Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    apresiasi Qur'an terhadap manusia

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 37
    Lokasi : rahasia

    apresiasi Qur'an terhadap manusia Empty apresiasi Qur'an terhadap manusia

    Post by kutubuku Thu Jun 24, 2010 5:17 pm





    Apresiasi Al-Qur’an Tentang Manusia Sebagai Abdi Tuhan

    WASPADA
    Online


    Oleh Mhd. Suherman, S.Ag

    Al-Qur'an
    telah banyak memberikan apresisasi mengenai manusia dengan membedakan konsep
    manusia dalam berbagai macam bentuk kata, seperti pertama: al-Insan. Kedua:
    al-Basyar. Ketiga: Banu Adam. Ketiga bentuk kata itu memiliki makna hakekat
    yag mendalam dalam hubungannya dengan eksistensi manusia di bumi ini.


    Makna
    al-insan yang memiliki sinonim dengan kata al-ins dan an-nas, merujuk kepada
    eksistensi manusia sebagai pribadi yang utuh dan makhluk yang layak menjadi
    khalifah untuk memikul beban taklif (tugas keagamaan). Al-Basyar merujuk
    kepada makhluk fisik keturunan Adam as yang makan minum dan hidup dan
    bergerak. Sementara Banu Adam menunjukkan keturunan Adam dalam sisi historis.
    Manusia pada hakekatnya adalah abdi Tuhan yang hidupnya semata-mata hanya
    untuk beribadat kepada Robnya. Hal ini secara kodrat harus kita akui
    sekaligus kita aplikasikan dengan penuh keikhlasan dan konsisten.


    A. Manusia
    Sebagai Abdi Tuhan.

    Mencermati firman Allah swt dalam surat az-Zariyat ayat: 56,
    artinya:"Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia itu melainkan supaya
    mereka menyembah-Ku". Firman Allah tersebut mengandung indikasi
    bahwasannya eksistensi manusia diciptakan Allah di muka bumi ini adalah
    sebagai abdi-Nya semata. Hal ini, dapat dilihat dari kata
    "liya'buduni" (supaya mereka menyembah-Ku).


    Jika
    ditelusiri dalam al-Qur'an, maka kata 'abd pertama kali dapat ditemui dalam
    surat al-'Alaq: 10, artinya:"Apakah engkau melihat orang yang mencegah
    seorang hamba apabila ia bersembahyang?". Dalam bentuk kata kerja, dapat
    ditemui dalam suat al-Fatihah : 5, artinya: "Hanya kepadaMu kami
    menyembah". Dari kedua ayat tersebut, jelas bahwa sebenarnya hal ini
    mengandung dua aspek, yakni pihak yang mnyembah dan pihak yang disembah yakni
    Allah Swt. Firman Allah Swt dalam ayat 56 surat az-Zariyat tersebut,
    mengandung dua makna mendalam, yaitu: pertama: makna takwin (penciptaan)
    manusia sebagai hamba. Kedua: taklif (pembebanan tanggungjawab) manusia
    sebagai ciptaan Tuhan.


    Kedua
    kandungan makna tersebut tidaklah bertentangan bahkan dapat disatukan, yakni
    bahwa manusia itu diciptakan dengan kodrat sebagai hamba atau makhluk yang
    tunduk kepada Allah, sekaligus dibebani tanggung jawab sebagai manifestasi
    ketundukannya kepada Tuhan.


    Al-Raghib
    membedakan hamba menjadi empat bentuk, yakni, pertama: hamba karena hukum,
    yakni budak-budak. Kedua: hamba karena penciptaan, yakni manusia dan seluruh
    makhluk ciptaan Tuhan. Ketiga: hamba karena penganbdian kepada Allah.
    Keempat: hamba karena memburu dunia dan kesenangannya seperti yang disebutkan
    Nabi saw dalam hadis :Ta'isa 'abd addirham, ta'isa 'abd addinar (celakalah
    hamba dirham, celakalah hamba dinar).


    Makna
    penciptaan manusia sebagai hamba Tuhan, sekaligus hamba yang terbebani
    tanggung jawab sebagai ciptaan Tuhan, memberikan suatu indikasi bahwa
    sebenarnya secara realitasnya ada pengabdian atau penyembahan selain kepada
    Allah Swt.


    Dalam
    surat al-A'raf ayat 194, Allah Swt berfirman, sebagai
    berikut:"Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu
    adalah makhluk (lemah) yang serupa dngan kamu, maka serulah berhala-berhala
    itu lalu birkanlah mereka memperkenankan permintaanmu, jika memang kamu
    orang-orang yang benar". Ayat tersebut mengindikasikan kepada kita bahwa
    sesungguhnya penyembahan yang dilakukan manusia tidak mutlak hanya kepada
    Allah, tetapi juga kepada makhluk-makhluk-Nya, seperti berhala-berhala.


    Namun,
    yang terpenting adalah fungsi manusia di bumi ini adalah untuk beribadat
    semata hanya kepada Allah Swt. Oleh karena itu, kita tidak diharuskan untuk
    beribadah kepada selain Allah, karena hal itu sudah keluar dari fungsi
    ubudiyah yang kita sandang sebagai abdi Tuhan.


    B.
    Fungsi Ubudiyah dan Relevansinya dengan Fungsi Kekhalifahan

    Eksistensi manusia sebagai kalifah artinya bahwa manusia adalah sebagai
    makhluk pemimpin, pengelola dan penegak hukum Allah di bumi ini. Disamping
    sebagai khalifah manusia juga mempunyai fungsi sebagai ta'mir (pembangun)
    bumi ini.


    Kedua
    fungsi yang dimiliki manusia ini tidak menyalahi fungsi yang lain, dalam hal
    ini fungsu ubudiyah. Sebab, jika dianalisa firman Allah dalam surat
    al-Bayyinah: 5, sebagai berikut: "Dan tiadalah mereka diperintahan
    melainkan supaya menyembah Allah dengan ikhlas dan konsisten, supaya
    mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Dan itulah agama yang benar".


    Ayat
    tersebut adalah salah satu ayat yang membicarakan sifat dan keadaan ahli
    kitab. Kaum ini dengan umat Islam mempunyai persamaan, yaitu masing-masing
    menerima ahyu yangtertuang dalam sebuah kitab suci. Kaum Yahudi menerima
    kitab Taurat dan kaum Nasrani menerima kitab Injil. Umat Islam sendiri
    menerima kitab al-Qur'an. Jadi, hubungan ketiga kitab suci tersebut berpusat
    pada satu ajaran, yaitu pengabdian kepada Allah semata. Ayat tersebut
    mengandung makna batasan yakni perintah ibadah secara ikhlas dan konsisten.


    Jadi
    antara fungsi manusia sebgai khalifah (QS. Fathir:39), dengan fungsi manusia
    sebagai makhluk pembangun (QS. Hud: 61), dan fungsi manusia sebagai hamba pengabdi
    Tuhan (QS. Az-Zariyat: 56), memiliki titik kesesuaian dalam kandungan
    maknanya.


    Dalam
    kedudukannya manusia sebagai khalifah dan pembangun telah diketahui bahwa
    manusia mempunyai tugas menegakkan hukum-hukum Allah dan melakukan aktivitas
    pembangunan (amal shaleh). Maka, kedua tugas ini pada hakekatnya adalah
    fungsi manusia sehingga dapat dikatakan bahwa keduanya merupakan perwujudan
    ibadah dalam arti luas.


    Manusia
    diciptakan Allah dengan kodrat ketergantungan kepada rububiah-Nya. Kodrat
    fisik dan psikis yang paling baik dibanding dengan makhluk lainnya dan dengan
    tujuan hidup yang bersifat ubudiah. Ketergantungan manusia kepada rububiahnya
    mengandung makna bahwa manusia tidak dapat hidup dengan aman dan sejahtera
    melainkan dengan (hukum-hukum Allah). Dalam realitasnya, manusia tidak dapat
    melepaskan dirinya dari lingkungan hidup, baik masyarakat maupun alam fisik
    lingkungannya. Dengan demikian manusia merupakan makhluk sosial (zoon
    politicon).


    Agar
    manusia tetap selaras dengan kodrat kejadiannya dan terpelihara dari
    kehidupan rendah (duniawi) itu, maka Allah menurunkan ajaran Islam yang
    dibawa Rasulullah Saw, untuk menata kehidupan manusia berdasarkan syari'at
    Islam. Manusia diperintahkan untuk beribadat dalam arti menegakkan
    hukum-hukum Allah dalam aktivitasnya memakmurkan bumi. Di sinilah manusia itu
    disebut juga sebagai makhluk agamis. Hidup dengan menegakkan hukum agama
    dalam kehidupan dan tatanan masyarakat adalah merupakan kehidupan yang sesuai
    dengan fitrah manusia sebagai al-insan.


    Praktek
    pengabdian terhadap Allah tersebut harus terapliaksi dengan penuh keikhlasan
    dan konsisten, sekalipun banyak godaan dan cobaan yang dihadapi.Kemudian,
    fungsi ubudiah yang dimiliki manusia sejalan dengan fungsi kekhalifahannya di
    bumi ini. Karena pada hakekatnya kekhalifahan manusia itu tetap berorientasi
    pada makna ibadah dalam arti yang luas.


    Wallahu
    a'lam.





      Waktu sekarang Sat Nov 23, 2024 4:42 am