tetap menjadi bagian dari sistem industri pendidikan yang tidak “mencerdaskan”
??? kau hanya pemulung ilmu pengetahuan
dari teori-teori dan konsep-kosep yang dilahirkan tanpa bebas dari kepentingan.
Akankah pengetahuan itu yang memenuhi volume rasio kamu??
Apakah kau
tidak berkehendak menggali teori-teori pengetahuan yang sesuai kultur,
geografis dan kepentingan masyarakat kamu??
Kau hanya
JUBIR buku dan pengalaman manusia-manusia sebelumnya yang masih bermasalah
dalam standarisasi equality kehidupan.
Fakta,
realita, dan hati nurani tidak pernah berbohong mengklasifikasi mahasiswa hanya
“robot dan bangkai hidup” yang terjebak dalam ceremonial kehidupan. Manusia
lahir, dibesarkan, menuntut ilmu, bekerja, nikah, punya anak, umur tua, mati.
Yang semua itu dalam frame kebahagiaan dan kesejahteraan individual tanpa
melihat saudara kita di lorong jembatan dan pemukiman kumuh korban dari
kebijakan dan ketidakpedulian kita dalam keberpihakan.
Kategori
mahasiswa pada saat ini dibelenggu sifat akademis, pragmatis, oportunis,
hedonis, modernis, politis golongan dan estetis.
Mahasiswa
akademis berwujud elitis profile yang dihiasi dengan “kecerdasan akademis”
(nilai bagus, lulusan terbaik, cari kerja mudah),,,,,,,,,,,,,apakah dia
benar-benar cerdas??
Anggapan itu
salah besar. Hal itu tidak representative bila intelektual diukur dari keadaan
yang kasuistik seperti itu.
Mahasiswa
pragmatis oportunis berwujud orang yang paling bijak dalam memanfaatkan keadaan
dan mencari peluang untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri. Katakanlah
dia “hama” yang
tidak peduli dengan lingkungan sosial di sekitarnya.
Mahasiswa
hedonis-modernis berwujud hanya kenikmatan hidup semata yang harus
diperjuangkan. Dia menikmati kenikmatan yang bergelimang tanpa mau berbagi
dengan yang lemah. Taruhlah dia sosok mahasiswa yang paling beruntung pada saat
ini, dia mapan, banyak uang, pacaran lancar bahkan banyak pacar, asesoris
kemewahan dimiliki, peka zaman, gaul, komersial, dan glamour.
Mahasiswa
politis golongan berwajah aktifis dan actor perubahan yang itu hanya topeng
belaka, dia bergerak seolah-olah mahasiswa yang ideal namun kepentingan sendiri
dan golongan hakikat orientasinya (jabatan dan uang). Salah besar, bila
mahasiswa ini diprofilekan karena dia bagian dari fungsional system kepentingan.
Mahasiswa
estetis berwujud keindahan dan kedamaian semata yang menjadi aktifitasnya tanpa
pernah melihat kecarut-marutan fenomena sosial. Mahasiswa ini egois, individual
puol dan tidak layak dijuluki mahasiswa.
Diskripsi dan
“gacoran” di atas menunjukkan bahwa lebel hakikat mahasiswa itu tidak penting
dan tidak layak seorang mengaku mahasiswa apabila dia belum pernah
memperjuangkan equality yang sebenarnya untuk semua orang dan rakyat.
Rasio kritis,
kepedulian, kepekaan, ketajaman, keberanian, pengorbanan, kemanusiaan,
akademis-formal, kebebasan dan perjuangan yang tak pernah henti adalah
instrument mahasiswa yang harus selalu melekat pada jatidiri hingga menjadi
karakter yang kokoh.
aaahHHHhhhh,,,AarrRggGgHHHhhHh!!!
Eksistensi
dan peran mahasiswa sebenarnya seperti apa???
Resistensi
dari segala hegemoni dan keberpihakan kepada saudara yang lemah,,,,,,
Bebas dan
berani menolak kebijakan birokrasi yang menyengsarakan saudara kita yang
tertindas,,,,,
Ibu – ayah
jangan tangisi keberadaanku menuju ketidakberadaan hanya untuk perubahan dan
perubahan….
Bersambung……………
mahasiswa di lingkungan sosial
Segala
gerakan dan tindakan yang dilakukan sosok manusia yang satu ini, mewujudkan
kridibelitasnya untuk mengusung perubahan sosial pada hakikat kesetaraan di
semua lini kehidupan. Siapa lagi actor perubahan dan kebebasan dari segala
hegemoni di era ini?
Salut!!!
Salut !!!
Aku
mahasiswa, engkau mahasiswa, dia mahasiswa, mereka masiswa di wilayah manapun
pemuda pemudi bangga menyandang gelar mahasiswa. Lebel ini tidak semua anak
bangsa bisa menyandangnya bahkan diasumsikan gelar itu hanya untuk anak bangsa
dari golongan menengah ke atas, atau dari golongan bawah yang bapak ibunya
harus banting tulang tiada henti untuk sang anak hanya demi kehidupan yang
lebih baik di hari esok.
Apakah kita
akan tetap meyakini dan menganggap wajar bahwa “lingkaran setan” itu alami?
Sang bijak
bertanya kepada si miskin.
Sang bijak:
“hai saudaraku!! Kenapa kamu miskin?”
Si miskin:
“karena pekerjaanku pemulung atau buruh”
Sang bijak:
“kenapa bisa seperti itu?”
Si miskin:
“aku bodoh, sekolah pun hanya tingkat dasar! Bahkan saudaraku yang lain tidak
pernah merasakan sekolah.”
Sang bijak:
“wahhhhh kamu sih kenapa kok bodoh?”
Si miskin:
“karena gak ada biaya !!! orang tuaku miskin.”
Sang bijak:
“saudaraku, kok bisa ortu kamu miskin?”
Si miskin:
“karena mereka bodoh.”
Sang bijak:
“trus kenapa mereka bodoh?”
Si miskin:
“mbahku dulu juga miskin, jadi ortuku pendidikannya rendah!”
Sang bijak:
“napa mbah kamu miskin?”
Si miskin:
“sebab mbah aku bodoh!! Begitu terus pe canggahku pe buyutku pe nenek moyangku
sebelum-sebelume…itu karena biaya”
Hipotesa
fiktif ini, memang masih butuh diuji, tapi kita tidak bisa memungkiri realita
itu ada di kehidupan sosial saat ini.
Mahasiswa
???? mahasiswa !!!!
Akankah kau
tetap menjadi bagian dari sistem industri pendidikan yang tidak “mencerdaskan”
??? kau hanya pemulung ilmu pengetahuan
dari teori-teori dan konsep-kosep yang dilahirkan tanpa bebas dari kepentingan.
Akankah pengetahuan itu yang memenuhi volume rasio kamu??
Apakah kau
tidak berkehendak menggali teori-teori pengetahuan yang sesuai kultur,
geografis dan kepentingan masyarakat kamu??
Kau hanya
JUBIR buku dan pengalaman manusia-manusia sebelumnya yang masih bermasalah
dalam standarisasi equality kehidupan.
Fakta,
realita, dan hati nurani tidak pernah berbohong mengklasifikasi mahasiswa hanya
“robot dan bangkai hidup” yang terjebak dalam ceremonial kehidupan. Manusia
lahir, dibesarkan, menuntut ilmu, bekerja, nikah, punya anak, umur tua, mati.
Yang semua itu dalam frame kebahagiaan dan kesejahteraan individual tanpa
melihat saudara kita di lorong jembatan dan pemukiman kumuh korban dari
kebijakan dan ketidakpedulian kita dalam keberpihakan.
Kategori
mahasiswa pada saat ini dibelenggu sifat akademis, pragmatis, oportunis,
hedonis, modernis, politis golongan dan estetis.
Mahasiswa
akademis berwujud elitis profile yang dihiasi dengan “kecerdasan akademis”
(nilai bagus, lulusan terbaik, cari kerja mudah),,,,,,,,,,,,,apakah dia
benar-benar cerdas??
Anggapan itu
salah besar. Hal itu tidak representative bila intelektual diukur dari keadaan
yang kasuistik seperti itu.
Mahasiswa
pragmatis oportunis berwujud orang yang paling bijak dalam memanfaatkan keadaan
dan mencari peluang untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri. Katakanlah
dia “hama” yang
tidak peduli dengan lingkungan sosial di sekitarnya.
Mahasiswa
hedonis-modernis berwujud hanya kenikmatan hidup semata yang harus
diperjuangkan. Dia menikmati kenikmatan yang bergelimang tanpa mau berbagi
dengan yang lemah. Taruhlah dia sosok mahasiswa yang paling beruntung pada saat
ini, dia mapan, banyak uang, pacaran lancar bahkan banyak pacar, asesoris
kemewahan dimiliki, peka zaman, gaul, komersial, dan glamour.
Mahasiswa
politis golongan berwajah aktifis dan actor perubahan yang itu hanya topeng
belaka, dia bergerak seolah-olah mahasiswa yang ideal namun kepentingan sendiri
dan golongan hakikat orientasinya (jabatan dan uang). Salah besar, bila
mahasiswa ini diprofilekan karena dia bagian dari fungsional system kepentingan.
Mahasiswa
estetis berwujud keindahan dan kedamaian semata yang menjadi aktifitasnya tanpa
pernah melihat kecarut-marutan fenomena sosial. Mahasiswa ini egois, individual
puol dan tidak layak dijuluki mahasiswa.
Diskripsi dan
“gacoran” di atas menunjukkan bahwa lebel hakikat mahasiswa itu tidak penting
dan tidak layak seorang mengaku mahasiswa apabila dia belum pernah
memperjuangkan equality yang sebenarnya untuk semua orang dan rakyat.
Rasio kritis,
kepedulian, kepekaan, ketajaman, keberanian, pengorbanan, kemanusiaan,
akademis-formal, kebebasan dan perjuangan yang tak pernah henti adalah
instrument mahasiswa yang harus selalu melekat pada jatidiri hingga menjadi
karakter yang kokoh.
aaahHHHhhhh,,,AarrRggGgHHHhhHh!!!
Eksistensi
dan peran mahasiswa sebenarnya seperti apa???
Resistensi
dari segala hegemoni dan keberpihakan kepada saudara yang lemah,,,,,,
Bebas dan
berani menolak kebijakan birokrasi yang menyengsarakan saudara kita yang
tertindas,,,,,
Ibu – ayah
jangan tangisi keberadaanku menuju ketidakberadaan hanya untuk perubahan dan
perubahan….
Bersambung……………
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as