Cinta VS Orang Tua
ABSTRACT:
Saat cinta kita kepada orang tua "terbentur" dengan cinta kita kepada si
dia, apa yang harus kita lakukan? Bukankah, cinta kepada si dia, sebelum
pernikahan, bukan segalanya? Cinta semacam ini masih bisa datang dan
pergi, berbeda dengan kasih dan cinta pasca pernikahan. Dan cinta orang
tua kepada kita selaku anak-anaknya, tak akan pernah habis, namun itu
bukan alasan untuk kita menyakiti mereka. Pahamilah itu sebagai cinta dan
kasih yang abadi.
Patutkah kita menyakiti hati orang tua yang telah berpuluh-puluh tahun
mendidik, mengasuh dan membimbing? Nyebokin kalau buang air, memandikan
dan menggendong kita dalam pelukannya, saat kita kecil. Dan kemudian kita
balas jasa mereka dengan protes yang menyakitkan hati mereka? Dan itu
kita lakukan kepada "seseorang" yang baru dikenal! Haruskah kasih sayang
mereka yang berpuluh-puluh tahun itu dimusnahkan untuk "kasih sayang yang
baru seumur jagung"?
Mudah-mudahan Allah selalu mengingatkan kita bahwa, "KERIDHAAN ALLAH
BERADA DALAM KERIDHAAN ORANG TUA, DAN KEMURKAAN ALLAH BERADA DALAM
KEMARAHAN ORANG TUA."
Dari judulnya, keliatannya kita lagi mau bicara tentang tema film India
yang selalu bikin facing antara Pacar dan Ortu. Kayaknya emang begitu,
tapi ada beda pada hasilnya nanti, baca aja selanjutnya.
Kalau kita sedang suka, jatuh cinta, ada kasih, falling (dan bahasa
lainnya) ama seorang wanita (gua lebih suka menyebutnya wanita daripada
perempuan), dan kita berpikir untuk melanjutkan hubungan lebih jauh,
biasanya kita akan berusaha semampu mungkin untuk merealisasi "cerita
India" itu. Abis, "ia" begitu indah, begitu mengharukan dan romantis,
bahkan gak berlebihan kadang punya efek langsung pada kesehatan dan sikap
kita sehari-hari.
DEMIKIAN INDAHNYA
Masalahnya berlanjut ketika kita sadar bahwa KITA HIDUP DALAM TATANAN
MASYARAKAT ASIA, DIMANA PERAN ORANG TUA SEDIKIT BANYAK MASIH MEMPUNYAI
KEPENTINGAN DALAM DIRI KITA, BAHKAN KADANG PERAN MASYARAKATPUN IKUT
MENENTUKAN. Itu sebabnya dalam banyak undangan dan dekorasi pernikahan
banyak ditemukan berseliweran kata-kata "Mohon doa restu", dimana tradisi
kayak gini gak kita temukan dalam masyarakat Barat (Barat disebutkan di
sini bukan berarti wah, ini cuma perbandingan fenomena).
Dalam beberapa orang, percintaan sering gak berjalan dengan mulus karena
faktor yang baru disebut di atas. Sebuah keberuntungan kalau kekasih anda
diterima apa adanya oleh orang tua dan (mungkin) masyarakat anda, namun
ketika sebaliknya terjadi gimana?
Beberapa teman saya kasih saran, coba dong didialogkan kembali dengan
orang tua dengan baik-baik, dicarikan jalan keluarnya. Itu betul jika
kemudian orang tua dapat menurunkan "standar permintaannya", namun
BAGAIMANA KETIKA MEREKA TETAP BERPEGANG KUKUH DENGAN PENDAPATNYA untuk
menolak kekasih anda?
Teman saya nyeletuk, "Orang tua apaan tuh! Masa sih kebahagiaan si anak
dihalang-halangi, toh mereka menginginkan sebuah kebaikan (maksudnyapernikahan, suatu institusi yang tentu saja direstui oleh Tuhan)." Yang
satu lagi menambahkan, "Apa sih maksud orang tua seperti itu, apakah
mereka menginginkan anaknya berpasangan tanpa saling menyayangi?" Si A
nyeletuk dengan kasar, "Emang yang mau kawin siapa sih, bokap nyokap loe
apa loe, kok jadi dia pada yang repot?" Dan bermacam-macam tanggapan dari
teman-teman.
So judulnya di sini adalah PERTENTANGAN, mana yang anda pilih ketika
solusi "keinginan" anda terhalang oleh "idealisme' orang tua?
CINTA (SAAT BELUM MENIKAH) BUKAN SEGALA-GALANYA, DIA BISA DATANG DAN
PERGI BEGITU SAJA (saya tau kalimat ini pasti tidak disukai oleh banyak
orang, khususnya para idealis cinta, tapi itulah realita). Cinta itu,
seperti kata pepatah Jawa, timbul hanya karena faktor kebersamaan yang
sering. Itu sebabnya Dewa bilang dalam salah satu lirik lagunya, "Beri
aku sedikit waktu, biar cinta datang karena telah terbiasa." So, UNSUR
TERPENTING PEMBENTUKAN CINTA ADALAH UNSUR "SELALU BERSAMA", itu saja, gak
lebih. (Kalau loe deket ama seorang cewek cuma temenan biasa asalnya,
kemudian akrab bener, jangan heran kalau kemudian bisa jatuh cinta, itu
karena unsur kebersmaan tadi).
Logikanya, KETIKA KEBERSAMAAN ITU HILANG, MAKA HILANGLAH CINTA ITU.
Jangan heran jika kita sering menganggap aneh dan gak realistis orang-
orang yang selalu mengenang berat kekasih masa lalu kalau hanya untuk
dikenang begitu saja dan hanya untuk bahan perbandingan (kecuali kalau
mengenangnya cuma buat hiburan aja, itu sih gak bikin rusak). Jangan
heran juga kalau orang yang pacaran long distance banyak yang putus
hehehehe
Menghilangkan cinta dengan cara menghilangkan kebersamaan, jika itu
dilakukan tentunya bukan suatu hal yang mudah. iya khan? Yup, itu benar,
ketika anda memutuskan untuk menjauhi sang kekasih, itu memang suatu
keputusan yang berat, bahkan tidak berlebihan kalau dibilang itu bisa
bikin anda cengeng dan serasa dunia ini hampa (kayak roman picisan).
Namun percaya atau tidak, itu satu-satunya proses terapi mujarab hingga
saat ini.
Kembali ke masalah ortu. Kita dihadapkan pada dua pilihan sekarang,
antara MENURUTI KEINGINAN ORANG TUA UNTUK MEMBONGKAR CINTA KITA dan
antara MEMASANG CINTA PADA KEKASIH KITA. Dilema bukan? Kayak si buah
Simalakama, duanya-duanya pilihan yang berat. Mari kita itung-itungan
sekarang dengan asas kebesaran jiwa.
Ada satu pernyataan dari seorang bijak ketika menasehati anak didiknya,
Si bijak bilang, "PATUTKAH KAMU MENYAKITI HATI ORANG TUA YANG TELAH
BERPULUH-PULUH TAHUN MENDIDIK, MENGASUH, dan MEMBIMBINGMU.
Ketika kamu kecil mereka nyebokin kamu kalau buang air, mandiin,
menggendong kamu dalam pelukannya selama dua tahun lebih dengan kasih
sayang tanpa imbalan? Kemudian semua jasa itu kamu lupakan begitu saja
dan kamu balas dengan sebuah protes yang menyakitkan hati mereka? Dan itu
kamu lakukan hanya karena seseorang yang baru kamu kenal dalam hitungan
satu atau dua tahun? Haruskah kasih sayang berpuluh-puluh tahun itu
dimusnahkan untuk kasih sayang katakan, dua tahun!?
Sebuah pertanyaan yang betul-betul dalam dan jelas maknanya jika diterima
dengan jiwa yang bersih.Si bijak kemudian melanjutkan," Nak, kamu masih mau comparing antara
cinta si Dia dengan kamu dan cinta orang tua terhadap kamu? Sungguh,
tidak balance, ada yang berat sebelah! Jauh dan sangat jauh. Cinta dia
kepada kamu, sedikit banyak bertendensi, saya tidak bisa pastikan
bertendensi apa, namun cinta mereka (orang tua) terhadapmu, sungguh, saya
berani pastikan adalah tanpa tendensi apapun! BAGI ORANG TUA, KEBAHAGIAAN
KAMU DI MASA DEWASA SAJA SUDAH CUKUP SEBAGAI KEBANGGAAN DAN KEBERHASILAN
ATAS USAHA CINTANYA SELAMA INI UNTUK KAMU. SEDERHANA DAN TANPA TENDENSI!"
"Satu lagi yang mesti kamu pikirkan, dan ini sangat besar artinya untuk
ketenangan jiwa kamu, yaitu, ADAKAH KAMU RELA ORANG TUAMU MENINGGAL DUNIA
NANTI SEMENTARA DALAM HATINYA MASIH MENYIMPAN PERASAAN SAKIT SAMA KAMU?
ADAKAH KAMU RELA MEREKA MENINGGALKANMU UNTUK YANG TERAKHIR KALINYA TANPA
SENYUM SAMA KAMU?"
"KECINTAAN DAN KEPATUHAN KEPADA ORANG TUA ADALAH KECINTAAN DAN KEPATUHAN
TOTAL TANPA SYARAT, KECUALI SATU, KETIKA MEREKA MENGAJAKMU BERBUAT TIDAK
BAIK, ITU SAJA! DI LUAR ITU, ADALAH KEPATUHAN TOTAL."
?DAN JIKA KEDUANYA MEMAKSAMU UNTUK MEMPERSEKUTUKAN-KU DENGAN SESUATU YANG
TIDAK ADA PENGETAHUANMU TENTANG ITU, MAKA JANGANLAH KAMU MENGIKUTI
KEDUANYA DAN PERGAULILAH KEDUANYA DI DUNIA DENGAN BAIK" [Luqman:15].
Jadi, kalau ortu ngajak ke arah kemusyrikan maka tidak wajib kita
mentaati mereka. Hanya saja sebagai anak tetap berkewajiban bergaul
dengan baik selama di dunia. Sikap santun harus senantiasa dijaga.
"Aku bisa mengerti, jiwamu sedang bergejolak, sakit menerima kenyataan,
bahkan gak menutup kemungkinan kasus-kasus cinta kayak gini bisa bikin
orang bunuh diri. Namun inilah dunia dengan permasalahannya, tidak
semuanya happy ending, KADANG SEBUAH KEPUTUSAN PAHIT HARUS DIAMBIL UNTUK
MENGHINDARI AKIBAT KEPUTUSAN YANG LEBIH PAHIT.
Tidak semua masalah mempunyai solusi happy kayak film-film India,
contohnya adalah masalahmu ini. Di sini tidak ada solusi, yang ada cuma
opsi, antara tetap meneruskan cintamu ama si dia dan antara kepatuhan
terhadap keinginan orang tua."
Kamu mungkin bilang, "Guru, anda begitu mudah menasehati saya, Anda tidak
merasakan sedikitpun apa yang sedang saya rasakan." Saya akan jawab,
seorang yang bijak adalah seseorang yang bisa mengatur derap emosi jiwa
dengan logika, begitu kira-kira yang saya pahami selama saya hidup. Saya
menghargai cinta kamu, dan itu merupakan bukti bahwa kamu adalah manusia
yang romatik dan penuh cinta, namun permasalahannya di sini adalah, kamu
berhadapan dengan cinta lain yang lebih tulus meskipun bagi kamu
(sementara ini) cinta tulus orang tua itu bukan cinta tetapi suatu
tekanan yang menyakitkan."
"KASIH ORANG TUA KEPADA ANAKNYA TAK AKAN HABIS, NAMUN ITU BUKAN ALASAN
BUAT KAMU UNTUK MENYAKITINYA, PAHAMI ITU SEBAGAI CINTA DAN KASIH YANG
ABADI."
Si anak didik memotong, "Kebanyakannya, orang tua bisa menerima kita
setelah kita punya anak, itu khan artinya nanti bisa kembali damai kalau
saya tetap meneruskan keinginan mengawini kekasih saya."
Sang Guru menjawab, " Ya, ada beberapa yang seperti itu, namun, jika itu
mungkin bisa terjadi kepada kamu juga. Tetapi JIKA ITU TETAP KAMU
LAKUKAN, KAMU TELAH MENINGGALKAN SEDIKIT NODA DALAM JIWA MEREKA DAN ITUSUDAH CUKUP SEBAGAI NILAI MINUS KAMU DI JIWA MEREKA. Itu pun kalau mereka
kemudia memaafkanmu setelah mereka melihat cucu. Permasalahannya, apakah
kamu yakin bahwa mereka suatu saat nanti mereka dapat memaafkan? jika
ternyata tidak hingga akhir hayat mereka, kamu akan dihantui dengan
perasaan tidak tenang dan rasa bersalah di saat mereka tidak ada lagi.
Sungguh Nak."
"Sekali lagi, CINTA KAMU DENGAN DIA SEBELUM PERNIKAHAN, BUKAN SEGALANYA,
SEKALI LAGI BUKAN SEGALANYA. CINTA SEMACAM INI MASIH BISA DATANG DAN
PERGI, BERBEDA DENGAN KASIH DAN CINTA PASCA PERNIKAHAN, tidak begitu
mudah untuk create cinta baru yang lain, karena ia sudah dilandasi dengan
aspal baru, yaitu aspal TANGGUNGJAWAB DAN KOMITMEN, karena pernikahan
adalah suatu perjanjian bernilai sakral abstrak yang harus diperjuangkan,
meskipun dengan nyawa. KEHIDUPAN CINTA PASCA PERNIKAHAN ADALAH KOMITMEN
PRIBADI DUA ANAK MANUSIA UNTUK TETAP MENJAGA SEBISA MUNGKIN AGAR TIDAK
RETAK, MESKIPUN ITU HARUS DENGAN MENJUAL IDEALISME HARIAN. Sangat berbeda
dengan kehidupan cinta sebelum pernikahan, sangat berbeda, yang kayak
gini tuh masih bisa dibongkar pasang, masih bisa di-adjust sono-sini, itu
realita. Saya tidak katakan cintamu sama dia tidak harus diperjuangkan
sama sekali. Yang saya ingin katakan di sini adalah, cintamu dengan
seseorang sebelum pernikahan adalah masih bernilai fifty-fifty untuk
dipertahankan, ini artinya kamu bisa saja mempertahankan cinta itu,
memperjuangkannya, cuma, menurut saya, proporsional dong. Artinya ketika
dihadapkan kepada memilih antara dia dan kepatuhan terhadap orang tua,
maka di sinilah kamu harus hitung menghitung kayak orang dagang!
Yah,semacam usaha untuk lebih relistis."
Si murid mulai ragu dan bertanya, "Jika saya mengikuti orang tua, apakah
ini berarti saya pengecut dan tidak berani dalam mengambil keputusan
untuk menikahinya, tidak berani dalam memperjuangkan Cinta?" Sang guru:
"Anakku, cobalah belajar untuk membedakan antara pemberani dengan si
konyol!"
Sang Murid, "Lalu apa yang harus saya katakan kepada si Dia?" Guru,
"Berbicaralah apa adanya, bahwa kamu telah berusaha untuk meyakinkan
orang tua namun tidak berhasil, dia tentu akan sedih bercampur dengan
marah, itu pasti, namun kamu perlu jelaskan juga, bahwa dia tidak sedih
dan marah sendiri. Tidak ada orang yang ingin kebahagiaannya rusak dan
hancur. Namun tidak berarti juga realita hidup selalu happy ending kayak
film India."
Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam bersabda, ?BARANGSIAPA MEMBUAT
HATI ORANG TUA SEDIH, BERARTI DIA TELAH DURHAKA KEPADANYA." [Riwayat
Bukhari]. Dalam kesempatan lain Rasulullah bersabda, ?TERMASUK PERBUATAN
DURHAKA SESEORANG YANG MEMBELALAKKAN MATANYA KARENA MARAH. [Riwayat
Thabrani].
Semoga Allah menjadikan kita sebagai anak-anak yang dapat MEMPERSEMBAHKAN
CINTA, SAYANG, HORMAT DAN BAKTI KITA KEPADA KEDUANYA, HANYA UNTUK SATU
TUJUAN: MERAIH CINTA, AMPUNAN, PAHALA DAN RIDHA-NYA.
Amin allahumma amin...
*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,
ABSTRACT:
Saat cinta kita kepada orang tua "terbentur" dengan cinta kita kepada si
dia, apa yang harus kita lakukan? Bukankah, cinta kepada si dia, sebelum
pernikahan, bukan segalanya? Cinta semacam ini masih bisa datang dan
pergi, berbeda dengan kasih dan cinta pasca pernikahan. Dan cinta orang
tua kepada kita selaku anak-anaknya, tak akan pernah habis, namun itu
bukan alasan untuk kita menyakiti mereka. Pahamilah itu sebagai cinta dan
kasih yang abadi.
Patutkah kita menyakiti hati orang tua yang telah berpuluh-puluh tahun
mendidik, mengasuh dan membimbing? Nyebokin kalau buang air, memandikan
dan menggendong kita dalam pelukannya, saat kita kecil. Dan kemudian kita
balas jasa mereka dengan protes yang menyakitkan hati mereka? Dan itu
kita lakukan kepada "seseorang" yang baru dikenal! Haruskah kasih sayang
mereka yang berpuluh-puluh tahun itu dimusnahkan untuk "kasih sayang yang
baru seumur jagung"?
Mudah-mudahan Allah selalu mengingatkan kita bahwa, "KERIDHAAN ALLAH
BERADA DALAM KERIDHAAN ORANG TUA, DAN KEMURKAAN ALLAH BERADA DALAM
KEMARAHAN ORANG TUA."
Dari judulnya, keliatannya kita lagi mau bicara tentang tema film India
yang selalu bikin facing antara Pacar dan Ortu. Kayaknya emang begitu,
tapi ada beda pada hasilnya nanti, baca aja selanjutnya.
Kalau kita sedang suka, jatuh cinta, ada kasih, falling (dan bahasa
lainnya) ama seorang wanita (gua lebih suka menyebutnya wanita daripada
perempuan), dan kita berpikir untuk melanjutkan hubungan lebih jauh,
biasanya kita akan berusaha semampu mungkin untuk merealisasi "cerita
India" itu. Abis, "ia" begitu indah, begitu mengharukan dan romantis,
bahkan gak berlebihan kadang punya efek langsung pada kesehatan dan sikap
kita sehari-hari.
DEMIKIAN INDAHNYA
Masalahnya berlanjut ketika kita sadar bahwa KITA HIDUP DALAM TATANAN
MASYARAKAT ASIA, DIMANA PERAN ORANG TUA SEDIKIT BANYAK MASIH MEMPUNYAI
KEPENTINGAN DALAM DIRI KITA, BAHKAN KADANG PERAN MASYARAKATPUN IKUT
MENENTUKAN. Itu sebabnya dalam banyak undangan dan dekorasi pernikahan
banyak ditemukan berseliweran kata-kata "Mohon doa restu", dimana tradisi
kayak gini gak kita temukan dalam masyarakat Barat (Barat disebutkan di
sini bukan berarti wah, ini cuma perbandingan fenomena).
Dalam beberapa orang, percintaan sering gak berjalan dengan mulus karena
faktor yang baru disebut di atas. Sebuah keberuntungan kalau kekasih anda
diterima apa adanya oleh orang tua dan (mungkin) masyarakat anda, namun
ketika sebaliknya terjadi gimana?
Beberapa teman saya kasih saran, coba dong didialogkan kembali dengan
orang tua dengan baik-baik, dicarikan jalan keluarnya. Itu betul jika
kemudian orang tua dapat menurunkan "standar permintaannya", namun
BAGAIMANA KETIKA MEREKA TETAP BERPEGANG KUKUH DENGAN PENDAPATNYA untuk
menolak kekasih anda?
Teman saya nyeletuk, "Orang tua apaan tuh! Masa sih kebahagiaan si anak
dihalang-halangi, toh mereka menginginkan sebuah kebaikan (maksudnyapernikahan, suatu institusi yang tentu saja direstui oleh Tuhan)." Yang
satu lagi menambahkan, "Apa sih maksud orang tua seperti itu, apakah
mereka menginginkan anaknya berpasangan tanpa saling menyayangi?" Si A
nyeletuk dengan kasar, "Emang yang mau kawin siapa sih, bokap nyokap loe
apa loe, kok jadi dia pada yang repot?" Dan bermacam-macam tanggapan dari
teman-teman.
So judulnya di sini adalah PERTENTANGAN, mana yang anda pilih ketika
solusi "keinginan" anda terhalang oleh "idealisme' orang tua?
CINTA (SAAT BELUM MENIKAH) BUKAN SEGALA-GALANYA, DIA BISA DATANG DAN
PERGI BEGITU SAJA (saya tau kalimat ini pasti tidak disukai oleh banyak
orang, khususnya para idealis cinta, tapi itulah realita). Cinta itu,
seperti kata pepatah Jawa, timbul hanya karena faktor kebersamaan yang
sering. Itu sebabnya Dewa bilang dalam salah satu lirik lagunya, "Beri
aku sedikit waktu, biar cinta datang karena telah terbiasa." So, UNSUR
TERPENTING PEMBENTUKAN CINTA ADALAH UNSUR "SELALU BERSAMA", itu saja, gak
lebih. (Kalau loe deket ama seorang cewek cuma temenan biasa asalnya,
kemudian akrab bener, jangan heran kalau kemudian bisa jatuh cinta, itu
karena unsur kebersmaan tadi).
Logikanya, KETIKA KEBERSAMAAN ITU HILANG, MAKA HILANGLAH CINTA ITU.
Jangan heran jika kita sering menganggap aneh dan gak realistis orang-
orang yang selalu mengenang berat kekasih masa lalu kalau hanya untuk
dikenang begitu saja dan hanya untuk bahan perbandingan (kecuali kalau
mengenangnya cuma buat hiburan aja, itu sih gak bikin rusak). Jangan
heran juga kalau orang yang pacaran long distance banyak yang putus
hehehehe
Menghilangkan cinta dengan cara menghilangkan kebersamaan, jika itu
dilakukan tentunya bukan suatu hal yang mudah. iya khan? Yup, itu benar,
ketika anda memutuskan untuk menjauhi sang kekasih, itu memang suatu
keputusan yang berat, bahkan tidak berlebihan kalau dibilang itu bisa
bikin anda cengeng dan serasa dunia ini hampa (kayak roman picisan).
Namun percaya atau tidak, itu satu-satunya proses terapi mujarab hingga
saat ini.
Kembali ke masalah ortu. Kita dihadapkan pada dua pilihan sekarang,
antara MENURUTI KEINGINAN ORANG TUA UNTUK MEMBONGKAR CINTA KITA dan
antara MEMASANG CINTA PADA KEKASIH KITA. Dilema bukan? Kayak si buah
Simalakama, duanya-duanya pilihan yang berat. Mari kita itung-itungan
sekarang dengan asas kebesaran jiwa.
Ada satu pernyataan dari seorang bijak ketika menasehati anak didiknya,
Si bijak bilang, "PATUTKAH KAMU MENYAKITI HATI ORANG TUA YANG TELAH
BERPULUH-PULUH TAHUN MENDIDIK, MENGASUH, dan MEMBIMBINGMU.
Ketika kamu kecil mereka nyebokin kamu kalau buang air, mandiin,
menggendong kamu dalam pelukannya selama dua tahun lebih dengan kasih
sayang tanpa imbalan? Kemudian semua jasa itu kamu lupakan begitu saja
dan kamu balas dengan sebuah protes yang menyakitkan hati mereka? Dan itu
kamu lakukan hanya karena seseorang yang baru kamu kenal dalam hitungan
satu atau dua tahun? Haruskah kasih sayang berpuluh-puluh tahun itu
dimusnahkan untuk kasih sayang katakan, dua tahun!?
Sebuah pertanyaan yang betul-betul dalam dan jelas maknanya jika diterima
dengan jiwa yang bersih.Si bijak kemudian melanjutkan," Nak, kamu masih mau comparing antara
cinta si Dia dengan kamu dan cinta orang tua terhadap kamu? Sungguh,
tidak balance, ada yang berat sebelah! Jauh dan sangat jauh. Cinta dia
kepada kamu, sedikit banyak bertendensi, saya tidak bisa pastikan
bertendensi apa, namun cinta mereka (orang tua) terhadapmu, sungguh, saya
berani pastikan adalah tanpa tendensi apapun! BAGI ORANG TUA, KEBAHAGIAAN
KAMU DI MASA DEWASA SAJA SUDAH CUKUP SEBAGAI KEBANGGAAN DAN KEBERHASILAN
ATAS USAHA CINTANYA SELAMA INI UNTUK KAMU. SEDERHANA DAN TANPA TENDENSI!"
"Satu lagi yang mesti kamu pikirkan, dan ini sangat besar artinya untuk
ketenangan jiwa kamu, yaitu, ADAKAH KAMU RELA ORANG TUAMU MENINGGAL DUNIA
NANTI SEMENTARA DALAM HATINYA MASIH MENYIMPAN PERASAAN SAKIT SAMA KAMU?
ADAKAH KAMU RELA MEREKA MENINGGALKANMU UNTUK YANG TERAKHIR KALINYA TANPA
SENYUM SAMA KAMU?"
"KECINTAAN DAN KEPATUHAN KEPADA ORANG TUA ADALAH KECINTAAN DAN KEPATUHAN
TOTAL TANPA SYARAT, KECUALI SATU, KETIKA MEREKA MENGAJAKMU BERBUAT TIDAK
BAIK, ITU SAJA! DI LUAR ITU, ADALAH KEPATUHAN TOTAL."
?DAN JIKA KEDUANYA MEMAKSAMU UNTUK MEMPERSEKUTUKAN-KU DENGAN SESUATU YANG
TIDAK ADA PENGETAHUANMU TENTANG ITU, MAKA JANGANLAH KAMU MENGIKUTI
KEDUANYA DAN PERGAULILAH KEDUANYA DI DUNIA DENGAN BAIK" [Luqman:15].
Jadi, kalau ortu ngajak ke arah kemusyrikan maka tidak wajib kita
mentaati mereka. Hanya saja sebagai anak tetap berkewajiban bergaul
dengan baik selama di dunia. Sikap santun harus senantiasa dijaga.
"Aku bisa mengerti, jiwamu sedang bergejolak, sakit menerima kenyataan,
bahkan gak menutup kemungkinan kasus-kasus cinta kayak gini bisa bikin
orang bunuh diri. Namun inilah dunia dengan permasalahannya, tidak
semuanya happy ending, KADANG SEBUAH KEPUTUSAN PAHIT HARUS DIAMBIL UNTUK
MENGHINDARI AKIBAT KEPUTUSAN YANG LEBIH PAHIT.
Tidak semua masalah mempunyai solusi happy kayak film-film India,
contohnya adalah masalahmu ini. Di sini tidak ada solusi, yang ada cuma
opsi, antara tetap meneruskan cintamu ama si dia dan antara kepatuhan
terhadap keinginan orang tua."
Kamu mungkin bilang, "Guru, anda begitu mudah menasehati saya, Anda tidak
merasakan sedikitpun apa yang sedang saya rasakan." Saya akan jawab,
seorang yang bijak adalah seseorang yang bisa mengatur derap emosi jiwa
dengan logika, begitu kira-kira yang saya pahami selama saya hidup. Saya
menghargai cinta kamu, dan itu merupakan bukti bahwa kamu adalah manusia
yang romatik dan penuh cinta, namun permasalahannya di sini adalah, kamu
berhadapan dengan cinta lain yang lebih tulus meskipun bagi kamu
(sementara ini) cinta tulus orang tua itu bukan cinta tetapi suatu
tekanan yang menyakitkan."
"KASIH ORANG TUA KEPADA ANAKNYA TAK AKAN HABIS, NAMUN ITU BUKAN ALASAN
BUAT KAMU UNTUK MENYAKITINYA, PAHAMI ITU SEBAGAI CINTA DAN KASIH YANG
ABADI."
Si anak didik memotong, "Kebanyakannya, orang tua bisa menerima kita
setelah kita punya anak, itu khan artinya nanti bisa kembali damai kalau
saya tetap meneruskan keinginan mengawini kekasih saya."
Sang Guru menjawab, " Ya, ada beberapa yang seperti itu, namun, jika itu
mungkin bisa terjadi kepada kamu juga. Tetapi JIKA ITU TETAP KAMU
LAKUKAN, KAMU TELAH MENINGGALKAN SEDIKIT NODA DALAM JIWA MEREKA DAN ITUSUDAH CUKUP SEBAGAI NILAI MINUS KAMU DI JIWA MEREKA. Itu pun kalau mereka
kemudia memaafkanmu setelah mereka melihat cucu. Permasalahannya, apakah
kamu yakin bahwa mereka suatu saat nanti mereka dapat memaafkan? jika
ternyata tidak hingga akhir hayat mereka, kamu akan dihantui dengan
perasaan tidak tenang dan rasa bersalah di saat mereka tidak ada lagi.
Sungguh Nak."
"Sekali lagi, CINTA KAMU DENGAN DIA SEBELUM PERNIKAHAN, BUKAN SEGALANYA,
SEKALI LAGI BUKAN SEGALANYA. CINTA SEMACAM INI MASIH BISA DATANG DAN
PERGI, BERBEDA DENGAN KASIH DAN CINTA PASCA PERNIKAHAN, tidak begitu
mudah untuk create cinta baru yang lain, karena ia sudah dilandasi dengan
aspal baru, yaitu aspal TANGGUNGJAWAB DAN KOMITMEN, karena pernikahan
adalah suatu perjanjian bernilai sakral abstrak yang harus diperjuangkan,
meskipun dengan nyawa. KEHIDUPAN CINTA PASCA PERNIKAHAN ADALAH KOMITMEN
PRIBADI DUA ANAK MANUSIA UNTUK TETAP MENJAGA SEBISA MUNGKIN AGAR TIDAK
RETAK, MESKIPUN ITU HARUS DENGAN MENJUAL IDEALISME HARIAN. Sangat berbeda
dengan kehidupan cinta sebelum pernikahan, sangat berbeda, yang kayak
gini tuh masih bisa dibongkar pasang, masih bisa di-adjust sono-sini, itu
realita. Saya tidak katakan cintamu sama dia tidak harus diperjuangkan
sama sekali. Yang saya ingin katakan di sini adalah, cintamu dengan
seseorang sebelum pernikahan adalah masih bernilai fifty-fifty untuk
dipertahankan, ini artinya kamu bisa saja mempertahankan cinta itu,
memperjuangkannya, cuma, menurut saya, proporsional dong. Artinya ketika
dihadapkan kepada memilih antara dia dan kepatuhan terhadap orang tua,
maka di sinilah kamu harus hitung menghitung kayak orang dagang!
Yah,semacam usaha untuk lebih relistis."
Si murid mulai ragu dan bertanya, "Jika saya mengikuti orang tua, apakah
ini berarti saya pengecut dan tidak berani dalam mengambil keputusan
untuk menikahinya, tidak berani dalam memperjuangkan Cinta?" Sang guru:
"Anakku, cobalah belajar untuk membedakan antara pemberani dengan si
konyol!"
Sang Murid, "Lalu apa yang harus saya katakan kepada si Dia?" Guru,
"Berbicaralah apa adanya, bahwa kamu telah berusaha untuk meyakinkan
orang tua namun tidak berhasil, dia tentu akan sedih bercampur dengan
marah, itu pasti, namun kamu perlu jelaskan juga, bahwa dia tidak sedih
dan marah sendiri. Tidak ada orang yang ingin kebahagiaannya rusak dan
hancur. Namun tidak berarti juga realita hidup selalu happy ending kayak
film India."
Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam bersabda, ?BARANGSIAPA MEMBUAT
HATI ORANG TUA SEDIH, BERARTI DIA TELAH DURHAKA KEPADANYA." [Riwayat
Bukhari]. Dalam kesempatan lain Rasulullah bersabda, ?TERMASUK PERBUATAN
DURHAKA SESEORANG YANG MEMBELALAKKAN MATANYA KARENA MARAH. [Riwayat
Thabrani].
Semoga Allah menjadikan kita sebagai anak-anak yang dapat MEMPERSEMBAHKAN
CINTA, SAYANG, HORMAT DAN BAKTI KITA KEPADA KEDUANYA, HANYA UNTUK SATU
TUJUAN: MERAIH CINTA, AMPUNAN, PAHALA DAN RIDHA-NYA.
Amin allahumma amin...
*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as