Menuangkan Ide Dalam Tulisan
*M. Salim Nabhani
Dunia tulis menulis adalah pemasaran ide. Agar suatu tulisan layak dibaca dan dinikmati orang lain, isinya harus bisa dijual. Dijual di sini bisa juga dimaknai sebagai bisa dibaca oleh orang lain.
Hingga tidak mengherankan bila dunia jurnalistik menempatkan ide sebagai sebuah komoditi. Bahkan dunia jurnalistik sendiri tak akan ada bila tanpa ide, hingga tak heran bila ada yang menyebutkan bahwa ide sebagai nyawa jurnalistik.
Sebagai contoh, kita bisa membaca peristiwa berikut ini,
Hari itu sedang kering berita. Editor media harian lokal, desk kota dengan muram melihat daftar cerita untuk edisinya. Ternyata, masih ada kekurangan naskah. Ia mendatangi seorang reporter muda yang menarik perhatiannya.
“Anda punya waktu 90 menit sampai deadline untuk halaman 1. tulisannya yang baik dan enteng,” ujar Sang Editor. Kemudian reporter muda tersebut bergegas meninggalkan kantor dan berputar-putar keliling jalanan kota.
Hanya dalam lima menit, ia menemukan ide untuk mengisi halaman kosong yang diperintahkan oleh editornya.
Idenya sangat sederhana, bisa dibilang begitu. Dalam perjalanannya berputar-putar jalanan kota, ia melihat dua orang lelaki sedang membersihkan jendela di lantai 21. Lalu ia menelpon dan meminta kedatangan juru potret, selang berapa menit ia pun naik ke lantai 21 dan mengadakan wawancara dengan kedua pembersih jendela itu.
Sudut pandang (biasa disebut angle) dari Si Reporter Muda itu untuk mengangkat cerita itu yakni, bagaimana rasanya bekerja bergantungan di gedung pencakar langit? (sederhana bukan?)
Dengan sedikit imajinasi, mencari cerita untuk menjadi tulisan yang layak untuk dibaca oleh orang lain, sebenarnya sangatlah gampang. Bukalah mata anda ke arah hal-hal yang menarik, berkaitan dengan kepentingan umum, unik, tidak terlalu diperhatikan oleh orang lain dan original. Tentu anda akan semakin banyak menemukan bahan tulisan yang tak ada habisnya.
Dari sekelumit pengalaman ini, sepertinya kita dibawa pada suatu keadaan yang menyakinkan bagi kita, bahwa ide memang merupakan hakekat dari pekerjaan tulis-menulis. Termasuk juga dalam penulisan puisi, novel, cerpen atau pun sekedar surat cinta.
Seperti halnya peristiwa yang dikemukakan di atas barusan. Ide reporter tiba-tiba muncul, lima menit sesudah tugas disampaikan oleh Sang Editor hany denga mengandalkan ideranya dan dibumbui dengan sedikit perasaan kemausiaan, begitu melihat kejadian yang ada di depannya.
Begitu juga anda sebagai calon-calon penulis, berani dan mampukah menerima tantangan seperti demikian?
Sekedar Panduan Anda untuk menulis
1. Tentukan tema (sudut pandang cerita)
2. Siapkan bahan-bahannya (data-data)
3. Urutkan data-data tersebut (bisa kronologis atau mengurutkan bagian yang penting terlebih dahulu, kemudian beranjak kepada yang kurang penting)
4. Kaitkan antar data tersebut dengan kalimat kita sendiri, serta ditambahi dengan penjelasan dari kita sendiri. Bisa berupa analisa atau komentar terhadap data yang kita tampilkan
Nah..., mudah bukan?
Mungkin petuah beberapa teman yang suka menulis patut untuk dicatat. Kata mereka, menulis itu ibarat naik sepeda, semakin sering kita menaikinya akan semakin lancar kita bersepeda. Ada juga yang bilang, menulis itu ibarat pisau, semakin diasah akan semakin tajam.
Akhirnya selamat mengarungi dunia ide, lalu melabuhkannya dalam bandar yang bersebut tulisan. Selamat menulis.
*M. Salim Nabhani
Dunia tulis menulis adalah pemasaran ide. Agar suatu tulisan layak dibaca dan dinikmati orang lain, isinya harus bisa dijual. Dijual di sini bisa juga dimaknai sebagai bisa dibaca oleh orang lain.
Hingga tidak mengherankan bila dunia jurnalistik menempatkan ide sebagai sebuah komoditi. Bahkan dunia jurnalistik sendiri tak akan ada bila tanpa ide, hingga tak heran bila ada yang menyebutkan bahwa ide sebagai nyawa jurnalistik.
Sebagai contoh, kita bisa membaca peristiwa berikut ini,
Hari itu sedang kering berita. Editor media harian lokal, desk kota dengan muram melihat daftar cerita untuk edisinya. Ternyata, masih ada kekurangan naskah. Ia mendatangi seorang reporter muda yang menarik perhatiannya.
“Anda punya waktu 90 menit sampai deadline untuk halaman 1. tulisannya yang baik dan enteng,” ujar Sang Editor. Kemudian reporter muda tersebut bergegas meninggalkan kantor dan berputar-putar keliling jalanan kota.
Hanya dalam lima menit, ia menemukan ide untuk mengisi halaman kosong yang diperintahkan oleh editornya.
Idenya sangat sederhana, bisa dibilang begitu. Dalam perjalanannya berputar-putar jalanan kota, ia melihat dua orang lelaki sedang membersihkan jendela di lantai 21. Lalu ia menelpon dan meminta kedatangan juru potret, selang berapa menit ia pun naik ke lantai 21 dan mengadakan wawancara dengan kedua pembersih jendela itu.
Sudut pandang (biasa disebut angle) dari Si Reporter Muda itu untuk mengangkat cerita itu yakni, bagaimana rasanya bekerja bergantungan di gedung pencakar langit? (sederhana bukan?)
Dengan sedikit imajinasi, mencari cerita untuk menjadi tulisan yang layak untuk dibaca oleh orang lain, sebenarnya sangatlah gampang. Bukalah mata anda ke arah hal-hal yang menarik, berkaitan dengan kepentingan umum, unik, tidak terlalu diperhatikan oleh orang lain dan original. Tentu anda akan semakin banyak menemukan bahan tulisan yang tak ada habisnya.
Dari sekelumit pengalaman ini, sepertinya kita dibawa pada suatu keadaan yang menyakinkan bagi kita, bahwa ide memang merupakan hakekat dari pekerjaan tulis-menulis. Termasuk juga dalam penulisan puisi, novel, cerpen atau pun sekedar surat cinta.
Seperti halnya peristiwa yang dikemukakan di atas barusan. Ide reporter tiba-tiba muncul, lima menit sesudah tugas disampaikan oleh Sang Editor hany denga mengandalkan ideranya dan dibumbui dengan sedikit perasaan kemausiaan, begitu melihat kejadian yang ada di depannya.
Begitu juga anda sebagai calon-calon penulis, berani dan mampukah menerima tantangan seperti demikian?
Sekedar Panduan Anda untuk menulis
1. Tentukan tema (sudut pandang cerita)
2. Siapkan bahan-bahannya (data-data)
3. Urutkan data-data tersebut (bisa kronologis atau mengurutkan bagian yang penting terlebih dahulu, kemudian beranjak kepada yang kurang penting)
4. Kaitkan antar data tersebut dengan kalimat kita sendiri, serta ditambahi dengan penjelasan dari kita sendiri. Bisa berupa analisa atau komentar terhadap data yang kita tampilkan
Nah..., mudah bukan?
Mungkin petuah beberapa teman yang suka menulis patut untuk dicatat. Kata mereka, menulis itu ibarat naik sepeda, semakin sering kita menaikinya akan semakin lancar kita bersepeda. Ada juga yang bilang, menulis itu ibarat pisau, semakin diasah akan semakin tajam.
Akhirnya selamat mengarungi dunia ide, lalu melabuhkannya dalam bandar yang bersebut tulisan. Selamat menulis.
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as