Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    teknik penulisan feature

    admin
    admin
    Admin
    Admin


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 688
    Join date : 19.03.10
    Age : 37
    Lokasi : Malang-Indonesia

    teknik penulisan feature Empty teknik penulisan feature

    Post by admin Fri Jun 18, 2010 3:38 pm

    Teknik Penulisan Feature

    Dalam
    sebuah surat kabar dikenal ada: berita, feature, tajuk, pojok, kolom, surat
    pembaca, iklan. Biasanya ada pula fiksi, karikatur, foto-foto. Berita dan
    feature adalah fakta, pojok dan tajuk adalah opini dari pengasuh koran, kolom
    dan surat pembaca adalah opini dari luar, iklan adalah sumber duit untuk
    penerbitan, sedang fiksi adalah karangan yang fiktif, bisa sebagai cerita
    bersambung, cerpen, dan sebagainya.


    Dari
    sekian jenis isi surat kabar ini, feature yang paling sulit diberi
    batasan-batasannya. Dulu, dalam teori-teori jurnalistik lama, feature dibedakan
    dengan berita setelah melihat ciri yang paling menonjol; berita terikat pada
    bentuk penulisan piramida terbalik dan lead atau intro yang merujuk langsung
    pada persoalan, lalu syarat mutlak unsur 5 W dan 1 H harus dipenuhi. Sedang
    feature tidak.


    Tetapi
    belakangan ini perkembangan penulisan berita menjadi lain, justru mengarah ke
    feature. Memang tidak semua koran melakukan hal itu, tetapi semua majalah dan
    koran mingguan pasti menerapkan teknik penulisan feature untuk
    berita-beritanya. Tak peduli "berita keras" atau "berita
    lunak".


    Dengan
    demikian batasan feature pun semakin kabur. Bahkan feature di masa sekarang ini
    juga mengacu kepada pemenuhan 5 W dan 1 H itu untuk memenuhi keinginan pembaca
    akan informasi yang lebih komplit. Dan feature di masa sekarang ini tak lagi
    cuma "enteng dan menghibur" tetapi terkadang sarat dengan kadar
    keilmuan -- cuma pengolahannya secara populer. Juga dipakai untuk penulisan
    berita-berita yang dihasilkan dari pengumpulan bahan yang menda lam. Maka di
    sini lagi-lagi batasan feature kabur dengan investigatif news.


    Feature
    bisa berfungsi sebagai penjelasan atau tambahan untuk berita yang sudah
    disiarkan sebelumnya, memberi latar belakang suatu peristiwa, menyentuh
    perasaan dan mengharukan, menghidang kan informasi dengan menghibur, juga bisa
    mengungkap sesuatu yang belum tersiar sebagai berita.


    Lead

    Mari kita tinggalkan difinisi apa itu feature dan kita langsung ke teknik
    penulisannya. Ini yang lebih penting. Kita tahu bahwa berita umumnya ditulis
    dengan teknik piramida terbalik dan harus memenuhi unsur 5 W + 1 H (what,
    who, why, when, where
    : apa, siapa, mengapa, kapan, di mana, bagaimana).
    Untuk penerbitan berupa koran, susunan piramida terbalik ini penting karena
    jika terjadi pemotongan karena tak ada tempat, pemotongan langsung dilakukan
    dari bagian belakang. Ini berarti lead berita itu pastilah yang terpenting dari
    isi berita itu sendiri. Ini harus memikat, tanpa itu berita tak menarik
    perhatian.


    Feature
    hampir sama dalam masalah lead, artinya harus memikat. Tetapi feature tidak
    tunduk pada ketentuan piramida terbalik. Feature ditulis dengan teknik lead,
    tubuh dan ending (penutup). enutup sebuah feature hampir sama pentingnya dengan
    lead. Mungkin di sana ada kesimpulan atau ada celetukan yang menggoda, atau ada
    sindiran dan sebagainya. Karena itu kalau memotong tulisan feature, tak bisa
    main gampang mengambil paling akhir.Semua bagaian dalam fetaure itu penting.
    Namun yang terpenting memang lead, karena di sanalah pembuka jalan. Gagal dalam
    menuliskan lead pembaca bisa tidak meneruskan membaca. Gagal berarti kehilangan
    daya pikat. Di sini penulis feature harus pandai betul menggunakan kalimatnya.
    Bahasa harus rapi dan terjaga bagus dan cara memancing itu haruslah jitu.Tak
    ada teori yang baku bagaimana menulis lead sebuah feature. Semuanya berdasarkan
    pengalaman dan juga perkembangan. Namun, sebagai garis besar beberapa contoh
    lead saya sebutkan di sini:


    Lead
    Ringkasan:


    Lead ini hampir sama saja dengan berita biasa, yang ditulis adalah inti
    ceritanya. Banyak penulis feature menulis lead gaya ini karena gampang. Misal:Walaupun
    dengan tangan buntung, Pak Saleh sama sekali tak merasa rendah diri bekerja
    sebagai tukang parkir di depan kampus itu.
    Dan seterusnya.... Pembaca sudah
    bisa menebak, yang mau ditulis adalah tukang parkir bernama Pak Saleh yang
    cacat. Yang berminat bisa meneruskan membaca, yang tak berminat -- apalagi
    sebelumnya tak ada berita tentang Pak Saleh itu -- bisa melewatkan begitu saja.


    Lead
    Bercerita:


    Lead ini menciptakan suatu suasana dan membenamkan pembaca seperti ikut jadi
    tokohnya. Misal:Anggota Reserse itu melihat dengan tajam ke arah senjata
    lelaki di depannya. Secepat kilat ia meloncat ke samping dan mendepak senjata
    lawannya sambil menembakkan pistolnya. Dor... Preman itu tergeletak sementara
    banyak orang tercengang ketakutan menyaksi kan adegan yang sekejap itu .....
    Pembaca
    masih bertanya apa yang terjadi. Padahal feature itu bercerita tentang operasi
    pembersihan preman-preman yang selama ini mengacau lingkungan pemukiman itu.


    Lead
    Deskriptif:


    Lead ini menceritakan gambaran dalam pembaca tentang suatu tokoh atau suatu
    kejadian. Biasanya disenangi oleh penulis yang hendak menulis profil seseorang.
    Misal:Keringat mengucur di muka lelaki tua yang tangannya buntung itu,
    sementara pemilik kendaraan merelakan uang kembalinya yang hanya dua ratus
    rupiah. Namun lelaki itu tetap saja merogoh saku dengan tangan kirinya yang
    normal, mengambil dua koin ratusan. Pak Saleh, tukang parkir yang bertangan
    sebelah itu, tak ingin dikasihani .....
    dst....Pembaca mudah terhanyut oleh
    lead begini, apalagi penulisnya ingin membuat kisah Pak Saleh yang penuh warna.


    Lead
    Kutipan:


    Lead ini bisa menarik jika kutipannya harus memusatkan diri pada inti cerita
    berikutnya. Dan tidak klise. Misal:"Saya lebih baik tetap tinggal di
    penjara, dibandingkan bebas dengan pengampunan. Apanya yang diampuni, saya kan
    tak pernah bersalah," kata Sri Bintang Pamungkas ketika akan dibebaskan
    dari LP Cipinang. Walau begitu, Sri Bintang toh mau juga keluar penjara
    dijemput anak-istri....
    dan seterusnya.Pembaca kemudian digiring pada kasus
    pembebasan tapol sebagai tekad pemerintahan yang baru. Hati-hati dengan kutipan
    klise. Contoh: "Pembangunan itu perlu untuk mensejahterakan rakyat dan
    hasil-hasilnya sudah kita lihat bersama," kata Menteri X di depan masa
    yang melimpah ruah.
    Pembaca sulit terpikat padahal bisa jadi yang mau
    ditulis adalah sebuah feature tentang keterlibatan masyarakat dalam pembangunan
    yang agak unik.


    Lead
    Pertanyaan:

    Lead ini menantang rasa ingin tahu pembaca, asal dipergunakan dengan tepat dan
    pertanyaannya wajar saja. Lead begini sebaiknya satu alinea dan satu kalimat,
    dan kalimat berikutnya sudah alinea baru. Misal:Untuk apa mahasiswa dilatih
    jurnalistik?Memang ada yang sinis dengan Pekan Jurnalistik Mahasiswa yang
    diadakan ini. Soalnya, penerbitan pers di kampus ini tak bisa lagi mengikuti
    kaidah-kaidah jurnalistik karena terlalu banyaknya batasan-batasan dan larangan

    .... dst....Pembaca kemudian disuguhi feature soal bagaimana kehidupan pers
    kampus di sebuah perguruan tinggi.


    Lead
    Menuding:

    Lead ini berusaha berkomunikasi langsung dengan pembaca dan ciri-cirinya adalah
    ada kata "Anda" atau "Saudara". Pembaca sengaja dibawa
    untuk menjadi bagian cerita, walau pembaca itu tidak terlibat pada persoalan.
    Misal:Saudara mengira sudah menjadi orang yang baik di negeri ini. Padahal,
    belum tentu. Pernahkah Saudara menggunakan jembatan penyeberangan kalau
    melintas di jalan? Pernahkah Saudara naik ke bus kota dari pintu depan dan
    tertib keluar dari pintu belakang? Mungkin tak pernah sama sekali. Saudara
    tergolong punya disiplin yang, maaf, sangat kurang.
    Dst....Pembaca masih
    penasaran feature ini mau bicara apa. Ternyata yang disoroti adalah kampanye
    disiplin nasional.


    Lead
    Penggoda:


    Lead ini hanya sekadar menggoda dengan sedikit bergurau. Tujuannya untuk
    menggaet pembaca agar secara tidak sadar dijebak ke baris berikutnya. Lead ini
    juga tidak memberi tahu, cerita apa yang disuguhkan karena masih teka-teki.
    Misal:


    Kampanye
    menulis surat di masa pemerintahan Presiden Soeharto ternyata berhasil baik dan
    membekas sampai saat ini. Bukan saja anak-anak sekolah yang gemar menulis
    surat, tetapi juga para pejabat tinggi di masa itu keranjingan menulis surat.


    Nah,
    sampai di sini pembaca masih sulit menebak, tulisan apa ini? Alinea berikutnya:Kini,
    ada surat yang membekas dan menimbulkan masalah bagi rakyat kecil. Yakni, surat
    sakti Menteri PU kepada Gubernur DKI agar putra Soeharto, Sigit, diajak
    berkongsi untuk menangani PDAM DKI Jakarta. Ternyata bukannya menyetor uang
    tetapi mengambil uang setoran PDAM dalam jumlah milyaran....
    dan
    seterusnya.


    Pembaca
    mulai menebak-nebak, ini pasti feature yang bercerita tentang kasus PDAM DKI
    Jaya. Tetapi, apa isi feature itu, apakah kasus kolusinya, kesulitan air atau
    tarifnya, masih teka-teki dan itu dijabarkan dalam alinea berikutnya.


    Lead
    Nyentrik:


    Lead ini nyentrik, ekstrim, bisa berbentuk puisi atau sepotong kata-kata
    pendek. Hanya baik jika seluruh cerita bergaya lincah dan hidup cara penyajiannya.
    Misal:
    Reformasi total.
    Mundur.
    Sidang Istimewa.
    Tegakkan hukum.
    Hapus KKN.
    Teriakan itu bersahut-sahutan dari sejumlah mahasiswa di halaman gedung DPR/MPR
    untuk menyampaikan aspirasi rakyat ....
    dst....Pembaca digiring ke
    persoalan bagaimana tuntutan reformasi yang disampaikan mahasiswa.


    Lead
    Gabungan:


    Ini adalah gabungan dari beberapa jenis lead tadi. Misal:"Saya tak
    pernah mempersoalkan kedudukan. Kalau memang mau diganti, ya, diganti,"
    kata Menteri Sosial sambil berjalan menuju mobilnya serta memperbaiki
    kerudungnya. Ia tetap tersenyum cerah sambil menolak menjawab pertanyaan
    wartawan. Ketika hendak menutup pintu mobilnya, Menteri berkata pendek:
    "Bapak saya sehat kok, keluarga kami semua sehat...."
    Ini gabungan
    lead kutipan dan deskriptif. Dan lead apa pun bisa digabung-gabungkan.


    Batang
    Tubuh


    Setelah
    tahu bagaimana lead yang baik untuk feature, tiba saatnya berkisah menulis
    batang tubuh. Yang pertama diperhatikan adalah fokus cerita jangan sampai
    menyimpang. Buatlah kronologis, berurutan dengan kalimat sederhana dan
    pendek-pendek. Deskripsi, baik untuk suasana maupun orang (profil) mutlak untuk
    pemanis sebuah feature. Kalau dalam berita, cukup begini: Pak Saleh mendapat
    penghargaan sebagai tukang parkir teladan
    . Paling hanya dijelas kan sedikit
    soal Pak Saleh. Tapi dalam feature, saudara dituntut lebih banyak. Profil
    lengkap Pak Saleh diperlukan, agar orang bisa membayangkan. Tapi tak bisa
    dijejal begini: Pak Saleh, tukang parkir di depan kampus itu, yang tangan
    kanannya buntung, umurnya 50 tahun, anaknya 9, rumahnya di Depok, dapat
    penghargaan.
    Data harus dipecah-pecah. Alenia pertama cukup ditulis: Pak
    saleh, 50 tahun, dapat penghargaan.
    Lalu jelaskan dari siapa penghargaan
    itu dan apa sebabnya. Pak Saleh yang tangannya buntung itu merasakan cukup
    haru, ketika Wali Kota....
    Di bagian lain disebut: "Saya tidak
    mengharapkan," kata lelaki dengan 9 anak yang tinggal di Depok ini.

    Dan seterusnya.Anekdot perlu untuk sebuah feature. Tapi jangan mengada-ada dan
    dibikin-bikin. Dan kutipan ucapan juga penting, agar pembaca tidak jenuh dengan
    suatu reportase.Detil penting tetapi harus tahu kapan terinci betul dan kapan
    tidak. Preman itu tertembak dalam jarak 5 meter lebih 35 centi 6
    melimeter...,
    apa pentingnya itu? Sebut saja sekitar 5 meter. Tapi, Gol
    kemenangan Persebaya dicetak pada menit ke 43,
    ini penting. Tak bisa
    disebut sekitar menit ke 45, karena menit 45 sudah setengah main. Dalam
    olahraga sepakbola, menit ke 43 beda jauh dengan menit ke 30. Bahkan dalam
    atletik, waktu 10.51 detik banyak bedanya dengan 10.24 detik.Ini sudah
    menyangkut bahasa jurnalistik, nanti ada pembahasan khusus soal ini.


    Ending

    Jika
    batang tubuh sudah selesai, tinggallah membuat penutup. Dalam berita tidak ada
    penutup. Untuk feature setidak-tidaknya ada empat jenis penutup.


    Penutup
    Ringkasan:


    Sifatnya merangkum kembali cerita-cerita yang lepas untuk mengacu kembali ke
    intro awal atau lead.


    Penutup
    Penyengat:


    Membuat pembaca kaget karena sama sekali tak diduga-duga. Seperti kisah
    detektif saja. Misalnya, menulis feature tentang bandit yang berhasil ditangkap
    setelah melawan. Kisah sudah panjang dan seru, pujian untuk petugas sudah
    datang, dan bandit itu pun sudah menghuni sel. Tapi, ending feature adalah: Esok
    harinya, bandit itu telah kabur kembali.
    Ending ini disimpan sejak tadi.


    Penutup
    Klimak:


    Ini penutup biasa karena cerita yang disusun tadi sudah kronologis. Jadi
    penyelesaiannya jelas. Di masa lalu, ada kegemaran menulis ending yang singkat
    dengan satu kata saja: Semoga. Sekarang hal seperti ini menjadi tertawaan.
    Ini sebuah bukti bahwa setiap masa ada kekhasannya.


    Penutup
    tanpa Penyelesaian:

    Cerita berakhir dengan mengambang. Ini bisa taktik penulis agar pembaca
    merenung dan mengambil kesimpulan sendiri, tetapi bisa pula masalah yang
    ditulis memang menggantung, masih ada kelanjutan, tapi tak pasti kapan.Demikian
    sekilas tentang teknik penulisan feature. Akan halnya ide feature itu bisa
    diperoleh dari berbagai hal. Bisa dari kelanjutan berita-berita aktual, bisa
    mendompleng hari-hari tertentu, atau profil tokoh yang sedang ramai
    dibicarakan. Yang penting ada newspeg (cantelan berita), karena feature
    bukan fiksi. Ia fakta yang ditulis dengan gaya mirip fiksi.Kalau bulan Mei,
    tulislah feature tentang Hari Kebangkitan Nasional, misalnya. Jangan menulis
    feature tentang Pertempuran Surabaya di bulan Mei ini.

      Waktu sekarang Mon Nov 25, 2024 9:41 am