Faktor Hilangnya Kasih Sayang dalam Kehidupan Rumah Tangga
Contributed by Swastioko Budhi Suryanto
Ikatan perkawinan merupakan sebuah ikatan suci yang terjadi karena adanya kebutuhan dan daya tarik antara laki-laki
dan perempuan secara timbal balik. Namun, kehidupan harmonis yang bisa membawa pasangan suami istri menuju ke
puncak materi dan spiritual, semata-mata karena adanya unsur "kasih sayang". Mungkinkah ada rumah tangga yang
bertahan dan kontinu dengan tanpa adanya kasih sayang kendati sesaat pun ?. Mungkinkah masing-masing suami istri
mampu bertahan menghadapi pasangannya tanpa adanya kasih sayang secara timbal balik dan hubungan kemanusiaan
?. Sementara Allah mendasari kehidupan rumah tangga dengan fondasi "cinta dan kasih sayang".
Kendati cinta dan kasih sayang adalah unsur penting dalam kehidupan rumah tangga, namun, sikap dan perilaku suami
atau istrilah yang akan mengobarkan atau memadamkan api kasih sayang di antara mereka. Baik perilaku muncul
berdasarkan kesadaran atau tidak. Berdasarkan kebodohan atau kesengajaan. Tidak sedikit rumah tangga yang dimulai
dengan cinta dan kasih sayang, tetapi karena pasangan suami istri tidak atau kurang mengetahui bagaimana caranya
mengendalikan bahtera keluarganya, mereka mengalami kebingungan bahkan sampai tenggelam dalam kehancuran.
Ikatan perkawinan yang seharusnya membawa pasangan suami istri mencapai ketenangan dan kedamaian malah
membawa mereka ke dalam perselisihan dan dosa. Dalam tulisan ini, penulis ingin mengangkat wacana faktor-faktor
apa saja yang bisa memadamkan api kasih sayang dalam kehidupan sebuah rumah tangga dengan bersandar pada
metode kehidupan para maksum as. Tanpa adanya perhatian serius masing-masing pasangan suami istri terhadap
prinsip-prinsip kehidupan rumah tangga dan akhlak, bahtera yang dibangun selama ini akan pudar begitu saja, yang
efeknya tidak saja merusak pribadi masing-masing, akan tetapi masyarakat sekitar juga akan merasakan dampaknya.
Karena rumah tangga adalah bagian terkecil dari kehidupan sosial, baik buruknya kehidupan sosial tergantung dengan
baik buruknya kehidupan setiap rumah tangga. Tentu saja faktor-faktor pemadam kasih sayang ini tidak sedikit. Namun
penulis akan membahasnya dalam beberapa poin saja, antara lain : berakhlak buruk yang meliputi - galak, bermuka
masam dan cemberut, kata-kata yang pedas dan mencaci maki -, mencari-cari kesalahan, tidak memaafkan,
memasukkan urusan luar ke dalam rumah tangga, dan tidak mengungkapkan kasih sayang. Faktor-faktor Pemadam
Kasih Sayang 1. Berakhlak Buruk Rasulullah SAW bersabda "Akhlak buruk akan menyebabkan hidup sulit dan batin
tersiksa". Akhlak yang buruk merupakan sifat yang jelek, dan sulit bahkan tidak mungkin bagi orang lain untuk
menerimanya. Bila salah satu dari pasangan suami istri terjangkit akhlak buruk, maka ia akan mengubah rumah
tangganya menjadi sebuah neraka. Dalam riwayat Ahlul Bait AS dijelaskan tentang akibat-akibat dan pengaruh akhlak
buruk bagi pelakunya, antara lain; manusia yang berakhlak buruk amal perbuatannya rusak, taubatnya tidak diterima,
kehidupannya menjadi sangat susah dan ia adalah teman yang paling jelek, pada dasarnya ia bukan orang mukmin, ia
sebagai penghuni neraka, ia akan tersiksa di alam kubur, dan jiwanya tersiksa, keluarganya akan menjauhinya, ia
senantiasa merasa tidak tenang, rezekinya sempit, ia tidak memiliki teman dan sahabat, ia tidak akan mencapai
tujuannya, kehidupannya gelap dan susah. Berakhlak buruk, baik dalam lingkungan kerja maupun lingkungan
masyarakat dan lingkungan keluarga, adalah penyebab kesusahan bagi pelakunya maupun orang-orang sekitarnya.
Dalam riwayat ditekankan "Jangan sampai kawin dengan orang yang akhlaknya buruk"! karena akhlak buruk
menyebabkan kesedihan. Sebagaimana riwayat Imam Ali AS bahwa setengah dari penyebab ketuaan adalah sedih.
Perlu diingat, bahwa salah satu dari sebab tekanan kubur adalah berakhlak buruk dalam rumah terhadap anggota
keluarga, sebagaimana kisah tentang Sa'ad bin Ma'adz. Meskipun acara penguburan Sa'ad dihadiri oleh Rasulullah
SAW dengan kaki telanjang, ia tetap mendapatkan tekanan siksa kubur. Ketika sebabnya ditanyakan kepada beliau,
beliau menjawab "Karena ia berakhlak buruk terhadap keluarganya, ia galak terhadap keluarganya". Kalau seorang
sahabat Rasul semacam Sa'ad saja masih mendapat tekanan siksa kubur, bagaimana dengan kita ?, yang galak
terhadap anggota keluarga. Imam Shadiq AS bersabda, salah satu dari doa Rasulullah adalah demikian "Ya Allah! Aku
berlindung dari perempuan yang membuat aku tua sebelum waktunya". Tentunya berakhlak buruk di sini memiliki
makna umum, dan ia memiliki pembagian-pembagian secara rinci seperti; galak, muka masam dan cemberut, kata-kata
pedas, dan mencaci maki dan lain-lain. Sifat-sifat yang ada ini, bila terdapat pada salah satu pasangan suami istri, maka
kehidupan rumah tangga akan menjadi pahit dan suram. Yang pada akhirnya menyebabkan padamnya api kasih sayang
di antara keduanya. Untuk lebih jelasnya, kita bahas secara rinci masing-masing pembagian di atas bersama unsur-
unsur penyebabnya. · Galak Orang yang galak, biasanya karena unsur genetik, kejiwaan, makanan dan kurang tidur
serta istirahat. Bila sebabnya karena unsur genetik dan keturunan, sebaiknya merujuk ke psikiater untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan, dan adanya latihan-latihan menahan diri. Bila karena kurang tidur dan istirahat, sebaiknya
tidur yang cukup dan mengkaji pengaruh-pengaruh dan akibat sikap galak, sehingga bisa dikendalikan dengan baik.
Orang boleh lelah karena aktivitasnya di luar rumah, tetapi ia tidak berhak melampiaskan kelelahannya terhadap
pasangan hidupnya atau anak-anaknya. · Bermuka Masam dan Cemberut Berkaitan dengan masalah muka masam
dan cemberut, riwayat Imam Ali AS mengatakan "Orang mukmin, keceriaannya ada di wajahnya, dan kesedihannya ada
di dalam hatinya". Dengan demikian, orang yang hidup berumah tangga, ia harus lebih menjaga masalah ini. Kita sendiri
senang bila berhadapan dengan orang yang mukanya ceria dan ramah, dan tidak suka berhadapan dengan orang yang
bermuka masam dan cemberut. Oleh karena itu, orang yang bermuka ceria, ia lebih sukses dalam berhubungan dan
berinteraksi dengan sesamanya, dan dicintai oleh anggota masyarakat. Tentu saja, manusia kadang mengalami
kesedihan. Namun, jangan sampai kesedihan itu ditampakkan di depan umum, khususnya anggota keluarga. Karena
akan mengganggu ketenangan mereka, sehingga mereka akan menjauh dan ini menyebabkan padamnya api kasih
sayang dalam kehidupan. Bermuka masam dan cemberut, boleh jadi karena kebiasaan, terlalu berharap dari orang
lain, menganggap diri paling wah, marah, khawatir dan tidak adanya ketenangan serta kondisi kejiwaan. Apapun
migas-indonesia.net
http://migas-indonesia.net Powered by Joomla! Generated: 25 June, 2008, 02:33sebabnya tidak seorang pun boleh menampakkan kecemberutannya di hadapan orang lain. Karena bermuka masam
adalah sesuatu yang tidak baik. Dan sebaiknya belajar dari ajaran-ajaran agama, dengan selalu bermuka ceria,
senantiasa senyum dan menggunakan kata-kata yang penuh kasih sayang, sabar dalam menghadapi kekurangan orang
lain. Jangan banyak menuntut orang lain untuk sempurna dengan menggunakan kata-kata yang menyakitkan.
Sementara, kita lupa bahwa dengan muka kita yang cemberut, kita sendiri sedang menjauhi proses kesempurnaan.
Dalam kehidupan rumah tangga, suami istri perlu memperhatikan masalah ini dengan baik. Karena pengaruhnya besar
sekali dalam keharmonisan anggota keluarga, terutama dalam pendidikan dan kejiwaan anak-anak. Orang tua yang
ceria akan menghasilkan anak-anak yang ceria juga. · Kata-kata Pedas dan Menyakitkan Kata-kata yang pedas dan
menyakitkan hati, tidak lain hanya membuat orang lain benci dan dendam. Imam Ali AS dalam hal ini bersabda "Kata-
kata yang pedas lebih menyakitkan dari tusukan tombak". Setiap penyakit, baik penyakit jasmani maupun rohani ada
sebabnya. Untuk melakukan penyembuhan dan pengobatan, pada tahap awal harus mencari sebab dan faktor-faktor
pencetusnya. Berbicara yang menyakitkan hati orang lain, kata-kata yang pedas dan menyakitkan adalah sebuah
penyakit jiwa, dan merupakan akhlak yang buruk. Faktor-faktornya antara lain : Dendam dan Benci Salah satu
penyebab seseorang berbicara menyakitkan adalah dendam dan kebenciannya kepada orang lain. Ketika seseorang
memiliki dendam terhadap orang lain, ia selalu tertekan dan tidak tenang, sehingga sebisa mungkin menggunakan
kesempatan untuk menyakiti hati dan jiwa orang yang dianggap sebagai lawannya. Hasut Hasut adalah seseorang
tidak menginginkan orang lain memiliki nikmat dan kebaikan. Dengan kata-katanya yang pedas, penghasut berusaha
merusak dan menjatuhkan orang yang dihasutinya. Perlu diketahui bahwa hasut adalah dosa besar, dan menghapus
iman seseorang sebagaimana api melenyapkan kayu. Merasa Hina Seseorang berkata-kata pedas kepada orang lain,
boleh jadi karena ia merasa dirinya rendah dan hina daripada orang lain yang dianggapnya lebih sukses, baik dalam
kehidupan, pelajaran dan karier. Oleh karenanya, dengan kata-katanya yang pedas ia ingin menyakiti orang tersebut
dan menunjukkannya bahwa ia sebagai orang yang tidak sukses seperti dirinya. Jelas perbuatan ini adalah dosa besar,
dan orang yang merasa dirinya rendah dan hina sebaiknya berusaha dengan sungguh-sungguh dan tawakal kepada
Allah untuk mencapai kesuksesan, agar selamat dari perbuatan yang buruk ini. Memandang diri Super Salah satu
sebab seseorang berkata pedas adalah bila ia memandang dirinya super. Orang yang memandang dirinya super, ia
memandang orang lain kecil dan tidak berarti, akhirnya ia selalu mengejek dan menghina dan menyakiti hati orang
tersebut. Orang yang menganggap dirinya super hendaknya perhatian dengan penyakit yang menyerang jiwanya, dan
secepatnya untuk mengobatinya. · Mencaci maki Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. Mencaci maki
orang lain hukumnya haram. Hukum haram disini tidak ada bedanya apakah orang yang dicaci keluarganya; istri, anak
atau orang lain yang tidak ada hubungan keluarga. Bagaimanapun kondisinya; marah, tertekan, kesibukan serta
kepanikan, seseorang tidak berhak untuk mencaci maki orang lain untuk dijadikan pelampiasan hawa nafsunya. Imam
Baqir AS bersabda "Allah membenci pencaci maki dan orang yang suka mencaci" (mencari-cari kekurangan orang lain
sehingga ia bisa mencari alasan untuk mencaci makinya). Orang yang di caci maki akan merasa marah dan benci,
bahkan akan padam rasa kasih sayangnya terhadap orang yang mencaci maki. Mencaci maki menunjukkan rendahnya
kepribadian pencaci maki. Dan tidak seorang pun akan menampakkan rasa kasih sayang dan persahabatan dengannya.
Imam Shadiq AS bersabda "Orang yang ditakuti orang lain karena lisannya, ia adalah ahli neraka". 2. Mencari-cari Aib
dan Kejelekan Orang Lain Imam Ali AS bersabda "Jangan menjadi pencari aib dan jangan memandang segala sesuatu
jelek". Imam Baqir AS bersabda "Sejelek-jeleknya orang adalah orang yang mencari-cari kejelekan orang lain sementara
ia memiliki kejelekan tersebut, tetapi tidak merasakannya". Selain Maksumin AS, tidak seorang pun memiliki kebaikan
semata-mata. Manusia, selain memiliki sisi kebaikan, ia juga memiliki sisi kejelekan. Tidak seorang pun berhak untuk
mengharapkan orang lain sempurna. Orang yang selalu bersandar pada kekurangan orang lain, senantiasa curiga dan
tidak merasa cukup dengan apa yang ada pada orang lain. Orang yang demikian ini telah kehilangan kreativitas
berteman dan menyayangi orang lain. Suami atau istri yang bersandar pada kesalahan pasangannya, sekecil-kecilnya
kesalahan pasangannya akan dijadikan alasan untuk memarahinya. Bila suami atau istri demikian, maka pasangannya
akan menjauhinya, dan kehidupan bagi mereka tidak menyenangkan lagi. Bila kita ingin memiliki suasana yang hangat
dalam kehidupan rumah tangga, mari kita lihat sisi positif pasangan kita. Sehingga kita tidak mudah marah, juga tidak
membuat pasangan kita tersiksa. Selain itu jangan banyak berharap kepada orang lain, sehingga kita tenang dan santai,
bila orang lain tidak sesuai dengan keinginan kita. Bila pasangan kita berbuat salah atau berbuat sesuatu yang tidak
sesuai dengan keinginan kita, maka jangan spontan melakukan interaksi. Mencari-cari kejelekan orang lain akan
merusak hubungan yang sudah akrab sebelumnya. Bahkan akan menjadikan permusuhan. Sebaliknya memuji
kelebihan orang lain akan membuat hubungan semakin akrab. Sebagaimana pesan Imam Ali AS kepada Imam Hasan
AS "Jadikanlah dirimu sebagai tolok ukur! Berlakulah kepada orang lain, bila engkau suka hal itu dipelakukan untukmu,
dan jangan memperlakukan orang lain, jika engkau tidak suka diperlakukan seperti itu". Dudukkan orang lain sebagai diri
kita, jika kita senang orang lain menghormati kita maka kita hormati orang lain. Jika kita tidak suka orang lain berakhlak
buruk kepada kita, maka jangan berakhlak buruk terhadap orang lain. 3. Tidak mau Memaafkan Kesalahan Orang Lain
Sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang tidak mau memaafkan kesalahan orang lain. Pemaaf adalah salah satu
dari sifat Allah. Barang siapa yang ingin mendapatkan ampunan ilahi, ia harus memiliki sifat pemaaf. Bagaimana
mungkin seseorang akan diampuni oleh Allah, sementara ia sendiri tidak mau memaafkan kesalahan orang lain.
Seseorang bisa mengetuk pintu Allah melalui sifat yang dimilikinya. Katakanlah seseorang mau minta ampun kepada
Allah, maka ia harus memiliki sifat ilahi tersebut. Orang yang tidak mau mengampuni kesalahan orang lain, akan
membuat orang lain benci dan dendam kepadanya. Apalagi jika hal ini terjadi dalam sebuah rumah tangga. Yang
seharusnya anggota keluarga memaafkan yang lainnya, malah keadaan dibikin lebih ruwet yang akibatnya lebih fatal.
4. Memasukkan Urusan Luar ke dalam Rumah Tangga Seorang suami atau istri yang memiliki kesibukan di luar
rumah, senantiasa berhadapan dengan berbagai macam bentuk sikap dan perilaku manusia. Bila suami atau istri di luar
rumah bermasalah dengan rekan kerjanya, hal ini tidak perlu diceritakan kepada pasangannya. Mengapa demikian,
migas-indonesia.net
http://migas-indonesia.net Powered by Joomla! Generated: 25 June, 2008, 02:33karena suami atau istri akan menemukan titik kelemahan pasangannya, dan suatu saat akan dijadikan kunci untuk
menjatuhkannya, bila terjadi percekcokan di antara keduanya. Begitu juga, masing-masing pasangan suami istri
jangan menceritakan kelebihan dan memuji-muji teman kerjanya; teman kerja perempuan maupun laki-laki, karena akan
berakibat fatal. Misalnya; suami menceritakan kelebihan teman kerja perempuannya kepada istrinya, maka akan timbul
kecurigaan pada istri terhadap suaminya. Begitu juga sebaliknya. Bila suami menceritakan kelebihan teman kerja
prianya, maka istri akan membanding-bandingkan orang tersebut dengan suaminya. Sementara, membanding-
bandingkan apa yang kita miliki dengan apa yang dimiliki orang lain akibatnya adalah kita tidak merasa nyaman dengan
apa yang kita miliki. Kita senantiasa merasa kurang dan lupa dengan pemberian Allah. Yang tampak di mata kita hanya
kepunyaan orang lain, sehingga kita tidak mensyukuri apa yang diberikan Allah kepada kita. Orang yang senantiasa
membanding-bandingkan pekerjaan, harta, posisi dan segala apa yang dimilikinya dengan apa yang dimiliki orang lain,
ia tidak akan merasa tenang dalam hidupnya. Jalan keluar, agar jangan sampai kita hanya melihat apa yang dimiliki
orang lain adalah pertama; meyakini bahwa apa yang diberikan Allah kepada setiap hamba-Nya akan dimintai
pertanggung jawaban. Kedua; kita harus melihat orang-orang yang kondisinya lebih rendah dari kita, sehingga kita akan
senantiasa mensyukuri apa yang diberikan Allah kepada kita. Dari sisi lain bila suami menceritakan masalahnya di luar
rumah kepada istrinya, dikhawatirkan istri akan menceritakannya kepada kerabatnya, yang pada akhirnya menjadi gosip
di antara mereka. Gosip-gosip inilah yang akan menyebabkan keributan dalam sebuah komunitas. Oleh karena itu, tidak
semua yang diketahui suami harus diceritakan kepada istrinya, begitu juga sebaliknya. Karena keributan yang terjadi
berkaitan dengan keluarga dan akan menyebabkan ketidaknyamanan dalam kehidupan rumah tangga itu sendiri.
Masalah di luar rumah tangga tidak perlu diusung ke dalam lingkungan rumah tangga, begitu juga sebaliknya masalah
dalam lingkungan rumah tangga tidak perlu dibawa keluar, bila pasangan suami istri ingin hidup tenang dan tenteram.
5. Tidak Mengungkapkan Rasa Kasih Sayang Setiap manusia secara fitrah membutuhkan perhatian dan kasih sayang
dari sesamanya. Perhatian dan kasih sayang kaitannya dengan hati. Namun bila tidak ditampakkan dengan bentuk
perilaku dan sikap maka orang lain tidak akan memahaminya. Berkaitan dengan kehidupan rumah tangga Rasulullah
SAW bersabda "Ucapan seorang suami kepada istrinya "Aku mencintaimu" sama sekali tidak akan hilang dari hatinya".
Seseorang mengungkapkan kasih sayang kepada sesamanya, khususnya ungkapan kecintaan suami kepada istrinya,
akan membuat istri memahami seberapa jauh kasih sayang suaminya kepadanya. Pengungkapan kasih sayang bisa
dilakukan dengan berbagai cara seperti; memberi hadiah, menelepon, meluangkan waktu untuk berbincang-bincang,
bercanda, dan mengungkapkan dengan kata-kata. Ungkapan kasih sayang suami kepada istri adalah motor penggerak
dalam kehidupan mereka. Bila suami mengingat hari ulang tahun kelahiran istrinya, hari perkawinan mereka, kemudian
mengadakan acara untuk mensyukuri ikatan suci ini, suami mengucapkan terima kasih atas segala jerih payah si istri,
dan meminta maaf atas segala kesalahannya, maka kehidupan mereka akan lebih ceria dan menyenangkan, begitu juga
kekhawatiran dan kesedihan yang menghantui pikiran istri tidak akan mampu memisahkan ikatan suci keduanya, dan
tidak seorang pun bisa mewujudkan kedengkian di antara keduanya. Dalam kehidupan rumah tangga, perlu adanya
pengungkapan rasa kasih sayang dari kedua belah pihak, di berbagai kondisi. Bila suami atau istri berpikir bahwa kasih
sayang hanya berurusan dengan hati, dan tidak perlu diungkapkan, maka kehidupan rumah tangga akan menjadi dingin
dan senyap, dan kecintaan masing-masing terhadap pasangannya akan memudar. Sebagai penutup, untuk memiliki
sebuah barang boleh jadi seseorang mudah untuk mendapatkannya. Tetapi menjaganya tidak semudah yang
dibayangkan. Perlu adanya tips-tips, sehingga barang tetap awet dan terjaga. Boleh jadi seseorang mudah untuk
mengikat sebuah ikatan perkawinan, namun menjaga ikatan, perlu ilmu dan cara-cara yang diperlukan, karena
pasangan kita bukan barang, melainkan orang. Orang yang memiliki perasaan. Di sinilah kita harus menjaga perasaan
pasangan kita, agar ikatan suci perkawinan tetap terjaga sampai kita tua. Oleh : Emi Nur Hayati Ma'sum Said
(Mahasiswi S2 Jurusan Tarbiyah Islamiyah & Akhlak di Universitas Jamiah Azzahra, Qom - Iran)
Contributed by Swastioko Budhi Suryanto
Ikatan perkawinan merupakan sebuah ikatan suci yang terjadi karena adanya kebutuhan dan daya tarik antara laki-laki
dan perempuan secara timbal balik. Namun, kehidupan harmonis yang bisa membawa pasangan suami istri menuju ke
puncak materi dan spiritual, semata-mata karena adanya unsur "kasih sayang". Mungkinkah ada rumah tangga yang
bertahan dan kontinu dengan tanpa adanya kasih sayang kendati sesaat pun ?. Mungkinkah masing-masing suami istri
mampu bertahan menghadapi pasangannya tanpa adanya kasih sayang secara timbal balik dan hubungan kemanusiaan
?. Sementara Allah mendasari kehidupan rumah tangga dengan fondasi "cinta dan kasih sayang".
Kendati cinta dan kasih sayang adalah unsur penting dalam kehidupan rumah tangga, namun, sikap dan perilaku suami
atau istrilah yang akan mengobarkan atau memadamkan api kasih sayang di antara mereka. Baik perilaku muncul
berdasarkan kesadaran atau tidak. Berdasarkan kebodohan atau kesengajaan. Tidak sedikit rumah tangga yang dimulai
dengan cinta dan kasih sayang, tetapi karena pasangan suami istri tidak atau kurang mengetahui bagaimana caranya
mengendalikan bahtera keluarganya, mereka mengalami kebingungan bahkan sampai tenggelam dalam kehancuran.
Ikatan perkawinan yang seharusnya membawa pasangan suami istri mencapai ketenangan dan kedamaian malah
membawa mereka ke dalam perselisihan dan dosa. Dalam tulisan ini, penulis ingin mengangkat wacana faktor-faktor
apa saja yang bisa memadamkan api kasih sayang dalam kehidupan sebuah rumah tangga dengan bersandar pada
metode kehidupan para maksum as. Tanpa adanya perhatian serius masing-masing pasangan suami istri terhadap
prinsip-prinsip kehidupan rumah tangga dan akhlak, bahtera yang dibangun selama ini akan pudar begitu saja, yang
efeknya tidak saja merusak pribadi masing-masing, akan tetapi masyarakat sekitar juga akan merasakan dampaknya.
Karena rumah tangga adalah bagian terkecil dari kehidupan sosial, baik buruknya kehidupan sosial tergantung dengan
baik buruknya kehidupan setiap rumah tangga. Tentu saja faktor-faktor pemadam kasih sayang ini tidak sedikit. Namun
penulis akan membahasnya dalam beberapa poin saja, antara lain : berakhlak buruk yang meliputi - galak, bermuka
masam dan cemberut, kata-kata yang pedas dan mencaci maki -, mencari-cari kesalahan, tidak memaafkan,
memasukkan urusan luar ke dalam rumah tangga, dan tidak mengungkapkan kasih sayang. Faktor-faktor Pemadam
Kasih Sayang 1. Berakhlak Buruk Rasulullah SAW bersabda "Akhlak buruk akan menyebabkan hidup sulit dan batin
tersiksa". Akhlak yang buruk merupakan sifat yang jelek, dan sulit bahkan tidak mungkin bagi orang lain untuk
menerimanya. Bila salah satu dari pasangan suami istri terjangkit akhlak buruk, maka ia akan mengubah rumah
tangganya menjadi sebuah neraka. Dalam riwayat Ahlul Bait AS dijelaskan tentang akibat-akibat dan pengaruh akhlak
buruk bagi pelakunya, antara lain; manusia yang berakhlak buruk amal perbuatannya rusak, taubatnya tidak diterima,
kehidupannya menjadi sangat susah dan ia adalah teman yang paling jelek, pada dasarnya ia bukan orang mukmin, ia
sebagai penghuni neraka, ia akan tersiksa di alam kubur, dan jiwanya tersiksa, keluarganya akan menjauhinya, ia
senantiasa merasa tidak tenang, rezekinya sempit, ia tidak memiliki teman dan sahabat, ia tidak akan mencapai
tujuannya, kehidupannya gelap dan susah. Berakhlak buruk, baik dalam lingkungan kerja maupun lingkungan
masyarakat dan lingkungan keluarga, adalah penyebab kesusahan bagi pelakunya maupun orang-orang sekitarnya.
Dalam riwayat ditekankan "Jangan sampai kawin dengan orang yang akhlaknya buruk"! karena akhlak buruk
menyebabkan kesedihan. Sebagaimana riwayat Imam Ali AS bahwa setengah dari penyebab ketuaan adalah sedih.
Perlu diingat, bahwa salah satu dari sebab tekanan kubur adalah berakhlak buruk dalam rumah terhadap anggota
keluarga, sebagaimana kisah tentang Sa'ad bin Ma'adz. Meskipun acara penguburan Sa'ad dihadiri oleh Rasulullah
SAW dengan kaki telanjang, ia tetap mendapatkan tekanan siksa kubur. Ketika sebabnya ditanyakan kepada beliau,
beliau menjawab "Karena ia berakhlak buruk terhadap keluarganya, ia galak terhadap keluarganya". Kalau seorang
sahabat Rasul semacam Sa'ad saja masih mendapat tekanan siksa kubur, bagaimana dengan kita ?, yang galak
terhadap anggota keluarga. Imam Shadiq AS bersabda, salah satu dari doa Rasulullah adalah demikian "Ya Allah! Aku
berlindung dari perempuan yang membuat aku tua sebelum waktunya". Tentunya berakhlak buruk di sini memiliki
makna umum, dan ia memiliki pembagian-pembagian secara rinci seperti; galak, muka masam dan cemberut, kata-kata
pedas, dan mencaci maki dan lain-lain. Sifat-sifat yang ada ini, bila terdapat pada salah satu pasangan suami istri, maka
kehidupan rumah tangga akan menjadi pahit dan suram. Yang pada akhirnya menyebabkan padamnya api kasih sayang
di antara keduanya. Untuk lebih jelasnya, kita bahas secara rinci masing-masing pembagian di atas bersama unsur-
unsur penyebabnya. · Galak Orang yang galak, biasanya karena unsur genetik, kejiwaan, makanan dan kurang tidur
serta istirahat. Bila sebabnya karena unsur genetik dan keturunan, sebaiknya merujuk ke psikiater untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan, dan adanya latihan-latihan menahan diri. Bila karena kurang tidur dan istirahat, sebaiknya
tidur yang cukup dan mengkaji pengaruh-pengaruh dan akibat sikap galak, sehingga bisa dikendalikan dengan baik.
Orang boleh lelah karena aktivitasnya di luar rumah, tetapi ia tidak berhak melampiaskan kelelahannya terhadap
pasangan hidupnya atau anak-anaknya. · Bermuka Masam dan Cemberut Berkaitan dengan masalah muka masam
dan cemberut, riwayat Imam Ali AS mengatakan "Orang mukmin, keceriaannya ada di wajahnya, dan kesedihannya ada
di dalam hatinya". Dengan demikian, orang yang hidup berumah tangga, ia harus lebih menjaga masalah ini. Kita sendiri
senang bila berhadapan dengan orang yang mukanya ceria dan ramah, dan tidak suka berhadapan dengan orang yang
bermuka masam dan cemberut. Oleh karena itu, orang yang bermuka ceria, ia lebih sukses dalam berhubungan dan
berinteraksi dengan sesamanya, dan dicintai oleh anggota masyarakat. Tentu saja, manusia kadang mengalami
kesedihan. Namun, jangan sampai kesedihan itu ditampakkan di depan umum, khususnya anggota keluarga. Karena
akan mengganggu ketenangan mereka, sehingga mereka akan menjauh dan ini menyebabkan padamnya api kasih
sayang dalam kehidupan. Bermuka masam dan cemberut, boleh jadi karena kebiasaan, terlalu berharap dari orang
lain, menganggap diri paling wah, marah, khawatir dan tidak adanya ketenangan serta kondisi kejiwaan. Apapun
migas-indonesia.net
http://migas-indonesia.net Powered by Joomla! Generated: 25 June, 2008, 02:33sebabnya tidak seorang pun boleh menampakkan kecemberutannya di hadapan orang lain. Karena bermuka masam
adalah sesuatu yang tidak baik. Dan sebaiknya belajar dari ajaran-ajaran agama, dengan selalu bermuka ceria,
senantiasa senyum dan menggunakan kata-kata yang penuh kasih sayang, sabar dalam menghadapi kekurangan orang
lain. Jangan banyak menuntut orang lain untuk sempurna dengan menggunakan kata-kata yang menyakitkan.
Sementara, kita lupa bahwa dengan muka kita yang cemberut, kita sendiri sedang menjauhi proses kesempurnaan.
Dalam kehidupan rumah tangga, suami istri perlu memperhatikan masalah ini dengan baik. Karena pengaruhnya besar
sekali dalam keharmonisan anggota keluarga, terutama dalam pendidikan dan kejiwaan anak-anak. Orang tua yang
ceria akan menghasilkan anak-anak yang ceria juga. · Kata-kata Pedas dan Menyakitkan Kata-kata yang pedas dan
menyakitkan hati, tidak lain hanya membuat orang lain benci dan dendam. Imam Ali AS dalam hal ini bersabda "Kata-
kata yang pedas lebih menyakitkan dari tusukan tombak". Setiap penyakit, baik penyakit jasmani maupun rohani ada
sebabnya. Untuk melakukan penyembuhan dan pengobatan, pada tahap awal harus mencari sebab dan faktor-faktor
pencetusnya. Berbicara yang menyakitkan hati orang lain, kata-kata yang pedas dan menyakitkan adalah sebuah
penyakit jiwa, dan merupakan akhlak yang buruk. Faktor-faktornya antara lain : Dendam dan Benci Salah satu
penyebab seseorang berbicara menyakitkan adalah dendam dan kebenciannya kepada orang lain. Ketika seseorang
memiliki dendam terhadap orang lain, ia selalu tertekan dan tidak tenang, sehingga sebisa mungkin menggunakan
kesempatan untuk menyakiti hati dan jiwa orang yang dianggap sebagai lawannya. Hasut Hasut adalah seseorang
tidak menginginkan orang lain memiliki nikmat dan kebaikan. Dengan kata-katanya yang pedas, penghasut berusaha
merusak dan menjatuhkan orang yang dihasutinya. Perlu diketahui bahwa hasut adalah dosa besar, dan menghapus
iman seseorang sebagaimana api melenyapkan kayu. Merasa Hina Seseorang berkata-kata pedas kepada orang lain,
boleh jadi karena ia merasa dirinya rendah dan hina daripada orang lain yang dianggapnya lebih sukses, baik dalam
kehidupan, pelajaran dan karier. Oleh karenanya, dengan kata-katanya yang pedas ia ingin menyakiti orang tersebut
dan menunjukkannya bahwa ia sebagai orang yang tidak sukses seperti dirinya. Jelas perbuatan ini adalah dosa besar,
dan orang yang merasa dirinya rendah dan hina sebaiknya berusaha dengan sungguh-sungguh dan tawakal kepada
Allah untuk mencapai kesuksesan, agar selamat dari perbuatan yang buruk ini. Memandang diri Super Salah satu
sebab seseorang berkata pedas adalah bila ia memandang dirinya super. Orang yang memandang dirinya super, ia
memandang orang lain kecil dan tidak berarti, akhirnya ia selalu mengejek dan menghina dan menyakiti hati orang
tersebut. Orang yang menganggap dirinya super hendaknya perhatian dengan penyakit yang menyerang jiwanya, dan
secepatnya untuk mengobatinya. · Mencaci maki Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. Mencaci maki
orang lain hukumnya haram. Hukum haram disini tidak ada bedanya apakah orang yang dicaci keluarganya; istri, anak
atau orang lain yang tidak ada hubungan keluarga. Bagaimanapun kondisinya; marah, tertekan, kesibukan serta
kepanikan, seseorang tidak berhak untuk mencaci maki orang lain untuk dijadikan pelampiasan hawa nafsunya. Imam
Baqir AS bersabda "Allah membenci pencaci maki dan orang yang suka mencaci" (mencari-cari kekurangan orang lain
sehingga ia bisa mencari alasan untuk mencaci makinya). Orang yang di caci maki akan merasa marah dan benci,
bahkan akan padam rasa kasih sayangnya terhadap orang yang mencaci maki. Mencaci maki menunjukkan rendahnya
kepribadian pencaci maki. Dan tidak seorang pun akan menampakkan rasa kasih sayang dan persahabatan dengannya.
Imam Shadiq AS bersabda "Orang yang ditakuti orang lain karena lisannya, ia adalah ahli neraka". 2. Mencari-cari Aib
dan Kejelekan Orang Lain Imam Ali AS bersabda "Jangan menjadi pencari aib dan jangan memandang segala sesuatu
jelek". Imam Baqir AS bersabda "Sejelek-jeleknya orang adalah orang yang mencari-cari kejelekan orang lain sementara
ia memiliki kejelekan tersebut, tetapi tidak merasakannya". Selain Maksumin AS, tidak seorang pun memiliki kebaikan
semata-mata. Manusia, selain memiliki sisi kebaikan, ia juga memiliki sisi kejelekan. Tidak seorang pun berhak untuk
mengharapkan orang lain sempurna. Orang yang selalu bersandar pada kekurangan orang lain, senantiasa curiga dan
tidak merasa cukup dengan apa yang ada pada orang lain. Orang yang demikian ini telah kehilangan kreativitas
berteman dan menyayangi orang lain. Suami atau istri yang bersandar pada kesalahan pasangannya, sekecil-kecilnya
kesalahan pasangannya akan dijadikan alasan untuk memarahinya. Bila suami atau istri demikian, maka pasangannya
akan menjauhinya, dan kehidupan bagi mereka tidak menyenangkan lagi. Bila kita ingin memiliki suasana yang hangat
dalam kehidupan rumah tangga, mari kita lihat sisi positif pasangan kita. Sehingga kita tidak mudah marah, juga tidak
membuat pasangan kita tersiksa. Selain itu jangan banyak berharap kepada orang lain, sehingga kita tenang dan santai,
bila orang lain tidak sesuai dengan keinginan kita. Bila pasangan kita berbuat salah atau berbuat sesuatu yang tidak
sesuai dengan keinginan kita, maka jangan spontan melakukan interaksi. Mencari-cari kejelekan orang lain akan
merusak hubungan yang sudah akrab sebelumnya. Bahkan akan menjadikan permusuhan. Sebaliknya memuji
kelebihan orang lain akan membuat hubungan semakin akrab. Sebagaimana pesan Imam Ali AS kepada Imam Hasan
AS "Jadikanlah dirimu sebagai tolok ukur! Berlakulah kepada orang lain, bila engkau suka hal itu dipelakukan untukmu,
dan jangan memperlakukan orang lain, jika engkau tidak suka diperlakukan seperti itu". Dudukkan orang lain sebagai diri
kita, jika kita senang orang lain menghormati kita maka kita hormati orang lain. Jika kita tidak suka orang lain berakhlak
buruk kepada kita, maka jangan berakhlak buruk terhadap orang lain. 3. Tidak mau Memaafkan Kesalahan Orang Lain
Sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang tidak mau memaafkan kesalahan orang lain. Pemaaf adalah salah satu
dari sifat Allah. Barang siapa yang ingin mendapatkan ampunan ilahi, ia harus memiliki sifat pemaaf. Bagaimana
mungkin seseorang akan diampuni oleh Allah, sementara ia sendiri tidak mau memaafkan kesalahan orang lain.
Seseorang bisa mengetuk pintu Allah melalui sifat yang dimilikinya. Katakanlah seseorang mau minta ampun kepada
Allah, maka ia harus memiliki sifat ilahi tersebut. Orang yang tidak mau mengampuni kesalahan orang lain, akan
membuat orang lain benci dan dendam kepadanya. Apalagi jika hal ini terjadi dalam sebuah rumah tangga. Yang
seharusnya anggota keluarga memaafkan yang lainnya, malah keadaan dibikin lebih ruwet yang akibatnya lebih fatal.
4. Memasukkan Urusan Luar ke dalam Rumah Tangga Seorang suami atau istri yang memiliki kesibukan di luar
rumah, senantiasa berhadapan dengan berbagai macam bentuk sikap dan perilaku manusia. Bila suami atau istri di luar
rumah bermasalah dengan rekan kerjanya, hal ini tidak perlu diceritakan kepada pasangannya. Mengapa demikian,
migas-indonesia.net
http://migas-indonesia.net Powered by Joomla! Generated: 25 June, 2008, 02:33karena suami atau istri akan menemukan titik kelemahan pasangannya, dan suatu saat akan dijadikan kunci untuk
menjatuhkannya, bila terjadi percekcokan di antara keduanya. Begitu juga, masing-masing pasangan suami istri
jangan menceritakan kelebihan dan memuji-muji teman kerjanya; teman kerja perempuan maupun laki-laki, karena akan
berakibat fatal. Misalnya; suami menceritakan kelebihan teman kerja perempuannya kepada istrinya, maka akan timbul
kecurigaan pada istri terhadap suaminya. Begitu juga sebaliknya. Bila suami menceritakan kelebihan teman kerja
prianya, maka istri akan membanding-bandingkan orang tersebut dengan suaminya. Sementara, membanding-
bandingkan apa yang kita miliki dengan apa yang dimiliki orang lain akibatnya adalah kita tidak merasa nyaman dengan
apa yang kita miliki. Kita senantiasa merasa kurang dan lupa dengan pemberian Allah. Yang tampak di mata kita hanya
kepunyaan orang lain, sehingga kita tidak mensyukuri apa yang diberikan Allah kepada kita. Orang yang senantiasa
membanding-bandingkan pekerjaan, harta, posisi dan segala apa yang dimilikinya dengan apa yang dimiliki orang lain,
ia tidak akan merasa tenang dalam hidupnya. Jalan keluar, agar jangan sampai kita hanya melihat apa yang dimiliki
orang lain adalah pertama; meyakini bahwa apa yang diberikan Allah kepada setiap hamba-Nya akan dimintai
pertanggung jawaban. Kedua; kita harus melihat orang-orang yang kondisinya lebih rendah dari kita, sehingga kita akan
senantiasa mensyukuri apa yang diberikan Allah kepada kita. Dari sisi lain bila suami menceritakan masalahnya di luar
rumah kepada istrinya, dikhawatirkan istri akan menceritakannya kepada kerabatnya, yang pada akhirnya menjadi gosip
di antara mereka. Gosip-gosip inilah yang akan menyebabkan keributan dalam sebuah komunitas. Oleh karena itu, tidak
semua yang diketahui suami harus diceritakan kepada istrinya, begitu juga sebaliknya. Karena keributan yang terjadi
berkaitan dengan keluarga dan akan menyebabkan ketidaknyamanan dalam kehidupan rumah tangga itu sendiri.
Masalah di luar rumah tangga tidak perlu diusung ke dalam lingkungan rumah tangga, begitu juga sebaliknya masalah
dalam lingkungan rumah tangga tidak perlu dibawa keluar, bila pasangan suami istri ingin hidup tenang dan tenteram.
5. Tidak Mengungkapkan Rasa Kasih Sayang Setiap manusia secara fitrah membutuhkan perhatian dan kasih sayang
dari sesamanya. Perhatian dan kasih sayang kaitannya dengan hati. Namun bila tidak ditampakkan dengan bentuk
perilaku dan sikap maka orang lain tidak akan memahaminya. Berkaitan dengan kehidupan rumah tangga Rasulullah
SAW bersabda "Ucapan seorang suami kepada istrinya "Aku mencintaimu" sama sekali tidak akan hilang dari hatinya".
Seseorang mengungkapkan kasih sayang kepada sesamanya, khususnya ungkapan kecintaan suami kepada istrinya,
akan membuat istri memahami seberapa jauh kasih sayang suaminya kepadanya. Pengungkapan kasih sayang bisa
dilakukan dengan berbagai cara seperti; memberi hadiah, menelepon, meluangkan waktu untuk berbincang-bincang,
bercanda, dan mengungkapkan dengan kata-kata. Ungkapan kasih sayang suami kepada istri adalah motor penggerak
dalam kehidupan mereka. Bila suami mengingat hari ulang tahun kelahiran istrinya, hari perkawinan mereka, kemudian
mengadakan acara untuk mensyukuri ikatan suci ini, suami mengucapkan terima kasih atas segala jerih payah si istri,
dan meminta maaf atas segala kesalahannya, maka kehidupan mereka akan lebih ceria dan menyenangkan, begitu juga
kekhawatiran dan kesedihan yang menghantui pikiran istri tidak akan mampu memisahkan ikatan suci keduanya, dan
tidak seorang pun bisa mewujudkan kedengkian di antara keduanya. Dalam kehidupan rumah tangga, perlu adanya
pengungkapan rasa kasih sayang dari kedua belah pihak, di berbagai kondisi. Bila suami atau istri berpikir bahwa kasih
sayang hanya berurusan dengan hati, dan tidak perlu diungkapkan, maka kehidupan rumah tangga akan menjadi dingin
dan senyap, dan kecintaan masing-masing terhadap pasangannya akan memudar. Sebagai penutup, untuk memiliki
sebuah barang boleh jadi seseorang mudah untuk mendapatkannya. Tetapi menjaganya tidak semudah yang
dibayangkan. Perlu adanya tips-tips, sehingga barang tetap awet dan terjaga. Boleh jadi seseorang mudah untuk
mengikat sebuah ikatan perkawinan, namun menjaga ikatan, perlu ilmu dan cara-cara yang diperlukan, karena
pasangan kita bukan barang, melainkan orang. Orang yang memiliki perasaan. Di sinilah kita harus menjaga perasaan
pasangan kita, agar ikatan suci perkawinan tetap terjaga sampai kita tua. Oleh : Emi Nur Hayati Ma'sum Said
(Mahasiswi S2 Jurusan Tarbiyah Islamiyah & Akhlak di Universitas Jamiah Azzahra, Qom - Iran)
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as