Spiritualitas Seorang Muslim
Seorang muslim adalah orang yang
telah menyerahkan seluruh jiwa raganya kepada Allah SWT, sebagaimana yang
senantiasa ia ikrarkan pada permulaan setiap kali dia melaksanakan sholat:
«وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضَ
حَنِيْفاً مُسْلِماً وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. اِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي،
وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِى، ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ،
وَبِذَلِكَ اُمِرْتُ، وَاَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ.
“Aku hadapkan wajahku kehadirat Sang Pencipta langit dan bumi
sepenuh ketundukan dan kepasrahan diri, dan bukanlah aku dari golongan
orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidup dan matiku hanyalah
bagi Allah Sang Penguasa semesta alam. Tiada sekutu apa pun bagi-Nya, dan demikianlah
aku diperintahkan sedang aku termasuk dari orang-orang muslim.” (Lihat Ali
Raghib, Ahkamus Sholat hal 127).
Namun terkadang kita sebagai muslim
lupa bahwa setiap hari, minimal lima kali kita mendeklarasikan penyerahan kita
kepada Allah SWT sebagaimana tersebut di
atas. Di dalam sholat kita menyatakan
pasrah diri dan tunduk kepada Allah, namun di luar sholat tidak jarang di
antara kita ada yang berani menentang perintah Allah SWT, bahkan ada yang
berani menyelewengkan agama Allah Azza wa Jalla. Astaghfirullah!
Kenapa hal itu bisa terjadi? Tidak lain adalah karena miskinnya
spiritualitas di antara kita, bahkan ada yang tidak paham apa itu spiritualitas
bagi seorang muslim. Oleh karena itu,
tulisan ini akan menyegarkan kembali ingatan kita pada spiritualitas seorang
muslim. Moga-moga mengingatkan kembali
jati diri kita sebagai seorang muslim, hamba Allah Yang Maha Pengasih!
Arti
Spirit, Aspek Spiritual, dan Spiritulitas
Spirit dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Balai Pustaka, 1996) diartikan sebagai jiwa, sukma, dan roh. Juga diartikan semangat. Satu kesalahan besar yang dilakukan oleh para
filosof Barat dan Yunani selama berabad-abad adalah urain mereka bahwa manusia
itu terdiri dari roh dan jasad, dimana roh, menurut mereka adalah bagian dari
Tuhan, dan manakala roh itu dominan dalam diri seseorang, dia akan menjadi
manusia yang baik, karena mendekati sifat-sifat ketuhanan. Sebaliknya, manakala yang dominan adalah
jasadnya, manusia menjadi buruk sifatnya.
Tentu saja teori jasmanani-rohani
itu tanpa bukti, baik empirik maupun informasi dari kitab suci. Secara
faktual, teori kuno itu tak bisa
dibenarkan, karena nyawa manusia itu tidak bertambah dan berkurang dengan luhur
dan rendahnya sifat manusia.
Roh dalam arti sukma atau nyawa manusia (sirrul
hayah) adalah rahasia Tuhan. Manusia
hanya bisa merasakan atau mengindera bekas-bekas adanya roh itu, seperti
gerakan fisik, tumbuh, dan menjadi banyak.
Tapi hakikat roh penyebab itu semua tak mungkin diketahui manusia. Allah SWT berfirman:
وَيَسْأَلُونَكَ
عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ
إِلَّا قَلِيلًا
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh.
Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan sedikit".(QS. AL Isra’ 85).
Oleh
karena itu, roh yang dimaksud manusia—termasuk bangsa Barat dan Yunani yang
salah alamat di atas—bukanlah nyawa, atau bagian yang ada dalam diri manusia,
tapi merupakan sifat dari luar yang
diinginkan manusia agar bisa mempengaruhi perbuatannya. Dan ini hanya bisa terjadi manakala manusia
menyetir perbuatannya dengan aturan dari Dzat Yang Maha Luhur, yakni Allah
SWT. Oleh klarena itu, roh atau spirit yang
dimaksud adalah kesadaran hubungan manusia dengan Allah Sang Maha Pencipta. Itulah arti spirit yang sebenarnya bagi
manusia, yang dapat membuatnya menjadi
muslim sejati.
Dengan
memahami arti spirit sebagai keadaran hubungan seorang muslim dengan Allah SWT,
maka seorang muslim dapat memahami adanya aspek spiritual dalam dirinya,
kehidupannya, maupun alam smesta tempatnya berpijak. Dirinya, kehidupannya, maupun alam semesta
memiliki hubungan dengan Allah SWT, yaitu sebagai makhluk ciptaan-Nya. Sehingga masing-masing punya aspek
spiritual. Aspek spiritual dirinya
sebagai manusia bagi seorang muslim
adalah keberadaan dia sebagai manusia ciptaan Allah SWT. Al Quran membimbingnya dalam firman Allah:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ
اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
Hai manusia, sembahlah
Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu
bertakwa.(QS. Al Baqarah 21). Juga
dapat dilihat pada QS. An Nisa 1, Ar Ruum 20, As Sajdah 7, AL Mukmin 67, Ar
Rahman 14, Al Alaq 2.
Demikian juga
kehidupannya, memiliki aspek spiritual,
yakni keberadaan hidup dan mati hakikatnya adalah ciptaan Allah SWT,
sebagaimana firman-Nya:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ
يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَفْعَلُ مِنْ
ذَلِكُمْ مِنْ شَيْءٍ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian
memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali).
Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat
sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang
mereka persekutukan.(QS. Ar Ruum 40). Juga bisa kita lihat pada QS. Al
Baqarah 28, AL Hajj 66, Al Jatsiyah 26, dan Al Mulk ayat 2.
Dan seluruh alam semesta ini
memiliki aspek spiritual, yakni keberadaan seluruh alam jagad raya ini sebagai
ciptaan Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي
اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ
مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ
رَبُّ الْعَالَمِينَ
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy.
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.(QS. Al A’raf 54). Juga
bisa kita lihat pada QS. AL Baqarah 29, Al Baqarah 164, Ali Imran 190,
AL An’am 1, AL AN’am 101, dan Yunus 3.
Spiritualitas
dalam diri manusia yang telah meyakini keberadaan Allah SWT sebagai sang
Pencipta ( Al Khaliq) dan menyadari hubungannya dengan Allah SWT, yakni sebagai
makhluk-Nya, adalah: perasaan
tunduk dan tawadlu’ terhadap Sang Pencipta, Kekuasaan-Nya, dan Ilmu-Nya. (lihat Muhammad Husain Abdullah, Mafahim
Islamiyah, hal. 14). Kalau
perasaan ini bersifat kontinu, maka
seorang muslim akan senantiasa hidup dalam suasana iman. Dan itu akan membantunya untuk bisa terikat dengan syariah Allah SWT dengan
perasaan ridlo dan hatinya tenteram.
Hubungan Aspek
Spiritual dengan Perbuatan Manusia
Allah SWT
tidak hanya menciptakan alam semesta, tapi juga mengaturnya. Ini ditegaskan dalam firman-Nya:
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ
الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى
عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ
Sesungguhnya Tuhan
kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia
bersemayam di atas `Arsy untuk mengatur segala urusan. (QS. Yunus 3).
Allah SWT menurunkan syariah
untuk mengatur kehidupan manusia. Allah
menurunkan Al Quran untuk menjadi petunjuk, penjelas, dan garis batas, antara
yang boleh dilakukan (haq), dan yang tak boleh dilakukan manusia (batil). Allah SWT berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي
أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى
وَالْفُرْقَانِ
bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil).(QS. Al Baqarah 185).
Allah SWT pun menyuruh kita untuk senantiasa
mengikuti petunjuk-Nya. Dia SWT
berfirman:
اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ
وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ
Ikutilah apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin
selain-Nya..(QS. Al A’raf 3).
وَمَا ءَاتَاكُمُ
الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ
إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Apa yang
diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat
keras hukuman-Nya.(QS. AL Hasyr 7).
Oleh karena itu, bagi orang yang memiliki
spirit dalam arti kesadaran hubungannya dengan Allah, maka pada hakikatnya
seluruh perbuatannya ada dalam daerah hukum Allah SWT. Jadi semua perbuatan manusia tidak lepas dari
aspek spiritualnya, yaitu keberadaannya di daerah hukum Allah SWT. Dan Allah SWT bakal memberikan penilaian dan
balasan atas perbuatannya itu, kecil maupun besar.Ketika dia makan, dia yakin
bahwa apa yang dimakan, apakah halal atau haram dzatnya, apakah halal ataukah
haram pemilikannya, semua akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Kalau dia berpakaian, apakah halal barang
yang dipakainya, dan apakah telah menutup aurat seperti tuntunan syariah? Kalau ia bermuamalah, dia yakin bahwa kelak
bakal ditanya apakah akad muamalahnya sesuai ketentuan akad syariah Islam
ataukah malah justru mengikuti sistem transaksi kapitalisme? Kalau dia berpolitik, dia yakin bakal ditanya
kelak, apakah berpolitik sesuai tuntunan Rasulullah saw., ataukah malah
mengikuti Montesque? Atau bahkan mengikuti Machiavelli?
Dan seorang muslim yakin bahwa Allah SWT akan
mengabarkan-Nya kelak di hari akhirat seluruh perbuatan manusia. Dia berfirman:
قُلْ إِنَّ
الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ
إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُونَ
Katakanlah:
"Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya
kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah),
yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan".(QS. AL Jumu’ah .
Khatimah
Dengan kesadaran akan aspek
spiritual tersebut, seorang muslim akan berjalan mantap dengan sikap hidup
mengemban syariah Allah SWT. Dan dengan kesadaran
spiritualitas dalam dirinya, seorang muslim akan senantiasa dapat mensinergikan
antara pernyataannya penyerahannya sebagai muslim di dalam sholatnya dengan
perbuatannya di seluruh pentas kehidupan nyata.
Wallahu a’lam!
Seorang muslim adalah orang yang
telah menyerahkan seluruh jiwa raganya kepada Allah SWT, sebagaimana yang
senantiasa ia ikrarkan pada permulaan setiap kali dia melaksanakan sholat:
«وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضَ
حَنِيْفاً مُسْلِماً وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. اِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي،
وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِى، ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ،
وَبِذَلِكَ اُمِرْتُ، وَاَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ.
“Aku hadapkan wajahku kehadirat Sang Pencipta langit dan bumi
sepenuh ketundukan dan kepasrahan diri, dan bukanlah aku dari golongan
orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidup dan matiku hanyalah
bagi Allah Sang Penguasa semesta alam. Tiada sekutu apa pun bagi-Nya, dan demikianlah
aku diperintahkan sedang aku termasuk dari orang-orang muslim.” (Lihat Ali
Raghib, Ahkamus Sholat hal 127).
Namun terkadang kita sebagai muslim
lupa bahwa setiap hari, minimal lima kali kita mendeklarasikan penyerahan kita
kepada Allah SWT sebagaimana tersebut di
atas. Di dalam sholat kita menyatakan
pasrah diri dan tunduk kepada Allah, namun di luar sholat tidak jarang di
antara kita ada yang berani menentang perintah Allah SWT, bahkan ada yang
berani menyelewengkan agama Allah Azza wa Jalla. Astaghfirullah!
Kenapa hal itu bisa terjadi? Tidak lain adalah karena miskinnya
spiritualitas di antara kita, bahkan ada yang tidak paham apa itu spiritualitas
bagi seorang muslim. Oleh karena itu,
tulisan ini akan menyegarkan kembali ingatan kita pada spiritualitas seorang
muslim. Moga-moga mengingatkan kembali
jati diri kita sebagai seorang muslim, hamba Allah Yang Maha Pengasih!
Arti
Spirit, Aspek Spiritual, dan Spiritulitas
Spirit dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Balai Pustaka, 1996) diartikan sebagai jiwa, sukma, dan roh. Juga diartikan semangat. Satu kesalahan besar yang dilakukan oleh para
filosof Barat dan Yunani selama berabad-abad adalah urain mereka bahwa manusia
itu terdiri dari roh dan jasad, dimana roh, menurut mereka adalah bagian dari
Tuhan, dan manakala roh itu dominan dalam diri seseorang, dia akan menjadi
manusia yang baik, karena mendekati sifat-sifat ketuhanan. Sebaliknya, manakala yang dominan adalah
jasadnya, manusia menjadi buruk sifatnya.
Tentu saja teori jasmanani-rohani
itu tanpa bukti, baik empirik maupun informasi dari kitab suci. Secara
faktual, teori kuno itu tak bisa
dibenarkan, karena nyawa manusia itu tidak bertambah dan berkurang dengan luhur
dan rendahnya sifat manusia.
Roh dalam arti sukma atau nyawa manusia (sirrul
hayah) adalah rahasia Tuhan. Manusia
hanya bisa merasakan atau mengindera bekas-bekas adanya roh itu, seperti
gerakan fisik, tumbuh, dan menjadi banyak.
Tapi hakikat roh penyebab itu semua tak mungkin diketahui manusia. Allah SWT berfirman:
وَيَسْأَلُونَكَ
عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ
إِلَّا قَلِيلًا
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh.
Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan sedikit".(QS. AL Isra’ 85).
Oleh
karena itu, roh yang dimaksud manusia—termasuk bangsa Barat dan Yunani yang
salah alamat di atas—bukanlah nyawa, atau bagian yang ada dalam diri manusia,
tapi merupakan sifat dari luar yang
diinginkan manusia agar bisa mempengaruhi perbuatannya. Dan ini hanya bisa terjadi manakala manusia
menyetir perbuatannya dengan aturan dari Dzat Yang Maha Luhur, yakni Allah
SWT. Oleh klarena itu, roh atau spirit yang
dimaksud adalah kesadaran hubungan manusia dengan Allah Sang Maha Pencipta. Itulah arti spirit yang sebenarnya bagi
manusia, yang dapat membuatnya menjadi
muslim sejati.
Dengan
memahami arti spirit sebagai keadaran hubungan seorang muslim dengan Allah SWT,
maka seorang muslim dapat memahami adanya aspek spiritual dalam dirinya,
kehidupannya, maupun alam smesta tempatnya berpijak. Dirinya, kehidupannya, maupun alam semesta
memiliki hubungan dengan Allah SWT, yaitu sebagai makhluk ciptaan-Nya. Sehingga masing-masing punya aspek
spiritual. Aspek spiritual dirinya
sebagai manusia bagi seorang muslim
adalah keberadaan dia sebagai manusia ciptaan Allah SWT. Al Quran membimbingnya dalam firman Allah:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ
اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
Hai manusia, sembahlah
Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu
bertakwa.(QS. Al Baqarah 21). Juga
dapat dilihat pada QS. An Nisa 1, Ar Ruum 20, As Sajdah 7, AL Mukmin 67, Ar
Rahman 14, Al Alaq 2.
Demikian juga
kehidupannya, memiliki aspek spiritual,
yakni keberadaan hidup dan mati hakikatnya adalah ciptaan Allah SWT,
sebagaimana firman-Nya:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ
يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَفْعَلُ مِنْ
ذَلِكُمْ مِنْ شَيْءٍ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian
memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali).
Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat
sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang
mereka persekutukan.(QS. Ar Ruum 40). Juga bisa kita lihat pada QS. Al
Baqarah 28, AL Hajj 66, Al Jatsiyah 26, dan Al Mulk ayat 2.
Dan seluruh alam semesta ini
memiliki aspek spiritual, yakni keberadaan seluruh alam jagad raya ini sebagai
ciptaan Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي
اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ
مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ
رَبُّ الْعَالَمِينَ
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy.
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.(QS. Al A’raf 54). Juga
bisa kita lihat pada QS. AL Baqarah 29, Al Baqarah 164, Ali Imran 190,
AL An’am 1, AL AN’am 101, dan Yunus 3.
Spiritualitas
dalam diri manusia yang telah meyakini keberadaan Allah SWT sebagai sang
Pencipta ( Al Khaliq) dan menyadari hubungannya dengan Allah SWT, yakni sebagai
makhluk-Nya, adalah: perasaan
tunduk dan tawadlu’ terhadap Sang Pencipta, Kekuasaan-Nya, dan Ilmu-Nya. (lihat Muhammad Husain Abdullah, Mafahim
Islamiyah, hal. 14). Kalau
perasaan ini bersifat kontinu, maka
seorang muslim akan senantiasa hidup dalam suasana iman. Dan itu akan membantunya untuk bisa terikat dengan syariah Allah SWT dengan
perasaan ridlo dan hatinya tenteram.
Hubungan Aspek
Spiritual dengan Perbuatan Manusia
Allah SWT
tidak hanya menciptakan alam semesta, tapi juga mengaturnya. Ini ditegaskan dalam firman-Nya:
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ
الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى
عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ
Sesungguhnya Tuhan
kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia
bersemayam di atas `Arsy untuk mengatur segala urusan. (QS. Yunus 3).
Allah SWT menurunkan syariah
untuk mengatur kehidupan manusia. Allah
menurunkan Al Quran untuk menjadi petunjuk, penjelas, dan garis batas, antara
yang boleh dilakukan (haq), dan yang tak boleh dilakukan manusia (batil). Allah SWT berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي
أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى
وَالْفُرْقَانِ
bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil).(QS. Al Baqarah 185).
Allah SWT pun menyuruh kita untuk senantiasa
mengikuti petunjuk-Nya. Dia SWT
berfirman:
اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ
وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ
Ikutilah apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin
selain-Nya..(QS. Al A’raf 3).
وَمَا ءَاتَاكُمُ
الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ
إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Apa yang
diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat
keras hukuman-Nya.(QS. AL Hasyr 7).
Oleh karena itu, bagi orang yang memiliki
spirit dalam arti kesadaran hubungannya dengan Allah, maka pada hakikatnya
seluruh perbuatannya ada dalam daerah hukum Allah SWT. Jadi semua perbuatan manusia tidak lepas dari
aspek spiritualnya, yaitu keberadaannya di daerah hukum Allah SWT. Dan Allah SWT bakal memberikan penilaian dan
balasan atas perbuatannya itu, kecil maupun besar.Ketika dia makan, dia yakin
bahwa apa yang dimakan, apakah halal atau haram dzatnya, apakah halal ataukah
haram pemilikannya, semua akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Kalau dia berpakaian, apakah halal barang
yang dipakainya, dan apakah telah menutup aurat seperti tuntunan syariah? Kalau ia bermuamalah, dia yakin bahwa kelak
bakal ditanya apakah akad muamalahnya sesuai ketentuan akad syariah Islam
ataukah malah justru mengikuti sistem transaksi kapitalisme? Kalau dia berpolitik, dia yakin bakal ditanya
kelak, apakah berpolitik sesuai tuntunan Rasulullah saw., ataukah malah
mengikuti Montesque? Atau bahkan mengikuti Machiavelli?
Dan seorang muslim yakin bahwa Allah SWT akan
mengabarkan-Nya kelak di hari akhirat seluruh perbuatan manusia. Dia berfirman:
قُلْ إِنَّ
الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ
إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُونَ
Katakanlah:
"Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya
kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah),
yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan".(QS. AL Jumu’ah .
Khatimah
Dengan kesadaran akan aspek
spiritual tersebut, seorang muslim akan berjalan mantap dengan sikap hidup
mengemban syariah Allah SWT. Dan dengan kesadaran
spiritualitas dalam dirinya, seorang muslim akan senantiasa dapat mensinergikan
antara pernyataannya penyerahannya sebagai muslim di dalam sholatnya dengan
perbuatannya di seluruh pentas kehidupan nyata.
Wallahu a’lam!
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as