"DURI DALAM DAGING" TUBUH UMAT ISLAM
[pelajaran dari Q.S. An-Nisa]
oleh : Cak Fuad
Di tengah suasana psykologis "perang" melawan Amerika (baca Yahudi) pasca
peledakan WTC 11 September 2001 ditambah dengan bom Legian Bali 12
Oktober 2002, pembahasan tafsir Padhang mbulan sampai ke ayat 71-86 S.An-
Nisa, yang oleh banyak mufasir diberi sub-judul "strategi perang". Ayat-
ayat tersebut, pada sisi lain, memberikan gambaran tentang kondisi
internal umat Islam yang "amburadul" di tengah kepungan musuh yang
mengincar, dari luar dan dari dalam.
Dalam kondisi ketidakberdayaan, kita sering berpengharapan dengan
berandai-andai. "Andaikata umat Islam sedunia ini bersatu padu seia-
sekata melawan Amerika dan Yahudi, kita pasti menang". Dan karena tidak
ada harapan untuk bersatu maka seolah tidak pula ada harapan untuk
menang. Padahal apalah artinya semua kekuatan di dunia ini dibandingkan
dengan kekuatan Allah. Kondisi inferior ini memunculkan sikap aneh-aneh
dari sebagian umat Islam. Ada yang putus asa. Ada yang nekad. Ada yang
ragu-ragu kepada Islam. Ada yang mencari dan memanfaatkan peluang untuk
diri sendiri. Dan sebagainya.
Ayat-ayat yang kita kaji kali ini semoga dapat memberikan jawaban atas
berbagai pertanyaan yang menumpuk dalam pikiran kita dan mengobati
kegelisahan yang melanda hati kita selama ini.
Keberagaman Sikap Umat Islam
Ayat-ayat ini diturunkan pasca perang Uhud, yakni pada tahun-tahun
permulaan sesudah hijrah. Seperti kita ketahui, perang Uhud itu
menyisakan luka di hati umat Islam. Berbeda dengan perang Badar yang
mereka menangi secara mutlak, pada perang Uhud ini mereka sempat kocar-
kacir dalam salah satu pertempuran, meskipun dalam hitungan perang umat
Islam tetap menang. Tapi keadaan ini justru membuka tabir hati umat,
sehingga tampak jelas warna-warninya. Dalam beberapa ayat ini Allah
menguraikan beraneka-macam posisi umat Islam dalam menyikapi keadaan dan
sekaligus menggambarkan derajat keimanan masing-masing. Keanekaragaman
yang wajar dan manusiawi, dan oleh karerna itu akan menjadi warna dari
"jamaah Islamiyah" sepanjang masa. Justru di sinilah perlunya Al-Qur`an
sebagai pedoman, dan perlunya Nabi (dan ulama pewaris Nabi} sebagai
pembimbing.
Dari ayat-ayat tadi dapat kita ketahui bahwa di dalam tubuh umat Islam
terdapat orang-orang atau kelompok-kelompok yang dapat disebut "duri
dalam daging" sebagai berikut.
a. Kelompok yang berlambat-lambat atau ogah-ogahan berjihad fi sabilillah
(ayat 71-72). Kelompok ini selalu menghitung keuntungan duniawi. Kalau
harapan besar akan menang mereka tampil di depan, tapi kalau gelagatnya
akan kalah mereka bersembunyi. Dalam bahasa Al-Qur`an, mereka ini
"membeli dunia dengan akhirat" atau "menjual akhirat untuk dunia".
b. Di dalam kelompok ini -ironisnya- terdapat juga orang-orang muhajirin
yang ketika masih di Mekah begitu tinggi semangat jihadnya. Tapi ketika
jihad itu benar-benar diperintahkan, mereka "grogi" dan minta perintah
jihad itu ditangguhkan. Mereka "takut kepada manusia seperti takut mereka
kepada Allah, bahkan lebih takut dari itu" (ayat 75-77).
c. Kelompok yang ragu kepada kepemimpinan Nabi Muhammad Saw. (ayat 78-
79). Kalau menang perang mereka katakan "ini adalah karunia Allah", tapi
ketika kalah mereka menuding Rasulullah sebagai penyebabnya. Ini adalah
pencideraan dan prasangka buruk terhadap kepemimpinan.d. Kelompok yang menyatakn "siap", "sam'an wa tha:'atan" di depan Nabi,
tapi di belakang Nabi mereka berubah haluan (ayat 81).
e. Kelompok yang menjadi sasaran empuk dan menelan begitu saja isu-isu
yang sengaja dilansir oleh kelompok lain (ayat 83). Mereka menebar issue
yang belum jelas kebenarannya itu ke dalam barisan umat Islam sehingga
menimbulkan kebingungan, saling curiga, dan kekacauan.
f. Kelompok yang membela kelompok munafik sehingga memecah belah kesatuan
umat Islam, baik dari sudut pandang keimanan maupun kepemimpinan (ayat
71).
Ketujuh kelompok tersebut, bisa saja digeneralisasikan sebagai kelompok
munafik, tapi Sayid Quthub (dalam tafsir Fi Zhilal al-Qur`an) memilahnya
menjadi dua, yakni kelompok "munafiqin" dan kelompok "dhi'aful iman" ,
yaitu orang-orang yang kepribadian-imaniahnya belum matang meskipun
mereka itu telah memeluk Islam sejak di Mekah.
Menghadapi kondisi umat seperti ini, Al-Qur`an memberikan bimbingan
antara lain sebagai berikut.
1. Perintah untuk berhati-hati dan waspada, jangan berjuang sendiri-
sendiri, karena dunia di mana mereka berada "gelap", musuh-musuh
bertebaran dan sebagian "bersembunyi dalam selimut sendiri".
2. Peringatan yang menggetarkan hati bagi orang-orang yang dulu memiliki
semangat jihad yang tinggi, tapi kemudian ragu-ragu untuk terjun ke medan
jihad karena "ciut nyali" atau karena perhitungan untung-rugi duniawi.
3. Penegasan janji Allah kepada orang-orang yang berjihad di jalan Allah
bahwa "barang siapa berperang di jalan Allah, menang atau kalah, akan
kami berikan kepadanya pahala yang agung".
4. Bimbingan mengenai keluhuran niat dalam berjihad yakni dalam rangka
"membela agama Allah dan membela kaum lemah".
5. Pelurusan dan pembenahan cara pandang umat terhadap berbagai masalah
anatara lain tentang (a) hakekat dunia dan akhirat (ayat 77) , (b)
keniscayaan mati bagi manusia (ayat 78), dan (c) tentang takdir Allah dan
perbuatan manusia (ayat 79) .
6. Penegasan mengenai hakekat hubungan Allah dan Rasulullah, bahwa
mencintai Rasulullah berarti mencintai Allah, dan bahwa Al-Qur`an yang
disampaikan oleh Rasul kepada ummatnya, seluruhnya tanpa kecuali adalah
bersumber dari Allah.
7. Menghadapi berita-berita dan isu-isu, Al-Qur`an memberikan bimbingan
kepada umat Islam agar mengkonfirmasi (menanyakan) kebenarannya kepada
Nabi dan "ulil amri" yaitu para pemimpin yang menguasai permasalahan.
Jangan ikut-ikut menjadi penyebar isu yang hanya akan meresahkan dan
memecah belah barisan umat.
8. Pada akhirnya, karunia dan rahmat Allah lah yang bisa membawa umat ini
terhindar dari jalan syetan, oleh karena itu taqarrub kepada Allah tidak
boleh dilalaikan.
Dari rangkaian ayat ini bisa kita tarik banyak pelajaran untuk menata
hati, mengambil sikap, dan menetapkan tindakan, menghadapi tantangan
hidup dan perjuangan, baik sebagai individu maupun umat, yang kita
rasakan amat berat sekarang ini. Semoga Allah senantiasa membimbing kita
ke jalan lurus yang diridhainya[]
fwd by Redaksi from PadhangmBulan
[pelajaran dari Q.S. An-Nisa]
oleh : Cak Fuad
Di tengah suasana psykologis "perang" melawan Amerika (baca Yahudi) pasca
peledakan WTC 11 September 2001 ditambah dengan bom Legian Bali 12
Oktober 2002, pembahasan tafsir Padhang mbulan sampai ke ayat 71-86 S.An-
Nisa, yang oleh banyak mufasir diberi sub-judul "strategi perang". Ayat-
ayat tersebut, pada sisi lain, memberikan gambaran tentang kondisi
internal umat Islam yang "amburadul" di tengah kepungan musuh yang
mengincar, dari luar dan dari dalam.
Dalam kondisi ketidakberdayaan, kita sering berpengharapan dengan
berandai-andai. "Andaikata umat Islam sedunia ini bersatu padu seia-
sekata melawan Amerika dan Yahudi, kita pasti menang". Dan karena tidak
ada harapan untuk bersatu maka seolah tidak pula ada harapan untuk
menang. Padahal apalah artinya semua kekuatan di dunia ini dibandingkan
dengan kekuatan Allah. Kondisi inferior ini memunculkan sikap aneh-aneh
dari sebagian umat Islam. Ada yang putus asa. Ada yang nekad. Ada yang
ragu-ragu kepada Islam. Ada yang mencari dan memanfaatkan peluang untuk
diri sendiri. Dan sebagainya.
Ayat-ayat yang kita kaji kali ini semoga dapat memberikan jawaban atas
berbagai pertanyaan yang menumpuk dalam pikiran kita dan mengobati
kegelisahan yang melanda hati kita selama ini.
Keberagaman Sikap Umat Islam
Ayat-ayat ini diturunkan pasca perang Uhud, yakni pada tahun-tahun
permulaan sesudah hijrah. Seperti kita ketahui, perang Uhud itu
menyisakan luka di hati umat Islam. Berbeda dengan perang Badar yang
mereka menangi secara mutlak, pada perang Uhud ini mereka sempat kocar-
kacir dalam salah satu pertempuran, meskipun dalam hitungan perang umat
Islam tetap menang. Tapi keadaan ini justru membuka tabir hati umat,
sehingga tampak jelas warna-warninya. Dalam beberapa ayat ini Allah
menguraikan beraneka-macam posisi umat Islam dalam menyikapi keadaan dan
sekaligus menggambarkan derajat keimanan masing-masing. Keanekaragaman
yang wajar dan manusiawi, dan oleh karerna itu akan menjadi warna dari
"jamaah Islamiyah" sepanjang masa. Justru di sinilah perlunya Al-Qur`an
sebagai pedoman, dan perlunya Nabi (dan ulama pewaris Nabi} sebagai
pembimbing.
Dari ayat-ayat tadi dapat kita ketahui bahwa di dalam tubuh umat Islam
terdapat orang-orang atau kelompok-kelompok yang dapat disebut "duri
dalam daging" sebagai berikut.
a. Kelompok yang berlambat-lambat atau ogah-ogahan berjihad fi sabilillah
(ayat 71-72). Kelompok ini selalu menghitung keuntungan duniawi. Kalau
harapan besar akan menang mereka tampil di depan, tapi kalau gelagatnya
akan kalah mereka bersembunyi. Dalam bahasa Al-Qur`an, mereka ini
"membeli dunia dengan akhirat" atau "menjual akhirat untuk dunia".
b. Di dalam kelompok ini -ironisnya- terdapat juga orang-orang muhajirin
yang ketika masih di Mekah begitu tinggi semangat jihadnya. Tapi ketika
jihad itu benar-benar diperintahkan, mereka "grogi" dan minta perintah
jihad itu ditangguhkan. Mereka "takut kepada manusia seperti takut mereka
kepada Allah, bahkan lebih takut dari itu" (ayat 75-77).
c. Kelompok yang ragu kepada kepemimpinan Nabi Muhammad Saw. (ayat 78-
79). Kalau menang perang mereka katakan "ini adalah karunia Allah", tapi
ketika kalah mereka menuding Rasulullah sebagai penyebabnya. Ini adalah
pencideraan dan prasangka buruk terhadap kepemimpinan.d. Kelompok yang menyatakn "siap", "sam'an wa tha:'atan" di depan Nabi,
tapi di belakang Nabi mereka berubah haluan (ayat 81).
e. Kelompok yang menjadi sasaran empuk dan menelan begitu saja isu-isu
yang sengaja dilansir oleh kelompok lain (ayat 83). Mereka menebar issue
yang belum jelas kebenarannya itu ke dalam barisan umat Islam sehingga
menimbulkan kebingungan, saling curiga, dan kekacauan.
f. Kelompok yang membela kelompok munafik sehingga memecah belah kesatuan
umat Islam, baik dari sudut pandang keimanan maupun kepemimpinan (ayat
71).
Ketujuh kelompok tersebut, bisa saja digeneralisasikan sebagai kelompok
munafik, tapi Sayid Quthub (dalam tafsir Fi Zhilal al-Qur`an) memilahnya
menjadi dua, yakni kelompok "munafiqin" dan kelompok "dhi'aful iman" ,
yaitu orang-orang yang kepribadian-imaniahnya belum matang meskipun
mereka itu telah memeluk Islam sejak di Mekah.
Menghadapi kondisi umat seperti ini, Al-Qur`an memberikan bimbingan
antara lain sebagai berikut.
1. Perintah untuk berhati-hati dan waspada, jangan berjuang sendiri-
sendiri, karena dunia di mana mereka berada "gelap", musuh-musuh
bertebaran dan sebagian "bersembunyi dalam selimut sendiri".
2. Peringatan yang menggetarkan hati bagi orang-orang yang dulu memiliki
semangat jihad yang tinggi, tapi kemudian ragu-ragu untuk terjun ke medan
jihad karena "ciut nyali" atau karena perhitungan untung-rugi duniawi.
3. Penegasan janji Allah kepada orang-orang yang berjihad di jalan Allah
bahwa "barang siapa berperang di jalan Allah, menang atau kalah, akan
kami berikan kepadanya pahala yang agung".
4. Bimbingan mengenai keluhuran niat dalam berjihad yakni dalam rangka
"membela agama Allah dan membela kaum lemah".
5. Pelurusan dan pembenahan cara pandang umat terhadap berbagai masalah
anatara lain tentang (a) hakekat dunia dan akhirat (ayat 77) , (b)
keniscayaan mati bagi manusia (ayat 78), dan (c) tentang takdir Allah dan
perbuatan manusia (ayat 79) .
6. Penegasan mengenai hakekat hubungan Allah dan Rasulullah, bahwa
mencintai Rasulullah berarti mencintai Allah, dan bahwa Al-Qur`an yang
disampaikan oleh Rasul kepada ummatnya, seluruhnya tanpa kecuali adalah
bersumber dari Allah.
7. Menghadapi berita-berita dan isu-isu, Al-Qur`an memberikan bimbingan
kepada umat Islam agar mengkonfirmasi (menanyakan) kebenarannya kepada
Nabi dan "ulil amri" yaitu para pemimpin yang menguasai permasalahan.
Jangan ikut-ikut menjadi penyebar isu yang hanya akan meresahkan dan
memecah belah barisan umat.
8. Pada akhirnya, karunia dan rahmat Allah lah yang bisa membawa umat ini
terhindar dari jalan syetan, oleh karena itu taqarrub kepada Allah tidak
boleh dilalaikan.
Dari rangkaian ayat ini bisa kita tarik banyak pelajaran untuk menata
hati, mengambil sikap, dan menetapkan tindakan, menghadapi tantangan
hidup dan perjuangan, baik sebagai individu maupun umat, yang kita
rasakan amat berat sekarang ini. Semoga Allah senantiasa membimbing kita
ke jalan lurus yang diridhainya[]
fwd by Redaksi from PadhangmBulan
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as