Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    kesadaran gender di kalangan umat islam

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 36
    Lokasi : rahasia

    kesadaran gender di kalangan umat islam Empty kesadaran gender di kalangan umat islam

    Post by kutubuku Thu Jun 24, 2010 7:01 pm

    Kesadaran Jender di Kalangan Umat Islam


    Oleh: Dzuriyatun Toyibah





    BAGI umat Islam, Nabi Muhammad merupakan pionir dalam
    pembebasan ketertindasan perempuan yang terjadi di Arab pada zaman jahiliyah.
    Akan tetapi, mengapa perempuan Muslim lebih banyak yang termarjinalisasi dalam
    bidang ekonomi, tersubordinasi dan dianggap tidak penting dalam kehidupan
    politik, rawan sebagai obyek kekerasan, beban kerja lebih besar, dan pelabelan
    negatif?





    Kondisi ini biasanya dianggap sudah adil karena
    penghormatan kepada perempuan yang menempatkan perempuan pada posisi sebagai
    ibu manusia yang mendapatkan perlindungan laki-laki, yang seluruh kebutuhannya
    dicukupi laki-laki. Perempuan adalah ratu, yang dihormati umat manusia karena
    perempuan adalah tiang negara, dan banyak jargon lainnya yang begitu manis dan
    menghegemoni perempuan sehingga perempuan larut dalam dunia impian itu.





    Pada akhirnya, ketika kenyataan yang harus dihadapi
    perempuan adalah kesulitan ekonomi, kebrutalan laki-laki, maka perempuan tidak
    siap. Di sana-sini TKW menjamur, buruh perempuan dianggap sebagai pencari
    nafkah tambahan, padahal dia bekerja karena bapaknya sakit atau dia adalah
    janda yang ditinggal suami dengan anak-anak yang masih kecil, dan lain-lainnya.






    Kesetaraan jender, sebagaimana dibahas dalam disertasi
    Nazaruddin Umar dan Zaitunah Anwar (1998), memberikan dasar teologi yang
    membebaskan mendasarkan argumentasinya pada munculnya tafsir yang bias jender
    karena faktor budaya patriarki, sehingga memunculkan teologi perspektif Islam
    yang cenderung melihat perempuan sebagai makhluk yang harus dibedakan dari
    laki-laki. Teologi semacam ini juga digagas dalam perspektif yang dikemukakan
    Riffat Hassan, Fatimah Mernissi, dan lain-lain. ***





    MUNCULNYA dua jenis kelamin pada manusia telah
    mengakibatkan konstruksi sosial yang melegitimasi pembedaan laki-laki dan
    perempuan pada sisi jender yang mengakibatkan pembedaan peran dan fungsi
    perempuan dan laki-laki dalam kehidupan masyarakat. Permasalahan perbedaan
    fisik perempuan dan laki-laki, yang menyebabkan fungsi reproduksi (hamil,
    melahirkan, menyusui) pada perempuan, menciptakan fungsi lainnya bagi
    perempuan, seperti fungsi sebagai penanggung jawab pada tugas-tugas domestik
    dalam rumah tangga. Muncullah perluasan cakupan kodrat dan fitrah, yang
    sebenarnya merupakan hal-hal yang tidak bisa diubah yang semestinya hanya
    kondisi fisik semata, meluas sampai pada kondisi yang mestinya dinegosiasikan,
    seperti harapan masyarakat akan peran-peran yang dimainkan.





    Implikasi selanjutnya membuat perempuan ditempatkan pada
    posisi sebagai makhluk nomor dua (secondary creation), yang hanya untuk
    melayani kepentingan laki-laki. Dalam hubungan sosial mengakibatkan hubungan
    hierarkis dominatif laki-laki dan perempuan, baik dalam kehidupan keluarga
    maupun dalam kehidupan kemasyarakatan, seperti dalam bidang ekonomi, politik
    sosial, dan budaya.





    Dalam masalah ini terjadi sebuah hubungan tautologi,
    apakah agama, khususnya Islam, yang memberikan legitimasi terhadap pelanggengan
    dominasi patriarki, atau sebaliknya tafsir agama yang dipengaruhi budaya
    patriarki sehingga muncul tafsir bias jender hadis misogini, fikih patriarki
    yang hasilnya adalah ketimpangan peran perempuan dan laki-laki. Di atas itu
    semua ada nilai-nilai keadilan yang juga menjadi bagian dari ajaran agama (Islam).
    Kesadaran akan ketidakadilan jender juga menjadi kesadaran di kalangan umat
    Islam. Dengan berlandaskan pada ajaran yang bersifat universal, maka di dunia
    Islam muncul tafsir alternatif dan tandingan terhadap ketidakadilan jender yang
    menjadi dogma pada mayoritas umat Islam.





    Transformasi sosial melalui gerakan jender di Indonesia
    sering kali dicitrakan sebagai milik kalangan feminis yang bergerak melalui
    LSM. Padahal, berapa banyak organ gerakan perempuan yang berbasiskan agama
    (Islam) telah muncul sejak masa lalu, seperti, Muslimat, Fatayat, Aisyiah, dan
    lain-lain. Hal ini bila mengacu pada definisi feminisme secara substansial
    sebagai kesadaran adanya ketidakadilan yang dialami perempuan di rumah tangga,
    tempat kerja, ataupun di tengah masyarakat sehingga muncul upaya mengatasi
    ketertindasan itu meskipun dalam pola sebagaimana semangat zaman waktu itu. ***






    PERMASALAHAN inti dalam gerakan feminisme adalah
    konstruksi sosial yang tidak adil. Ketidakadilan adalah kata kunci yang menjadi
    visi gerakan feminisme, sehingga visi gerakan feminis adalah gerakan untuk
    mengembalikan perempuan pada tempatnya sebagai manusia yang tidak
    dibeda-bedakan atas laki-laki. Pengertian keadilan ini akan berbeda dengan
    keadilan menempatkan perempuan pada tempatnya sebagai perempuan yang berbeda
    dengan laki-laki, sehingga melahirkan konsep membiarkan berbeda sebagaimana
    yang digagas Ratna Megawangi (1999) yang cenderung mempertahankan status quo.





    Dengan mengacu kepada Islam sebagai agama rahmatan lil
    'alamin, maka selayaknya gerakan jender yang berperspektif perlawanan
    ketidakadilan juga menjadi salah satu dari perhatian gerakan Islam. Bukankah
    mengonstruksi peran sosial laki-laki dan perempuan (jender) adalah bagian dari
    urusan dunia yang sebagaimana Nabi katakan dengan antum a'lamuri biumuri
    dunyakum? Maka manusia yang hidup pada kurun waktu dan tempat tertentu itulah
    yang lebih memahami masalahnya, bukan sebaliknya mencari jejak penyelesaian
    dengan kembali ke budaya masa lalu.





    Di sisi lain, perempuan juga sangat rawan untuk
    dipolitisasi. Fakta membuktikan bahwa sebagai manusia perempuan butuh untuk
    mengaktualisasikan diri dan bisa membuat sebuah keputusan. Kondisi ini
    menghasilkan sebuah tesis bahwa perempuan harus dilibatkan dalam proses-proses
    pembuatan keputusan agar perempuan tidak selalu hanya menjadi korban.
    Representasi politik perempuan dianggap akan memberi kontribusi positif bagi
    macetnya komunikasi politik yang terjadi selama ini, karena diharapkan sifat
    politik yang sangat maskulin akan bisa ditembus sifat-sifat feminin yang
    biasanya dilekatkan pada perempuan.





    Pada saat pembicaraan tentang politik perempuan menjadi
    marak, seiring dengan munculnya Megawati Soekarnoputri sebagai perempuan
    presiden di Indonesia, pembicaraan tentang legitimasi agama (baca: Islam) terhadap
    perempuan kembali muncul. Yang harus diperhatikan adalah benarkah isu
    legitimasi perempuan menjadi pemimpin adalah murni pemikiran yang muncul untuk
    keadilan sebagai visi gerakan perempuan, atau hanya sekadar jebakan politik.
    Sayangnya, kesadaran akan hak-hak perempuan di kalangan umat Islam biasanya
    bukan pada kesadaran murni, melainkan gerakan yang bersifat basa-basi untuk
    mendukung kepentingan politik sesaat. Kepentingan perempuan adalah menciptakan
    konstruksi sosial dan relasi sosial yang adil, bukan sekadar simbolisasi
    politik.





    Dzuriyatun Toyibah, Ketua PB Pergerakan Mahasiswa Islam
    Indonesia, pengurus Yayasan Masyarakat Ahimsa, mahasiswa Program Pascasarjana
    Manajemen Pembangunan Sosial Universitas Indonesia.








    back

      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 5:25 am