Terungkapnya
Asal-usul Sinar Kosmis
Dody Hidayat
Tim astronom
internasional berhasil mengungkap misteri yang telah membingungkan para ilmuwan
selama 100 tahun, yakni tentang sumber sinar kosmis. Mereka punya bukti kuat.
Sejak ditemukan pertama kali oleh
ilmuwan Austria Victor F. Hess (1883-1964) pada 1912, sinar kosmis atau
partikel-partikel bermuatan yang mencapai bumi itu hanya diketahui berasal dari
luar angkasa antarbintang.
Hess yang mendapat Hadiah Nobel Bidang
Fisika 1936 untuk keberhasilannya merekam keberadaan sinar itu dengan
elektrometer yang diterbangkannya dengan balon udara. Tapi ia tak berhasil
memastikan dari mana pastinya sinar itu bersumber. Selama 100 tahun, para
ilmuwan berusaha mengungkap sumber sinar kosmis ini. Mereka menduga, sinar
kosmis berasal dari supernova atau ledakan besar dari sebuah bintang yang telah
tua. Sayangnya, tak ada bukti kuat yang mendukung dugaan ini.
Namun, misteri itu ada kemungkinan
sudah dapat dipecahkan oleh tim ilmuwan internasional dari delapan negara:
Jerman, Inggris, Armenia, Prancis, Irlandia, Namibia, Afrika Selatan, dan
Republik Ceko, yang dipimpin oleh David Berge, ahli astrofisika dari Max Planck
Institute di Heidelberg, Jerman. Menurut Paula Chadwick dari University of
Durham, Inggris, yang menjadi anggota tim, mereka telah berhasil mengambil
sebuah gambar dari sisa-sisa supernova yang terjadi sekitar seribu tahun silam.
Dengan menggunakan sinar-sinar gamma, para astronom dapat melihat gelombang
kejut dari supernova yang bertindak seperti sebuah akselerator partikel raksasa
di ruang angkasa.
Gambar ini benar-benar sebuah langkah
besar ke depan bagi astronomi sinar gamma dan sisa-sisa supernova merupakan
sebuah obyek yang mempesona," kata Chardwick kepada Space.com. Tim
astronom ini mengumumkan temuan mereka di jurnal Nature edisi pekan ini yang
terbit 4 November kemarin.
"Jika Anda memiliki mata sinar
gamma dan berada di belahan bumi selatan, Anda dapat melihat sebuah cincin
besar yang bersinar sangat terang di langit setiap malam," Chadwick menambahkan.
Sinar-sinar gamma merupakan bentuk
paling kuat dari radiasi yang diketahui. Secara kasar kekuatannya hampir
semiliar kali lebih berenergi ketimbang sinar X yang dapat dihasilkan mesin
sinar X di rumah sakit. Karena ia dapat menembus segala benda, sangat sulit
untuk menangkap dan membuat fotonya seperti yang dapat dilakukan pada
sinar-sinar tampak dan bentuk radiasi lain.
Namun, sinar-sinar gamma yang berasal
dari obyek di luar angkasa dapat dihentikan oleh atmosfer. Ketika ini terjadi
akan dihasilkan sebuah kilasan redup berwarna biru yang hanya bertahan selama
beberapa per semiliar detik. Efek ini dinamakan Radiasi Cherenkov yang
ditemukan oleh fisikawan Uni Soviet peraih Hadiah Nobel Bidang Fisika 1958, P.A
Cherenkov (1904-1990) pada 1934.
Dengan efek Radiasi Cherenkov inilah
para astronom membuat citra sinar gamma baru. Untuk membuat gambar itu, para
astronom memakai sistem stereoskopis energi tinggi (HESS), yakni rangkaian
empat teleskop yang berada di Namibia, Afrika Barat Daya. Penelitian
internasional ini didanai oleh Particle Physics and Astronomy Research Council
(PPARC).
Menurut Berge, "Karena kerapatan
energi dalam sinar-sinar kosmis sangat besar, mereka memainkan peran penting
dalam perkembangan galaksi kita."
Sumber : Koran Tempo (5 November 2004)
Asal-usul Sinar Kosmis
Dody Hidayat
Tim astronom
internasional berhasil mengungkap misteri yang telah membingungkan para ilmuwan
selama 100 tahun, yakni tentang sumber sinar kosmis. Mereka punya bukti kuat.
Sejak ditemukan pertama kali oleh
ilmuwan Austria Victor F. Hess (1883-1964) pada 1912, sinar kosmis atau
partikel-partikel bermuatan yang mencapai bumi itu hanya diketahui berasal dari
luar angkasa antarbintang.
Hess yang mendapat Hadiah Nobel Bidang
Fisika 1936 untuk keberhasilannya merekam keberadaan sinar itu dengan
elektrometer yang diterbangkannya dengan balon udara. Tapi ia tak berhasil
memastikan dari mana pastinya sinar itu bersumber. Selama 100 tahun, para
ilmuwan berusaha mengungkap sumber sinar kosmis ini. Mereka menduga, sinar
kosmis berasal dari supernova atau ledakan besar dari sebuah bintang yang telah
tua. Sayangnya, tak ada bukti kuat yang mendukung dugaan ini.
Namun, misteri itu ada kemungkinan
sudah dapat dipecahkan oleh tim ilmuwan internasional dari delapan negara:
Jerman, Inggris, Armenia, Prancis, Irlandia, Namibia, Afrika Selatan, dan
Republik Ceko, yang dipimpin oleh David Berge, ahli astrofisika dari Max Planck
Institute di Heidelberg, Jerman. Menurut Paula Chadwick dari University of
Durham, Inggris, yang menjadi anggota tim, mereka telah berhasil mengambil
sebuah gambar dari sisa-sisa supernova yang terjadi sekitar seribu tahun silam.
Dengan menggunakan sinar-sinar gamma, para astronom dapat melihat gelombang
kejut dari supernova yang bertindak seperti sebuah akselerator partikel raksasa
di ruang angkasa.
Gambar ini benar-benar sebuah langkah
besar ke depan bagi astronomi sinar gamma dan sisa-sisa supernova merupakan
sebuah obyek yang mempesona," kata Chardwick kepada Space.com. Tim
astronom ini mengumumkan temuan mereka di jurnal Nature edisi pekan ini yang
terbit 4 November kemarin.
"Jika Anda memiliki mata sinar
gamma dan berada di belahan bumi selatan, Anda dapat melihat sebuah cincin
besar yang bersinar sangat terang di langit setiap malam," Chadwick menambahkan.
Sinar-sinar gamma merupakan bentuk
paling kuat dari radiasi yang diketahui. Secara kasar kekuatannya hampir
semiliar kali lebih berenergi ketimbang sinar X yang dapat dihasilkan mesin
sinar X di rumah sakit. Karena ia dapat menembus segala benda, sangat sulit
untuk menangkap dan membuat fotonya seperti yang dapat dilakukan pada
sinar-sinar tampak dan bentuk radiasi lain.
Namun, sinar-sinar gamma yang berasal
dari obyek di luar angkasa dapat dihentikan oleh atmosfer. Ketika ini terjadi
akan dihasilkan sebuah kilasan redup berwarna biru yang hanya bertahan selama
beberapa per semiliar detik. Efek ini dinamakan Radiasi Cherenkov yang
ditemukan oleh fisikawan Uni Soviet peraih Hadiah Nobel Bidang Fisika 1958, P.A
Cherenkov (1904-1990) pada 1934.
Dengan efek Radiasi Cherenkov inilah
para astronom membuat citra sinar gamma baru. Untuk membuat gambar itu, para
astronom memakai sistem stereoskopis energi tinggi (HESS), yakni rangkaian
empat teleskop yang berada di Namibia, Afrika Barat Daya. Penelitian
internasional ini didanai oleh Particle Physics and Astronomy Research Council
(PPARC).
Menurut Berge, "Karena kerapatan
energi dalam sinar-sinar kosmis sangat besar, mereka memainkan peran penting
dalam perkembangan galaksi kita."
Sumber : Koran Tempo (5 November 2004)
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as