Peristiwa Nuzulul Qur'an
Dia menurunkan al-Kitab (al-Qur'an) kepadamu dengan
sebenar-benarnya, membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan
menurunkan Taurat dan Injil.
(Q.s., ‘âli `Imrân/3: 3)
Bulan puasa memiliki pertalian yang sangat istimewa dengan
momentum diturunkannya kitab suci al-Qur'an. Sebagaimana dimaklumi bersama,
kitab suci al-Qur'an merupakan sumber pandangan hidup orang beriman.
Perlu diketahui bersama pula persoalan kemurnian atau autentisitas
al-Qur'an sebagai kitab suci. Barang kali hanya al-Qur'an yang diakui, baik
dalam kalangan Muslim maupun non Muslim, sebagai satu-satunya kitab suci di
dunia yang memiliki tingkat autentisitas paling tinggi. Hal ini dapat
dibuktikan dari banyaknya orang yang mampu menghafal al-Qur'an di luar kepala,
baik di belahan bumi barat maupun timur. Mereka dinamakan para hâfidz
al-Qur'an. Dengan demikian, kalau terjadi kekeliruan sedikit saja, walau hanya
satu huruf umpamanya, maka akan dengan mudah diketahui.
Di sisi lain, wujud autentisitas kitab suci al-Qur'an
merupakan janji Allah Swt. yang akan melindungi al-Qur'an dari upaya pemalsuan.
Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya, Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan
al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (Q.s., al-Hijr/15:
9).
Hal yang paling menjadikan al-Qur'an tetap terjaga
keautentikannya, barangkali karena al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab. Ini
seperti yang diungkapkan oleh al-Qur'an sendiri, Dengan bahasa Arab yang jelas
(Q.s., al-Syu`arâ’/26: 195)
Berdasarkan penelitian Hodgson, orang Barat yang banyak menulis buku-buku
tentang keislaman, diakui bahwa bahasa Arab merupakan bahasa dunia yang
memiliki dinamika internal yang sangat tinggi sehingga mampu dengan mudah
mengadaptasikan dirinya sesuai dengan perkembangan zaman. Lebih lanjut
ditegaskan, di antara bahasa di dunia yang pernah mempengaruhi peradaban
manusia, yakni bahasa Latin, Romawi, Sansekerta, dan Arab, hanya bahasa Arablah
yang hingga saat ini masih hidup dan dipakai orang dalam percakapan atau
komunikasi. Bahasa yang lain sudah mati.
Berkenaan dengan peristiwa turunnya al-Qur'an atau lebih
populer dengan sebutan Nuzulul Qur’an, bangsa Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam sungguh sangat bersyukur karena termasuk bangsa yang
menyelenggarakan peringatan Nuzulul Qur’an sebagai sebuah peristiwa nasional
setiap tahun. Dan, yang lebih hebat lagi adalah bahwa acara tersebut juga
dihadiri oleh para pemimpin dan pejabat tinggi negara.
Turunya al-Qur'an pada tanggal 17 Ramadlan dan dikaitkan
dengan turunnya surat pertama kepada Nabi Muhammad Saw. saat beliau melakukan
khalwat di gua Hira, masih diperdebatkan oleh para ulama. Surat tersebut
kemudian dinamakan surat al-`Alaq, berjumlah lima ayat.
Namun satu yang pasti, pada tanggal 17 Ramadlan telah
terjadi perang Badar. Perang tersebut merupakan perang yang pertama kali
terjadi dalam sejarah awal perkembangan agama Islam. Oleh karena itu, perang
tersebut begitu berarti dan sangat menentukan, tentunya menyangkut kelangsungan
agama Islam dikemudian hari. Itulah sebabnya, oleh al-Qur'an dinamakan
al-Furqân (yang membedakan antara dua kekuatan) bâthil dan haqq (kebenaran).
Kata al-Furqân sendiri sebenarnya juga merupakan nama lain al-Qur'an. sesuai
dengan fungsi dan misinya, yakni sebagai pembeda antara yang haqq dan yang
bâthil.
Namun demikian, ada baiknya di sini disinggung arti kata nuzûl-u ‘l-Qur’ân
untuk memberikan pengertian yang memadai sehingga dapat diperoleh pemahaman
yang lebih baik lagi berkaitan dengan peristiwa atau kejadian tersebut. Dalam
al-Qur'an terdapat tiga kata yang menjelaskan hal diturunkannya
al-Qur'an-ketiganya merupakan derivasi atau kata turunan dari akar kata yang
sama, yakni na-za-la. Ketiga kata tersebut adalah inzâl, dari akar kata anzala,
nuzûl dari akar kata nazala, dan tanzîl dari akar kata nazzala.
Al-Qur'an diturunkan pada malam-malam ganjil dalam sepuluh
hari terakhir bulan Ramadlan. Malam-malam tersebut dinamakan laylat-u ‘l-qadr
atau malam kepastian. Proses turunya al-Qur'an disebut inzâl, yakni
diturunkannya al-Qur'an kedalam lawh al-mahfûzh dalam wujud sebagai prototipe
kitab suci-proses yang serupa juga dialami oleh kitab-kitab suci lain
sebelumnya. Selanjutnya, al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., yang
prosesnya disebut nuzûl-membutuhkan waktu 23 tahun.
Adapun surat-surat yang ada dalam al-Qur'an selanjutnya diklasifikasikan ke
dalam dua kelompok. Yang pertama kelompok Makkiyah, atau periode Makkah.
Kelompok ini ditandai dengan ciri-ciri ayatnya yang pendek dan isinya
memfokuskan pada penanaman nilai-nilai keimanan.
Dan yang kedua adalah kelompok Madaniyyah, yang artinya diturunkan pada periode
Madinah. Madînah dalam bahasa Arab mengandung pengertian kota yang teratur
karena telah memiliki peradaban. Adapun, surat-surat Madaniyyah bercirikan
menyoroti masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Itu karena setelah Nabi
Muhammad Saw. hijrah atau melakukan migrasi dari kota Makkah ke kota Madinah,
beliau bersama-sama kaum Muslimin mulai membangun sebuah tatanan sosial yang
sama sekali baru-yang berbeda dengan tatanan yang ada di kota Makkah.
Semantara itu, kata tanzîl mengandung pengertian proses pembumian al-Qur'an ke
dalam realitas kehidupan. Di sini, fungsi dan peran al-Qur'an adalah merespons,
menjawab, dan memberikan berbagai solusi atau pemecahan atas berbagai persoalan
sosial yang dihadapi oleh umat Islam.
Contohnya, ada seseorang yang bertanya kepada Nabi
Muhammad Saw. tentang bulan sabit, al-ahillati, seperti dalam ayat al-Qur'an
disebutkan, Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, “Bulan
sabit adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan bagi ibadah haji…” (Q.s.,
al-Baqarah/2: 189). Contoh lain, mereka bertanya kepada Nabi Muhammad Saw.
tentang harta rampasan (al-‘anfâl). Juga ada yang bertanya tentang kisah
seseorang yang bernama Zulqarnain dan masih banyak lagi.
Al-Qur’an sebagai kitab suci samawi, di sisi lain juga harus dipahami sebagai
simbol kontinuitas proses kenabian dan risalah ajaran tauhid. Itu karena
al-Qur'an datang dengan mengklaim bahwa dirinya sebagai pembenar kitab-kitab
suci sebelumnya (mushaddiq-un bayna yadayih). Al-Qur'an juga berfungsi sebagai
yang menjelaskan posisi kitab-kitab sebelumnya (mubayyinun). Serta, yang paling
penting dari keduduknnya dalam kaitan dengan kitab-kitab suci sebelumnya,
adalah sebagai yang mengoreksi, furqân.
Dengan kata lain, sesuai dengan misi kedatangan atau turunnya al-Qur'an adalah
adanya indikasi telah terjadi berbagai penyimpangan dan penyelewengan terhadap
isi dan autentisitas kitab-kitab suci sebelumnya. Dalam al-Qur'an sendiri
dinyatakan, Dia menurunkan al-Kitab (al-Qur'an) kepadamu dengan
sebenar-benarnya, membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan
menurunkan Taurat dan Injil (Q.s., ‘âli `Imrân/3: 3).
Itulah sebabnya kemudian, ayat terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw. berbunyi, … Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridlai Islam itu jadi agama
bagimu … (Q.s., al-Mâ’idah/5: 3). Dari ayat tersebut, sepertinya, al-Qur'an
secara tersirat menegaskan bahwa ajaran agama Islam yang sudah dimulai sejak
misi kenabian dan kerasulan Adam a.s.-sudah dinyatakan sempurna. Dalam bahasa
Arab digunakan istilah akmaltu, yang artinya Aku (Allah Swt) sudah sempurnakan,
dalam pengertian pewarisan dan pengembangan ajaran-ajaran samawi sebelumnya.
Al-Qur'an, selain mengandung perintah dan larangan, juga memuat cerita-cerita.
Cerita-cerita itu dinyatakan dan diakui para ilmuwan sebagai ahsan-u ‘l-qashash
(cerita-cerita terbaik). Ini karena cerita-cerita itu mengandung pesan-pesan
moral yang sangat tinggi dan untuk diambil sebagai pegangan, pandangan, dan
tuntunan hidup.
Meskipun demikian, memang pernah ada yang melontarkan kritikan berkenaan dengan
cerita-cerita dalam al-Qur'an dengan adanya penonjolan romantisme percintaan
seperti pada kisah cinta Nabi Yusuf dan Zulaiha. Namun kemudian, pernyataan dan
nada negatif itu terbukti tidak memiliki alasan yang mendasar sama sekali.
Kritikan yang demikian kemudian dibantah dan dipatahkan oleh al-Qur'an sendiri.
Diakui bahwa al-Qur'an memuat kisah cinta Yusuf dan Zulaiha. Namun kalau
diteliti, kisah tersebut hanya sebagian kecil saja dan itu pun tetap memiliki
pesan-pesan moral yang sangat tinggi, seperti anjuran tidak menuruti dorongan
atau ajakan hawa nafsu karena hawa nafsu selalu mengajak kepada kejahatan.
Dalam sejarah, proses diturunkannya al-Qur'an telah melibatkan Malaikat Jibril,
dari kata bahasa Ibrani jibra-el, atau utusan Tuhan. Selain itu, al-Qur'an juga
diakui sebagai sebuah kompendium. Yang demikian itu juga dinyatakan secara
eksplisit oleh al-Qur'an sebagai berikut, (ini adalah) satu surat yang Kami
turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalamnya), dan
Kami turunkan di dalamnya ayat-ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatnya
(Q.s., al-Nûr/24: 1).
Ada sebuah pertanyaan, mengapa al-Qur'an diturunkan pada bulan suci Ramadlan?
Kalau saja mau direnungkan, yang demikian itu ternyata erat kaitannya dengan
asumsi bahwa bulan Ramadlan adalah bulan yang di dalamnya orang beriman
dianjurkan menjalankan ibadah puasa. Mereka sedang banyak-banyaknya melakukan
tadabbur, ihtisâb, dzikr, perenungan dan sebagainya. Amalan-amalan itu,
sesungguhnya, merupakan sebuah upaya pengkondisian untuk menangkap makna dan
pesan al-Qur'an.
Dengan kata lain, untuk dapat menangkap makna dan pesan-pesan dalam al-Qur'an
sebagai sumber pandangan hidup, seseorang harus memiliki terlebih dahulu modal
dasar yang berupa ikatan spiritual, spiritual attachment, seperti kondisi
ruhaniah bulan Ramadlan. Dan selanjutnya, ia harus memiliki persiapan dan
kesediaan pertama jasmaniah, mau membacanya. Kemudian dilanjutkan dengan
kesediaan intelektual yang berupa kemauan memahami dan merenungkan. Setelah
itu, baru akan meningkat kepada kesediaan nafsiah. Pada gilirannya al-Qur'an
dengan sendirinya akan memberikan efek pada diri pembacanya.
Seperti ditegaskan sendiri oleh al-Qur'an, sesungguhnya al-Qur'an dapat
memberikan petunjuk, namun sekaligus juga dapat menyesatkan, yakni bagi mereka
yang tidak mau merenungkan dan mengakui kebenaran al-Qur'an. yang demikian itu,
justru akan menimbulkan sikap dan semangat perlawanan terhadap al-Qur’an
sendiri, seperti yang dinyatakan dalam al-Qur'an, …Dengan perumpamaan itu
banyak orang yang disesatkan oleh Allah dan dengan perumpamaan itu (pula)
banyak orang diberi petunjuk…(Q.s., al-Baqarah/2: 26).
Al-Qur'an yang dalam bahasa Arab berarti bacaan dengan keras (recitation).
Kalau dibaca terus-menerus, meski tidak dapat memahami artinya dengan tingkat
keindahan gaya bahasanya, ternyata terbukti dapat menimbulkan ketenangan ruhani
bagi yang membaca atau mendengarkan. Khususnya apabila dibaca secara perlahan
dan dihayati dalam hati seperti dianjurkan sendiri oleh al-Qur'an, … Dan
bacalah al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan (Q.s., Muzzammil/73: 4).
Dalam sebuah hadits juga disabdakan agar orang beriman membaca al-Qur'an dengan
suara yang indah atau seni qirâ’at karena akan dapat memberi efek tersendiri
kepada pendengarnya, “Hiasilah al-Qur'an itu dengan suara kalian” (H.R. Hakim).
Berkaitan dengan kegiatan seni baca al-Qur'an, sekali lagi perlu diingatkan di
sini, meski Indonesia bukan negara Islam, ternyata bangsa Indonesia telah
diakui dunia internasional sebagai bangsa yang paling baik dalam membaca
al-Qur'an setelah orang-orang Arab. Bahkan, seperti kita ketahui, dalam forum
MTQ internasional, bangsa Indonesia telah mampu tampil dengan prestasi yang
gemilang dan berhasil mengalahkan negara-negara lain, termasuk negara Arab
sendiri. Sebagai bangsa Indonesia-yang mayoritas penduduknya beragama
Islam-pengakuan dan prestasi itu harus disyukuri.
Bersamaan dengan menjalankan ibadah puasa, kita dianjurkan agar sedapat mungkin
mau memperbanyak membaca, mengkaji, dan merenungkan al-Qur'an. Ide dasarnya adalah
agar kita mendapat petunjuk dan hidayah dari al-Qur'an sehingga hati kita pun
menjadi sejuk dan damai, atau sakinah dalam menjalankan kehidupan ini.[]
Dia menurunkan al-Kitab (al-Qur'an) kepadamu dengan
sebenar-benarnya, membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan
menurunkan Taurat dan Injil.
(Q.s., ‘âli `Imrân/3: 3)
Bulan puasa memiliki pertalian yang sangat istimewa dengan
momentum diturunkannya kitab suci al-Qur'an. Sebagaimana dimaklumi bersama,
kitab suci al-Qur'an merupakan sumber pandangan hidup orang beriman.
Perlu diketahui bersama pula persoalan kemurnian atau autentisitas
al-Qur'an sebagai kitab suci. Barang kali hanya al-Qur'an yang diakui, baik
dalam kalangan Muslim maupun non Muslim, sebagai satu-satunya kitab suci di
dunia yang memiliki tingkat autentisitas paling tinggi. Hal ini dapat
dibuktikan dari banyaknya orang yang mampu menghafal al-Qur'an di luar kepala,
baik di belahan bumi barat maupun timur. Mereka dinamakan para hâfidz
al-Qur'an. Dengan demikian, kalau terjadi kekeliruan sedikit saja, walau hanya
satu huruf umpamanya, maka akan dengan mudah diketahui.
Di sisi lain, wujud autentisitas kitab suci al-Qur'an
merupakan janji Allah Swt. yang akan melindungi al-Qur'an dari upaya pemalsuan.
Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya, Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan
al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (Q.s., al-Hijr/15:
9).
Hal yang paling menjadikan al-Qur'an tetap terjaga
keautentikannya, barangkali karena al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab. Ini
seperti yang diungkapkan oleh al-Qur'an sendiri, Dengan bahasa Arab yang jelas
(Q.s., al-Syu`arâ’/26: 195)
Berdasarkan penelitian Hodgson, orang Barat yang banyak menulis buku-buku
tentang keislaman, diakui bahwa bahasa Arab merupakan bahasa dunia yang
memiliki dinamika internal yang sangat tinggi sehingga mampu dengan mudah
mengadaptasikan dirinya sesuai dengan perkembangan zaman. Lebih lanjut
ditegaskan, di antara bahasa di dunia yang pernah mempengaruhi peradaban
manusia, yakni bahasa Latin, Romawi, Sansekerta, dan Arab, hanya bahasa Arablah
yang hingga saat ini masih hidup dan dipakai orang dalam percakapan atau
komunikasi. Bahasa yang lain sudah mati.
Berkenaan dengan peristiwa turunnya al-Qur'an atau lebih
populer dengan sebutan Nuzulul Qur’an, bangsa Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam sungguh sangat bersyukur karena termasuk bangsa yang
menyelenggarakan peringatan Nuzulul Qur’an sebagai sebuah peristiwa nasional
setiap tahun. Dan, yang lebih hebat lagi adalah bahwa acara tersebut juga
dihadiri oleh para pemimpin dan pejabat tinggi negara.
Turunya al-Qur'an pada tanggal 17 Ramadlan dan dikaitkan
dengan turunnya surat pertama kepada Nabi Muhammad Saw. saat beliau melakukan
khalwat di gua Hira, masih diperdebatkan oleh para ulama. Surat tersebut
kemudian dinamakan surat al-`Alaq, berjumlah lima ayat.
Namun satu yang pasti, pada tanggal 17 Ramadlan telah
terjadi perang Badar. Perang tersebut merupakan perang yang pertama kali
terjadi dalam sejarah awal perkembangan agama Islam. Oleh karena itu, perang
tersebut begitu berarti dan sangat menentukan, tentunya menyangkut kelangsungan
agama Islam dikemudian hari. Itulah sebabnya, oleh al-Qur'an dinamakan
al-Furqân (yang membedakan antara dua kekuatan) bâthil dan haqq (kebenaran).
Kata al-Furqân sendiri sebenarnya juga merupakan nama lain al-Qur'an. sesuai
dengan fungsi dan misinya, yakni sebagai pembeda antara yang haqq dan yang
bâthil.
Namun demikian, ada baiknya di sini disinggung arti kata nuzûl-u ‘l-Qur’ân
untuk memberikan pengertian yang memadai sehingga dapat diperoleh pemahaman
yang lebih baik lagi berkaitan dengan peristiwa atau kejadian tersebut. Dalam
al-Qur'an terdapat tiga kata yang menjelaskan hal diturunkannya
al-Qur'an-ketiganya merupakan derivasi atau kata turunan dari akar kata yang
sama, yakni na-za-la. Ketiga kata tersebut adalah inzâl, dari akar kata anzala,
nuzûl dari akar kata nazala, dan tanzîl dari akar kata nazzala.
Al-Qur'an diturunkan pada malam-malam ganjil dalam sepuluh
hari terakhir bulan Ramadlan. Malam-malam tersebut dinamakan laylat-u ‘l-qadr
atau malam kepastian. Proses turunya al-Qur'an disebut inzâl, yakni
diturunkannya al-Qur'an kedalam lawh al-mahfûzh dalam wujud sebagai prototipe
kitab suci-proses yang serupa juga dialami oleh kitab-kitab suci lain
sebelumnya. Selanjutnya, al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., yang
prosesnya disebut nuzûl-membutuhkan waktu 23 tahun.
Adapun surat-surat yang ada dalam al-Qur'an selanjutnya diklasifikasikan ke
dalam dua kelompok. Yang pertama kelompok Makkiyah, atau periode Makkah.
Kelompok ini ditandai dengan ciri-ciri ayatnya yang pendek dan isinya
memfokuskan pada penanaman nilai-nilai keimanan.
Dan yang kedua adalah kelompok Madaniyyah, yang artinya diturunkan pada periode
Madinah. Madînah dalam bahasa Arab mengandung pengertian kota yang teratur
karena telah memiliki peradaban. Adapun, surat-surat Madaniyyah bercirikan
menyoroti masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Itu karena setelah Nabi
Muhammad Saw. hijrah atau melakukan migrasi dari kota Makkah ke kota Madinah,
beliau bersama-sama kaum Muslimin mulai membangun sebuah tatanan sosial yang
sama sekali baru-yang berbeda dengan tatanan yang ada di kota Makkah.
Semantara itu, kata tanzîl mengandung pengertian proses pembumian al-Qur'an ke
dalam realitas kehidupan. Di sini, fungsi dan peran al-Qur'an adalah merespons,
menjawab, dan memberikan berbagai solusi atau pemecahan atas berbagai persoalan
sosial yang dihadapi oleh umat Islam.
Contohnya, ada seseorang yang bertanya kepada Nabi
Muhammad Saw. tentang bulan sabit, al-ahillati, seperti dalam ayat al-Qur'an
disebutkan, Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, “Bulan
sabit adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan bagi ibadah haji…” (Q.s.,
al-Baqarah/2: 189). Contoh lain, mereka bertanya kepada Nabi Muhammad Saw.
tentang harta rampasan (al-‘anfâl). Juga ada yang bertanya tentang kisah
seseorang yang bernama Zulqarnain dan masih banyak lagi.
Al-Qur’an sebagai kitab suci samawi, di sisi lain juga harus dipahami sebagai
simbol kontinuitas proses kenabian dan risalah ajaran tauhid. Itu karena
al-Qur'an datang dengan mengklaim bahwa dirinya sebagai pembenar kitab-kitab
suci sebelumnya (mushaddiq-un bayna yadayih). Al-Qur'an juga berfungsi sebagai
yang menjelaskan posisi kitab-kitab sebelumnya (mubayyinun). Serta, yang paling
penting dari keduduknnya dalam kaitan dengan kitab-kitab suci sebelumnya,
adalah sebagai yang mengoreksi, furqân.
Dengan kata lain, sesuai dengan misi kedatangan atau turunnya al-Qur'an adalah
adanya indikasi telah terjadi berbagai penyimpangan dan penyelewengan terhadap
isi dan autentisitas kitab-kitab suci sebelumnya. Dalam al-Qur'an sendiri
dinyatakan, Dia menurunkan al-Kitab (al-Qur'an) kepadamu dengan
sebenar-benarnya, membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan
menurunkan Taurat dan Injil (Q.s., ‘âli `Imrân/3: 3).
Itulah sebabnya kemudian, ayat terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw. berbunyi, … Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridlai Islam itu jadi agama
bagimu … (Q.s., al-Mâ’idah/5: 3). Dari ayat tersebut, sepertinya, al-Qur'an
secara tersirat menegaskan bahwa ajaran agama Islam yang sudah dimulai sejak
misi kenabian dan kerasulan Adam a.s.-sudah dinyatakan sempurna. Dalam bahasa
Arab digunakan istilah akmaltu, yang artinya Aku (Allah Swt) sudah sempurnakan,
dalam pengertian pewarisan dan pengembangan ajaran-ajaran samawi sebelumnya.
Al-Qur'an, selain mengandung perintah dan larangan, juga memuat cerita-cerita.
Cerita-cerita itu dinyatakan dan diakui para ilmuwan sebagai ahsan-u ‘l-qashash
(cerita-cerita terbaik). Ini karena cerita-cerita itu mengandung pesan-pesan
moral yang sangat tinggi dan untuk diambil sebagai pegangan, pandangan, dan
tuntunan hidup.
Meskipun demikian, memang pernah ada yang melontarkan kritikan berkenaan dengan
cerita-cerita dalam al-Qur'an dengan adanya penonjolan romantisme percintaan
seperti pada kisah cinta Nabi Yusuf dan Zulaiha. Namun kemudian, pernyataan dan
nada negatif itu terbukti tidak memiliki alasan yang mendasar sama sekali.
Kritikan yang demikian kemudian dibantah dan dipatahkan oleh al-Qur'an sendiri.
Diakui bahwa al-Qur'an memuat kisah cinta Yusuf dan Zulaiha. Namun kalau
diteliti, kisah tersebut hanya sebagian kecil saja dan itu pun tetap memiliki
pesan-pesan moral yang sangat tinggi, seperti anjuran tidak menuruti dorongan
atau ajakan hawa nafsu karena hawa nafsu selalu mengajak kepada kejahatan.
Dalam sejarah, proses diturunkannya al-Qur'an telah melibatkan Malaikat Jibril,
dari kata bahasa Ibrani jibra-el, atau utusan Tuhan. Selain itu, al-Qur'an juga
diakui sebagai sebuah kompendium. Yang demikian itu juga dinyatakan secara
eksplisit oleh al-Qur'an sebagai berikut, (ini adalah) satu surat yang Kami
turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalamnya), dan
Kami turunkan di dalamnya ayat-ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatnya
(Q.s., al-Nûr/24: 1).
Ada sebuah pertanyaan, mengapa al-Qur'an diturunkan pada bulan suci Ramadlan?
Kalau saja mau direnungkan, yang demikian itu ternyata erat kaitannya dengan
asumsi bahwa bulan Ramadlan adalah bulan yang di dalamnya orang beriman
dianjurkan menjalankan ibadah puasa. Mereka sedang banyak-banyaknya melakukan
tadabbur, ihtisâb, dzikr, perenungan dan sebagainya. Amalan-amalan itu,
sesungguhnya, merupakan sebuah upaya pengkondisian untuk menangkap makna dan
pesan al-Qur'an.
Dengan kata lain, untuk dapat menangkap makna dan pesan-pesan dalam al-Qur'an
sebagai sumber pandangan hidup, seseorang harus memiliki terlebih dahulu modal
dasar yang berupa ikatan spiritual, spiritual attachment, seperti kondisi
ruhaniah bulan Ramadlan. Dan selanjutnya, ia harus memiliki persiapan dan
kesediaan pertama jasmaniah, mau membacanya. Kemudian dilanjutkan dengan
kesediaan intelektual yang berupa kemauan memahami dan merenungkan. Setelah
itu, baru akan meningkat kepada kesediaan nafsiah. Pada gilirannya al-Qur'an
dengan sendirinya akan memberikan efek pada diri pembacanya.
Seperti ditegaskan sendiri oleh al-Qur'an, sesungguhnya al-Qur'an dapat
memberikan petunjuk, namun sekaligus juga dapat menyesatkan, yakni bagi mereka
yang tidak mau merenungkan dan mengakui kebenaran al-Qur'an. yang demikian itu,
justru akan menimbulkan sikap dan semangat perlawanan terhadap al-Qur’an
sendiri, seperti yang dinyatakan dalam al-Qur'an, …Dengan perumpamaan itu
banyak orang yang disesatkan oleh Allah dan dengan perumpamaan itu (pula)
banyak orang diberi petunjuk…(Q.s., al-Baqarah/2: 26).
Al-Qur'an yang dalam bahasa Arab berarti bacaan dengan keras (recitation).
Kalau dibaca terus-menerus, meski tidak dapat memahami artinya dengan tingkat
keindahan gaya bahasanya, ternyata terbukti dapat menimbulkan ketenangan ruhani
bagi yang membaca atau mendengarkan. Khususnya apabila dibaca secara perlahan
dan dihayati dalam hati seperti dianjurkan sendiri oleh al-Qur'an, … Dan
bacalah al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan (Q.s., Muzzammil/73: 4).
Dalam sebuah hadits juga disabdakan agar orang beriman membaca al-Qur'an dengan
suara yang indah atau seni qirâ’at karena akan dapat memberi efek tersendiri
kepada pendengarnya, “Hiasilah al-Qur'an itu dengan suara kalian” (H.R. Hakim).
Berkaitan dengan kegiatan seni baca al-Qur'an, sekali lagi perlu diingatkan di
sini, meski Indonesia bukan negara Islam, ternyata bangsa Indonesia telah
diakui dunia internasional sebagai bangsa yang paling baik dalam membaca
al-Qur'an setelah orang-orang Arab. Bahkan, seperti kita ketahui, dalam forum
MTQ internasional, bangsa Indonesia telah mampu tampil dengan prestasi yang
gemilang dan berhasil mengalahkan negara-negara lain, termasuk negara Arab
sendiri. Sebagai bangsa Indonesia-yang mayoritas penduduknya beragama
Islam-pengakuan dan prestasi itu harus disyukuri.
Bersamaan dengan menjalankan ibadah puasa, kita dianjurkan agar sedapat mungkin
mau memperbanyak membaca, mengkaji, dan merenungkan al-Qur'an. Ide dasarnya adalah
agar kita mendapat petunjuk dan hidayah dari al-Qur'an sehingga hati kita pun
menjadi sejuk dan damai, atau sakinah dalam menjalankan kehidupan ini.[]
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as