Teknik Penulisan Feature
Dalam
sebuah surat kabar dikenal ada: berita, feature, tajuk, pojok, kolom, surat
pembaca, iklan. Biasanya ada pula fiksi, karikatur, foto-foto. Berita dan
feature adalah fakta, pojok dan tajuk adalah opini dari pengasuh koran, kolom
dan surat pembaca adalah opini dari luar, iklan adalah sumber duit untuk
penerbitan, sedang fiksi adalah karangan yang fiktif, bisa sebagai cerita
bersambung, cerpen, dan sebagainya.
Dari
sekian jenis isi surat kabar ini, feature yang paling sulit diberi
batasan-batasannya. Dulu, dalam teori-teori jurnalistik lama, feature dibedakan
dengan berita setelah melihat ciri yang paling menonjol; berita terikat pada
bentuk penulisan piramida terbalik dan lead atau intro yang merujuk langsung
pada persoalan, lalu syarat mutlak unsur 5 W dan 1 H harus dipenuhi. Sedang
feature tidak.
Tetapi
belakangan ini perkembangan penulisan berita menjadi lain, justru mengarah ke
feature. Memang tidak semua koran melakukan hal itu, tetapi semua majalah dan
koran mingguan pasti menerapkan teknik penulisan feature untuk
berita-beritanya. Tak peduli "berita keras" atau "berita
lunak".
Dengan
demikian batasan feature pun semakin kabur. Bahkan feature di masa sekarang ini
juga mengacu kepada pemenuhan 5 W dan 1 H itu untuk memenuhi keinginan pembaca
akan informasi yang lebih komplit. Dan feature di masa sekarang ini tak lagi
cuma "enteng dan menghibur" tetapi terkadang sarat dengan kadar
keilmuan -- cuma pengolahannya secara populer. Juga dipakai untuk penulisan
berita-berita yang dihasilkan dari pengumpulan bahan yang menda lam. Maka di
sini lagi-lagi batasan feature kabur dengan investigatif news.
Feature
bisa berfungsi sebagai penjelasan atau tambahan untuk berita yang sudah
disiarkan sebelumnya, memberi latar belakang suatu peristiwa, menyentuh
perasaan dan mengharukan, menghidang kan informasi dengan menghibur, juga bisa
mengungkap sesuatu yang belum tersiar sebagai berita.
Lead
Mari kita tinggalkan difinisi apa itu feature dan kita langsung ke teknik
penulisannya. Ini yang lebih penting. Kita tahu bahwa berita umumnya ditulis
dengan teknik piramida terbalik dan harus memenuhi unsur 5 W + 1 H (what,
who, why, when, where: apa, siapa, mengapa, kapan, di mana, bagaimana).
Untuk penerbitan berupa koran, susunan piramida terbalik ini penting karena
jika terjadi pemotongan karena tak ada tempat, pemotongan langsung dilakukan
dari bagian belakang. Ini berarti lead berita itu pastilah yang terpenting dari
isi berita itu sendiri. Ini harus memikat, tanpa itu berita tak menarik
perhatian.
Feature
hampir sama dalam masalah lead, artinya harus memikat. Tetapi feature tidak
tunduk pada ketentuan piramida terbalik. Feature ditulis dengan teknik lead,
tubuh dan ending (penutup). enutup sebuah feature hampir sama pentingnya dengan
lead. Mungkin di sana ada kesimpulan atau ada celetukan yang menggoda, atau ada
sindiran dan sebagainya. Karena itu kalau memotong tulisan feature, tak bisa
main gampang mengambil paling akhir.Semua bagaian dalam fetaure itu penting.
Namun yang terpenting memang lead, karena di sanalah pembuka jalan. Gagal dalam
menuliskan lead pembaca bisa tidak meneruskan membaca. Gagal berarti kehilangan
daya pikat. Di sini penulis feature harus pandai betul menggunakan kalimatnya.
Bahasa harus rapi dan terjaga bagus dan cara memancing itu haruslah jitu.Tak
ada teori yang baku bagaimana menulis lead sebuah feature. Semuanya berdasarkan
pengalaman dan juga perkembangan. Namun, sebagai garis besar beberapa contoh
lead saya sebutkan di sini:
Lead
Ringkasan:
Lead ini hampir sama saja dengan berita biasa, yang ditulis adalah inti
ceritanya. Banyak penulis feature menulis lead gaya ini karena gampang. Misal:Walaupun
dengan tangan buntung, Pak Saleh sama sekali tak merasa rendah diri bekerja
sebagai tukang parkir di depan kampus itu. Dan seterusnya.... Pembaca sudah
bisa menebak, yang mau ditulis adalah tukang parkir bernama Pak Saleh yang
cacat. Yang berminat bisa meneruskan membaca, yang tak berminat -- apalagi
sebelumnya tak ada berita tentang Pak Saleh itu -- bisa melewatkan begitu saja.
Lead
Bercerita:
Lead ini menciptakan suatu suasana dan membenamkan pembaca seperti ikut jadi
tokohnya. Misal:Anggota Reserse itu melihat dengan tajam ke arah senjata
lelaki di depannya. Secepat kilat ia meloncat ke samping dan mendepak senjata
lawannya sambil menembakkan pistolnya. Dor... Preman itu tergeletak sementara
banyak orang tercengang ketakutan menyaksi kan adegan yang sekejap itu .....Pembaca
masih bertanya apa yang terjadi. Padahal feature itu bercerita tentang operasi
pembersihan preman-preman yang selama ini mengacau lingkungan pemukiman itu.
Lead
Deskriptif:
Lead ini menceritakan gambaran dalam pembaca tentang suatu tokoh atau suatu
kejadian. Biasanya disenangi oleh penulis yang hendak menulis profil seseorang.
Misal:Keringat mengucur di muka lelaki tua yang tangannya buntung itu,
sementara pemilik kendaraan merelakan uang kembalinya yang hanya dua ratus
rupiah. Namun lelaki itu tetap saja merogoh saku dengan tangan kirinya yang
normal, mengambil dua koin ratusan. Pak Saleh, tukang parkir yang bertangan
sebelah itu, tak ingin dikasihani ..... dst....Pembaca mudah terhanyut oleh
lead begini, apalagi penulisnya ingin membuat kisah Pak Saleh yang penuh warna.
Lead
Kutipan:
Lead ini bisa menarik jika kutipannya harus memusatkan diri pada inti cerita
berikutnya. Dan tidak klise. Misal:"Saya lebih baik tetap tinggal di
penjara, dibandingkan bebas dengan pengampunan. Apanya yang diampuni, saya kan
tak pernah bersalah," kata Sri Bintang Pamungkas ketika akan dibebaskan
dari LP Cipinang. Walau begitu, Sri Bintang toh mau juga keluar penjara
dijemput anak-istri.... dan seterusnya.Pembaca kemudian digiring pada kasus
pembebasan tapol sebagai tekad pemerintahan yang baru. Hati-hati dengan kutipan
klise. Contoh: "Pembangunan itu perlu untuk mensejahterakan rakyat dan
hasil-hasilnya sudah kita lihat bersama," kata Menteri X di depan masa
yang melimpah ruah. Pembaca sulit terpikat padahal bisa jadi yang mau
ditulis adalah sebuah feature tentang keterlibatan masyarakat dalam pembangunan
yang agak unik.
Lead
Pertanyaan:
Lead ini menantang rasa ingin tahu pembaca, asal dipergunakan dengan tepat dan
pertanyaannya wajar saja. Lead begini sebaiknya satu alinea dan satu kalimat,
dan kalimat berikutnya sudah alinea baru. Misal:Untuk apa mahasiswa dilatih
jurnalistik?Memang ada yang sinis dengan Pekan Jurnalistik Mahasiswa yang
diadakan ini. Soalnya, penerbitan pers di kampus ini tak bisa lagi mengikuti
kaidah-kaidah jurnalistik karena terlalu banyaknya batasan-batasan dan larangan
.... dst....Pembaca kemudian disuguhi feature soal bagaimana kehidupan pers
kampus di sebuah perguruan tinggi.
Lead
Menuding:
Lead ini berusaha berkomunikasi langsung dengan pembaca dan ciri-cirinya adalah
ada kata "Anda" atau "Saudara". Pembaca sengaja dibawa
untuk menjadi bagian cerita, walau pembaca itu tidak terlibat pada persoalan.
Misal:Saudara mengira sudah menjadi orang yang baik di negeri ini. Padahal,
belum tentu. Pernahkah Saudara menggunakan jembatan penyeberangan kalau
melintas di jalan? Pernahkah Saudara naik ke bus kota dari pintu depan dan
tertib keluar dari pintu belakang? Mungkin tak pernah sama sekali. Saudara
tergolong punya disiplin yang, maaf, sangat kurang. Dst....Pembaca masih
penasaran feature ini mau bicara apa. Ternyata yang disoroti adalah kampanye
disiplin nasional.
Lead
Penggoda:
Lead ini hanya sekadar menggoda dengan sedikit bergurau. Tujuannya untuk
menggaet pembaca agar secara tidak sadar dijebak ke baris berikutnya. Lead ini
juga tidak memberi tahu, cerita apa yang disuguhkan karena masih teka-teki.
Misal:
Kampanye
menulis surat di masa pemerintahan Presiden Soeharto ternyata berhasil baik dan
membekas sampai saat ini. Bukan saja anak-anak sekolah yang gemar menulis
surat, tetapi juga para pejabat tinggi di masa itu keranjingan menulis surat.
Nah,
sampai di sini pembaca masih sulit menebak, tulisan apa ini? Alinea berikutnya:Kini,
ada surat yang membekas dan menimbulkan masalah bagi rakyat kecil. Yakni, surat
sakti Menteri PU kepada Gubernur DKI agar putra Soeharto, Sigit, diajak
berkongsi untuk menangani PDAM DKI Jakarta. Ternyata bukannya menyetor uang
tetapi mengambil uang setoran PDAM dalam jumlah milyaran.... dan
seterusnya.
Pembaca
mulai menebak-nebak, ini pasti feature yang bercerita tentang kasus PDAM DKI
Jaya. Tetapi, apa isi feature itu, apakah kasus kolusinya, kesulitan air atau
tarifnya, masih teka-teki dan itu dijabarkan dalam alinea berikutnya.
Lead
Nyentrik:
Lead ini nyentrik, ekstrim, bisa berbentuk puisi atau sepotong kata-kata
pendek. Hanya baik jika seluruh cerita bergaya lincah dan hidup cara penyajiannya.
Misal:
Reformasi total.
Mundur.
Sidang Istimewa.
Tegakkan hukum.
Hapus KKN.
Teriakan itu bersahut-sahutan dari sejumlah mahasiswa di halaman gedung DPR/MPR
untuk menyampaikan aspirasi rakyat .... dst....Pembaca digiring ke
persoalan bagaimana tuntutan reformasi yang disampaikan mahasiswa.
Lead
Gabungan:
Ini adalah gabungan dari beberapa jenis lead tadi. Misal:"Saya tak
pernah mempersoalkan kedudukan. Kalau memang mau diganti, ya, diganti,"
kata Menteri Sosial sambil berjalan menuju mobilnya serta memperbaiki
kerudungnya. Ia tetap tersenyum cerah sambil menolak menjawab pertanyaan
wartawan. Ketika hendak menutup pintu mobilnya, Menteri berkata pendek:
"Bapak saya sehat kok, keluarga kami semua sehat...."Ini gabungan
lead kutipan dan deskriptif. Dan lead apa pun bisa digabung-gabungkan.
Batang
Tubuh
Setelah
tahu bagaimana lead yang baik untuk feature, tiba saatnya berkisah menulis
batang tubuh. Yang pertama diperhatikan adalah fokus cerita jangan sampai
menyimpang. Buatlah kronologis, berurutan dengan kalimat sederhana dan
pendek-pendek. Deskripsi, baik untuk suasana maupun orang (profil) mutlak untuk
pemanis sebuah feature. Kalau dalam berita, cukup begini: Pak Saleh mendapat
penghargaan sebagai tukang parkir teladan. Paling hanya dijelas kan sedikit
soal Pak Saleh. Tapi dalam feature, saudara dituntut lebih banyak. Profil
lengkap Pak Saleh diperlukan, agar orang bisa membayangkan. Tapi tak bisa
dijejal begini: Pak Saleh, tukang parkir di depan kampus itu, yang tangan
kanannya buntung, umurnya 50 tahun, anaknya 9, rumahnya di Depok, dapat
penghargaan. Data harus dipecah-pecah. Alenia pertama cukup ditulis: Pak
saleh, 50 tahun, dapat penghargaan. Lalu jelaskan dari siapa penghargaan
itu dan apa sebabnya. Pak Saleh yang tangannya buntung itu merasakan cukup
haru, ketika Wali Kota.... Di bagian lain disebut: "Saya tidak
mengharapkan," kata lelaki dengan 9 anak yang tinggal di Depok ini.
Dan seterusnya.Anekdot perlu untuk sebuah feature. Tapi jangan mengada-ada dan
dibikin-bikin. Dan kutipan ucapan juga penting, agar pembaca tidak jenuh dengan
suatu reportase.Detil penting tetapi harus tahu kapan terinci betul dan kapan
tidak. Preman itu tertembak dalam jarak 5 meter lebih 35 centi 6
melimeter..., apa pentingnya itu? Sebut saja sekitar 5 meter. Tapi, Gol
kemenangan Persebaya dicetak pada menit ke 43, ini penting. Tak bisa
disebut sekitar menit ke 45, karena menit 45 sudah setengah main. Dalam
olahraga sepakbola, menit ke 43 beda jauh dengan menit ke 30. Bahkan dalam
atletik, waktu 10.51 detik banyak bedanya dengan 10.24 detik.Ini sudah
menyangkut bahasa jurnalistik, nanti ada pembahasan khusus soal ini.
Ending
Jika
batang tubuh sudah selesai, tinggallah membuat penutup. Dalam berita tidak ada
penutup. Untuk feature setidak-tidaknya ada empat jenis penutup.
Penutup
Ringkasan:
Sifatnya merangkum kembali cerita-cerita yang lepas untuk mengacu kembali ke
intro awal atau lead.
Penutup
Penyengat:
Membuat pembaca kaget karena sama sekali tak diduga-duga. Seperti kisah
detektif saja. Misalnya, menulis feature tentang bandit yang berhasil ditangkap
setelah melawan. Kisah sudah panjang dan seru, pujian untuk petugas sudah
datang, dan bandit itu pun sudah menghuni sel. Tapi, ending feature adalah: Esok
harinya, bandit itu telah kabur kembali. Ending ini disimpan sejak tadi.
Penutup
Klimak:
Ini penutup biasa karena cerita yang disusun tadi sudah kronologis. Jadi
penyelesaiannya jelas. Di masa lalu, ada kegemaran menulis ending yang singkat
dengan satu kata saja: Semoga. Sekarang hal seperti ini menjadi tertawaan.
Ini sebuah bukti bahwa setiap masa ada kekhasannya.
Penutup
tanpa Penyelesaian:
Cerita berakhir dengan mengambang. Ini bisa taktik penulis agar pembaca
merenung dan mengambil kesimpulan sendiri, tetapi bisa pula masalah yang
ditulis memang menggantung, masih ada kelanjutan, tapi tak pasti kapan.Demikian
sekilas tentang teknik penulisan feature. Akan halnya ide feature itu bisa
diperoleh dari berbagai hal. Bisa dari kelanjutan berita-berita aktual, bisa
mendompleng hari-hari tertentu, atau profil tokoh yang sedang ramai
dibicarakan. Yang penting ada newspeg (cantelan berita), karena feature
bukan fiksi. Ia fakta yang ditulis dengan gaya mirip fiksi.Kalau bulan Mei,
tulislah feature tentang Hari Kebangkitan Nasional, misalnya. Jangan menulis
feature tentang Pertempuran Surabaya di bulan Mei ini.
Dalam
sebuah surat kabar dikenal ada: berita, feature, tajuk, pojok, kolom, surat
pembaca, iklan. Biasanya ada pula fiksi, karikatur, foto-foto. Berita dan
feature adalah fakta, pojok dan tajuk adalah opini dari pengasuh koran, kolom
dan surat pembaca adalah opini dari luar, iklan adalah sumber duit untuk
penerbitan, sedang fiksi adalah karangan yang fiktif, bisa sebagai cerita
bersambung, cerpen, dan sebagainya.
Dari
sekian jenis isi surat kabar ini, feature yang paling sulit diberi
batasan-batasannya. Dulu, dalam teori-teori jurnalistik lama, feature dibedakan
dengan berita setelah melihat ciri yang paling menonjol; berita terikat pada
bentuk penulisan piramida terbalik dan lead atau intro yang merujuk langsung
pada persoalan, lalu syarat mutlak unsur 5 W dan 1 H harus dipenuhi. Sedang
feature tidak.
Tetapi
belakangan ini perkembangan penulisan berita menjadi lain, justru mengarah ke
feature. Memang tidak semua koran melakukan hal itu, tetapi semua majalah dan
koran mingguan pasti menerapkan teknik penulisan feature untuk
berita-beritanya. Tak peduli "berita keras" atau "berita
lunak".
Dengan
demikian batasan feature pun semakin kabur. Bahkan feature di masa sekarang ini
juga mengacu kepada pemenuhan 5 W dan 1 H itu untuk memenuhi keinginan pembaca
akan informasi yang lebih komplit. Dan feature di masa sekarang ini tak lagi
cuma "enteng dan menghibur" tetapi terkadang sarat dengan kadar
keilmuan -- cuma pengolahannya secara populer. Juga dipakai untuk penulisan
berita-berita yang dihasilkan dari pengumpulan bahan yang menda lam. Maka di
sini lagi-lagi batasan feature kabur dengan investigatif news.
Feature
bisa berfungsi sebagai penjelasan atau tambahan untuk berita yang sudah
disiarkan sebelumnya, memberi latar belakang suatu peristiwa, menyentuh
perasaan dan mengharukan, menghidang kan informasi dengan menghibur, juga bisa
mengungkap sesuatu yang belum tersiar sebagai berita.
Lead
Mari kita tinggalkan difinisi apa itu feature dan kita langsung ke teknik
penulisannya. Ini yang lebih penting. Kita tahu bahwa berita umumnya ditulis
dengan teknik piramida terbalik dan harus memenuhi unsur 5 W + 1 H (what,
who, why, when, where: apa, siapa, mengapa, kapan, di mana, bagaimana).
Untuk penerbitan berupa koran, susunan piramida terbalik ini penting karena
jika terjadi pemotongan karena tak ada tempat, pemotongan langsung dilakukan
dari bagian belakang. Ini berarti lead berita itu pastilah yang terpenting dari
isi berita itu sendiri. Ini harus memikat, tanpa itu berita tak menarik
perhatian.
Feature
hampir sama dalam masalah lead, artinya harus memikat. Tetapi feature tidak
tunduk pada ketentuan piramida terbalik. Feature ditulis dengan teknik lead,
tubuh dan ending (penutup). enutup sebuah feature hampir sama pentingnya dengan
lead. Mungkin di sana ada kesimpulan atau ada celetukan yang menggoda, atau ada
sindiran dan sebagainya. Karena itu kalau memotong tulisan feature, tak bisa
main gampang mengambil paling akhir.Semua bagaian dalam fetaure itu penting.
Namun yang terpenting memang lead, karena di sanalah pembuka jalan. Gagal dalam
menuliskan lead pembaca bisa tidak meneruskan membaca. Gagal berarti kehilangan
daya pikat. Di sini penulis feature harus pandai betul menggunakan kalimatnya.
Bahasa harus rapi dan terjaga bagus dan cara memancing itu haruslah jitu.Tak
ada teori yang baku bagaimana menulis lead sebuah feature. Semuanya berdasarkan
pengalaman dan juga perkembangan. Namun, sebagai garis besar beberapa contoh
lead saya sebutkan di sini:
Lead
Ringkasan:
Lead ini hampir sama saja dengan berita biasa, yang ditulis adalah inti
ceritanya. Banyak penulis feature menulis lead gaya ini karena gampang. Misal:Walaupun
dengan tangan buntung, Pak Saleh sama sekali tak merasa rendah diri bekerja
sebagai tukang parkir di depan kampus itu. Dan seterusnya.... Pembaca sudah
bisa menebak, yang mau ditulis adalah tukang parkir bernama Pak Saleh yang
cacat. Yang berminat bisa meneruskan membaca, yang tak berminat -- apalagi
sebelumnya tak ada berita tentang Pak Saleh itu -- bisa melewatkan begitu saja.
Lead
Bercerita:
Lead ini menciptakan suatu suasana dan membenamkan pembaca seperti ikut jadi
tokohnya. Misal:Anggota Reserse itu melihat dengan tajam ke arah senjata
lelaki di depannya. Secepat kilat ia meloncat ke samping dan mendepak senjata
lawannya sambil menembakkan pistolnya. Dor... Preman itu tergeletak sementara
banyak orang tercengang ketakutan menyaksi kan adegan yang sekejap itu .....Pembaca
masih bertanya apa yang terjadi. Padahal feature itu bercerita tentang operasi
pembersihan preman-preman yang selama ini mengacau lingkungan pemukiman itu.
Lead
Deskriptif:
Lead ini menceritakan gambaran dalam pembaca tentang suatu tokoh atau suatu
kejadian. Biasanya disenangi oleh penulis yang hendak menulis profil seseorang.
Misal:Keringat mengucur di muka lelaki tua yang tangannya buntung itu,
sementara pemilik kendaraan merelakan uang kembalinya yang hanya dua ratus
rupiah. Namun lelaki itu tetap saja merogoh saku dengan tangan kirinya yang
normal, mengambil dua koin ratusan. Pak Saleh, tukang parkir yang bertangan
sebelah itu, tak ingin dikasihani ..... dst....Pembaca mudah terhanyut oleh
lead begini, apalagi penulisnya ingin membuat kisah Pak Saleh yang penuh warna.
Lead
Kutipan:
Lead ini bisa menarik jika kutipannya harus memusatkan diri pada inti cerita
berikutnya. Dan tidak klise. Misal:"Saya lebih baik tetap tinggal di
penjara, dibandingkan bebas dengan pengampunan. Apanya yang diampuni, saya kan
tak pernah bersalah," kata Sri Bintang Pamungkas ketika akan dibebaskan
dari LP Cipinang. Walau begitu, Sri Bintang toh mau juga keluar penjara
dijemput anak-istri.... dan seterusnya.Pembaca kemudian digiring pada kasus
pembebasan tapol sebagai tekad pemerintahan yang baru. Hati-hati dengan kutipan
klise. Contoh: "Pembangunan itu perlu untuk mensejahterakan rakyat dan
hasil-hasilnya sudah kita lihat bersama," kata Menteri X di depan masa
yang melimpah ruah. Pembaca sulit terpikat padahal bisa jadi yang mau
ditulis adalah sebuah feature tentang keterlibatan masyarakat dalam pembangunan
yang agak unik.
Lead
Pertanyaan:
Lead ini menantang rasa ingin tahu pembaca, asal dipergunakan dengan tepat dan
pertanyaannya wajar saja. Lead begini sebaiknya satu alinea dan satu kalimat,
dan kalimat berikutnya sudah alinea baru. Misal:Untuk apa mahasiswa dilatih
jurnalistik?Memang ada yang sinis dengan Pekan Jurnalistik Mahasiswa yang
diadakan ini. Soalnya, penerbitan pers di kampus ini tak bisa lagi mengikuti
kaidah-kaidah jurnalistik karena terlalu banyaknya batasan-batasan dan larangan
.... dst....Pembaca kemudian disuguhi feature soal bagaimana kehidupan pers
kampus di sebuah perguruan tinggi.
Lead
Menuding:
Lead ini berusaha berkomunikasi langsung dengan pembaca dan ciri-cirinya adalah
ada kata "Anda" atau "Saudara". Pembaca sengaja dibawa
untuk menjadi bagian cerita, walau pembaca itu tidak terlibat pada persoalan.
Misal:Saudara mengira sudah menjadi orang yang baik di negeri ini. Padahal,
belum tentu. Pernahkah Saudara menggunakan jembatan penyeberangan kalau
melintas di jalan? Pernahkah Saudara naik ke bus kota dari pintu depan dan
tertib keluar dari pintu belakang? Mungkin tak pernah sama sekali. Saudara
tergolong punya disiplin yang, maaf, sangat kurang. Dst....Pembaca masih
penasaran feature ini mau bicara apa. Ternyata yang disoroti adalah kampanye
disiplin nasional.
Lead
Penggoda:
Lead ini hanya sekadar menggoda dengan sedikit bergurau. Tujuannya untuk
menggaet pembaca agar secara tidak sadar dijebak ke baris berikutnya. Lead ini
juga tidak memberi tahu, cerita apa yang disuguhkan karena masih teka-teki.
Misal:
Kampanye
menulis surat di masa pemerintahan Presiden Soeharto ternyata berhasil baik dan
membekas sampai saat ini. Bukan saja anak-anak sekolah yang gemar menulis
surat, tetapi juga para pejabat tinggi di masa itu keranjingan menulis surat.
Nah,
sampai di sini pembaca masih sulit menebak, tulisan apa ini? Alinea berikutnya:Kini,
ada surat yang membekas dan menimbulkan masalah bagi rakyat kecil. Yakni, surat
sakti Menteri PU kepada Gubernur DKI agar putra Soeharto, Sigit, diajak
berkongsi untuk menangani PDAM DKI Jakarta. Ternyata bukannya menyetor uang
tetapi mengambil uang setoran PDAM dalam jumlah milyaran.... dan
seterusnya.
Pembaca
mulai menebak-nebak, ini pasti feature yang bercerita tentang kasus PDAM DKI
Jaya. Tetapi, apa isi feature itu, apakah kasus kolusinya, kesulitan air atau
tarifnya, masih teka-teki dan itu dijabarkan dalam alinea berikutnya.
Lead
Nyentrik:
Lead ini nyentrik, ekstrim, bisa berbentuk puisi atau sepotong kata-kata
pendek. Hanya baik jika seluruh cerita bergaya lincah dan hidup cara penyajiannya.
Misal:
Reformasi total.
Mundur.
Sidang Istimewa.
Tegakkan hukum.
Hapus KKN.
Teriakan itu bersahut-sahutan dari sejumlah mahasiswa di halaman gedung DPR/MPR
untuk menyampaikan aspirasi rakyat .... dst....Pembaca digiring ke
persoalan bagaimana tuntutan reformasi yang disampaikan mahasiswa.
Lead
Gabungan:
Ini adalah gabungan dari beberapa jenis lead tadi. Misal:"Saya tak
pernah mempersoalkan kedudukan. Kalau memang mau diganti, ya, diganti,"
kata Menteri Sosial sambil berjalan menuju mobilnya serta memperbaiki
kerudungnya. Ia tetap tersenyum cerah sambil menolak menjawab pertanyaan
wartawan. Ketika hendak menutup pintu mobilnya, Menteri berkata pendek:
"Bapak saya sehat kok, keluarga kami semua sehat...."Ini gabungan
lead kutipan dan deskriptif. Dan lead apa pun bisa digabung-gabungkan.
Batang
Tubuh
Setelah
tahu bagaimana lead yang baik untuk feature, tiba saatnya berkisah menulis
batang tubuh. Yang pertama diperhatikan adalah fokus cerita jangan sampai
menyimpang. Buatlah kronologis, berurutan dengan kalimat sederhana dan
pendek-pendek. Deskripsi, baik untuk suasana maupun orang (profil) mutlak untuk
pemanis sebuah feature. Kalau dalam berita, cukup begini: Pak Saleh mendapat
penghargaan sebagai tukang parkir teladan. Paling hanya dijelas kan sedikit
soal Pak Saleh. Tapi dalam feature, saudara dituntut lebih banyak. Profil
lengkap Pak Saleh diperlukan, agar orang bisa membayangkan. Tapi tak bisa
dijejal begini: Pak Saleh, tukang parkir di depan kampus itu, yang tangan
kanannya buntung, umurnya 50 tahun, anaknya 9, rumahnya di Depok, dapat
penghargaan. Data harus dipecah-pecah. Alenia pertama cukup ditulis: Pak
saleh, 50 tahun, dapat penghargaan. Lalu jelaskan dari siapa penghargaan
itu dan apa sebabnya. Pak Saleh yang tangannya buntung itu merasakan cukup
haru, ketika Wali Kota.... Di bagian lain disebut: "Saya tidak
mengharapkan," kata lelaki dengan 9 anak yang tinggal di Depok ini.
Dan seterusnya.Anekdot perlu untuk sebuah feature. Tapi jangan mengada-ada dan
dibikin-bikin. Dan kutipan ucapan juga penting, agar pembaca tidak jenuh dengan
suatu reportase.Detil penting tetapi harus tahu kapan terinci betul dan kapan
tidak. Preman itu tertembak dalam jarak 5 meter lebih 35 centi 6
melimeter..., apa pentingnya itu? Sebut saja sekitar 5 meter. Tapi, Gol
kemenangan Persebaya dicetak pada menit ke 43, ini penting. Tak bisa
disebut sekitar menit ke 45, karena menit 45 sudah setengah main. Dalam
olahraga sepakbola, menit ke 43 beda jauh dengan menit ke 30. Bahkan dalam
atletik, waktu 10.51 detik banyak bedanya dengan 10.24 detik.Ini sudah
menyangkut bahasa jurnalistik, nanti ada pembahasan khusus soal ini.
Ending
Jika
batang tubuh sudah selesai, tinggallah membuat penutup. Dalam berita tidak ada
penutup. Untuk feature setidak-tidaknya ada empat jenis penutup.
Penutup
Ringkasan:
Sifatnya merangkum kembali cerita-cerita yang lepas untuk mengacu kembali ke
intro awal atau lead.
Penutup
Penyengat:
Membuat pembaca kaget karena sama sekali tak diduga-duga. Seperti kisah
detektif saja. Misalnya, menulis feature tentang bandit yang berhasil ditangkap
setelah melawan. Kisah sudah panjang dan seru, pujian untuk petugas sudah
datang, dan bandit itu pun sudah menghuni sel. Tapi, ending feature adalah: Esok
harinya, bandit itu telah kabur kembali. Ending ini disimpan sejak tadi.
Penutup
Klimak:
Ini penutup biasa karena cerita yang disusun tadi sudah kronologis. Jadi
penyelesaiannya jelas. Di masa lalu, ada kegemaran menulis ending yang singkat
dengan satu kata saja: Semoga. Sekarang hal seperti ini menjadi tertawaan.
Ini sebuah bukti bahwa setiap masa ada kekhasannya.
Penutup
tanpa Penyelesaian:
Cerita berakhir dengan mengambang. Ini bisa taktik penulis agar pembaca
merenung dan mengambil kesimpulan sendiri, tetapi bisa pula masalah yang
ditulis memang menggantung, masih ada kelanjutan, tapi tak pasti kapan.Demikian
sekilas tentang teknik penulisan feature. Akan halnya ide feature itu bisa
diperoleh dari berbagai hal. Bisa dari kelanjutan berita-berita aktual, bisa
mendompleng hari-hari tertentu, atau profil tokoh yang sedang ramai
dibicarakan. Yang penting ada newspeg (cantelan berita), karena feature
bukan fiksi. Ia fakta yang ditulis dengan gaya mirip fiksi.Kalau bulan Mei,
tulislah feature tentang Hari Kebangkitan Nasional, misalnya. Jangan menulis
feature tentang Pertempuran Surabaya di bulan Mei ini.
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as