Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    asal usul feminisme

    ratri
    ratri
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 281
    Join date : 01.04.10
    Age : 37
    Lokasi : di hati si admin

    asal usul feminisme Empty asal usul feminisme

    Post by ratri Mon Jun 14, 2010 8:45 pm

    FEMINISME








    MENGAPA ADA
    FEMINISME?



    Sejarah dunia menunjukkan
    bahwa secara umum kaum perempuan (feminin) merasa dirugikan dalam semua bidang
    dan dinomorduakan oleh kaum laki-laki (maskulin) khususnya dalam masyarakat
    yang patriachal sifatnya. Dalam bidang-bidang sosial, pekerjaan, pendidikan,
    dan lebih-lebih politik hak-hak kaum ini biasanya memang lebih inferior
    ketimbang apa yang dapat dinikmati oleh laki-laki, apalagi masyarakat
    tradisional yang berorientasi Agraris cenderung menempatkan kaum laki-laki didepan,
    di luar rumah dan kaum perempuan di rumah. Situasi ini mulai mengalami
    perubahan ketika datangnya era Liberalisme di Eropah dan terjadinya Revolusi
    Perancis di abad ke-XVIII yang gemanya kemudian melanda Amerika Serikat dan ke
    seluruh dunia.


    Suasana demikian diperparah
    dengan adanya fundamentalisme agama yang cenderung melakukan opresi terhadap
    kaum perempuan. Di lingkungan agama Kristen pun ada praktek-praktek dan
    kotbah-kotbah yang menunjang situasi demikian, ini terlihat dalam fakta bahwa
    banyak gereja menolak adanya pendeta perempuan bahkan tua-tua jemaat pun hanya
    dapat dijabat oleh pria. Banyak kotbah-kotbah mimbar menempatkan perempuan
    sebagai mahluk yang harus 'tunduk kepada suami!' (Efs.5:22) dengan
    menafsirkannya secara harfiah dan tekstual seakan-akan mempertebal perendahan
    terhadap kaum perempuan itu.


    Dari latar belakang
    demikianlah di Eropah berkembang gerakan untuk 'menaikkan derajat kaum
    perempuan' tetapi gaungnya kurang keras, baru setelah di Amerika Serikat
    terjadi revolusi sosial dan politik, perhatian terhadap hak-hak kaum perempuan
    mulai mencuat. Di tahun 1792 Mary Wollstonecraft membuat karya tulis berjudul
    'Vindication of the Right of Woman' yang isinya dapat dikata meletakkan dasar
    prinsip-prinsip feminisme dikemudian hari. Pada tahun-tahun 1830-40 sejalan
    terhadap pemberantasan praktek perbudakan, hak-hak kaum prempuan mulai
    diperhatikan, jam kerja dan gaji kaum ini mulai diperbaiki dan mereka diberi
    kesempatan ikut dalam pendidikan dan diberi hak pilih, sesuatu yang selama ini
    hanya dinikmati oleh kaum laki-laki.


    Gelombang feminisme di
    Amerika Serikat mulai lebih keras bergaung pada era reformasi dengan terbitnya
    buku 'The Feminine Mystique' yang ditulis oleh Betty Friedan di tahun 1963.
    Buku ini ternyata berdampak luas, lebih-lebih setelah Betty Friedan membentuk
    organisasi wanita bernama 'National Organization for Woman' (NOW) di tahun 1966
    gemanya kemudian merambat ke segala bidang kehidupan. Dalam bidang perundangan,
    tulisan Betty Fredman berhasil mendorong dikeluarkannya 'Equal Pay Right'
    (1963) sehingga kaum perempuan bisa menikmati kondisi kerja yang lebih baik dan
    memperoleh gaji sama dengan laki-laki untuk pekerjaan yang sama, dan 'Equal
    Right Act' (1964) dimana kaum perempuan mempunyai hak pilih secara penuh dalam
    segala bidang.


    Gerakan perempuan atau
    feminisme berjalan terus, soalnya sekalipun sudah ada perbaikan-perbaikan,
    kemajuan yang dicapai gerakan ini terlihat banyak mengalami halangan. Di tahun
    1967 dibentuklah 'Student for a Democratic Society' (SDS) yang mengadakan
    konvensi nasional di Ann Arbor kemudian dilanjutkan di Chicago pada tahun yang
    sama, dari sinilah mulai muncul kelompok 'feminisme radikal' dengan membentuk
    'Women's Liberation Workshop' yang lebih dikenal dengan singkatan 'Women's
    Lib.' Women's Lib mengamati bahwa peran kaum perempuan dalam hubungannya dengan
    kaum laki-laki dalam masyarakat kapitalis terutama Amerika Serikat tidak lebih
    seperti hubungan yang dijajah dan penjajah. Di tahun 1968 kelompok ini secara
    terbuka memprotes diadakannya 'Miss America Pegeant' di Atlantic City yang
    mereka anggap sebagai 'pelecehan terhadap kaum wanita' dan 'komersialisasi
    tubuh perempuan.' Gema 'pembebasan kaum perempuan' ini kemudian mendapat
    sambutan di mana-mana di seluruh dunia.


    Melihat itikad baik kaum
    perempuan ini sebenarnya gerakan ini semestianya mendapat dukungan bukan saja
    dari kaum perempuan tetapi juga seharusnya dari kaum laki-laki, tetapi mengapa
    kemudian banyak kritik diajukan kepada mereka?




    SASARAN KRITIK




    Sebenarnya bangkitnya
    gerakan kaum perempuan itu banyak mendapat simpati bukan saja dari kaum
    perempuan sendiri tetapi juga dari banyak kaum laki-laki, tetapi perilaku
    kelompok feminisme radikal yang bersembunyi di balik 'women's liberation' telah
    melakukan usaha-usaha yang lebih radikal yang berbalik mendapat kritikan dan
    tantangan dari kaum perempuan sendiri dan lebih-lebih dari kaum laki-laki.
    Organisasi-organisasi agama kemudian juga menyatakan sikapnya yang kurang
    menerima tuntutan 'Women's Lib' itu karena mereka kemudian banyak mengusulkan pembebasan
    termasuk pembebasan kaum perempuan dari agama dan moralitasnya yang mereka
    anggap sebagai kaku dan buah dari 'agama patriachy' atau 'agama kaum
    laki-laki.'


    Memang memperjuangkan
    kesamaan hak dalam memperoleh pekerjaan, gaji yang layak, perumahan maupun
    pendidikan harus diperjuangkan, dan bahkan pemberian hak-suara kepada kaum
    perempuan juga harus diperjuangkan, tetapi kaum perempuan juga harus sadar
    bahwa secara kodrati mereka lebih unggul dalam kehidupan sebagai pemelihara
    keluarga, itulah sebabnya adalah salah kaprah kalau kemudian hanya karena kaum
    perempuan mau bekerja lalu kaum laki-laki harus tinggal di rumah memelihara
    anak-nak dan memasak. Bagaimanapun kehidupan modern, kaum perempuan harus tetap
    menjadi ibu rumah tangga. Ini tidak berarti bahwa kaum perempuan harus selalu
    berada di rumah, ia dapat mengangkat pembantu atau suster bila penghasilan
    keluarga cukup dan kepada mereka dapat didelegasikan beberapa pekerjaan rumah
    tangga, tetapi sekalipun begitu seorang isteri harus tetap menjadi ibu rumah
    tangga yang bertanggung jawab dan rumah tangga tidak dilepaskan begitu saja.


    Bila semula gerakan kaum
    perempuan 'feminisme' itu lebih mengarah pada perbaikan nasib hidup dam
    kesamaan hak, kelompok radikal 'Women's Lib' telah mendorongnya untuk mengarah
    lebih jauh dalam bentuk kebebasan yang tanpa batas dan telah menjadikan
    feminisme menjadi suatu 'agama baru.'


    Sebenarnya kendala yang
    dihadapi 'feminisme' bukan saja dari luar tetapi dari dalam juga. Banyak kaum
    perempuan memang karena tradisi yang terlalu melekat masih lebih senang
    'diperlakukan demikian,' atau bahkan ikut mengembangkan perilaku 'maskulinisme'
    dimana laki-laki dominan Sebagai contoh dalam soal pembebasan kaum perempuan
    dari 'pelecehan seksual' banyak kaum perempuan yang karena dorongan ekonomi
    atau karena kesenangannya pamer justru mendorong meluasnya prostitusi dan
    pornografi. Banyak kaum perempuan memang ingin cantik dan dipuji kecantikannya
    melalui gebyar-gebyar pemilihan 'Miss' ini dan 'Miss" itu, akibatnya usaha
    menghentikan yang dianggap 'pelecehan'itu terhalang oleh sikap sebagian kaum
    perempuan sendiri yang justru 'senang berbuat begitu.'


    Kendala juga datang dari
    kaum laki-laki. Kita tahu bahwa secara tradisional masyarakat pada umumnya
    menempatkan kaum laki-laki sebagai 'penguasa masyarakat,' (male dominated
    society) bahkan masyarakat agama dengan ajaran-ajarannya yang orthodoks
    cenderung mempertebal perilaku demikian. Dalam agama-agama sering terjadi
    'pelacuran kuil' dimana banyak gadis-gadis harus mau menjadi 'pengantin' para
    pemimpin agama seperti yang dipraktekkan dalam era modern oleh 'Children of
    God' dan 'Kelompok David Koresh', dan di kalangan Islam fundamentalis banyak
    dipraktekkan di samping poligami juga bahwa kaum perempuan dihilangkan
    identitas rupanya dengan memakai kerudung sekujur badannya atau bahwa kaum
    perempuan tidak boleh menjadi pemimpin yang membawahi laki-laki, dan bukan
    hanya itu ada kelompok agama di Afrika yang mengharuskan kaum perempuan disunat
    hal mana tentu mendatangkan penderitaan yang tak habis-habisnya bagi kaum
    perempuan. Di segala bidang jelas kesamaan hak kaum perempuan sering diartikan
    oleh kaum laki-laki sebagai pengurangan hak kaum laki-laki, dan kaum perempuan
    kemudian menjadi saingan bahkan kemudian ingin menghilangkan dominasi kaum laki-laki
    di masyarakat!


    Kritikan prinsip yang
    dilontarkan pada feminisme khususnya yang radikal (Women's Lib) adalah bahwa
    mereka dalam obsesinya kemudian 'mau menghilangkan semua perbedaan yang ada
    antara perempuan dan laki-laki.' Jelas sikap radikal yang mengabaikan perbedaan
    kodrat antara kaum perempuan dan laki-laki itu tidak realistis karena faktanya
    toh berbeda dan menghasilkan dilema, sebab kalau kaum perempuan dilarang
    meminta cuti haid karena kaum laki-laki tidak haid pasti timbul protes,
    sebaliknya tentu pengusaha akan protes kalau kaum laki-laki diperbolehkan ikut
    menikmati 'cuti haid dan hamil' padahal mereka tidak pernah haid dan tidak
    mungkin hamil. Kesalahan fatal feminisme radikal ini kemudian menjadikan
    laki-laki bukan lagi sebagai mitra atau partner tetapi sebagai 'saingan'
    (rival) bahkan 'musuh ' (enemy)!' Sikap feminisme yang dirusak citranya oleh
    kelompok radikal sehingga menjadikannya 'sangat eksklusif' itulah yang kemudian
    mendapat kritikan luas.


    Kritikan lain juga diajukan
    adalah karena dalam membela kaum perempuan dari sikap 'pelecehan seksual;'
    mereka kemudian ingin melakukan kebebasan seksual tanpa batas, seperti 'Women's
    Lib' mendorong kebebasan seksual sebebas-bebasnya termasuk melakukan
    masturbasi, poliandri, hubungan seksual antara orang dewasa dan anak-anak,
    lesbianisme, bahkan liberalisasi aborsi dalam setiap tahap kehamilan. Kebebasan
    ini tidak berhenti disini karena ada kelompok radikal yang 'menolak peran kaum
    perempuan sebagai ibu rumah tangga' dan menganggap 'perkawinan' sebagai
    belenggu. Andrea Dworkin bahkan menganggap 'hubungan seksual antara laki-laki
    dan perempuan tidak beda dengan perkosaan!'


    Di kalangan agama Kristen,
    feminisme itu lebih lanjut mempengaruhi beberapa teolog-perempuan yang
    menghasilkan usulan agar sejarah Yesus yang sering disebut sebagai 'History'
    diganti dengan 'Herstory' dan lebih radikal lagi agar semua kata 'Bapa' untuk
    menyebut Allah dalam Alkitab harus diganti dengan kata 'Ibu.' Ibadat dan
    pengakuan iman (Credo) tidak lagi menyebut 'Allah Bapa tetapi Allah Ibu' atau
    the 'Mother Goddess,' bahkan lambang salib perlu diganti dengan meletakkan
    tanda O (bulatan) tepat diatas lambang salib Kristus sehingga menjadi lambang
    kaum perempuan.


    Kita sekarang menghadapi era
    informasi dimana kedudukan kaum perempuan di banyak segi bisa lebih unggul dari
    kedudukan kaum laki-laki. Dalam hal dimana kedudukan isteri lebih baik daripada
    suami memang keadaanya bisa sukar dipecahkan, tetapi keluarga Kristen tentunya
    harus memikirkan dengan serius pentingnya peran ibu rumah tangga demi menjaga
    kelangsungan keturunan yang 'takut akan Tuhan' (Maz.78:1-Cool, dan disinilah
    pengorbanan seorang ibu perlu dipuji. Dalam hal seorang ibu berkorban untuk
    mendahulukan keluarga sehingga bagi mereka karier dinomorduakan atau dijabat
    dengan 'paruh waktu' lebih-lebih selama anak-anak masih kecil, seharusnya para
    suami bisa lebih toleran menjadi 'penolong' bagi isteri dalam tugas ini.


    Sungguh sangat disayangkan
    bahwa banyak tokoh-tokoh perempuan sendiri tidak mengakui 'pekerjaan ibu rumah
    tangga sebagai profesi' dan menganggapnya lebih inferior daripada misalnya
    pekerjaan sebagai dokter, pengacara atau pengusaha, dalam sikap ini kita dapat
    melihat sampai di mana kuku feminisme radikal sudah pelan-pelan menusuk daging.


    Pernah ketika ada kunjungan Gorbachev,
    Presiden Rusia waktu itu, yang berkunjung ke Amerika Serikat, isterinya 'Raisa'
    bersama 'Barbara', isteri presiden Amerika Serikat George Bush, diundang untuk
    berbicara disuatu 'Universitas perempuan yang terkenal.' Ketika keduanya
    berbicara, sekelompok perempuan yang bergabung dengan 'women's lib' meneriakkan
    yel-yel bahkan membawa poster yang mencemooh mereka karena mereka hanya menjadi
    ibu rumah tangga yang tidak bisa mempunyai karier sendiri. Bahkan, beberapa
    profesor perempuan menolak hadir karena merasa direndahkan bila mendengar
    pembicara perempuan yang hanya seorang ibu rumah tangga. Pembawa Acara,
    menanggapi kritikan-kritikan itu kemudian berkomentar bahwa 'memang keduanya
    adalah ibu rumah tangga, tetapi karena dampingan keduanya, dua orang paling
    berkuasa di dunia dapat menciptakan kedamaian di dunia, suatu profesi luhur
    yang tiada taranya!'




    SEBUAH INTROSPEKSI




    Dibalik kritikan yang
    ditujukan terhadap 'Women's Lib' khususnya dan 'Feminisme' umumnya, kita perlu
    melakukan introspeksi karena sebenarnya 'feminisme' itu timbul sebagai reaksi
    atas sikap kaum laki-laki yang cenderung dominan dan merendahkan kaum
    perempuan. Ini terjadi bukan saja di kalangan umum tetapi lebih-lebih di
    kalangan yang mengatasnamakan agama memang sering berperilaku menekan kepada
    kaum perempuan.


    Dalam menyikapi 'feminisme'
    sebagai suatu gerakan, kita harus berhati-hati untuk tidak menolaknya secara
    total, sebab sebagai 'gerakan persamaan hak' harus disadari bahwa usaha gerakan
    itu baik dan harus didukung bahkan diusahakan oleh kaum-laki-laki yang dianggap
    bertanggung jawab atas kepincangan sosial-ekonomi-hukum-politis di masyarakat
    itu khususnya yang menyangkut gender. Yang perlu diwaspadai adalah bila
    feminisme itu mengambil bentuk radikal melewati batas kodrati sebagai 'gerakan
    pembebasan kaum perempuan' seperti yang secara fanatik diperjuangkan oleh
    'Women's Lib.'


    Bagi umat Kristen, baik umat
    yang tergolong kaum perempuan maupun kaum-laki-laki, keberadaan 'sejarah
    Alkitab' harus diterima sebagai 'History' dan data-data para patriach
    (bapa-bapa Gereja) tidak perlu diubah karena masa primitif dan agraris memang
    mendorong terjadinya dominasi kaum laki-laki, tetapi sejak masa industri
    lebih-lebih masa informasi, kehadiran peran kaum perempuan memang diperlukan
    dalam masyarakat selain peran mereka yang terpuji dalam rumah tangga dan
    Alkitab tidak menghalanginya. Tetapi sekalipun begitu, Alkitab dengan jelas
    menyebutkan adanya perbedaan kodrati dalam penciptaan kaum laki-laki dan kaum
    perempuan. Kaum laki-laki memang diberi perlengkapan otot yang lebih kuat dan
    daya juang yang lebih besar, tetapi kaum perempuan diberi tugas sebagai
    'penolong' yang sejodoh yang sekaligus menjadi ibu anak-anak yang dilahirkan
    dari rahimnya.


    Gerakan feminisme sudah
    berada di tengah-tengah kita, peran kaum perempuan yang cenderung dimarginalkan
    dalam masyarakat 'patriachy' sekarang sudah mulai menunjukkan ototnya. Semua
    perlu terbuka akan kritik kaum perempuan yang dikenal sebagai penganut
    'feminisme' tetapi feminisme harus pula mendengarkan kritikan dari kaum
    perempuan sendiri maupun kaum laki-laki agar 'persamaan' (equality) tidak
    kemudian menjurus pada 'kebebasan' (liberation) yang tidak bertanggung jawab.

      Waktu sekarang Thu Nov 21, 2024 8:45 pm