MANUSIA-MANUSIA
API
Percayakah
kita kalau dikatakan, tubuh manusia sebenarnya menyimpan kekuatan yang mampu
membangkitkan api? Kita boleh tidak percaya, tapi berikut ini ada sejumlah
peristiwa misteri tentang manusia-manusia yang memiliki daya aneh itu.
Fenomena hubungan manusia
dengan api memang unik. Kecil menjadi kawan, besar menjadi lawan. Ujaran
tersebut mengandung makan bagaimana kita masih bisa bermain-main dengan api
sampai batas tertentu.
Begitu banyak contoh permainan dengan
api beredar di sekitar kita. Mulai dari yang paling sederhana seperti
menyala-matikan kompor atau korek api, hingga yang cukup berisiko dengan
berlenggang kangkung di atas serakan bara api yang memerah.
Tapi
pada semua kondisi tersebut api dihasilkan dari sumber di luar manusia. Dalam
kesenian tradisional kuda kepang, pemain api akan menyimpan minyak tanah di
mulutnya sebelum disemburkan ke obor di dekatnya untuk menciptakan sensasi api
yang berkobar. Apakah permainan itu menggambarkan hasrat manusia menjadi sumber
api? Tapi mungkinkah?
"Masuk"
ke tungku
Dalam bukunya Scientific
American L.C. Woodman menceritakan, pada tahun 1882 ia telah mengamati W.M.
Underwood (27) dari Paw Paw, Michigan, yang memiliki kelebihan memiliki napas
cukup panas. Konon embusan napas Underwood dapat membakar sapu tangan dan
lembaran kertas. Diceritakan, "Bila berburu, ia sering terlupa membawa
korek. Saat merasa memerlukan api, ia akan segera mengumpulkan daun kering,
menumpuknya, lalu meniupnya hingga terbakar. Dengan tenang ia menggunakannya
entah untuk mengeringkan kaus kakinya atau penggunaan yang lain."
Bakat luar biasanya itu
ditemukan secara tak sengaja ketika Underwood mencium sapu tangan yang wangi,
"Saat ia mengembuskan napasnya, sapu tangan itu tiba-tiba terbakar."
Woodman tidak mampu menemukan
penyebabnya, yang pasti di tubuh Underwood tidak ditemukan alat apa pun yang
membuatnya punya day membakar.
Underwood bukan satu-satunya,
masih banyak lagi orang yang mengalami kejadian yang disebut fire prone
atau pyrokinetics itu. Yang lain adalah Tong Tangjiang (4) dari Hunan,
Cina. Berbeda dengan Underwood yang mampu mengontrol kapan akan menggunakan
api, Tong hanya bisa pasrah setiap kali api datang.
Kejadian pertama dialaminya
pada pagi hari bulan April 1990, ketika keluarganya melihat asap keluar dari
pipa celana panjangnya. Ketika dilepas, nampak celana dalamnya terbakar. Ia
segera dilarikan ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan atas luka bakar
tersebut. Dalam tenggang waktu 2 jam berikutnya, tubuhnya menyala selama tiga
kali lagi. Kebakaran-kebakaran tersebut melukai tangan, ketiak, bahkan organ
kelaminnya.
Dokter yang merawatnya tidak
melihat penyebab yang jelas. Ia menduga, Tong mampu membangkitkan aliran arus
listrik setiap ia merasa senang atau stres. Setelah kejadian itu, Tong pernah
tanpa sadar membakar kasur, selain suatu ketika hampir membakar rambut
neneknya.
Nasib buruk serupa dialami
Paul Hayes (19) pada 25 Mei 1985 malam. Paul Hayes (19) yang bekerja sebagai programmer
komputer tiba-tiba menyala saat melewati jalanan sepi di Stepney Green.
Untunglah, tempat itu tidak jauh dari London Hospital sehingga ia bisa segera
mendapat pertolongan.
Pria bukan perokok itu mencoba
mengingat semua yang dirasakannya saat itu, "Sungguh sulit dijelaskan ...
tiba-tiba saya seperti dicemplungkan ke dalam tungku yang panas ... dada ini
seperti disiram air mendidih. Saat itu seakan-akan aku mendengar otakku
bergolak matang!"
Si "Mata
Api"
Keadaan tersebut memang tidak
membuat para pengidap pyrokinetic tersebut merasa nyaman. Bukan hanya
oleh kemungkinan bahaya yang setiap saat mengancam mereka, namun juga akibat
sosial lainnya. Terlebih bila pelaku tersebut bisa menyalakan api tanpa akibat
luka bakar di tubuhnya. Akan makin sulit baginya untuk mengelak tudingan
sebagai penyebab kebakaran.
Willy Brough (12) dari
Turlock, Kalifornia, misalnya, diduga mampu menyalakan api hanya dengan
memandangnya. Akibatnya, ia harus menerima saja ketika diusir keluarganya
karena dianggap kerasukan roh jahat.
Untunglah, seorang petani yang
tinggal dekat rumahnya mau memungut bocah itu dan kembali menyekolahkannya.
Namun sayang, di sekolah baru ini ia hanya bertahan 1 hari. Karena hanya dalam
sehari itu, lima ruang kelas dilalap api yang bersumber dari sorot matanya.
Demikian juga dengan Benedetto
Supino dari Formia, dekat Roma, yang selanjutnya mejadi perhatian
masyarakatnya. Bermula pada tahun 1982, ketika buku komik yang dibacanya di
ruang tunggu dokter gigi tiba-tiba menyala. Sejak itu, ia dan keluarganya
dikejutkan oleh beberapa kebakaran. Meja-kursi dan bermacam-macam barang
lainnya terbakar setiap kali Benedetto melewatinya, termasuk juga seprai tempat
tidurnya, atau barang-barang yang dipegangnya, terutama buku. Demikian pula
dengan barang yang dipandangnya dengan serius, seperti yang pernah terjadi pada
benda plastik yang dipegang pamannya.
Kemampuan itu membuat Benedetto
merasa sangat malu, bahkan tertekan. Sementara para ilmuwan tidak mampu banyak
membantunya. Profesor Mario Scuncio dari Pusat Kesehatan Sosial Tivoli
misalnya, justruu memberikan diagnosis yang agak janggal dengan menilai kondisi
kejiwaan anak laki-laki yang pendiam dan kutu buku itu sangat normal.
Dr. Giovanni Ballesio, dekan
jurusan pengobatan kesehatan dari Rome University, yang pernah menyelidiki
kemungkinan ketidaknormalan pada orang yang memiliki kemampuan membangkitkan
listrik tinggi pun tidak mampu menemukan penjelasan apa-apa di balik semua
kebakaran itu.
Benedetto hanya menyandarkan
harapannya pada parapsikolog Demetrio Croce yang mencoba mengajarkan bagaimana
mengontrol kemampuannya itu.
Nasib mengenaskan lain dialami
Jennie Bramwell yang yatim piatu. Hanya dalam beberapa minggu setelah diadopsi,
di rumah Dawson, di Thorah Island, Ontario - keluarga angkatnya
- terjadi berpuluh kali kebakaran kecil. Api yang menjilat langit-langit,
dinding, perabotan, handuk, bahkan kucing kesayangan keluarga terjadi spontan
saat Jennie ada di dekatnya. Jennie pun dikembalikan ke rumah yatim piatu.
Asalnya kekuatan
pikiran
Fenomena yang dialami para
penderita pyrokinetics, berbeda dengan yang disebut penghangusan tubuh
secara spontan (SHC). SHC sering berakibat fatal, karena panas yang terjadi
mampu mengubah tubuh menjadi setumpuk abu hanya dalam beberapa menit. Bisa
dibayangkan seberapa kuat panasnya, bila dibandingkan dengan pembakaran jenazah
di krematorium yang menggunakan panas pada suhu 1.110oC. Perlu waktu
8 jam untuk membakar jenazah di situ. Itupun, bekas yang ditinggalkan tidak
seperti pada peristiwa SHC.
Dalam fenomena manusia pyrokinetics,
tak sedikit orang yang mencoba mencari penyebab yang wajar terjadi dalam
keseharian, seperti puntung rokok yang menyala, bara yang terpercik dari
pemanas atau pembakaran.
Malah pada lingkungan tertentu
ada yang mengaitkannya dengan poltergeist yang manifestasinya sering
berupa kecelakaan kebakaran. Poltergeist yang dimaksud, menurut banyak
orang, tidak disebabkan oleh roh jahat, tapi lebih karena pribadi yang
terganggu.
Atas dasar pendapat itu, ahli
fisika Dr. Nandor Fodor menganjurkan, perlu analisis psikis untuk membuktikan
bahwa rumah yang mengalami gangguan poltergeist lebih disebabkan oleh
apa yang disebutnya sebagai "cetusan tekanan yang dirasakan
penghuninya".
Secara tersamar pendapat itu
didukung anomalis Vincent H. Gaddis, seperti yang dimuat dalam bukunya Mysterious
Fires and Lights yang berdasarkan penelitiannya di bidang parapsikologi
tahun 1967. Menurutnya, "Ada satu kekuatan pikiran yang mampu meningkatkan
gejolak molekul yang berpengaruh langsung pada suatu objek sasaran. Begitu
gejolak meningkat, objek menjadi panas. Sehingga untuk membakar tirai, baju,
atau benda lain yang mudah terbakar hanya perlu beberapa percikan panas."
Tidak heran bila
orang-orang yang telah mampu mengontrol kekuatan pikiran, akan mampu melakukan
hal tersebut, misalnya dengan melakukan meditasi.
Dihukum tanpa bukti kuat
Ketidaktahuan mengenai pyrokinetics
pun rupanya bisa memberikan akibat yang jauh dari mengenakkan. Ketika pelakunya
dituduh sebagai pelaku kejahatan, seperti yang terjadi pada 12 Desember 1983 di
Livorno, Italia. Kasus itu pun menjadi satu kasus paling aneh di pengadilan
modern.
Carol Compton, gadis kebangsaan
Skotlandia, menerima lima tuduhan membakar rumah dengan sengaja dan satu usaha
pembunuhan. Tuduhan tersebut mampu menggambarkan betapa berbahayanya Carol. Tak
ayal, selain harus dikawal petugas keamanan saat memasuki ruang pengadilan,
selama proses persidangan ia pun ditempatkan dalam kandang berjeruji yang
terkunci kuat yang biasa digunakan untuk mengurung teroris saat diadili.
Awal kisahnya dimulai pada
penghujung tahun 1982, ketika Carol mulai bekerja sebagai pramusiwi. Saat ia
bekerja tersebut terjadi tiga kebakaran. Kejadian pertama menghancurkan ruang
tamu majikannya, dua kejadian berikutnya terjadi pada rumah baru saat rumah
lama yang terbakar diperbaiki. Meski tidak ada bukti bahwa Carol pelakunya, ia
tetap harus menerima tuduhan sebagai pelaku. Carol pun kehilangan pekerjaan
pertamanya.
Lepas dari pekerjaan
pertamanya, nasib buruk masih mengejarnya. Pada kesempatan berikutnya Carol
bertugas merawat Agnese (3), anak perempuan pasangan kaya yang bekerja di
stasiun TV. Pada 1 Agustus malam, tiba-tiba tempat tidur kakek Agnese dilalap
api. Keesokan paginya, api kembali menghanguskan kasur lipat, sementara Agnese
masih tidur di atasnya.
Meski Agnese tidak mengalami
luka, keluarganya tetap memanggil polisi untuk memeriksa Carol. Ia pun ditahan
dengan tuduhan melakukan rencana pembunuhan dan pembakaran rumah (yang terjadi
pada majikan sebelumnya). Padahal alibinya cukup kuat, saat kebakaran terjadi
Carol berada di lantai bawah bersama anggota keluarga lainnya. Karena menolak
memberikan uang jaminan, ia dipertimbangkan menjalani hukuman percobaan selama
16 bulan.
Carol pun menjadi bahan
perbincangan di mana-mana. Ada yang berusaha melindunginya, dengan menduga
kemungkin terjadinya pyrokinetics, atau sebaliknya mencemoohnya.
Salah seorang yang berusaha
menjatuhkannya adalah nenek Agnese yang sangat percaya pada takhayul. Ia
mengundang seorang dukun untuk menguatkan tuduhannya, bahwa Carol menggunakan
sihir untuk menghancurkan keluarganya. Ketika sang dukun yang berpakaian hitam
itu datang, segenap pengunjung merasa tercekam oleh suasana misteri. Sambil
mengayunkan jimat besar, ia berkomat-kamit mengucapkan mantera tepat di depan
wajah Carol. Menurutnya, roh seorang gadis dari abad XVII telah merasukinya dan
memberikan kemampuan membakar itu.
Dengan telak pihak penuntut
dan pembela menolak keterlibatan paranormal. Mereka lebih memilih meminta
kesaksian petugas kebakaran yang memadamkan api di kediaman majikan-majikan
Carol. Petugas yang berpengalaman selama 38 tahun itu mengaku, api di
rumah-rumah tersebut sangat aneh, "Tidak hanya panas sekali, arah rambatan
api juga tidak biasa. Kalau biasanya dari bawah ke atas, yang ini justru dari
atas ke bawah."
Bukan api biasa
Pengadilan yang merasa belum
cukup mendapatkan informasi, akhirnya mengundang saksi ahli Profesor Vitolo
Nicolo dari Pisa University. "Sepanjang 45 tahun pengalaman saya, belum
pernah ada api yang demikian. Api itu tercipta karena sumber panas yang sangat
kuat, tapi bukan dari jenis api biasa yang kita kenal."
Dari sisa kebakaran, kasur
misalnya, tampak sifat api yang aneh. Meski terbuat dari bahan yang berbeda,
seluruh kasur memiliki bekas yang sama, hanya hangus di bagian permukaan.
Menurut Nicolo, api itu tidak mungkin dinyalakan dengan korek api atau gas,
atau sumber api biasa lainnya. Apalagi, tes forensik menunjukkan tidak ada
bahan bakar atau kimia yang digunakan.
Menurut pengamatannya, api
yang muncul pertama kali pun dinilainya janggal, "Tampaknya dimulai dengan
terbakarnya bangku kayu. Herannya, bangku itu hanya sedikit hangus, padahal
barang lain di ruangan itu hancur ludes." Selain pendapatnya mengenai
arah rambatan api yang serupa dengan dugaan petugas kebakaran, ia menambahkan
ada bekas hangus di dalam laci lemari.
Pada akhir pengadilan, para
juri berunding selama 6,5 jam. Karena mempertimbangkan, Carol tidak pernah
terlihat jelas sedang menyalakan api, tidak berada cukup dekat dengan tempat
kejadian, juga berada dalam pengawasan anggota keluarga yang lain saat kejadian
bermula, para juri menyatakan ia bersalah dengan dua tuduhan membakar rumah dan
satu usaha mencoba melakukan pembakaran. Sedangkan usaha pembunuhan, dinyatakan
tak terbukti. Sayangnya, pengadilan tidak mengungkap hasil penelitian terhadap
latar belakang Carol seperti catatan kesehatan mental yang bersih, tidak pernah
tercatat melakukan tindakan kriminal, atau memiliki sejarah pyromania
(kesenangan memainkan api).
Keputusannya, Carol dijatuhi
hukuman 7 tahun penjara, ditambah catatan dari ketua pengadilan, bahwa kasus
itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan sihir. (TXF/Sht)
API
Percayakah
kita kalau dikatakan, tubuh manusia sebenarnya menyimpan kekuatan yang mampu
membangkitkan api? Kita boleh tidak percaya, tapi berikut ini ada sejumlah
peristiwa misteri tentang manusia-manusia yang memiliki daya aneh itu.
Fenomena hubungan manusia
dengan api memang unik. Kecil menjadi kawan, besar menjadi lawan. Ujaran
tersebut mengandung makan bagaimana kita masih bisa bermain-main dengan api
sampai batas tertentu.
Begitu banyak contoh permainan dengan
api beredar di sekitar kita. Mulai dari yang paling sederhana seperti
menyala-matikan kompor atau korek api, hingga yang cukup berisiko dengan
berlenggang kangkung di atas serakan bara api yang memerah.
Tapi
pada semua kondisi tersebut api dihasilkan dari sumber di luar manusia. Dalam
kesenian tradisional kuda kepang, pemain api akan menyimpan minyak tanah di
mulutnya sebelum disemburkan ke obor di dekatnya untuk menciptakan sensasi api
yang berkobar. Apakah permainan itu menggambarkan hasrat manusia menjadi sumber
api? Tapi mungkinkah?
"Masuk"
ke tungku
Dalam bukunya Scientific
American L.C. Woodman menceritakan, pada tahun 1882 ia telah mengamati W.M.
Underwood (27) dari Paw Paw, Michigan, yang memiliki kelebihan memiliki napas
cukup panas. Konon embusan napas Underwood dapat membakar sapu tangan dan
lembaran kertas. Diceritakan, "Bila berburu, ia sering terlupa membawa
korek. Saat merasa memerlukan api, ia akan segera mengumpulkan daun kering,
menumpuknya, lalu meniupnya hingga terbakar. Dengan tenang ia menggunakannya
entah untuk mengeringkan kaus kakinya atau penggunaan yang lain."
Bakat luar biasanya itu
ditemukan secara tak sengaja ketika Underwood mencium sapu tangan yang wangi,
"Saat ia mengembuskan napasnya, sapu tangan itu tiba-tiba terbakar."
Woodman tidak mampu menemukan
penyebabnya, yang pasti di tubuh Underwood tidak ditemukan alat apa pun yang
membuatnya punya day membakar.
Underwood bukan satu-satunya,
masih banyak lagi orang yang mengalami kejadian yang disebut fire prone
atau pyrokinetics itu. Yang lain adalah Tong Tangjiang (4) dari Hunan,
Cina. Berbeda dengan Underwood yang mampu mengontrol kapan akan menggunakan
api, Tong hanya bisa pasrah setiap kali api datang.
Kejadian pertama dialaminya
pada pagi hari bulan April 1990, ketika keluarganya melihat asap keluar dari
pipa celana panjangnya. Ketika dilepas, nampak celana dalamnya terbakar. Ia
segera dilarikan ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan atas luka bakar
tersebut. Dalam tenggang waktu 2 jam berikutnya, tubuhnya menyala selama tiga
kali lagi. Kebakaran-kebakaran tersebut melukai tangan, ketiak, bahkan organ
kelaminnya.
Dokter yang merawatnya tidak
melihat penyebab yang jelas. Ia menduga, Tong mampu membangkitkan aliran arus
listrik setiap ia merasa senang atau stres. Setelah kejadian itu, Tong pernah
tanpa sadar membakar kasur, selain suatu ketika hampir membakar rambut
neneknya.
Nasib buruk serupa dialami
Paul Hayes (19) pada 25 Mei 1985 malam. Paul Hayes (19) yang bekerja sebagai programmer
komputer tiba-tiba menyala saat melewati jalanan sepi di Stepney Green.
Untunglah, tempat itu tidak jauh dari London Hospital sehingga ia bisa segera
mendapat pertolongan.
Pria bukan perokok itu mencoba
mengingat semua yang dirasakannya saat itu, "Sungguh sulit dijelaskan ...
tiba-tiba saya seperti dicemplungkan ke dalam tungku yang panas ... dada ini
seperti disiram air mendidih. Saat itu seakan-akan aku mendengar otakku
bergolak matang!"
Si "Mata
Api"
Keadaan tersebut memang tidak
membuat para pengidap pyrokinetic tersebut merasa nyaman. Bukan hanya
oleh kemungkinan bahaya yang setiap saat mengancam mereka, namun juga akibat
sosial lainnya. Terlebih bila pelaku tersebut bisa menyalakan api tanpa akibat
luka bakar di tubuhnya. Akan makin sulit baginya untuk mengelak tudingan
sebagai penyebab kebakaran.
Willy Brough (12) dari
Turlock, Kalifornia, misalnya, diduga mampu menyalakan api hanya dengan
memandangnya. Akibatnya, ia harus menerima saja ketika diusir keluarganya
karena dianggap kerasukan roh jahat.
Untunglah, seorang petani yang
tinggal dekat rumahnya mau memungut bocah itu dan kembali menyekolahkannya.
Namun sayang, di sekolah baru ini ia hanya bertahan 1 hari. Karena hanya dalam
sehari itu, lima ruang kelas dilalap api yang bersumber dari sorot matanya.
|
Benedetto Supino dengan "karya"-nya. |
Demikian juga dengan Benedetto
Supino dari Formia, dekat Roma, yang selanjutnya mejadi perhatian
masyarakatnya. Bermula pada tahun 1982, ketika buku komik yang dibacanya di
ruang tunggu dokter gigi tiba-tiba menyala. Sejak itu, ia dan keluarganya
dikejutkan oleh beberapa kebakaran. Meja-kursi dan bermacam-macam barang
lainnya terbakar setiap kali Benedetto melewatinya, termasuk juga seprai tempat
tidurnya, atau barang-barang yang dipegangnya, terutama buku. Demikian pula
dengan barang yang dipandangnya dengan serius, seperti yang pernah terjadi pada
benda plastik yang dipegang pamannya.
Kemampuan itu membuat Benedetto
merasa sangat malu, bahkan tertekan. Sementara para ilmuwan tidak mampu banyak
membantunya. Profesor Mario Scuncio dari Pusat Kesehatan Sosial Tivoli
misalnya, justruu memberikan diagnosis yang agak janggal dengan menilai kondisi
kejiwaan anak laki-laki yang pendiam dan kutu buku itu sangat normal.
Dr. Giovanni Ballesio, dekan
jurusan pengobatan kesehatan dari Rome University, yang pernah menyelidiki
kemungkinan ketidaknormalan pada orang yang memiliki kemampuan membangkitkan
listrik tinggi pun tidak mampu menemukan penjelasan apa-apa di balik semua
kebakaran itu.
Benedetto hanya menyandarkan
harapannya pada parapsikolog Demetrio Croce yang mencoba mengajarkan bagaimana
mengontrol kemampuannya itu.
Nasib mengenaskan lain dialami
Jennie Bramwell yang yatim piatu. Hanya dalam beberapa minggu setelah diadopsi,
di rumah Dawson, di Thorah Island, Ontario - keluarga angkatnya
- terjadi berpuluh kali kebakaran kecil. Api yang menjilat langit-langit,
dinding, perabotan, handuk, bahkan kucing kesayangan keluarga terjadi spontan
saat Jennie ada di dekatnya. Jennie pun dikembalikan ke rumah yatim piatu.
Asalnya kekuatan
pikiran
Fenomena yang dialami para
penderita pyrokinetics, berbeda dengan yang disebut penghangusan tubuh
secara spontan (SHC). SHC sering berakibat fatal, karena panas yang terjadi
mampu mengubah tubuh menjadi setumpuk abu hanya dalam beberapa menit. Bisa
dibayangkan seberapa kuat panasnya, bila dibandingkan dengan pembakaran jenazah
di krematorium yang menggunakan panas pada suhu 1.110oC. Perlu waktu
8 jam untuk membakar jenazah di situ. Itupun, bekas yang ditinggalkan tidak
seperti pada peristiwa SHC.
Dalam fenomena manusia pyrokinetics,
tak sedikit orang yang mencoba mencari penyebab yang wajar terjadi dalam
keseharian, seperti puntung rokok yang menyala, bara yang terpercik dari
pemanas atau pembakaran.
Malah pada lingkungan tertentu
ada yang mengaitkannya dengan poltergeist yang manifestasinya sering
berupa kecelakaan kebakaran. Poltergeist yang dimaksud, menurut banyak
orang, tidak disebabkan oleh roh jahat, tapi lebih karena pribadi yang
terganggu.
Atas dasar pendapat itu, ahli
fisika Dr. Nandor Fodor menganjurkan, perlu analisis psikis untuk membuktikan
bahwa rumah yang mengalami gangguan poltergeist lebih disebabkan oleh
apa yang disebutnya sebagai "cetusan tekanan yang dirasakan
penghuninya".
Secara tersamar pendapat itu
didukung anomalis Vincent H. Gaddis, seperti yang dimuat dalam bukunya Mysterious
Fires and Lights yang berdasarkan penelitiannya di bidang parapsikologi
tahun 1967. Menurutnya, "Ada satu kekuatan pikiran yang mampu meningkatkan
gejolak molekul yang berpengaruh langsung pada suatu objek sasaran. Begitu
gejolak meningkat, objek menjadi panas. Sehingga untuk membakar tirai, baju,
atau benda lain yang mudah terbakar hanya perlu beberapa percikan panas."
Tidak heran bila
orang-orang yang telah mampu mengontrol kekuatan pikiran, akan mampu melakukan
hal tersebut, misalnya dengan melakukan meditasi.
Dihukum tanpa bukti kuat
Ketidaktahuan mengenai pyrokinetics
pun rupanya bisa memberikan akibat yang jauh dari mengenakkan. Ketika pelakunya
dituduh sebagai pelaku kejahatan, seperti yang terjadi pada 12 Desember 1983 di
Livorno, Italia. Kasus itu pun menjadi satu kasus paling aneh di pengadilan
modern.
|
Carol Compton - ilmu sihir atau justru korban ketidaktahuan? |
Carol Compton, gadis kebangsaan
Skotlandia, menerima lima tuduhan membakar rumah dengan sengaja dan satu usaha
pembunuhan. Tuduhan tersebut mampu menggambarkan betapa berbahayanya Carol. Tak
ayal, selain harus dikawal petugas keamanan saat memasuki ruang pengadilan,
selama proses persidangan ia pun ditempatkan dalam kandang berjeruji yang
terkunci kuat yang biasa digunakan untuk mengurung teroris saat diadili.
Awal kisahnya dimulai pada
penghujung tahun 1982, ketika Carol mulai bekerja sebagai pramusiwi. Saat ia
bekerja tersebut terjadi tiga kebakaran. Kejadian pertama menghancurkan ruang
tamu majikannya, dua kejadian berikutnya terjadi pada rumah baru saat rumah
lama yang terbakar diperbaiki. Meski tidak ada bukti bahwa Carol pelakunya, ia
tetap harus menerima tuduhan sebagai pelaku. Carol pun kehilangan pekerjaan
pertamanya.
Lepas dari pekerjaan
pertamanya, nasib buruk masih mengejarnya. Pada kesempatan berikutnya Carol
bertugas merawat Agnese (3), anak perempuan pasangan kaya yang bekerja di
stasiun TV. Pada 1 Agustus malam, tiba-tiba tempat tidur kakek Agnese dilalap
api. Keesokan paginya, api kembali menghanguskan kasur lipat, sementara Agnese
masih tidur di atasnya.
Meski Agnese tidak mengalami
luka, keluarganya tetap memanggil polisi untuk memeriksa Carol. Ia pun ditahan
dengan tuduhan melakukan rencana pembunuhan dan pembakaran rumah (yang terjadi
pada majikan sebelumnya). Padahal alibinya cukup kuat, saat kebakaran terjadi
Carol berada di lantai bawah bersama anggota keluarga lainnya. Karena menolak
memberikan uang jaminan, ia dipertimbangkan menjalani hukuman percobaan selama
16 bulan.
Carol pun menjadi bahan
perbincangan di mana-mana. Ada yang berusaha melindunginya, dengan menduga
kemungkin terjadinya pyrokinetics, atau sebaliknya mencemoohnya.
Salah seorang yang berusaha
menjatuhkannya adalah nenek Agnese yang sangat percaya pada takhayul. Ia
mengundang seorang dukun untuk menguatkan tuduhannya, bahwa Carol menggunakan
sihir untuk menghancurkan keluarganya. Ketika sang dukun yang berpakaian hitam
itu datang, segenap pengunjung merasa tercekam oleh suasana misteri. Sambil
mengayunkan jimat besar, ia berkomat-kamit mengucapkan mantera tepat di depan
wajah Carol. Menurutnya, roh seorang gadis dari abad XVII telah merasukinya dan
memberikan kemampuan membakar itu.
Dengan telak pihak penuntut
dan pembela menolak keterlibatan paranormal. Mereka lebih memilih meminta
kesaksian petugas kebakaran yang memadamkan api di kediaman majikan-majikan
Carol. Petugas yang berpengalaman selama 38 tahun itu mengaku, api di
rumah-rumah tersebut sangat aneh, "Tidak hanya panas sekali, arah rambatan
api juga tidak biasa. Kalau biasanya dari bawah ke atas, yang ini justru dari
atas ke bawah."
Bukan api biasa
Pengadilan yang merasa belum
cukup mendapatkan informasi, akhirnya mengundang saksi ahli Profesor Vitolo
Nicolo dari Pisa University. "Sepanjang 45 tahun pengalaman saya, belum
pernah ada api yang demikian. Api itu tercipta karena sumber panas yang sangat
kuat, tapi bukan dari jenis api biasa yang kita kenal."
Dari sisa kebakaran, kasur
misalnya, tampak sifat api yang aneh. Meski terbuat dari bahan yang berbeda,
seluruh kasur memiliki bekas yang sama, hanya hangus di bagian permukaan.
Menurut Nicolo, api itu tidak mungkin dinyalakan dengan korek api atau gas,
atau sumber api biasa lainnya. Apalagi, tes forensik menunjukkan tidak ada
bahan bakar atau kimia yang digunakan.
Menurut pengamatannya, api
yang muncul pertama kali pun dinilainya janggal, "Tampaknya dimulai dengan
terbakarnya bangku kayu. Herannya, bangku itu hanya sedikit hangus, padahal
barang lain di ruangan itu hancur ludes." Selain pendapatnya mengenai
arah rambatan api yang serupa dengan dugaan petugas kebakaran, ia menambahkan
ada bekas hangus di dalam laci lemari.
Pada akhir pengadilan, para
juri berunding selama 6,5 jam. Karena mempertimbangkan, Carol tidak pernah
terlihat jelas sedang menyalakan api, tidak berada cukup dekat dengan tempat
kejadian, juga berada dalam pengawasan anggota keluarga yang lain saat kejadian
bermula, para juri menyatakan ia bersalah dengan dua tuduhan membakar rumah dan
satu usaha mencoba melakukan pembakaran. Sedangkan usaha pembunuhan, dinyatakan
tak terbukti. Sayangnya, pengadilan tidak mengungkap hasil penelitian terhadap
latar belakang Carol seperti catatan kesehatan mental yang bersih, tidak pernah
tercatat melakukan tindakan kriminal, atau memiliki sejarah pyromania
(kesenangan memainkan api).
Keputusannya, Carol dijatuhi
hukuman 7 tahun penjara, ditambah catatan dari ketua pengadilan, bahwa kasus
itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan sihir. (TXF/Sht)
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as