Kisah Pemuda Zuhud
Abdullah bin Al-Faraj adalah
seorang yang tekun beribadah dan dikenal sebagai orang yang shalih. Dia hidup
pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid.
Suatu ketika Abdullah bin
Al-Faraj mempunyai barang-barang yang harus dipindahkan dari satu tempat ke
tempat yang lain di dalam rumahnya. Untuk mengerjakan hal tersebut, ia
memerlukan seorang pekerja serabutan. Maka ia pun segera pergi ke pasar untuk
mencarinya. Setelah mencari ke sana ke mari di dalam pasar, akhirnya ia
menemukan seorang pemuda berwajah pucat pasi sedang membawa keranjang besar dan
sekop. Pemuda itu mengenakan jubah dan selembar kain sarung yang keduanya
terbuat dari bulu domba. Maka Abdullah menghampiri pemuda tersebut dan bertanya
kepadanya, “Maukah engkau bekerja untukku?”
“ya,” jawab pemuda itu singkat.
“Berapa imbalannya yang kau
minta?” tanya Abdullah kepadanya.
“Satu seperenam dirham,” jawab
pemuda itu singkat.
“Baiklah kau dapat bekerja untukku”
kata Abdullah.
Tiba-tiba pemuda itu berkata,”Ada
satu syarat!”
“Apa syarat yang engkau minta?”
jawab Abdullah.
“Bila waktu shalat dzuhur telah
tiba dan mu’adzin telah pula mengumandangka adzan, aku akan keluar untuk
mengambil air wudlu dan kemudian menunaikan shalat berjama’ah di masjid,
setelah itu aku kembali melanjutkan pekerjaanku. Demikian juga bila telah tiba
waktu shalat ashar,” jawab pemuda itu tersebut.
“Ya boleh,”Jawab Abdullah
singkat.
Setelah berkata demikian,
Abdullah bin Al-Faraj pun mengajaknya pulang ke rumah untuk memulai
pekerjaannya. Sesampainya di rumah, pemuda itu pun segera bekerja memindahkan
barang-barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Dia bekerja dengan rajin
dan tidak pernah sedikitpun mengajak Abdullah berbicara. Ketika adzan dzuhur
telah dikumandangkan, pemuda tadi lalu berkata kepada Abdullah, “Wahai Abdullah
Mu’adzin telah mengumandangkan adzan!”
“Silahkan” kata Abdullah
kepadanya.
Pemuda itu pun segera keluar
menuju ke masjid untuk segera menunaikan shalat dzuhur berjama’ah bersama kaum
muslimin termasuk Abdullah. Ketika keperluannya di masjid sudah selesai, pemuda
itu segera kembali pergi kerumah Abdullah bin Al-Faraj. Di sanapun ia bekerja
kembali dengan rajin sepanjang siang.
Waktu ashar pun tiba, dan adzan
untuk mengajak kaum muslimin shalat berjama’ah di masjid pun berkumandang. Maka
pemuda itu pun menghentikan pekerjaannya, dan berkata kepada Abdullah, sang
Mu’dzin telah mengumandangkan adzan!”
“Silahkan” kata Abdullah.
Pemuda itupun keluar menuju
masjid untuk menunaikan shalat Ashar bersama kaum muslim lainnya.. usai
menunaikan shalat ia pun kembali meneruskan pekerjaannya hingga hari menjelang
sore. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Abdullah pun menyerahkan upahnya dan
menyuruhnya pulang.
Selang beberapa hari kemudian,
Abdullah bin Al-Faraj membutuhkan lagi seorang pekerja serabutan. Istrinya pun
berkata kepadanya, “Carilah kembali pemuda yang pernah bekerja kepada kita,
karena lewat pekerjaannya itu dia telah banyak memberikan nasihat kepada kita
!”
Mendengar saran istrinya
tersebut, Abdullah segera pergi kepasar. Sesampainya di pasar, dicarinya pemuda
berwajah pucat pasi yang beberapa hari yang lalu pernah bekerja di rumahnya.
Namun setelah ia mencarinya kesana kemari, tak ditemukannya pemuda itu. Maka
bertanyalah Abdullah kepada orang-orang dipasar perihal pemuda tersebut. Mereka
yang ditanyai oleh abdullah menjawab, “Mengapa Anda menanyakan si pemuda pucat
yang celaka itu? Dia datang kesini hanya setiap hari sabtu dan kedatangannya itu
pun hanya sekedar untuk duduk saja hingga semua orang kembali ke rumah
masing-masing”. Mendengar jawaban mereka, Abdullah memutuskan untuk kembali ke
rumahnya dan memutuskan akan mencarinya lagi pada hari sabtu.
Pada hari sabtu, Abdullah bin
Al-Faraj pergi ke pasar untuk mencari pemuda tersebut. Ternyata memang benar
kata orang-orang, pemuda itu memang berada di sana. Segeralah Abdullah bin
Al-Faraj menghampirinya dan menanyainya, “Maukah engkau bekerja lagi untukku?”
“Aku yakin Anda telah mengetahui
berapa upah dan syarat-syarat yang kuajukan kepada Anda,” jawab pemuda itu.
“Mengenai hal tersebut, aku telah
memohon petunjuk kepada Allah,” kata Abdullah.
Pemuda itu pun berdiri dan
mengikuti Abdullah bin Al-Faraj ke rumahnya. Setelah sampai di rumah, pemuda
itupun segera bekerja dengan rajin sebagaimana dulu pernah dipekerjakan untuk
Abdullah bin Al-Faraj. Sama seperti dulu pula, ketika adzan dzuhur dan ashar
berkumandang, pemuda itupun minta izin kepada Abdullah untuk menunaikan shalat
berjama’ah di mesjid.
Setelah sore, maka Abdullah pun
memberikannya upah sebesar yang telah disepakati. Ternyata Abdullah puas
terhadap pekerjaan pemuda tersebut akan diberi upah sekaligus tipsnya, pemuda
itu mengambil upahnya dan menolak tips yang diberikan oleh Abdullah bin
AL-Faraj.
Beberapa waktu kemudian, Abdullah
membutuhkan tenaganya kembali. Dan sesuai dengan pengetahuan yang ia ketahui,
maka Abdullah pun mencarinya di pasar pada hari sabtu. Tetapi setelah dicarinya
ke sana – ke mari di sekitar pasar, pemuda sederhana itu tidak ditemukannya.
Lalu, ia pun bertanya kepada orang-orang yang berada di pasar tentang pemuda
itu, dan salah seprang menjawab, “Dia sedang sakit.”
Orang itupun menambahkan, “Pemuda
itu tiap sabtu selalu datang ke pasar ini dan dia selalu berkerja dengan
imbalan satu seperenam dirham. Dengan uang satu seperenam dirham itulah dia
dapat makan setiap hari. Dan kini dia sedang menderita sakit.”
Maka Abdullah pun menanyakan
alamat rumah tersebut kepada orang itu. Setelah orang itu memberikan alamatnya,
Abdullah segera menuju ke kediaman pemuda yang sedang ia cari tersebut.
Ternyata pemuda itu tinggal si sebuah rumah milik seorang wanita yang telah
lanjut usia. Ketika wanita lanjut usia itulah yang ditemui oleh Abdullah pertama
kali, maka Abdullah pun bertanya kepadanya, “Benarkah di sini kediaman seoran
pemuda yang suka melakukan perkejaan serabutan ?”
“Sejak beberapa hari ini dia
menderita sakit,” jawab wanita renta itu dengan suara tuanya.
Abdullah pun meminta izin kepada
wanita tua itu untuk menemuinya. Wanita renta itu segera mempersilahkan
Abdullah masuk dan menunjukkan tempat pemuda tersebut berada. Ternyata benar,
pemuda berwajah pucat pasi itu sedang berbaring sakit keras dengan berbantal
sebuah batu bata.
“Assalamu’alaikum,” sapa Abdullah
kepadanya.
“Wa’alaikumus salam wa
rahmatullah wa barakatuh,” jawab pemuda tersebut.
Abdullah segera bertanya
kepadanya,”Adakah yang bisa kubantu untukmu?”
“Ya, jika Anda bersedia,” kata
Abdullah.
“Jika aku telah meninggal dunia
nanti, tolong jualkan sekop ini. Tolong cucikan jubah bulu dan kain sarung ini.
Lalu gunakan kedua akinku ini untuk mengafaniku. Sobeklah saku jubah ini kerena
didalamnya ada sebuah cincin. Tanyakan kapan Khalifah Harun Ar-Rasid keluar dari
istananya. Bila Anda sudah mengetahuinya, hadanglah dia dan ajaklah dia
berbicara serta tunjukanlah cincin itu kepadanya, niscaya dia akan memanggil
Anda. Jika Anda sudah menghadapnya, serahkanlah cincin itu kepadanya. Ingat !
Ini harus dilakukan setelah aku dimakamkan nanti!” kata pemuda itu.
“Ya,” jawab Abdullah
menyanggupinya.
Kemudian pemuda itu sakit keras
selama beberapa waktu dan akhirnya meninggal dunia. Abdullah bin Al-Faraj pun
segera menunaikan apa yang diwasiatkan olehnya; menjual sekopnya kemudian
mencuci jubah dan sarungnya serta menggunakan kedua kain itu sebagai kain kafan
jenazahnya. Setelah jenazah pemuda itu dimakamkan, maka Abdullah pun aktif
mencari informasi kapan Khalifah Harum Ar-Rasyid keluar dari istananya.
Setelah mencari-cari tentang hal
tersebut, akhirnya tahulah Abdullah kapan Khalifah akan keluar dari istananya.
Maka pada hari yang telah dinanti-nantikannya itu, Abdullah segera mencari
jalan yang akan dilalui oleh sang Khalifah dan duduk di tepi jalan tersebut.
Akhirnya terlihatlah rombongan Khalifah Harun Ar-Rasid semakin dekat dengan
tempat ia duduk. Ketika sang Khalifah melintas di depannya, Abdullah segera
berteriak,”Wahai Amirul Mukminin, aku mempunyai sebuah titipan untuk tuan
!”seraya dia tunjukkan cincin milik pemuda itu.
Ketika Khalifah mendengar seruan
tersebut dan melihat cincin yang dipegang Abdullah, segera saja Khalifah dan
mengajaknya naik ke atas kendaraannya. Rombongan Khalifah segera pulang menuju
istana sedangkan Abdullah belum juga diajak bicara oleh Khalifah sehubungan
dengan tindakannya tadi.
Sesampainya di istana, Khalifah
Harun Ar-Rasyid memanggil Abdullah bin Al-Faraj untuk menghadapnya. Abdullah
pun segera masuk ke ruangan di mana Khalifah berada. Ketika dia sudah masuk,
Khalifah lalu memerintahkan semua orang yang ada agar meninggalkan ruangan.
Semua yang ada di situ pun
bergegas keluar meninggalkan Abdullah seorang diri di hadapan Khalifah. Ruangan
menjadi sunyi senyap. Pertanyaan Khalifah Harun Ar-Rasyid memecah suasana
tersebut, “Siapakah Anda ?”
“Abdullah bin Al-Faraj.”
“Dari mana Anda mendapatkan
cincin ini ?” tanya Khalifah kepada Abdullah.
Mendengar pertanyaan tersebut,
Abdullah menjawabnya dengan bercerita tentang pertemuannya dengan seorang
pemuda berwajah pucat pasi hingga kematian pemuda itu.
Mendengar cerita yang dituturkan
oleh Abdullah, seketika itu pula Khalifah Harun Ar-Rasyid menangis. Tangisan
beliu membuat Abdullah merasa iba kepadanya. Setelah tangis Khalifah agak reda,
Abdullah merasa yang tidak tahu mengapa Khalifah menangis ketika mendengar
ceritnya, akhirnya bertanya kepada sang Khalifah, “Wahai Amirul-Mukminin,
adakah hubungan Anda dengannya ?”
“Dia adalah putraku,” jawab sang
Khalifah.
“Bagaimana mungkin itu terjadi ?”
tanya Abdullah hreran memohon penjelasan.
“Dia lahir sebelum aku
mendapatkan ujian menjadi Khalifah. Saat itu dia tumbuh dengan baik, rajin
mempelajari Al-Qur’an, dan menuntut ilmu. Ketika aku telah diangkat menjadi
Khalifah, dia pun pergi meninggalkanku dan tidak membawa sedikit pun bekal
harta yang kumiliki. Kepada ibunya, aku lalu menyerahkan cincin ini. Ini adalah
yaqut yang nilainya sangat mahal. Oleh ibunya, cincin ini lalu diberikan
kepadanya, dengan tujuan agar suatu saat kelak cincin ini membawa manfaat
baginya. Ibunya telah meninggal dunia, dan sejak itu aku tidak pernah mendengar
berita tentang anakku dan baru sekarang ini engkau membawa berita perihal
putraku itu,” kata Khalifah Harun Ar-Rasyid menjelaskan.
“Nanti malam, tolong antarkan aku
ke makamnya !” kata Khalifah lagi.
Menjelang malam, Khalifah Harun
Ar-Rasyid dan Abdullah bin Al-Faraj berdua keluar dari istana berjalan kaku ke
makam pemuda sederhana yang ternyata putra seorang Khalifah. Akhirnya,
sampailah mereka di makan putra sang Khalifah, lalu Khalifah Harun Ar-Rasyid
pun duduk bersimpuh di depan makam putranya sambil menangis pilu.
Mereka berdua terus berada di
makam itu sepanjang malam. Hingga saat fajar mulai menyingsing, Khalifah pun
mengajak Abdullah pulang seraya berkata, “Engkau harus berjanji kepadaku untuk
bersedia datang setiap hari menemaniku ke makam putraku !”
Maka Abdullah pun berjanji kepada
sang Khalifah. Sejak saat itu mereka selalu berangkat dan pulang bersama dari
berziarah ke makam putra Khalifah Harun Ar-Rasyid. (assyd)
( Sumber : El Fata Edisi IV/
Tahun I, hal. 30 )
Abdullah bin Al-Faraj adalah
seorang yang tekun beribadah dan dikenal sebagai orang yang shalih. Dia hidup
pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid.
Suatu ketika Abdullah bin
Al-Faraj mempunyai barang-barang yang harus dipindahkan dari satu tempat ke
tempat yang lain di dalam rumahnya. Untuk mengerjakan hal tersebut, ia
memerlukan seorang pekerja serabutan. Maka ia pun segera pergi ke pasar untuk
mencarinya. Setelah mencari ke sana ke mari di dalam pasar, akhirnya ia
menemukan seorang pemuda berwajah pucat pasi sedang membawa keranjang besar dan
sekop. Pemuda itu mengenakan jubah dan selembar kain sarung yang keduanya
terbuat dari bulu domba. Maka Abdullah menghampiri pemuda tersebut dan bertanya
kepadanya, “Maukah engkau bekerja untukku?”
“ya,” jawab pemuda itu singkat.
“Berapa imbalannya yang kau
minta?” tanya Abdullah kepadanya.
“Satu seperenam dirham,” jawab
pemuda itu singkat.
“Baiklah kau dapat bekerja untukku”
kata Abdullah.
Tiba-tiba pemuda itu berkata,”Ada
satu syarat!”
“Apa syarat yang engkau minta?”
jawab Abdullah.
“Bila waktu shalat dzuhur telah
tiba dan mu’adzin telah pula mengumandangka adzan, aku akan keluar untuk
mengambil air wudlu dan kemudian menunaikan shalat berjama’ah di masjid,
setelah itu aku kembali melanjutkan pekerjaanku. Demikian juga bila telah tiba
waktu shalat ashar,” jawab pemuda itu tersebut.
“Ya boleh,”Jawab Abdullah
singkat.
Setelah berkata demikian,
Abdullah bin Al-Faraj pun mengajaknya pulang ke rumah untuk memulai
pekerjaannya. Sesampainya di rumah, pemuda itu pun segera bekerja memindahkan
barang-barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Dia bekerja dengan rajin
dan tidak pernah sedikitpun mengajak Abdullah berbicara. Ketika adzan dzuhur
telah dikumandangkan, pemuda tadi lalu berkata kepada Abdullah, “Wahai Abdullah
Mu’adzin telah mengumandangkan adzan!”
“Silahkan” kata Abdullah
kepadanya.
Pemuda itu pun segera keluar
menuju ke masjid untuk segera menunaikan shalat dzuhur berjama’ah bersama kaum
muslimin termasuk Abdullah. Ketika keperluannya di masjid sudah selesai, pemuda
itu segera kembali pergi kerumah Abdullah bin Al-Faraj. Di sanapun ia bekerja
kembali dengan rajin sepanjang siang.
Waktu ashar pun tiba, dan adzan
untuk mengajak kaum muslimin shalat berjama’ah di masjid pun berkumandang. Maka
pemuda itu pun menghentikan pekerjaannya, dan berkata kepada Abdullah, sang
Mu’dzin telah mengumandangkan adzan!”
“Silahkan” kata Abdullah.
Pemuda itupun keluar menuju
masjid untuk menunaikan shalat Ashar bersama kaum muslim lainnya.. usai
menunaikan shalat ia pun kembali meneruskan pekerjaannya hingga hari menjelang
sore. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Abdullah pun menyerahkan upahnya dan
menyuruhnya pulang.
Selang beberapa hari kemudian,
Abdullah bin Al-Faraj membutuhkan lagi seorang pekerja serabutan. Istrinya pun
berkata kepadanya, “Carilah kembali pemuda yang pernah bekerja kepada kita,
karena lewat pekerjaannya itu dia telah banyak memberikan nasihat kepada kita
!”
Mendengar saran istrinya
tersebut, Abdullah segera pergi kepasar. Sesampainya di pasar, dicarinya pemuda
berwajah pucat pasi yang beberapa hari yang lalu pernah bekerja di rumahnya.
Namun setelah ia mencarinya kesana kemari, tak ditemukannya pemuda itu. Maka
bertanyalah Abdullah kepada orang-orang dipasar perihal pemuda tersebut. Mereka
yang ditanyai oleh abdullah menjawab, “Mengapa Anda menanyakan si pemuda pucat
yang celaka itu? Dia datang kesini hanya setiap hari sabtu dan kedatangannya itu
pun hanya sekedar untuk duduk saja hingga semua orang kembali ke rumah
masing-masing”. Mendengar jawaban mereka, Abdullah memutuskan untuk kembali ke
rumahnya dan memutuskan akan mencarinya lagi pada hari sabtu.
Pada hari sabtu, Abdullah bin
Al-Faraj pergi ke pasar untuk mencari pemuda tersebut. Ternyata memang benar
kata orang-orang, pemuda itu memang berada di sana. Segeralah Abdullah bin
Al-Faraj menghampirinya dan menanyainya, “Maukah engkau bekerja lagi untukku?”
“Aku yakin Anda telah mengetahui
berapa upah dan syarat-syarat yang kuajukan kepada Anda,” jawab pemuda itu.
“Mengenai hal tersebut, aku telah
memohon petunjuk kepada Allah,” kata Abdullah.
Pemuda itu pun berdiri dan
mengikuti Abdullah bin Al-Faraj ke rumahnya. Setelah sampai di rumah, pemuda
itupun segera bekerja dengan rajin sebagaimana dulu pernah dipekerjakan untuk
Abdullah bin Al-Faraj. Sama seperti dulu pula, ketika adzan dzuhur dan ashar
berkumandang, pemuda itupun minta izin kepada Abdullah untuk menunaikan shalat
berjama’ah di mesjid.
Setelah sore, maka Abdullah pun
memberikannya upah sebesar yang telah disepakati. Ternyata Abdullah puas
terhadap pekerjaan pemuda tersebut akan diberi upah sekaligus tipsnya, pemuda
itu mengambil upahnya dan menolak tips yang diberikan oleh Abdullah bin
AL-Faraj.
Beberapa waktu kemudian, Abdullah
membutuhkan tenaganya kembali. Dan sesuai dengan pengetahuan yang ia ketahui,
maka Abdullah pun mencarinya di pasar pada hari sabtu. Tetapi setelah dicarinya
ke sana – ke mari di sekitar pasar, pemuda sederhana itu tidak ditemukannya.
Lalu, ia pun bertanya kepada orang-orang yang berada di pasar tentang pemuda
itu, dan salah seprang menjawab, “Dia sedang sakit.”
Orang itupun menambahkan, “Pemuda
itu tiap sabtu selalu datang ke pasar ini dan dia selalu berkerja dengan
imbalan satu seperenam dirham. Dengan uang satu seperenam dirham itulah dia
dapat makan setiap hari. Dan kini dia sedang menderita sakit.”
Maka Abdullah pun menanyakan
alamat rumah tersebut kepada orang itu. Setelah orang itu memberikan alamatnya,
Abdullah segera menuju ke kediaman pemuda yang sedang ia cari tersebut.
Ternyata pemuda itu tinggal si sebuah rumah milik seorang wanita yang telah
lanjut usia. Ketika wanita lanjut usia itulah yang ditemui oleh Abdullah pertama
kali, maka Abdullah pun bertanya kepadanya, “Benarkah di sini kediaman seoran
pemuda yang suka melakukan perkejaan serabutan ?”
“Sejak beberapa hari ini dia
menderita sakit,” jawab wanita renta itu dengan suara tuanya.
Abdullah pun meminta izin kepada
wanita tua itu untuk menemuinya. Wanita renta itu segera mempersilahkan
Abdullah masuk dan menunjukkan tempat pemuda tersebut berada. Ternyata benar,
pemuda berwajah pucat pasi itu sedang berbaring sakit keras dengan berbantal
sebuah batu bata.
“Assalamu’alaikum,” sapa Abdullah
kepadanya.
“Wa’alaikumus salam wa
rahmatullah wa barakatuh,” jawab pemuda tersebut.
Abdullah segera bertanya
kepadanya,”Adakah yang bisa kubantu untukmu?”
“Ya, jika Anda bersedia,” kata
Abdullah.
“Jika aku telah meninggal dunia
nanti, tolong jualkan sekop ini. Tolong cucikan jubah bulu dan kain sarung ini.
Lalu gunakan kedua akinku ini untuk mengafaniku. Sobeklah saku jubah ini kerena
didalamnya ada sebuah cincin. Tanyakan kapan Khalifah Harun Ar-Rasid keluar dari
istananya. Bila Anda sudah mengetahuinya, hadanglah dia dan ajaklah dia
berbicara serta tunjukanlah cincin itu kepadanya, niscaya dia akan memanggil
Anda. Jika Anda sudah menghadapnya, serahkanlah cincin itu kepadanya. Ingat !
Ini harus dilakukan setelah aku dimakamkan nanti!” kata pemuda itu.
“Ya,” jawab Abdullah
menyanggupinya.
Kemudian pemuda itu sakit keras
selama beberapa waktu dan akhirnya meninggal dunia. Abdullah bin Al-Faraj pun
segera menunaikan apa yang diwasiatkan olehnya; menjual sekopnya kemudian
mencuci jubah dan sarungnya serta menggunakan kedua kain itu sebagai kain kafan
jenazahnya. Setelah jenazah pemuda itu dimakamkan, maka Abdullah pun aktif
mencari informasi kapan Khalifah Harum Ar-Rasyid keluar dari istananya.
Setelah mencari-cari tentang hal
tersebut, akhirnya tahulah Abdullah kapan Khalifah akan keluar dari istananya.
Maka pada hari yang telah dinanti-nantikannya itu, Abdullah segera mencari
jalan yang akan dilalui oleh sang Khalifah dan duduk di tepi jalan tersebut.
Akhirnya terlihatlah rombongan Khalifah Harun Ar-Rasid semakin dekat dengan
tempat ia duduk. Ketika sang Khalifah melintas di depannya, Abdullah segera
berteriak,”Wahai Amirul Mukminin, aku mempunyai sebuah titipan untuk tuan
!”seraya dia tunjukkan cincin milik pemuda itu.
Ketika Khalifah mendengar seruan
tersebut dan melihat cincin yang dipegang Abdullah, segera saja Khalifah dan
mengajaknya naik ke atas kendaraannya. Rombongan Khalifah segera pulang menuju
istana sedangkan Abdullah belum juga diajak bicara oleh Khalifah sehubungan
dengan tindakannya tadi.
Sesampainya di istana, Khalifah
Harun Ar-Rasyid memanggil Abdullah bin Al-Faraj untuk menghadapnya. Abdullah
pun segera masuk ke ruangan di mana Khalifah berada. Ketika dia sudah masuk,
Khalifah lalu memerintahkan semua orang yang ada agar meninggalkan ruangan.
Semua yang ada di situ pun
bergegas keluar meninggalkan Abdullah seorang diri di hadapan Khalifah. Ruangan
menjadi sunyi senyap. Pertanyaan Khalifah Harun Ar-Rasyid memecah suasana
tersebut, “Siapakah Anda ?”
“Abdullah bin Al-Faraj.”
“Dari mana Anda mendapatkan
cincin ini ?” tanya Khalifah kepada Abdullah.
Mendengar pertanyaan tersebut,
Abdullah menjawabnya dengan bercerita tentang pertemuannya dengan seorang
pemuda berwajah pucat pasi hingga kematian pemuda itu.
Mendengar cerita yang dituturkan
oleh Abdullah, seketika itu pula Khalifah Harun Ar-Rasyid menangis. Tangisan
beliu membuat Abdullah merasa iba kepadanya. Setelah tangis Khalifah agak reda,
Abdullah merasa yang tidak tahu mengapa Khalifah menangis ketika mendengar
ceritnya, akhirnya bertanya kepada sang Khalifah, “Wahai Amirul-Mukminin,
adakah hubungan Anda dengannya ?”
“Dia adalah putraku,” jawab sang
Khalifah.
“Bagaimana mungkin itu terjadi ?”
tanya Abdullah hreran memohon penjelasan.
“Dia lahir sebelum aku
mendapatkan ujian menjadi Khalifah. Saat itu dia tumbuh dengan baik, rajin
mempelajari Al-Qur’an, dan menuntut ilmu. Ketika aku telah diangkat menjadi
Khalifah, dia pun pergi meninggalkanku dan tidak membawa sedikit pun bekal
harta yang kumiliki. Kepada ibunya, aku lalu menyerahkan cincin ini. Ini adalah
yaqut yang nilainya sangat mahal. Oleh ibunya, cincin ini lalu diberikan
kepadanya, dengan tujuan agar suatu saat kelak cincin ini membawa manfaat
baginya. Ibunya telah meninggal dunia, dan sejak itu aku tidak pernah mendengar
berita tentang anakku dan baru sekarang ini engkau membawa berita perihal
putraku itu,” kata Khalifah Harun Ar-Rasyid menjelaskan.
“Nanti malam, tolong antarkan aku
ke makamnya !” kata Khalifah lagi.
Menjelang malam, Khalifah Harun
Ar-Rasyid dan Abdullah bin Al-Faraj berdua keluar dari istana berjalan kaku ke
makam pemuda sederhana yang ternyata putra seorang Khalifah. Akhirnya,
sampailah mereka di makan putra sang Khalifah, lalu Khalifah Harun Ar-Rasyid
pun duduk bersimpuh di depan makam putranya sambil menangis pilu.
Mereka berdua terus berada di
makam itu sepanjang malam. Hingga saat fajar mulai menyingsing, Khalifah pun
mengajak Abdullah pulang seraya berkata, “Engkau harus berjanji kepadaku untuk
bersedia datang setiap hari menemaniku ke makam putraku !”
Maka Abdullah pun berjanji kepada
sang Khalifah. Sejak saat itu mereka selalu berangkat dan pulang bersama dari
berziarah ke makam putra Khalifah Harun Ar-Rasyid. (assyd)
( Sumber : El Fata Edisi IV/
Tahun I, hal. 30 )
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as