Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    suami adalah pemimpin bagi keluarga

    admin
    admin
    Admin
    Admin


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 688
    Join date : 19.03.10
    Age : 37
    Lokasi : Malang-Indonesia

    suami adalah pemimpin bagi keluarga Empty suami adalah pemimpin bagi keluarga

    Post by admin Fri Feb 11, 2011 9:48 pm

    Suami, Pemimpin Bagi Keluarga
    (KH. Abdullah Gymnastiar)
    Awal mula kehidupan seseorang berumah tangga dimulai dengan ijab-kabul.
    Saat itulah yang halal bisa jadi haram, atau sebaliknya yang haram bisa
    jadi halal. Demikianlah ALLOH telah menetapkan bahwa ijab-kabul walau
    hanya beberapa patah kata dan hanya beberapa saat saja, tapi ternyata
    bisa menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Saat itu
    terdapat mempelai pria, mempelai wanita, wali, dan saksi, lalu ijab-
    kabul dilakukan, sahlah keduanya sebagai suami-istri. Status keduanya
    pun berubah, asalnya kenalan biasa tiba-tiba jadi suami, asalnya
    tetangga rumah tiba-tiba jadi istri. Orang tua pun yang tadinya
    sepasang, saat itu tambah lagi sepasang. Karenanya, andaikata seseorang
    berumah tangga dan dia tidak siap serta tidak mengerti bagaimana
    memposisikan diri, maka rumah tangganya hanya akan menjadi awal
    berdatangannya aneka masalah.
    Ketika seorang suami tidak sadar bahwa dirinya sudah beristri, lalu
    bersikap seperti seorang yang belum beristri, akan jadi masalah. Dia
    juga punya mertua, itupun harus menjadi bagian yang harus disadari oleh
    seorang suami.Setahun, dua tahun kalau ALLOH mengijinkan akan punya
    anak, yang berarti bertambah lagi status sebagai bapak. Ke mertua jadi
    anak, ke istri jadi suami, ke anak jadi bapak. Bayangkan begitu banyak
    status yang disandang yang kalau tidak tahu ilmunya justru status ini
    akan membawa mudharat.Karenanya menikah itu tidak semudah yang diduga,
    pernikahan yang tanpa ilmu berarti segera bersiaplah untuk mengarungi
    aneka derita. Kenapa ada orang yang stress dalam rumah tangganya? Hal
    ini terjadi karena ilmunya tidak memadai dengan masalah yang
    dihadapinya.
    Begitu juga bagi wanita yang menikah, ia akan jadi seorang istri. Tentu
    saja tidak bisa sembarangan kalau sudah menjadi istri, karena memang
    sudah ada ikatan tersendiri. Status juga bertambah, jadi anak dari
    mertua, ketika punya anak jadi ibu. Demikianlah, ALLOH telah
    menyetingnya sedemikian rupa,sehingga suami dan istri, keduanya
    mempunyai peran yang berbeda-beda.
    Tidak bisa menuntut emansipasi, karena memang tidak perlu ada
    emansipasi,yang diperlukan adalah saling melengkapi. Seperti halnya
    sebuah bangunan yang menjulang tinggi, ternyata dapat berdiri kokoh
    karena adanya prinsip saling melengkapi. Ada semen, bata, pasir, beton,
    kayu, dan bahan-bahan bangunan lainnya lalu bergabung dengan tepat
    sesuai posisi dan proporsinya sehingga kokohlah bangunan itu.
    Sebuah rumah tangga juga demikian, jika suami tidak tahu posisi, tidak
    tahu hak dan kewajiban, begitu juga istri tidak tahu posisi, anak tidak
    tahu posisi, mertua tidak tahu posisi, maka akan seperti bangunan yang
    tidak diatur komposisi bahan-bahan pembangunnya, ia akan segera ambruk
    tidak karu-karuan. Begitu juga jika mertua tidak pandai-pandai jagadiri, misal dengan mengintervensi langsung pada manajemen rumah tangga
    anak, maka sang mertua sebenarnya tengah mengaduk-aduk rumah tangga
    anaknya sendiri.
    Seorang suami juga harus sadar bahwa ia pemimpin dalam rumah tangga.
    ALLOH SWT berfirman, "Laki-laki adalah pemimpin kaum wanita, karena
    ALLOH telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lainnya dan
    karena mereka telah membelanjakan sebagian harta mereka." (Q.S. An-Nissa
    [4]: 34).
    Dan seorang pemimpin hanya akan jadi pemimpin jika ada yang
    dipimpin.Artinya, jangan merasa lebih dari yang dipimpin. Seperti halnya
    presiden tidak usah sombong kepada rakyatnya, karena kalau tidak ada
    rakyat lalu mengaku jadi presiden, bisa dianggap orang gila. Makanya,
    presiden jangan merendahkan rakyat, karena dengan adanya rakyat dia jadi
    presiden.
    Sama halnya dengan kasus orang yang menghina tukang jahit, padahal
    bajunya sendiri dijahit, "Hmm, tukang jahit itu pegawai rendahan". Coba
    kalau bajunya tidak dijahitkan oleh tukang jahit, tentu dia akan
    kerepotan menutup auratnya. Dia dihormati karena bajunya diselesaikan
    tukang jahit. Lain lagi dengan yang menghina tukang sepatu, "Ah, dia mah
    cuma tukang sepatu". Sambil dia kemana-mana bergaya memakai sepatu.
    Tidak layak seorang pemimpin merasa lebih dari yang dipimpin, karena
    status pemimpin itu ada jikalau ada yang dipimpin. Misalkan, istrinya
    bergelar master lulusan luar negeri sedangkan suaminya lulusan SMU,
    dalam hal kepemimpinan rumah tangga tetap tidak bisa jadi berbalik
    dengan istri menjadi pemimpin keluarga. Dalam kasus lain, misalkan, di
    kantornya istri jadi atasan, suami kebetulan stafnya, saat di rumah beda
    urusannya. Seorang suami tetaplah pemimpin bagi istri dan anak-anaknya.
    Oleh karena itu, bagi para suami jangan sampai kehilangan kewajiban
    sebagai suami. Suami adalah tulang punggung keluarga, seumpama pilot
    bagi pesawat terbang, nakhoda bagi kapal laut, masinis bagi kereta api,
    sopir bagi angkutan kota, atau sais bagi sebuah delman. Demikianlah
    suami adalah seorang pemimpin bagi keluarganya. Sebagai seorang pemimpin
    harus berpikir bagaimana nih mengatur bahtera rumah tangga ini mampu
    berkelok-kelok dalam mengarungi badai gelombang agar bisa mendarat
    bersama semua awak kapal lain untuk menepi di pantai harapan, suatu
    tempat di akhirat nanti, yaitu surga.
    Karenanya seorang suami harus tahu ilmu bagaimana mengarungi badai,
    ombak,relung, dan pusaran air, supaya selamat tiba di pantai harapan.
    Tidak ada salahnya ketika akan menikah kita merenung sejenak, "Saya ini
    sudah punya kemampuan atau belum untuk menyelamatkan anak dan istri
    dalam mengarungi bahtera kehidupan sehingga bisa kembali ke pantai
    pulang nanti?!". Karena menikah bukan hanya masalah mampu cari uang,
    walau ini juga penting, tapi bukan salah satu yang terpenting. Suami
    bekerja keras membanting tulang memeras keringat, tapi ternyata tidak
    shalat, sungguh sangat merugi.Ingatlah karena kalau sekedar cari uang,harap tahu saja bahwa garong juga tujuannya cuma cari uang, lalu apa
    bedanya dengan garong?! Hanya beda cara saja, tapi kalau cita-citanya
    sama, apa bedanya?
    Buat kita cari nafkah itu termasuk dalam proses mengendalikan bahtera.
    Tiada lain supaya makanan yang jadi keringat statusnya halal, supaya
    baju yang dipakai statusnya halal, atau agar kalau beli buku juga dari
    rijki yang statusnya halal. Hati-hatilah, walaupun di kantong terlihat
    banyak uang,tetap harus pintar-pintar mengendalikan penggunaannya,
    jangan sampai asal main comot. Seperti halnya ketika mancing ikan di
    tengah lautan, walaupun nampak banyak ikan, tetap harus hati-hati, siapa
    tahu yang nyangkut dipancing ikan hiu yang justru bisa mengunyah kita,
    atau nampak manis gemulai tapi ternyata ikan duyung.
    Ketika ijab kabul, seorang suami harusnya bertekad, "Saya harus mampu
    memimpin rumah tangga ini mengarungi episode hidup yang sebentar di
    dunia agar seluruh anggota awak kapal dan penumpang bisa selamat sampai
    tujuan akhir, yaitu surga". Bahkan jikalau dalam kapal ikut penumpang
    lain, misalkan ada pembantu, keponakan, atau yang lainnya, maka sebagai
    pemimpin tugasnya sama juga, yaitu harus membawa mereka ke tujuan akhir
    yang sama, yaitu surga.
    ALLOH Azza wa Jalla mengingatkan kita dalam sabdanya, "Hai orang-orang
    yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
    bahan bakarnya adalah manusia dan batu." (Q.S. At Tahriim [66]:6).
    Kepada pembantu jangan hanya mampu nyuruh kerja saja, karena kalau saja
    dulu lahirnya ALLOH tukarkan, majikan lahir dari orang tua pembantu, dan
    pembantu lahir dari orang tua majikan, maka si majikan yang justru
    sekarang lagi ngepel. Pembantu adalah titipan ALLOH, kita harus
    mendidiknya dengan baik, kita sejahterakan lahir batinnya, kita tambah
    ilmunya, mudah-mudahan orang tuanya bantu-bantu di kita, anaknya bisa
    lebih tinggi pendidikannya, dan yang terpenting lagi lebih tinggi
    akhlaknya.
    Inilah pemimpin ideal, yaitu pemimpin yang bersungguh-sungguh mau
    memajukan setiap orang yang dipimpinnya. Siapapun orangnya didorong agar
    menjadi lebih maju. ***
    Bundel --- Jan '02

      Waktu sekarang Sat Nov 23, 2024 6:44 pm