Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    pendidikan sebagai investasi jangka panjang

    admin
    admin
    Admin
    Admin


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 688
    Join date : 19.03.10
    Age : 36
    Lokasi : Malang-Indonesia

    pendidikan sebagai investasi jangka panjang Empty pendidikan sebagai investasi jangka panjang

    Post by admin Wed Jun 09, 2010 1:02 am

    Pendidikan
    sebagai Investasi Jangka Panjang






    Profesor Toshiko Kinosita
    mengemukakan bahwa sumber daya manusia Indonesia masih sangat lemah untuk
    mendukung perkembangan industri dan ekonomi. Penyebabnya karena pemerintah
    selama ini tidak pernah menempatkan pendidikan sebagai prioritas terpenting.
    Tidak ditempatkannya pendidikan sebagai prioritas terpenting karena masyarakat
    Indonesia, mulai dari yang awam hingga politisi dan pejabat pemerintah, hanya
    berorientasi mengejar uang untuk memperkaya diri sendiri dan tidak pernah
    berfikir panjang (Kompas, 24 Mei 2002).






    Pendapat Guru Besar
    Universitas Waseda Jepang tersebut sangat menarik untuk dikaji mengingat saat
    ini pemerintah Indonesia mulai melirik pendidikan sebagai investasi jangka
    panjang, setelah selama ini pendidikan terabaikan. Salah satu indikatornya
    adalah telah disetujuinya oleh MPR untuk memprioritaskan anggaran pendidikan
    minimal 20 % dari APBN atau APBD. Langkah ini merupakan awal kesadaran
    pentingnya pendidikan sebagai investasi jangka pangjang. Sedikitnya terdapat
    tiga alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang.






    Pertama, pendidikan adalah
    alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada
    praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan
    adalah fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran
    global. Fungsi teknis-ekonomis merujuk pada kontribusi pendidikan untuk
    perkembangan ekonomi. Misalnya pendidikan dapat membantu siswa untuk
    mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan
    berkompetisi dalam ekonomi yang kompetitif.






    Secara umum terbukti bahwa
    semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik. Hal
    ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila
    dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Produktivitas seseorang tersebut
    dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan.
    Oleh karena itu salah satu tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan adalah
    mengembangkan keterampilan hidup. Inilah sebenarnya arah kurikulum berbasis
    kompetensi, pendidikan life skill dan broad based education yang dikembangkan
    di Indonesia akhir-akhir ini. Di Amerika Serikat (1992) seseorang yang
    berpendidikan doktor penghasilan rata-rata per tahun sebesar 55 juta dollar,
    master 40 juta dollar, dan sarjana 33 juta dollar. Sementara itu lulusan
    pendidikan lanjutan hanya berpanghasilan rata-rata 19 juta dollar per tahun.
    Pada tahun yang sama struktur ini juga terjadi di Indonesia. Misalnya
    rata-rata, antara pedesaan dan perkotaan, pendapatan per tahun lulusan
    universitas 3,5 juta rupiah, akademi 3 juta rupiah, SLTA 1,9 juta rupiah, dan
    SD hanya 1,1 juta rupiah.






    Para penganut teori human
    capital berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya
    manusia yang memberi manfaat moneter ataupun non-moneter. Manfaat non-meneter
    dari pendidikan adalah diperolehnya kondisi kerja yang lebih baik, kepuasan
    kerja, efisiensi konsumsi, kepuasan menikmati masa pensiun dan manfaat hidup
    yang lebih lama karena peningkatan gizi dan kesehatan. Manfaat moneter adalah
    manfaat ekonomis yaitu berupa tambahan pendapatan seseorang yang telah
    menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu dibandingkan dengan pendapatan
    lulusan pendidikan dibawahnya. (Walter W. McMahon dan Terry G. Geske, Financing
    Education: Overcoming Inefficiency and Inequity, USA: University of Illionis,
    1982, h.121).






    Sumber daya manusia yang
    berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk
    perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang yang berpendidikan maka semakin
    mudah bagi suatu negara untuk membangun bangsanya. Hal ini dikarenakan telah
    dikuasainya keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi oleh sumber daya
    manusianya sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakkan pembangunan
    nasional.






    Kedua, investasi pendidikan
    memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari pada investasi
    fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total
    biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang
    akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja. Di
    negara-negara sedang berkembang umumnya menunjukkan nilai balik terhadap
    investasi pendidikan relatif lebih tinggi dari pada investasi modal fisik yaitu
    20 % dibanding 15 %. Sementara itu di negara-negara maju nilai balik investasi
    pendidikan lebih rendah dibanding investasi modal fisik yaitu 9 % dibanding 13
    %. Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah tenaga kerja terdidik yang
    terampil dan ahli di negara berkembang relatif lebih terbatas jumlahnya
    dibandingkan dengan kebutuhan sehingga tingkat upah lebih tinggi dan akan
    menyebabkan nilai balik terhadap pendidikan juga tinggi (Ace Suryadi, Pendidikan,
    Investasi SDM dan Pembangunan: Isu, Teori dan Aplikasi. Balai Pustaka: Jakarta,
    1999, h.247).






    Pilihan investasi pendidikan
    juga harus mempertimbangkan tingkatan pendidikan. Di Asia nilai balik sosial
    pendidikan dasar rata-rata sebesar 27 %, pendidikan menengah 15 %, dan
    pendidikan tinggi 13 %. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa semakin tinggi
    tingkat pendidikan seseorang maka manfaat sosialnya semakin kecil. Jelas sekali
    bahwa pendidikan dasar memberikan manfaat sosial yang paling besar diantara tingkat
    pendidikan lainnya. Melihat kenyataan ini maka struktur alokasi pembiayaan
    pendidikan harus direformasi. Pada tahun 1995/1996 misalnya, alokasi biaya
    pendidikan dari pemerintah Indonesia untuk Sekolah Dasar Negeri per siswa
    paling kecil yaitu rata-rata hanya sekirat 18.000 rupiah per bulan, sementara
    itu biaya pendidikan per siswa di Perguruan Tinggi Negeri mendapat alokasi
    sebesar 66.000 rupiah per bulan. Dirjen Dikti, Satrio Sumantri Brojonegoro
    suatu ketika mengemukakan bahwa alokasi dana untuk pendidikan tinggi negeri 25
    kali lipat dari pendidikan dasar. Hal ini menunjukkan bahwa biaya pendidikan
    yang lebih banyak dialokasikan pada pendidikan tinggi justru terjadi
    inefisiensi karena hanya menguntungkan individu dan kurang memberikan manfaat
    kepada masyarakat.






    Reformasi alokasi biaya
    pendidikan ini penting dilakukan mengingat beberapa kajian yang menunjukkan
    bahwa mayoritas yang menikmati pendidikan di PTN adalah berasal dari masyarakat
    mampu. Maka model pembiayaan pendidikan selain didasarkan pada jenjang
    pendidikan (dasar vs tinggi) juga didasarkan pada kekuatan ekonomi siswa
    (miskin vs kaya). Artinya siswa di PTN yang berasal dari keluarga kaya harus
    dikenakan biaya pendidikan yang lebih mahal dari pada yang berasal dari
    keluarga miskin. Model yang ditawarkan ini sesuai dengan kritetia equity dalam
    pembiayaan pendidikan seperti yang digariskan Unesco.






    Itulah sebabnya Profesor
    Kinosita menyarankan bahwa yang diperlukan di Indonesia adalah pendidikan dasar
    dan bukan pendidikan yang canggih. Proses pendidikan pada pendidikan dasar
    setidaknnya bertumpu pada empat pilar yaitu learning to know, learning to do,
    leraning to be dan learning live together yang dapat dicapai melalui delapan
    kompetensi dasar yaitu membaca, menulis, mendengar, menutur, menghitung,
    meneliti, menghafal dan menghayal. Anggaran pendidikan nasional seharusnya
    diprioritaskan untuk mengentaskan pendidikan dasar 9 tahun dan bila perlu
    diperluas menjadi 12 tahun. Selain itu pendidikan dasar seharusnya
    “benar-benar” dibebaskan dari segala beban biaya. Dikatakan “benar-benar”
    karena selama ini wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah tidaklah
    gratis. Apabila semua anak usia pendidikan dasar sudah terlayani mendapatkan
    pendidikan tanpa dipungut biaya, barulah anggaran pendidikan dialokasikan untuk
    pendidikan tingkat selanjutnya.






    Ketiga, investasi dalam bidang
    pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis-ekonomis yaitu fungsi
    sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan.
    Fungsi sosial-kemanusiaan merujuk pada kontribusi pendidikan terhadap
    perkembangan manusia dan hubungan sosial pada berbagai tingkat sosial yang
    berbeda. Misalnya pada tingkat individual pendidikan membantu siswa untuk
    mengembangkan dirinya secara psikologis, sosial, fisik dan membantu siswa
    mengembangkan potensinya semaksimal mungkin (Yin Cheong Cheng, School
    Effectiveness and School-Based Management: A Mechanism for Development,
    Washington D.C: The Palmer Press, 1996, h.7).






    Fungsi politis merujuk pada
    sumbangan pendidikan terhadap perkembangan politik pada tingkatan sosial yang
    berbeda. Misalnya pada tingkat individual, pendidikan membantu siswa untuk
    mengembangkan sikap dan keterampilan kewarganegaraan yang positif untuk melatih
    warganegara yang benar dan bertanggung jawab. Orang yang berpendidikan
    diharapkan lebih mengerti hak dan kewajibannya sehingga wawasan dan perilakunya
    semakin demoktratis. Selain itu orang yang berpendidikan diharapkan memiliki
    kesadaran dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara lebih baik dibandingkan
    dengan yang kurang berpendidikan.






    Fungsi budaya merujuk pada
    sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan budaya pada tingkatan
    sosial yang berbeda. Pada tingkat individual, pendidikan membantu siswa untuk
    mengembangkan kreativitasnya, kesadaran estetis serta untuk bersosialisasi
    dengan norma-norma, nilai-nilai dan keyakinan sosial yang baik. Orang yang
    berpendidikan diharapkan lebih mampu menghargai atau menghormati perbedaan dan
    pluralitas budaya sehingga memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap
    keanekaragaman budaya. Dengan demikian semakin banyak orang yang berpendidikan
    diharapkan akan lebih mudah terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya akan
    terjadi integrasi budaya nasional atau regional.






    Fungsi kependidikan merujuk
    pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan dan pemeliharaan pendidikan
    pada tingkat sosial yang berbeda. Pada tingkat individual pendidikan membantu
    siswa belajar cara belajar dan membantu guru cara mengajar. Orang yang
    berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran untuk belajar sepanjang hayat (life
    long learning), selalu merasa ketinggalan informasi, ilmu pengetahuan serta
    teknologi sehingga terus terdorong untuk maju dan terus belajar.






    Di kalangan masyarakat luas
    juga berlaku pendapat umum bahwa semakin berpendidikan maka makin baik status
    sosial seseorang dan penghormatan masyarakat terhadap orang yang berpendidikan
    lebih baik dari pada yang kurang berpendidikan. Orang yang berpendidikan
    diharapkan bisa menggunakan pemikiran-pemikirannya yang berorientasi pada kepentingan
    jangka panjang. Orang yang berpendidikan diharapkan tidak memiliki
    kecenderungan orientasi materi/uang apalagi untuk memperkaya diri sendiri.

    Kesimpulan






    Jelaslah bahwa investasi dalam
    bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi
    tetapi lebih luas lagi yaitu perkembangan ekonomi. Selama orde baru kita selalu
    bangga dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun pertumbuhan ekonomi yang
    tinggi itu hancur lebur karena tidak didukung oleh adanya sumber daya manusia
    yang berpendidikan. Orde baru banyak melahirkan orang kaya yang tidak memiliki
    kejujuran dan keadilan, tetapi lebih banyak lagi melahirkan orang miskin.
    Akhirnya pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati sebagian orang dan dengan tingkat
    ketergantungan yang amat besar.

    Perkembangan ekonomi akan tercapai apabila sumber daya manusianya memiliki
    etika, moral, rasa tanggung jawab, rasa keadilan, jujur, serta menyadari hak
    dan kewajiban yang kesemuanya itu merupakan indikator hasil pendidikan yang
    baik. Inilah saatnya bagi negeri ini untuk merenungkan bagaimana merencanakan
    sebuah sistem pendidikan yang baik untuk mendukung perkembangan ekonomi. Selain
    itu pendidikan juga sebagai alat pemersatu bangsa yang saat ini sedang diancam
    perpecahan. Melalui fungsi-fungsi pendidikan di atas yaitu fungsi
    sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan maka
    negeri ini dapat disatukan kembali. Dari paparan di atas tampak bahwa
    pendidikan adalah wahana yang amat penting dan strategis untuk perkembangan
    ekonomi dan integrasi bangsa. Singkatnya pendidikan adalah sebagai investasi
    jangka panjang yang harus menjadi pilihan utama.

    Bila demikian, ke arah mana pendidikan negeri ini harus dibawa? Bagaimana
    merencanakan sebuah sistem pendidikan yang baik? Marilah kita renungkan
    bersama.

      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 12:37 pm