Islam
adalah Aqidah, Syari’at dan Ibadah
"Kemudian Kami jadikan kamu berada diatas suatu
syari’at (peraturan) dari urusan dien itu, maka ikutilah syari’at itu dan
janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui." (Al
Jatsiyah, 45:18)
Sebenarnya Islam mempunyai satu konsepsi, metode dan
aturan. Akan tetapi kita tidak boleh hanya berhenti "mengupas atau
mendiskusikan" hal itu saja, sebagaimana yang banyak dilakukan oleh mereka
yang mengaku sebagai pemikir atau injtelektual Muslim. Sehingga karena terlalu
banyak diskusi dan mengotak atik ajaran Islam yang pelakunya belum memiliki
aqidah yang mapan dan mengetahui tolak ukur dan rumusan yang harus dijadikan
pegangan, maka nasib Islampun hanya dijadikan obyek diskusi belaka. Dan sikap
mereka terhadap Islam jadi netral tak ubahnya seperti kaum orientalis,
munafiqin pengikut Abdullah bin Ubay masa kini.
Bahkan tidak sedikit dari mereka yang sudah
memper-ilahkan akal dan hawa nafsu. Barangkali inilah faktor munculnya
"Reaktualisasi Ajaran Islam" yang dilontarkan oleh pencetusnya.
Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan kita. Maha Benar Allah dengan
firmanNya :
"Terangkanlah
pada-Ku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Illahnya. Maka
apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya atau apakah kamu mengira bahwa
mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain hanyalah seperti
binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi." (QS. Al Furqan, 25:43-44)
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjaikan
hawa nafsunya sebagi Illahnya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya
dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan
atas penglihatannya." (Al Jatsiyah, 45:23)
Yang benar, kita harus mengkaji Islam menurut hakikat
Rabbaniyah, bahwa Islam itu adalah suatu cara hidup yang datang dari Allah yang
berdasakan pada asas pokok yakni aqidah "Laa Illaha Illallah, Muhammadur
Rasululullah" yang daripadanya terpancar seluruh aspek kehidupan yang baik
dan bernilai tinggi. Ia melahirkan konsepsi berpikir, metode serta aturan dan
undang-undang yang akan mengantarkan manusia manuju samudra kehidupan yang
penuh dengan ketrentraman dan kedamaian dunia dan akhirat. Ia merupakan
proklamasi seorang mukmin akan kemerdekaannya dari undang-undang produk otak
dan hawa nafsu manusia, dari penghambaan manusia atas manusia, Ia merupakan
proklamasi seorang mukmin untuk menghancurkan dan mengikis habis siapa yang
memberontak terhadap Allah dan Rasul-Nya, sehingga peraturan hidup yang berlaku
hanyalah peraturan Allah dan Rasul-Nya, bukan peraturan produk otak manusia. Ia
juga merupakan proklamasi kemerdekaan seorang mukmin dari pemerintahan atau
kekuasaan yang tidak memakai aturan Islam. Sebab seorang yang beraqidah Islam
yakin bahwa yang sebenarnya berhak dipatuhi dan ditaati hanyalah Allah. Yang
berhak diibadahi dan di sanjung hanyalah Allah. Yang berhak diterima dan
diambil hukumnya hanyalah hukum Allah
dan rasul-Nya. Inilah petunjuk praktis dari pemahaman
aqidah "Laa Ilaha Illallah, Muhammadur Rasulullah". Suatu cara hidup
yang tidak berdasarkan asas tersebut diatas maka ia tidak lebih dari kehidupan
binatang.
"Sesungguhnya binatang (makhluk) paling jelek disisi
Allah adalah orang kafir, karena mereka itu tidak beriman" (QS Al Anfal, 8
: 55)
Kita kerap kali dipengaruhi keinginan besar agar kaum
sekuler mengimani Islam sedangkan mereka jelas berfaham sekulerisme. Mereka
mengatakan bahwa mereka mewakili dunia "pragmatik". Maksudnya, mereka
mencari dimensi faktual yang berguna dari berbagai faham apapun. Mereka tidak
mudah mengimani sesuatu, kecuali setelah mengetahui kadar manfaat untuk
kehidupan duniawi. Apabila mereka memang demikian, bolehkah kita membelokkan
cara dakwah yang sudah ditetapkan Islam, untuk disesuaikan dengan beragamnya
pemikiran dan mengikuti kemana mereka, agar mereka dapaat "menerima dan
menangkap" ajaran Islam?. Tidak, sama sekali tidak. Nabi SAW bersabda :
"Katakanlah yang haq walaupun pahit (rasanya)".
"Dan janganlah kamu mencampur adukan yang haq dengan
yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq sedangkan kamu
mengetahui". (QS Al Baqarah, 2 : 42)
Sesungguhnya apabila mereka hendak mengimani Islam, maka
sudah sepantasnya mereka memasuki Islam melalui pintunya, yaitu pintu aqidah.
Karena hukum-hukum Islam yang lain akan dapat diteriam setelah hati dan akalnya
menerima konsep aqidah Islam. Mustahil merka dapat menerima ajaran Islam
sebelum mengimani dan meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya dien yang benar.
Disini persoalannya adalah "aqidah". Namun Islam bukan sekedar aqidah
semata, tetapi Islam juga harus direalisasikan dalam bentuk sistem social dari
perundang-undangan (syari’at) serta praktek ibadah. Sebab Islam adalah satu
cara hidup yang sangat nyata, tidak bisa terlambang dalam bentuk teori saja.
Sebagaimana cara hidup selain Islam. Islam tidak pernah terlambang dalam bentuk
teori saja tetapi juga dilaksanakan dalam bentuk ideologi, perundang-undangan
dan tata cara praktek ibadah. Manakala ada salah satu dari segi-segi ini yang
hilang maka Islam tidak ada disana.
Allah berfirman : "(Pahala dari Allah) itu bukanlah
menurut angan-angan yang kosong dan tidak pula menurut angan-angan ahli kitab.
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan
kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung tidak pula penolong baginya selain
Allah. Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun
perempuan sedang ia beriman, maka mereka itu akan masuk ke surga dan mereka
tidak dianiaya walau sedikitpun. Dan siapakah yang lebih baik dien-nya daripada
orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah sedang ia pun mengerjakan
amal kebaikan dan ia mengikuti dien Ibrahim yang lurus?. Dan Allah mengambil
Ibrahim sebagai kesayanganNya." (QS An Nisa, 4 : 123-125).
Kesalah Pahaman Aqidah Ummat Islam Islam yang benar
bukanlah yang diyakini dan dipahami kebanyakan orang dimasa kini, yakni
mengambil bagian-bagian tertentu saja yang cocok dengan kehendak nafsunya demi
kepentingan duniawi, plus ibadah yang dikenal dengan rukun Islam, sementara
ajaran yang lain dinjak-injak oleh orang-orang kafir mereka diam saja dan
membiarkan. Ajaran yang dianggapnya "ice cream" seperti jihad, qital,
hukum Islam, daulah Islam dan lain-lain mereka buang jauh-jauh sebagai pertanda
kebencian dan kegemasan terhadapnya. Apakah belum cukup ajaran tersebut dibenci
oleh orang-orang kafir?. Seandainya ditambah lagi oleh kebencian orang-orang
Islam sendiri maka akan terjadilah over dosis.
Akibatnya umat Islam akan pingsan tak sadarkan diri. Tak
sadar terhadap pengakuan mereka sebagai seorang muslim. Rasanya sudah cukup
dengan melaksakan sholat, zakat, puasa, haji dan dzikir belaka. Bahkan mereka
merasa berjasa jika berhasil menangkap para aktivis muslim yang bercita-cita
tegaknya kalimatullah.
Bagi mereka yang mengambil Islam dan membuang sebagian
lainnya dicap oleh Allah sebagai orang kafir yang sebenar-benarnya meskipun
tekun melaksanakan ibadah ritual lainnya.
Firman Allah: "Sesungguhnya orang-orang yang kafir
kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara Allah dan
rasul-rasul -Nya, dengan mengatakan kami beriman kepada sebagian dan kafir
terhadap sebagian (yang lain) serta bermaksud mengambil jalan lain diantara
yang demikin itu (iman atau kafir).
Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami
telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu siksaan yang menghinakan."
(QS An Nisaa ; 4 : 150-151)
Islam tidak mengajarkan bahwa seseorang itu boleh
mengambil apa yang menyenangkan dirinya dan yang sesuai dengan kondisi,
sementara ajaran yang mereka rasakan berat mereka tinggalkan tanpa alasan yang
kuat dan dibenarkan syar’i. Ajaran yang ada hanyalah mengambil Islam seluruhnya
(kaffah) dan mau konsisten melaksanakan ajarannya atau menolak Islam sama
sekali tanpa ada sangkut paut dengannya. Sebab telah jelas mana yang haq dan
mana yang bathil, tidak bisa dicampur begitu saja.
Firman Allah : "Katakanlah kebenaran itu (adalah
yang) datang dari Rabbmu, maka barangsiapa yang hendak (beriman) hendaklah ia
beriman. Dan barangsiapa yang ingin (kafir) hendaklah ia kafir. Sesungguhnya
telah kami sediakan bagi orang-orang yang zhalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. Dan jika mereka minta minum niscaya mereka akan diberi minum
dengan air seperti besi yang mendidih yang gejolaknya menghanguskan muka.
Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek". (QS
Al Kahfi, 18 : 29)
Maka Islam tidak mengenal dualisme, yang demikian itu
supaya jelas bagi manusia mana jalan Allah (Sabilillah) yang harus diikuti dan
mana jalan Thaghut yang harus disingkirkan. Disamping itu pula agar jelas
kebinasaan orang binasa dan jelas keselamatan orang yang selamat.
"…Akan tetapi (Allah mempertemukan dua
pasukan itu) agar Dia melakukan urusan yang mesti dilakukan, yaitu agar
orang-orang yang binasa itu (orang-orang kafir) jelas kebinasasaanya dan orang
yang hidup (selamat) jelas kehidupannya". (QS Al Anfaal, 8 : 42)
Islam yang demikian itulah yang diajarkasn oleh Allah dan
Rasul-Nya kepada umat manusia dengan hujjah-hujjah yang bayyinah, dan kesanalah
arah tujuan kita.
Pemahaman itulah yang kita ambil sebagai
"aqidah" kita, aqidah yang sebenarnya. Manakala umat Islam belum
mempunyai aqidah seperti itu, jelas sekali mereka masih berada dalam kegelapan
yang perlu diberikan obor penerang agar tidak buta dalam kandang sendiri. Pemahaman
aqidah mayoritas umat Islam masih banyak sekali yang keliru.
Ini barangkali karena faktor kebodohan (jahiliyah)
terhadap isi kandungan
ajarannya sendiri (Al Qur’an dan As Sunnah)
sebagaimana yang disinyalir oleh Rasulullah SAW sabdanya :
"Akan datang suatu zaman yang mana pada zaman itu
sedikit sekali ilmu dien digali dan merajalelanya kebodohan terhadap Al
Qur’an dan As Sunnah. Sehingga apabila orang alim sudah hilang, maka
manusia akan mengambil pemimpin yang bodoh. Apabila mereka ditanya, mereka
memberi fatwa tanpa ilmu. Maka mereka sesat dan menyesatkan". (HR Bukhari-Muslim)
Wallahu a’lam.
Kirim E- mail ke Ashshuffah@.sahid.every1.net kritik dan
saran anda mengenai Lembaga Dakwah Kampus Kami dan homepage ini, sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan bagi kami.
Copyright © 2001 KMI ASH SHUFFAH
Last modified: April 12, 2001
adalah Aqidah, Syari’at dan Ibadah
"Kemudian Kami jadikan kamu berada diatas suatu
syari’at (peraturan) dari urusan dien itu, maka ikutilah syari’at itu dan
janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui." (Al
Jatsiyah, 45:18)
Sebenarnya Islam mempunyai satu konsepsi, metode dan
aturan. Akan tetapi kita tidak boleh hanya berhenti "mengupas atau
mendiskusikan" hal itu saja, sebagaimana yang banyak dilakukan oleh mereka
yang mengaku sebagai pemikir atau injtelektual Muslim. Sehingga karena terlalu
banyak diskusi dan mengotak atik ajaran Islam yang pelakunya belum memiliki
aqidah yang mapan dan mengetahui tolak ukur dan rumusan yang harus dijadikan
pegangan, maka nasib Islampun hanya dijadikan obyek diskusi belaka. Dan sikap
mereka terhadap Islam jadi netral tak ubahnya seperti kaum orientalis,
munafiqin pengikut Abdullah bin Ubay masa kini.
Bahkan tidak sedikit dari mereka yang sudah
memper-ilahkan akal dan hawa nafsu. Barangkali inilah faktor munculnya
"Reaktualisasi Ajaran Islam" yang dilontarkan oleh pencetusnya.
Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan kita. Maha Benar Allah dengan
firmanNya :
"Terangkanlah
pada-Ku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Illahnya. Maka
apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya atau apakah kamu mengira bahwa
mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain hanyalah seperti
binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi." (QS. Al Furqan, 25:43-44)
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjaikan
hawa nafsunya sebagi Illahnya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya
dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan
atas penglihatannya." (Al Jatsiyah, 45:23)
Yang benar, kita harus mengkaji Islam menurut hakikat
Rabbaniyah, bahwa Islam itu adalah suatu cara hidup yang datang dari Allah yang
berdasakan pada asas pokok yakni aqidah "Laa Illaha Illallah, Muhammadur
Rasululullah" yang daripadanya terpancar seluruh aspek kehidupan yang baik
dan bernilai tinggi. Ia melahirkan konsepsi berpikir, metode serta aturan dan
undang-undang yang akan mengantarkan manusia manuju samudra kehidupan yang
penuh dengan ketrentraman dan kedamaian dunia dan akhirat. Ia merupakan
proklamasi seorang mukmin akan kemerdekaannya dari undang-undang produk otak
dan hawa nafsu manusia, dari penghambaan manusia atas manusia, Ia merupakan
proklamasi seorang mukmin untuk menghancurkan dan mengikis habis siapa yang
memberontak terhadap Allah dan Rasul-Nya, sehingga peraturan hidup yang berlaku
hanyalah peraturan Allah dan Rasul-Nya, bukan peraturan produk otak manusia. Ia
juga merupakan proklamasi kemerdekaan seorang mukmin dari pemerintahan atau
kekuasaan yang tidak memakai aturan Islam. Sebab seorang yang beraqidah Islam
yakin bahwa yang sebenarnya berhak dipatuhi dan ditaati hanyalah Allah. Yang
berhak diibadahi dan di sanjung hanyalah Allah. Yang berhak diterima dan
diambil hukumnya hanyalah hukum Allah
dan rasul-Nya. Inilah petunjuk praktis dari pemahaman
aqidah "Laa Ilaha Illallah, Muhammadur Rasulullah". Suatu cara hidup
yang tidak berdasarkan asas tersebut diatas maka ia tidak lebih dari kehidupan
binatang.
"Sesungguhnya binatang (makhluk) paling jelek disisi
Allah adalah orang kafir, karena mereka itu tidak beriman" (QS Al Anfal, 8
: 55)
Kita kerap kali dipengaruhi keinginan besar agar kaum
sekuler mengimani Islam sedangkan mereka jelas berfaham sekulerisme. Mereka
mengatakan bahwa mereka mewakili dunia "pragmatik". Maksudnya, mereka
mencari dimensi faktual yang berguna dari berbagai faham apapun. Mereka tidak
mudah mengimani sesuatu, kecuali setelah mengetahui kadar manfaat untuk
kehidupan duniawi. Apabila mereka memang demikian, bolehkah kita membelokkan
cara dakwah yang sudah ditetapkan Islam, untuk disesuaikan dengan beragamnya
pemikiran dan mengikuti kemana mereka, agar mereka dapaat "menerima dan
menangkap" ajaran Islam?. Tidak, sama sekali tidak. Nabi SAW bersabda :
"Katakanlah yang haq walaupun pahit (rasanya)".
"Dan janganlah kamu mencampur adukan yang haq dengan
yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq sedangkan kamu
mengetahui". (QS Al Baqarah, 2 : 42)
Sesungguhnya apabila mereka hendak mengimani Islam, maka
sudah sepantasnya mereka memasuki Islam melalui pintunya, yaitu pintu aqidah.
Karena hukum-hukum Islam yang lain akan dapat diteriam setelah hati dan akalnya
menerima konsep aqidah Islam. Mustahil merka dapat menerima ajaran Islam
sebelum mengimani dan meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya dien yang benar.
Disini persoalannya adalah "aqidah". Namun Islam bukan sekedar aqidah
semata, tetapi Islam juga harus direalisasikan dalam bentuk sistem social dari
perundang-undangan (syari’at) serta praktek ibadah. Sebab Islam adalah satu
cara hidup yang sangat nyata, tidak bisa terlambang dalam bentuk teori saja.
Sebagaimana cara hidup selain Islam. Islam tidak pernah terlambang dalam bentuk
teori saja tetapi juga dilaksanakan dalam bentuk ideologi, perundang-undangan
dan tata cara praktek ibadah. Manakala ada salah satu dari segi-segi ini yang
hilang maka Islam tidak ada disana.
Allah berfirman : "(Pahala dari Allah) itu bukanlah
menurut angan-angan yang kosong dan tidak pula menurut angan-angan ahli kitab.
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan
kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung tidak pula penolong baginya selain
Allah. Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun
perempuan sedang ia beriman, maka mereka itu akan masuk ke surga dan mereka
tidak dianiaya walau sedikitpun. Dan siapakah yang lebih baik dien-nya daripada
orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah sedang ia pun mengerjakan
amal kebaikan dan ia mengikuti dien Ibrahim yang lurus?. Dan Allah mengambil
Ibrahim sebagai kesayanganNya." (QS An Nisa, 4 : 123-125).
Kesalah Pahaman Aqidah Ummat Islam Islam yang benar
bukanlah yang diyakini dan dipahami kebanyakan orang dimasa kini, yakni
mengambil bagian-bagian tertentu saja yang cocok dengan kehendak nafsunya demi
kepentingan duniawi, plus ibadah yang dikenal dengan rukun Islam, sementara
ajaran yang lain dinjak-injak oleh orang-orang kafir mereka diam saja dan
membiarkan. Ajaran yang dianggapnya "ice cream" seperti jihad, qital,
hukum Islam, daulah Islam dan lain-lain mereka buang jauh-jauh sebagai pertanda
kebencian dan kegemasan terhadapnya. Apakah belum cukup ajaran tersebut dibenci
oleh orang-orang kafir?. Seandainya ditambah lagi oleh kebencian orang-orang
Islam sendiri maka akan terjadilah over dosis.
Akibatnya umat Islam akan pingsan tak sadarkan diri. Tak
sadar terhadap pengakuan mereka sebagai seorang muslim. Rasanya sudah cukup
dengan melaksakan sholat, zakat, puasa, haji dan dzikir belaka. Bahkan mereka
merasa berjasa jika berhasil menangkap para aktivis muslim yang bercita-cita
tegaknya kalimatullah.
Bagi mereka yang mengambil Islam dan membuang sebagian
lainnya dicap oleh Allah sebagai orang kafir yang sebenar-benarnya meskipun
tekun melaksanakan ibadah ritual lainnya.
Firman Allah: "Sesungguhnya orang-orang yang kafir
kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara Allah dan
rasul-rasul -Nya, dengan mengatakan kami beriman kepada sebagian dan kafir
terhadap sebagian (yang lain) serta bermaksud mengambil jalan lain diantara
yang demikin itu (iman atau kafir).
Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami
telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu siksaan yang menghinakan."
(QS An Nisaa ; 4 : 150-151)
Islam tidak mengajarkan bahwa seseorang itu boleh
mengambil apa yang menyenangkan dirinya dan yang sesuai dengan kondisi,
sementara ajaran yang mereka rasakan berat mereka tinggalkan tanpa alasan yang
kuat dan dibenarkan syar’i. Ajaran yang ada hanyalah mengambil Islam seluruhnya
(kaffah) dan mau konsisten melaksanakan ajarannya atau menolak Islam sama
sekali tanpa ada sangkut paut dengannya. Sebab telah jelas mana yang haq dan
mana yang bathil, tidak bisa dicampur begitu saja.
Firman Allah : "Katakanlah kebenaran itu (adalah
yang) datang dari Rabbmu, maka barangsiapa yang hendak (beriman) hendaklah ia
beriman. Dan barangsiapa yang ingin (kafir) hendaklah ia kafir. Sesungguhnya
telah kami sediakan bagi orang-orang yang zhalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. Dan jika mereka minta minum niscaya mereka akan diberi minum
dengan air seperti besi yang mendidih yang gejolaknya menghanguskan muka.
Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek". (QS
Al Kahfi, 18 : 29)
Maka Islam tidak mengenal dualisme, yang demikian itu
supaya jelas bagi manusia mana jalan Allah (Sabilillah) yang harus diikuti dan
mana jalan Thaghut yang harus disingkirkan. Disamping itu pula agar jelas
kebinasaan orang binasa dan jelas keselamatan orang yang selamat.
"…Akan tetapi (Allah mempertemukan dua
pasukan itu) agar Dia melakukan urusan yang mesti dilakukan, yaitu agar
orang-orang yang binasa itu (orang-orang kafir) jelas kebinasasaanya dan orang
yang hidup (selamat) jelas kehidupannya". (QS Al Anfaal, 8 : 42)
Islam yang demikian itulah yang diajarkasn oleh Allah dan
Rasul-Nya kepada umat manusia dengan hujjah-hujjah yang bayyinah, dan kesanalah
arah tujuan kita.
Pemahaman itulah yang kita ambil sebagai
"aqidah" kita, aqidah yang sebenarnya. Manakala umat Islam belum
mempunyai aqidah seperti itu, jelas sekali mereka masih berada dalam kegelapan
yang perlu diberikan obor penerang agar tidak buta dalam kandang sendiri. Pemahaman
aqidah mayoritas umat Islam masih banyak sekali yang keliru.
Ini barangkali karena faktor kebodohan (jahiliyah)
terhadap isi kandungan
ajarannya sendiri (Al Qur’an dan As Sunnah)
sebagaimana yang disinyalir oleh Rasulullah SAW sabdanya :
"Akan datang suatu zaman yang mana pada zaman itu
sedikit sekali ilmu dien digali dan merajalelanya kebodohan terhadap Al
Qur’an dan As Sunnah. Sehingga apabila orang alim sudah hilang, maka
manusia akan mengambil pemimpin yang bodoh. Apabila mereka ditanya, mereka
memberi fatwa tanpa ilmu. Maka mereka sesat dan menyesatkan". (HR Bukhari-Muslim)
Wallahu a’lam.
Kirim E- mail ke Ashshuffah@.sahid.every1.net kritik dan
saran anda mengenai Lembaga Dakwah Kampus Kami dan homepage ini, sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan bagi kami.
Copyright © 2001 KMI ASH SHUFFAH
Last modified: April 12, 2001
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as