Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    kisah pemuda zuhud

    admin
    admin
    Admin
    Admin


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 688
    Join date : 19.03.10
    Age : 37
    Lokasi : Malang-Indonesia

    kisah pemuda zuhud Empty kisah pemuda zuhud

    Post by admin Tue Jun 15, 2010 12:41 pm

    Kisah Pemuda Zuhud






    Abdullah bin Al-Faraj adalah
    seorang yang tekun beribadah dan dikenal sebagai orang yang shalih. Dia hidup
    pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid.





    Suatu ketika Abdullah bin
    Al-Faraj mempunyai barang-barang yang harus dipindahkan dari satu tempat ke
    tempat yang lain di dalam rumahnya. Untuk mengerjakan hal tersebut, ia
    memerlukan seorang pekerja serabutan. Maka ia pun segera pergi ke pasar untuk
    mencarinya. Setelah mencari ke sana ke mari di dalam pasar, akhirnya ia
    menemukan seorang pemuda berwajah pucat pasi sedang membawa keranjang besar dan
    sekop. Pemuda itu mengenakan jubah dan selembar kain sarung yang keduanya
    terbuat dari bulu domba. Maka Abdullah menghampiri pemuda tersebut dan bertanya
    kepadanya, “Maukah engkau bekerja untukku?”


    “ya,” jawab pemuda itu singkat.


    “Berapa imbalannya yang kau
    minta?” tanya Abdullah kepadanya.


    “Satu seperenam dirham,” jawab
    pemuda itu singkat.


    “Baiklah kau dapat bekerja untukku”
    kata Abdullah.


    Tiba-tiba pemuda itu berkata,”Ada
    satu syarat!”


    “Apa syarat yang engkau minta?”
    jawab Abdullah.


    “Bila waktu shalat dzuhur telah
    tiba dan mu’adzin telah pula mengumandangka adzan, aku akan keluar untuk
    mengambil air wudlu dan kemudian menunaikan shalat berjama’ah di masjid,
    setelah itu aku kembali melanjutkan pekerjaanku. Demikian juga bila telah tiba
    waktu shalat ashar,” jawab pemuda itu tersebut.


    “Ya boleh,”Jawab Abdullah
    singkat.





    Setelah berkata demikian,
    Abdullah bin Al-Faraj pun mengajaknya pulang ke rumah untuk memulai
    pekerjaannya. Sesampainya di rumah, pemuda itu pun segera bekerja memindahkan
    barang-barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Dia bekerja dengan rajin
    dan tidak pernah sedikitpun mengajak Abdullah berbicara. Ketika adzan dzuhur
    telah dikumandangkan, pemuda tadi lalu berkata kepada Abdullah, “Wahai Abdullah
    Mu’adzin telah mengumandangkan adzan!”


    “Silahkan” kata Abdullah
    kepadanya.





    Pemuda itu pun segera keluar
    menuju ke masjid untuk segera menunaikan shalat dzuhur berjama’ah bersama kaum
    muslimin termasuk Abdullah. Ketika keperluannya di masjid sudah selesai, pemuda
    itu segera kembali pergi kerumah Abdullah bin Al-Faraj. Di sanapun ia bekerja
    kembali dengan rajin sepanjang siang.





    Waktu ashar pun tiba, dan adzan
    untuk mengajak kaum muslimin shalat berjama’ah di masjid pun berkumandang. Maka
    pemuda itu pun menghentikan pekerjaannya, dan berkata kepada Abdullah, sang
    Mu’dzin telah mengumandangkan adzan!”


    “Silahkan” kata Abdullah.





    Pemuda itupun keluar menuju
    masjid untuk menunaikan shalat Ashar bersama kaum muslim lainnya.. usai
    menunaikan shalat ia pun kembali meneruskan pekerjaannya hingga hari menjelang
    sore. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Abdullah pun menyerahkan upahnya dan
    menyuruhnya pulang.





    Selang beberapa hari kemudian,
    Abdullah bin Al-Faraj membutuhkan lagi seorang pekerja serabutan. Istrinya pun
    berkata kepadanya, “Carilah kembali pemuda yang pernah bekerja kepada kita,
    karena lewat pekerjaannya itu dia telah banyak memberikan nasihat kepada kita
    !”





    Mendengar saran istrinya
    tersebut, Abdullah segera pergi kepasar. Sesampainya di pasar, dicarinya pemuda
    berwajah pucat pasi yang beberapa hari yang lalu pernah bekerja di rumahnya.
    Namun setelah ia mencarinya kesana kemari, tak ditemukannya pemuda itu. Maka
    bertanyalah Abdullah kepada orang-orang dipasar perihal pemuda tersebut. Mereka
    yang ditanyai oleh abdullah menjawab, “Mengapa Anda menanyakan si pemuda pucat
    yang celaka itu? Dia datang kesini hanya setiap hari sabtu dan kedatangannya itu
    pun hanya sekedar untuk duduk saja hingga semua orang kembali ke rumah
    masing-masing”. Mendengar jawaban mereka, Abdullah memutuskan untuk kembali ke
    rumahnya dan memutuskan akan mencarinya lagi pada hari sabtu.





    Pada hari sabtu, Abdullah bin
    Al-Faraj pergi ke pasar untuk mencari pemuda tersebut. Ternyata memang benar
    kata orang-orang, pemuda itu memang berada di sana. Segeralah Abdullah bin
    Al-Faraj menghampirinya dan menanyainya, “Maukah engkau bekerja lagi untukku?”


    “Aku yakin Anda telah mengetahui
    berapa upah dan syarat-syarat yang kuajukan kepada Anda,” jawab pemuda itu.


    “Mengenai hal tersebut, aku telah
    memohon petunjuk kepada Allah,” kata Abdullah.





    Pemuda itu pun berdiri dan
    mengikuti Abdullah bin Al-Faraj ke rumahnya. Setelah sampai di rumah, pemuda
    itupun segera bekerja dengan rajin sebagaimana dulu pernah dipekerjakan untuk
    Abdullah bin Al-Faraj. Sama seperti dulu pula, ketika adzan dzuhur dan ashar
    berkumandang, pemuda itupun minta izin kepada Abdullah untuk menunaikan shalat
    berjama’ah di mesjid.





    Setelah sore, maka Abdullah pun
    memberikannya upah sebesar yang telah disepakati. Ternyata Abdullah puas
    terhadap pekerjaan pemuda tersebut akan diberi upah sekaligus tipsnya, pemuda
    itu mengambil upahnya dan menolak tips yang diberikan oleh Abdullah bin
    AL-Faraj.





    Beberapa waktu kemudian, Abdullah
    membutuhkan tenaganya kembali. Dan sesuai dengan pengetahuan yang ia ketahui,
    maka Abdullah pun mencarinya di pasar pada hari sabtu. Tetapi setelah dicarinya
    ke sana – ke mari di sekitar pasar, pemuda sederhana itu tidak ditemukannya.
    Lalu, ia pun bertanya kepada orang-orang yang berada di pasar tentang pemuda
    itu, dan salah seprang menjawab, “Dia sedang sakit.”





    Orang itupun menambahkan, “Pemuda
    itu tiap sabtu selalu datang ke pasar ini dan dia selalu berkerja dengan
    imbalan satu seperenam dirham. Dengan uang satu seperenam dirham itulah dia
    dapat makan setiap hari. Dan kini dia sedang menderita sakit.”





    Maka Abdullah pun menanyakan
    alamat rumah tersebut kepada orang itu. Setelah orang itu memberikan alamatnya,
    Abdullah segera menuju ke kediaman pemuda yang sedang ia cari tersebut.
    Ternyata pemuda itu tinggal si sebuah rumah milik seorang wanita yang telah
    lanjut usia. Ketika wanita lanjut usia itulah yang ditemui oleh Abdullah pertama
    kali, maka Abdullah pun bertanya kepadanya, “Benarkah di sini kediaman seoran
    pemuda yang suka melakukan perkejaan serabutan ?”





    “Sejak beberapa hari ini dia
    menderita sakit,” jawab wanita renta itu dengan suara tuanya.





    Abdullah pun meminta izin kepada
    wanita tua itu untuk menemuinya. Wanita renta itu segera mempersilahkan
    Abdullah masuk dan menunjukkan tempat pemuda tersebut berada. Ternyata benar,
    pemuda berwajah pucat pasi itu sedang berbaring sakit keras dengan berbantal
    sebuah batu bata.


    “Assalamu’alaikum,” sapa Abdullah
    kepadanya.


    “Wa’alaikumus salam wa
    rahmatullah wa barakatuh,” jawab pemuda tersebut.


    Abdullah segera bertanya
    kepadanya,”Adakah yang bisa kubantu untukmu?”


    “Ya, jika Anda bersedia,” kata
    Abdullah.


    “Jika aku telah meninggal dunia
    nanti, tolong jualkan sekop ini. Tolong cucikan jubah bulu dan kain sarung ini.
    Lalu gunakan kedua akinku ini untuk mengafaniku. Sobeklah saku jubah ini kerena
    didalamnya ada sebuah cincin. Tanyakan kapan Khalifah Harun Ar-Rasid keluar dari
    istananya. Bila Anda sudah mengetahuinya, hadanglah dia dan ajaklah dia
    berbicara serta tunjukanlah cincin itu kepadanya, niscaya dia akan memanggil
    Anda. Jika Anda sudah menghadapnya, serahkanlah cincin itu kepadanya. Ingat !
    Ini harus dilakukan setelah aku dimakamkan nanti!” kata pemuda itu.





    “Ya,” jawab Abdullah
    menyanggupinya.





    Kemudian pemuda itu sakit keras
    selama beberapa waktu dan akhirnya meninggal dunia. Abdullah bin Al-Faraj pun
    segera menunaikan apa yang diwasiatkan olehnya; menjual sekopnya kemudian
    mencuci jubah dan sarungnya serta menggunakan kedua kain itu sebagai kain kafan
    jenazahnya. Setelah jenazah pemuda itu dimakamkan, maka Abdullah pun aktif
    mencari informasi kapan Khalifah Harum Ar-Rasyid keluar dari istananya.





    Setelah mencari-cari tentang hal
    tersebut, akhirnya tahulah Abdullah kapan Khalifah akan keluar dari istananya.
    Maka pada hari yang telah dinanti-nantikannya itu, Abdullah segera mencari
    jalan yang akan dilalui oleh sang Khalifah dan duduk di tepi jalan tersebut.
    Akhirnya terlihatlah rombongan Khalifah Harun Ar-Rasid semakin dekat dengan
    tempat ia duduk. Ketika sang Khalifah melintas di depannya, Abdullah segera
    berteriak,”Wahai Amirul Mukminin, aku mempunyai sebuah titipan untuk tuan
    !”seraya dia tunjukkan cincin milik pemuda itu.





    Ketika Khalifah mendengar seruan
    tersebut dan melihat cincin yang dipegang Abdullah, segera saja Khalifah dan
    mengajaknya naik ke atas kendaraannya. Rombongan Khalifah segera pulang menuju
    istana sedangkan Abdullah belum juga diajak bicara oleh Khalifah sehubungan
    dengan tindakannya tadi.





    Sesampainya di istana, Khalifah
    Harun Ar-Rasyid memanggil Abdullah bin Al-Faraj untuk menghadapnya. Abdullah
    pun segera masuk ke ruangan di mana Khalifah berada. Ketika dia sudah masuk,
    Khalifah lalu memerintahkan semua orang yang ada agar meninggalkan ruangan.





    Semua yang ada di situ pun
    bergegas keluar meninggalkan Abdullah seorang diri di hadapan Khalifah. Ruangan
    menjadi sunyi senyap. Pertanyaan Khalifah Harun Ar-Rasyid memecah suasana
    tersebut, “Siapakah Anda ?”


    “Abdullah bin Al-Faraj.”


    “Dari mana Anda mendapatkan
    cincin ini ?” tanya Khalifah kepada Abdullah.


    Mendengar pertanyaan tersebut,
    Abdullah menjawabnya dengan bercerita tentang pertemuannya dengan seorang
    pemuda berwajah pucat pasi hingga kematian pemuda itu.





    Mendengar cerita yang dituturkan
    oleh Abdullah, seketika itu pula Khalifah Harun Ar-Rasyid menangis. Tangisan
    beliu membuat Abdullah merasa iba kepadanya. Setelah tangis Khalifah agak reda,
    Abdullah merasa yang tidak tahu mengapa Khalifah menangis ketika mendengar
    ceritnya, akhirnya bertanya kepada sang Khalifah, “Wahai Amirul-Mukminin,
    adakah hubungan Anda dengannya ?”





    “Dia adalah putraku,” jawab sang
    Khalifah.


    “Bagaimana mungkin itu terjadi ?”
    tanya Abdullah hreran memohon penjelasan.


    “Dia lahir sebelum aku
    mendapatkan ujian menjadi Khalifah. Saat itu dia tumbuh dengan baik, rajin
    mempelajari Al-Qur’an, dan menuntut ilmu. Ketika aku telah diangkat menjadi
    Khalifah, dia pun pergi meninggalkanku dan tidak membawa sedikit pun bekal
    harta yang kumiliki. Kepada ibunya, aku lalu menyerahkan cincin ini. Ini adalah
    yaqut yang nilainya sangat mahal. Oleh ibunya, cincin ini lalu diberikan
    kepadanya, dengan tujuan agar suatu saat kelak cincin ini membawa manfaat
    baginya. Ibunya telah meninggal dunia, dan sejak itu aku tidak pernah mendengar
    berita tentang anakku dan baru sekarang ini engkau membawa berita perihal
    putraku itu,” kata Khalifah Harun Ar-Rasyid menjelaskan.


    “Nanti malam, tolong antarkan aku
    ke makamnya !” kata Khalifah lagi.





    Menjelang malam, Khalifah Harun
    Ar-Rasyid dan Abdullah bin Al-Faraj berdua keluar dari istana berjalan kaku ke
    makam pemuda sederhana yang ternyata putra seorang Khalifah. Akhirnya,
    sampailah mereka di makan putra sang Khalifah, lalu Khalifah Harun Ar-Rasyid
    pun duduk bersimpuh di depan makam putranya sambil menangis pilu.





    Mereka berdua terus berada di
    makam itu sepanjang malam. Hingga saat fajar mulai menyingsing, Khalifah pun
    mengajak Abdullah pulang seraya berkata, “Engkau harus berjanji kepadaku untuk
    bersedia datang setiap hari menemaniku ke makam putraku !”





    Maka Abdullah pun berjanji kepada
    sang Khalifah. Sejak saat itu mereka selalu berangkat dan pulang bersama dari
    berziarah ke makam putra Khalifah Harun Ar-Rasyid. (assyd)








    ( Sumber : El Fata Edisi IV/
    Tahun I, hal. 30 )

      Waktu sekarang Mon Nov 25, 2024 8:44 am