Teknik Penulisan Investigasi
Oleh Rommy Fibri
Sebuah kapal nelayan fiber berwarna biru putih bermanuver lincah di
antara deretan bagan ikan. Sang nelayan memacu mesin pada kecepatan penuh. Ia
menghindari kejaran sebuah kapal tunda (tugboat) yang menempel ketat di
belakangnya. Buih ombak memecah di kedua sisi kapal yang saling berkejaran,
meninggalkan garis putih panjang di atas di permukaan samudera yang membiru.
Dari segi kekuatanm jelas ini bukan duel seimbang.
Kapal biru putih itu cuma sebuah perahu motor biasa dengan mesin 22 PK
yang hanya memapu melaju pada kecepatan 4 knot. Sementara, dengan mesin 12
silinder, kapal tunda tersebut dengan mudah melibas buruannya dalam kecepatan
dobel. Alhasil, jarak antara mereka kian memendek. Seratus meter..., limapuluh
meter..., empatpuluh meter...
Lalu astaga! Seperti dalam kisah-kisah fiksi
spionase, sebuah antiklimaks mengakhiri aksi kejar-kejaran yang mendebarkan
itu. Nelayan Irwan (bukan nama sebenarnya) nekad memarkirkan kapalnya ke sebuah
ceruk karang di Pulau Panjang, sekitar 2 KM dari Desa Griyang, Kecamatan
Bojonegoro. Sang nelayan lantas bersecepat meloncati karang-karang pantai,
disusul sepasang pria dan wanita muda – keduanya reporter TEMPO. Tiga ojek di
pantai segera melarikan mereka ke sebuah rumah persembunyian di Pulau Panjang.
Selamat? Tunggu dulu!
Beberapa pria berkulit legam (mereka awak
kapal tunda) menyusul ke desa. “Saya mencari wartawan yang memergoki pekerjaan
saya,” ujar salah seorang dari mereka – seperti yang ditirukan beberapa nelayan
setempat kepada sang reporter.” (TEMPO, pertengahan Juli 2000)
Tulisan tersebut bukanlah kisah fiksi. Itu kejadian nyata dari wartawan
investigatif yang tengah menelusuri data dan keterangan di lapangan. Cerita,
yang ditampilkan dalam sebuah boks ini, adalah ekses serangkaian investigasi TEMPO terhadap
penyelundupan BBM di kawasan Merak dan sekitarnya, tepatnya di kawasan pantai
antara Kecamatan Bojonegoro dan Kecamatan Kesemen, Serang, Jawa Barat.
Di lokasi inilah TEMPO memergoki proses
pemindahan BBM (transpoting) dari jarak tak sampai 100 meter. Minyak
dipindahkan dari tongkang berukuran 2000 ton ke sebuah tangker berwarna hitam
putih. Nansa Singapore tertulis di lambung kapal, yang buang sauh sekitar dua
mil dari daratan. Di samping tongkang merapat sebuah tunda yang bertuliskan
Lohjinawi II.
Kepada TEMPO, Irwan membisikkan bahwa itu
tongkang ketiga yang beroperasi sejak Jum’at malam. Kamera panjang sang
reporter berkali-kali menjepret proses itu melalui jendela seukuran layar
komputer. Sebuah selang (host) warna biru yang menyambungkan tongkang
menunjukkan kapal itu sedang loading. Posisi tanker memberat ke belakang.
Sedangkan tongkang sudah mengambang – pertanda sebagian isinya sudah “dimuntah”
kan ke sebelah.
Seorang awak kapal tunda rupanya mengarahkan
keker ke arah kapal Irwan. Apa lacur, teropong itu menangkap lensa kamera yang
sedang membidik. Akibatnya? Kapal tunda yang tadinya senyap, seolah tak
berawak, mendadak heboh. Belasan orang berlari ke geladak. Dalam hitungan
menit, mereka memburu kapal nelayan itu ke Pulau Panjang. (TEMPO, Pertengahan
Juli 2000).
Contoh di atas adalah salah satu tulisan dari hasil akhir liputan
investigasi Majalah TEMPO tentang penyelundupan BBM. Secara faktual, seluruh
data dan temuan lapangan yang sudah terkodifikasikan itu, dirangkai menjadi
satu tulisan yang menarik, enak dibaca dan menggambarkan fakta yang terjadi di
lapangan. Langkah yang paling aman, adalah memisahkan seluruh laporan dan data
yang dipunyai ke dalam masing-masing kapling tema. Misalnya, seluruh bahan yang
bertutur tentang modus atau pola manipulasi BBM, para pelaku, kerugian yang
diderita dan timeline kejadian, dikelompokkan masing-masing. Lantas diserahkan
pada setiap penanggungjawab penulisnya.
Secara deskriptif,
langkah-langkah penulisan investigasi bisa digambarkan sebagai berikut:
1.
Buat
outline yang betul-betul fokus dan representatif terhadap masalah yang
bersangkutan. Outline menggambarkan judul, angle, latar belakang masalah,
narasumber, seluruh daftar pertanyaan dan data yang diperlukan, cara pengumpulan
data dan foto dari tulisan yang akan dibuat.
2.
Bikin
judul yang menarik minat pembaca dan sifatnya eye cathcing. Judul bisa dibuat kapan saja, baik setelah
tulisan jadi ataupun sebelumnya. Yang
terpenting, judul mesti merepresentasikan isi tulisan.
3.
Yang tak
kalah pentingnya dari judul, yakni subjudul. Biasanya, subjudul yang baik
terdiri atas 2-3 kalimat. Tapi ini bukan hal yang baku, bisa lebih bisa juga
kurang. Bentuknya bisa sebuah kesimpulan, ringkasan tulisan atau juga
kesimpulan.
4.
Bikin
lead yang yang mengundang selera pembaca. Biasanya kalimat yang digunakan untuk
menarik minat bersifat deskripsi, asosiasi atau juga kesimpulan.
5.
Eksplorasi
data-data dan angka yang menunjukkan signifikansi investigasi tersebut. Dengan
dukungan data yang akurat, tulisan investigasi akan terasa lebih bernilai.
Kalau perlu, tampilkan dalam bentuk grafik, flowchart, diagram, poin per poin
atau juga gambar.
6.
Fokuskan
arah dan alur tulisan pada hipotesis dan angle yang sudah dibuat, sehingga
tidak melantur ke mana-mana. Jika tidak, maka cerita akan tumpang tindih dan
bertele-tele. Bisanya, bagian per bagian tulisan investigasi itu terdiri atas
Round up, Modus, Pelaku/pihak yang bertanggung jawab, Display Data, Hal-ihwal
Kerugian, Kronologi kejadian dan juga kisah menarik selama penyamaran/bukti
lapangan yang betul-betul menakjubkan.
7.
Berperanlah
sebagai pencerita. Deskripsikan setiap detil hasil liputan investigasi dengan
gaya berkisah. Dan jangan lupa mencantumkan setiap detil yang patut
diungkapkan. Jangan cuma mengajak pembaca berpikir, melainkan mengajak untuk
“berkhayal” barang sejenak. Sehingga seolah-olah, pembaca merasa berada di
lokasi kejadian dan ikut andil dalam peliputan investigasi itu. Ingat, tema
investigasi biasanya adalah tema-tema “berat”, makanya perlu dikemas dalam
bentuk yang populer. Artinya, bisa dinikmati oleh awam tanpa perlu
mengernyitkan dahi.
8.
Tutup
tulisan dengan kata yang “bernafsu”. Bisa sebuah “penyimpulan”, pertanyaan yang
menggelitik, harapan, pujian, maupun sindiran. Pemakaiannya tergantung pada
angle tulisan. Kalau misalnya tulisan bagian modus, maka bisa digunakan penutup
kalimat yang menyimpulkan. Bisa juga ditutup oleh pertanyaan yang menggelitik
dan menyentil. Sementara untuk bagian Round Up, biasanya digongi oleh harapan.
Penulisan dalam liputan investigasi memegang peranan yang cukup
penting. Karena, ia harus bisa menggambarkan secara utuh masalah yang sedang
investigasi. Ia harus mampu menarik benang merah masalah, memaparkannya dengan
lincah, enak, kritis dan (kalau bisa) jenaka, serta ada jalan keluar atas
masalah tersebut. Karena investigasi (di
Majalah TEMPO), menurut Toriq Hadad, Wakil Pemimpin Redaksi Majalah TEMPO,
dimaksudkan sebagai alat mencari kebenaran ketika terjadi kekacauan informasi di masyarakat.
Selesai penulisan, ada satu hal penting yang tak
boleh ditinggalkan sama sekali. Ia adalah pengecekan pencemaran nama baik dan
juga fakta. Pun mesti dipertimbangkan informasi terbaru dari masalah yang
sedang ditulis. Siapa tahu, perkembangan informasi terakhir – yang muncul di saat
tulisan sudah siap saji – bisa mempengaruhi kesimpulan dan alur kronologi
ceritanya.
Namun demikian, menulis adalah satu hal yang sifatnya
keahlian. Semua harus dicoba, dicoba dan dicoba. Toh, tak ada orang yang tiba-tiab ahli naik
sepeda, motor atau mobil. Semua harus menjalaninya secara bertahap. Yang
penting, jangan takut untuk selalu mencoba.
Disampaikan dalam DIKLAT tingkat Lanjut UAPKM – UB 2002
Penulis adalah staf redaksi Majalah TEMPO Jakarta
Oleh Rommy Fibri
Sebuah kapal nelayan fiber berwarna biru putih bermanuver lincah di
antara deretan bagan ikan. Sang nelayan memacu mesin pada kecepatan penuh. Ia
menghindari kejaran sebuah kapal tunda (tugboat) yang menempel ketat di
belakangnya. Buih ombak memecah di kedua sisi kapal yang saling berkejaran,
meninggalkan garis putih panjang di atas di permukaan samudera yang membiru.
Dari segi kekuatanm jelas ini bukan duel seimbang.
Kapal biru putih itu cuma sebuah perahu motor biasa dengan mesin 22 PK
yang hanya memapu melaju pada kecepatan 4 knot. Sementara, dengan mesin 12
silinder, kapal tunda tersebut dengan mudah melibas buruannya dalam kecepatan
dobel. Alhasil, jarak antara mereka kian memendek. Seratus meter..., limapuluh
meter..., empatpuluh meter...
Lalu astaga! Seperti dalam kisah-kisah fiksi
spionase, sebuah antiklimaks mengakhiri aksi kejar-kejaran yang mendebarkan
itu. Nelayan Irwan (bukan nama sebenarnya) nekad memarkirkan kapalnya ke sebuah
ceruk karang di Pulau Panjang, sekitar 2 KM dari Desa Griyang, Kecamatan
Bojonegoro. Sang nelayan lantas bersecepat meloncati karang-karang pantai,
disusul sepasang pria dan wanita muda – keduanya reporter TEMPO. Tiga ojek di
pantai segera melarikan mereka ke sebuah rumah persembunyian di Pulau Panjang.
Selamat? Tunggu dulu!
Beberapa pria berkulit legam (mereka awak
kapal tunda) menyusul ke desa. “Saya mencari wartawan yang memergoki pekerjaan
saya,” ujar salah seorang dari mereka – seperti yang ditirukan beberapa nelayan
setempat kepada sang reporter.” (TEMPO, pertengahan Juli 2000)
Tulisan tersebut bukanlah kisah fiksi. Itu kejadian nyata dari wartawan
investigatif yang tengah menelusuri data dan keterangan di lapangan. Cerita,
yang ditampilkan dalam sebuah boks ini, adalah ekses serangkaian investigasi TEMPO terhadap
penyelundupan BBM di kawasan Merak dan sekitarnya, tepatnya di kawasan pantai
antara Kecamatan Bojonegoro dan Kecamatan Kesemen, Serang, Jawa Barat.
Di lokasi inilah TEMPO memergoki proses
pemindahan BBM (transpoting) dari jarak tak sampai 100 meter. Minyak
dipindahkan dari tongkang berukuran 2000 ton ke sebuah tangker berwarna hitam
putih. Nansa Singapore tertulis di lambung kapal, yang buang sauh sekitar dua
mil dari daratan. Di samping tongkang merapat sebuah tunda yang bertuliskan
Lohjinawi II.
Kepada TEMPO, Irwan membisikkan bahwa itu
tongkang ketiga yang beroperasi sejak Jum’at malam. Kamera panjang sang
reporter berkali-kali menjepret proses itu melalui jendela seukuran layar
komputer. Sebuah selang (host) warna biru yang menyambungkan tongkang
menunjukkan kapal itu sedang loading. Posisi tanker memberat ke belakang.
Sedangkan tongkang sudah mengambang – pertanda sebagian isinya sudah “dimuntah”
kan ke sebelah.
Seorang awak kapal tunda rupanya mengarahkan
keker ke arah kapal Irwan. Apa lacur, teropong itu menangkap lensa kamera yang
sedang membidik. Akibatnya? Kapal tunda yang tadinya senyap, seolah tak
berawak, mendadak heboh. Belasan orang berlari ke geladak. Dalam hitungan
menit, mereka memburu kapal nelayan itu ke Pulau Panjang. (TEMPO, Pertengahan
Juli 2000).
Contoh di atas adalah salah satu tulisan dari hasil akhir liputan
investigasi Majalah TEMPO tentang penyelundupan BBM. Secara faktual, seluruh
data dan temuan lapangan yang sudah terkodifikasikan itu, dirangkai menjadi
satu tulisan yang menarik, enak dibaca dan menggambarkan fakta yang terjadi di
lapangan. Langkah yang paling aman, adalah memisahkan seluruh laporan dan data
yang dipunyai ke dalam masing-masing kapling tema. Misalnya, seluruh bahan yang
bertutur tentang modus atau pola manipulasi BBM, para pelaku, kerugian yang
diderita dan timeline kejadian, dikelompokkan masing-masing. Lantas diserahkan
pada setiap penanggungjawab penulisnya.
Secara deskriptif,
langkah-langkah penulisan investigasi bisa digambarkan sebagai berikut:
1.
Buat
outline yang betul-betul fokus dan representatif terhadap masalah yang
bersangkutan. Outline menggambarkan judul, angle, latar belakang masalah,
narasumber, seluruh daftar pertanyaan dan data yang diperlukan, cara pengumpulan
data dan foto dari tulisan yang akan dibuat.
2.
Bikin
judul yang menarik minat pembaca dan sifatnya eye cathcing. Judul bisa dibuat kapan saja, baik setelah
tulisan jadi ataupun sebelumnya. Yang
terpenting, judul mesti merepresentasikan isi tulisan.
3.
Yang tak
kalah pentingnya dari judul, yakni subjudul. Biasanya, subjudul yang baik
terdiri atas 2-3 kalimat. Tapi ini bukan hal yang baku, bisa lebih bisa juga
kurang. Bentuknya bisa sebuah kesimpulan, ringkasan tulisan atau juga
kesimpulan.
4.
Bikin
lead yang yang mengundang selera pembaca. Biasanya kalimat yang digunakan untuk
menarik minat bersifat deskripsi, asosiasi atau juga kesimpulan.
5.
Eksplorasi
data-data dan angka yang menunjukkan signifikansi investigasi tersebut. Dengan
dukungan data yang akurat, tulisan investigasi akan terasa lebih bernilai.
Kalau perlu, tampilkan dalam bentuk grafik, flowchart, diagram, poin per poin
atau juga gambar.
6.
Fokuskan
arah dan alur tulisan pada hipotesis dan angle yang sudah dibuat, sehingga
tidak melantur ke mana-mana. Jika tidak, maka cerita akan tumpang tindih dan
bertele-tele. Bisanya, bagian per bagian tulisan investigasi itu terdiri atas
Round up, Modus, Pelaku/pihak yang bertanggung jawab, Display Data, Hal-ihwal
Kerugian, Kronologi kejadian dan juga kisah menarik selama penyamaran/bukti
lapangan yang betul-betul menakjubkan.
7.
Berperanlah
sebagai pencerita. Deskripsikan setiap detil hasil liputan investigasi dengan
gaya berkisah. Dan jangan lupa mencantumkan setiap detil yang patut
diungkapkan. Jangan cuma mengajak pembaca berpikir, melainkan mengajak untuk
“berkhayal” barang sejenak. Sehingga seolah-olah, pembaca merasa berada di
lokasi kejadian dan ikut andil dalam peliputan investigasi itu. Ingat, tema
investigasi biasanya adalah tema-tema “berat”, makanya perlu dikemas dalam
bentuk yang populer. Artinya, bisa dinikmati oleh awam tanpa perlu
mengernyitkan dahi.
8.
Tutup
tulisan dengan kata yang “bernafsu”. Bisa sebuah “penyimpulan”, pertanyaan yang
menggelitik, harapan, pujian, maupun sindiran. Pemakaiannya tergantung pada
angle tulisan. Kalau misalnya tulisan bagian modus, maka bisa digunakan penutup
kalimat yang menyimpulkan. Bisa juga ditutup oleh pertanyaan yang menggelitik
dan menyentil. Sementara untuk bagian Round Up, biasanya digongi oleh harapan.
Penulisan dalam liputan investigasi memegang peranan yang cukup
penting. Karena, ia harus bisa menggambarkan secara utuh masalah yang sedang
investigasi. Ia harus mampu menarik benang merah masalah, memaparkannya dengan
lincah, enak, kritis dan (kalau bisa) jenaka, serta ada jalan keluar atas
masalah tersebut. Karena investigasi (di
Majalah TEMPO), menurut Toriq Hadad, Wakil Pemimpin Redaksi Majalah TEMPO,
dimaksudkan sebagai alat mencari kebenaran ketika terjadi kekacauan informasi di masyarakat.
Selesai penulisan, ada satu hal penting yang tak
boleh ditinggalkan sama sekali. Ia adalah pengecekan pencemaran nama baik dan
juga fakta. Pun mesti dipertimbangkan informasi terbaru dari masalah yang
sedang ditulis. Siapa tahu, perkembangan informasi terakhir – yang muncul di saat
tulisan sudah siap saji – bisa mempengaruhi kesimpulan dan alur kronologi
ceritanya.
Namun demikian, menulis adalah satu hal yang sifatnya
keahlian. Semua harus dicoba, dicoba dan dicoba. Toh, tak ada orang yang tiba-tiab ahli naik
sepeda, motor atau mobil. Semua harus menjalaninya secara bertahap. Yang
penting, jangan takut untuk selalu mencoba.
Disampaikan dalam DIKLAT tingkat Lanjut UAPKM – UB 2002
Penulis adalah staf redaksi Majalah TEMPO Jakarta
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as