MATERI
TARBIYAH
WANITA DALAM
ISLAM
Bismillah Walhamdulillah Was
Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum Wr. Wb...
PENGANTAR
Seperti yg ikhwan/akhwat ketahui bahwa
baru2 ini telah berlangsung konferensi wanita sedunia di Beijing. Dari berbagai
informasi bisa diketahui bahwa ada beberapa usulan dalam konf tsb yg
kontradiktif dg hukum Islam, misalnya saja usulan ttg penyeragaman pembagian
hak waris antara pria & wanita di seluruh dunia. Dari berbagai info ttg
konferensi tsb, saya berkesimpulan bahwa Islam memang banyak disalahfahami dan
adalah kewajiban bagi kita semua utk meluruskan kesalahfahaman terhadap Islam
dalam bentuk apapun sepanjang kita bisa melakukannya.
Kemudian, menjelang konferensi tsb saya
mempersiapkan satu artikel ttg "wanita dalam Islam". Tulisan yg saya
persiapkan itu tadinya tdk berkaitan dg konf tsb. Yg menjadi pendorong bagi
saya sebetulnya adalah salah satu posting ttg Wanita dalam Islam beberapa waktu
lalu yg diambil dari tulisan Morteza Mutahhari yg diterbitkan kedalam bahasa
Indonesia oleh pustaka Salman ITB. Tadinya saya merasa bahwa mungkin ada
baiknya bila ikhwan/akhwat mengetahui juga pendapat mengenai masalah ini dari
penulis selain Mutahhari.
Kebetulan saya memiliki copy dari buku "Islam The
Misunderstood Religion" oleh Muhammad Kutub yg mana salah satu chapter
dalam buku tsb (chapter 9) berisi ttg thema ini. Bagi ikhwan/akhwat yg belum
membaca buku tsb, saya punya satu pesan:
this book is very very very
highly recommended. Saya
kurang tahu apakah buku ini telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia; hanya
yg menarik dari karya Muhammad Kutub yg satu ini adalah kritikan yg cukup pedas
dari Wilfred Cantwell Smith dalam bukunya "Islam in Modern History".
FYI, Smith yang pada waktu itu adalah seorang professor of Islamic Study di
McGill juga membuat kritikan yg cukup sinis terhadap Harokah Islamiyah Ikhwanul
Muslimin. Well... what do you expect from someone like him?
Anyway, kembali ke artikel yg saya siapkan
itu. Buku Muhammad Kutub merupakan referensi utama yg saya pakai. Referensi2
pendukung lainnya adalah beberapa artikel dari journal "Science" yg
diterbitkan oleh AAAS (American Association for the Advancement of Science,
kalau tak salah Thomas Alva Edison adalah salah seorang pendiri journal tsb)
dan buku "America and Its People" yg saya pakai utk pelajaran
American History waktu Undergrad dulu. Artikel yg saya siapkan ini cukup panjang
dan mungkin baru setengahnya selesai. Meskipun demikian, mungkin ada baiknya
juga bila saya postingkan di sini secara serial. Insya Allah setengahnya lagi
yg belum selesai akan diselesaikan sambil jalan.
Mudah2an posting2 saya dg thema
"Wanita dalam Islam" dg sumber utama buku Muhammad Kutub bisa sedikit
bermanfaat. Apabila yg saya tulis (sampaikan) benar, itu datangnya dari Allah
dan bila salah, itu datangnya dari kekhilafan/kelemahan saya sendiri. Saya akan
sangat berterimakasih seandainya ikhwan/akhwat mau membuat koreksi bila ada yg
salah.
Akhirul kalam,
wassalamu'alaikum wr. wb...
Akhukum Fillah,
Dodi
Date:
Tue, 24 Oct 95 16:56:15 JST
From:
Arif Fauzi g30016@gzc.cit.nihon-u.ac.jp
To: tarbiyah@isnet.ee.umanitoba.ca
Subject:
database-log wanita_dalam_islam_01 silent-mode
WANITA
DALAM ISLAM
Assalamualaikum Wr Wb..
Berikut ini adalah kisah nyata di United
States:
Pada tahun 1957, jurnalis Barbara Seaman--saat berada di
rumah sakit setelah kelahiran bayi pertamanya--menanyakan dokter dan perawatnya
ttg apa yg terdapat di dalam pil yg mereka berikan. Namun dokter & perawat
tdk memberikan jawaban. Hanya setelah bayinya menjadi sangat sakit, Seaman
mengetahui bahwa pil tersebut mengandung laxatives yg secara tak sengaja
turut terkonsumsi oleh bayi melalui air susu. Laxatives, menurut Seaman,
diberikan dg asumsi keliru yg mana tak seorangpun ibu-ibu saat ini akan
menyusui bayi saat mereka mengkonsumsi bahan kimia itu.
Kemarahan dan kekesalan thd situasi
seperti itu mendorong Seaman untuk melakukan perjuangan yg membuat dia berada
di garis terdepan dalam gerakan kesehatan wanita (women's health movement).
Perjuangan Seaman tdk terbatas pada
laxatives saja. Setelah melakukan investigasi ttg
pil kontrasepsi, Seaman menuliskan temuannya dalam sebuah buku "The
Doctor's Case Against The Pill", "expose" th 1969 yg
menyatakan bahwa pil tersebut menyebabkan stroke yg fatal, penyakit jantung,
diabetes, depresi, dan berbagai penyakit lainnya, seperti yg tertulis dalam
cover buku itu: "Love with the pill can cripple and kill."
Kontroversi yg terus menerus menyebabkan
Seaman kehilangan pekerjaannya sebagai jurnalis. Namun, itu menyebabkan pula
salah seorang senator pada saat itu, Gaylord Nelson (D-WI) untuk mengadakan
"hearings" ttg keamanan pil pada tahun 1970. Yang menarik dari
hearings tersebut adalah interupsi dari Alice Wolfson, seorang aktifis HAM dan
anggota dari "women's group" pertama di New York City, yg menuntut
utk mengetahui kenapa tak seorang pun wanita---bahkan Seaman
sendiri---diperbolehkan utk memberikan kesaksian. ("Science",
vol. 269, 11 August 1995, pp766)
Dari kisah nyata di atas bisa dilihat
bahwa bahkan di negara yg sering2 disebut sebagai pembela demokrasi sekalipun,
wanita masih belum dihargai sepenuhnya sehingga bisa dimengerti kalau berbagai
gerakan utk memperbaiki status dan kondisi wanita, misalnya gerakan feminisme,
timbul di negara ini. Mengenai kelahiran feminisme sendiri, Martin et al
menulis:
The
women's rights movement was another major legacy of radical reform in the early
nineteenth century. At the beginning of the century, women were prohibited from
voting or holding office in every state; they had no access to higher education
and were excluded from professional occupations. American law was guided by the
principle that a wife had no legal identity apart from her husband. She could
not be sued, neither could she bring a legal suit, make a contract, or own
property. She was not permitted to control her own wages or gain custody of her
children in case of separation or divorce, and under many circumstances she was
even deemed incapable of committing crimes. ("America And Its People",
pp 318).
Dengan adanya berbagai gerakan perbaikan
di US, apakah status dan kedudukan wanita menjadi lebih baik? Jawabnya: tidak
selalu!
Pada saat ini wanita memang bisa memasuki
hampir semua bidang kehidupan: politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan,
hankam, dll. Berbagai kebijaksanaan dibuat utk mengencourage dan mempermudah
wanita utk memperoleh akses dan ikut aktif dalam berbagai bidang. Misalnya,
didalam usaha merekrut pegawai telah banyak digunakan policy yg namanya "affirmative
action/equal opportunity", dimana wanita dan minoritas diencourage utk
melamar. (catatan: policy tsb saat ini mengundang controversy sehingga baru2
ini University of California system meninggalkan kebijaksanaan affirmative
action).
Namun, pada yg saat sama pula masih banyak terjadi
pelanggaran-pelanggaran terhadap wanita, misalnya pelecehan seksual di tempat
kerja, "domestic violence", dan wanita yg hanya dijadikan
sebagai object sex.
Mengenai sexual harrasment di tempat
kerja, dua contoh terkenal dan telah diketahui oleh banyak orang bisa diberikan
di sini:
- kasus "hearings" di Congress
antara Judge Clarence Thomas dan Anita Hill yg banyak memperoleh coverage dari
berbagai media meskipun kasus ini banyak mengandung kontroversi
- kasus yg menimpa senator dari Oregon,
Packwood, dimana karyawatinya mengeluh karena memperoleh sexual harrassment dari
sang Senator.
Perlakuan sewenang-wenang terhadap wanita
tdk hanya terjadi di tempat kerja saja. Rumah yg seharusnya menjadi tempat
berlindung malah menjadi tempat di mana
wanita sering diperlakukan
dengan kasar. Salah satu "domestic violence" yang sangat
terkenal adalah kasus yg terjadi antara O.J. Simpson dan mendiang Nicole Brown
yg mana pengadilan atas kasus tersebut (yg disebut-sebut sebagai pengadilan yg
mendapat media coverage terbesar pada abad 20) masih berlangsung sampai detik
ini.
Dalam upaya merendahkan martabat wanita, media terutama majalah
dan televisi, mempunyai peranan yg sangat besar. Cobalah nyalakan remote
control. Hampir setiap saat televisi dipenuhi oleh iklan-iklan yg
memperlihatkan wanita dg penekanan atas kecantikan fisiknya, bukan karena
ketinggian intelektualnya.
Dilihat dari segi hidup berkeluarga, U.S.
adalah salah satu negara yg memiliki tingkat perceraian tertinggi di dunia.
Kemudian, sebagian masyarakat U.S. pendukung kebebasan seks (terutama tahun
70-an) meskipun akhir2 ini, "which thanks to the widespread of STDs (sexually
transmitted diseases)", para pendukung tsb tdk sebanyak 20 tahunan yg
lalu. Bahkan saat ini para anak muda (paling tidak di South) di encourage utk "abstain
& wait 'til marriage".
Dengan berbagai keadaan yg tidak
menguntungkan yg harus dihadapi oleh kaum wanita, bisa dimengerti dan sekali
lagi---bisa dimengerti---mengapa gerakan feminisme dan gerakan2 lainnya utk
memperbaiki status dan kedudukan wanita lainnya lahir dan tumbuh di Barat. Yang
patut disayangkan adalah bila kaum Muslimin/Muslimah mengidolakan gerakan
feminisme dari West serta segala hal yg berbau West, tanpa melihat dan
mempelajari contoh-contoh yg diberikan oleh Rasulullah, Sahabah, dan orang2
saleh yg terlihat komitmennya terhadap Islam.
Benar sekali apa yg telah disinyalir oleh
Rasulullah SAW dalam haditsnya yg isinya kurang lebih bahwa kaum yg kalah itu
akan mengikuti tradisi kaum yg menang, sejengkal demi sejengkal dan sehasta
demi sehasta sehingga bila kaum yg menang masuk ke dalam lubang buaya sekalipun
kaum yg kalah akan ikut masuk pula. Saat ini ummat Islam kalah hampir di semua
bidang (terutama dalam ekonomi, politik, & militer) sehingga seperti
sinyalemen Rasulullah SAW sebagian dari orang Islam banyak berkiblat ke Barat
tak perduli apakah itu sesuai dg syariah Islam ataupun tidak. Dalam menjawab
masalah2 agama dan kehidupan secara umum, sebagian orang harus merefer ke
pendapat2 penulis yg tidak begitu jelas komitmennya terhadap Islam.
Umat Islam seharusnya menyelesaikan semua
persoalan dengan senantiasa merefer kepada AlQuran dan Sunnah Rasul. Kehidupan
dan jejak para sahabat seharusnya dijadikan contoh dalam setiap kehidupan.
Dengan kata lain, ummat Islam harus kembali ke dasar (fundamen). Umat Islam
harus belajar utk memahami bahwa Islam memberikan jalan dan jawaban atas semua
kehidupan, termasuk di antaranya masalah wanita.
Banyak yg menjadi pertanyaan ttg status dan kedudukan wanita
dalam Islam yg bila tanpa merefer ke AlQur'an, hadits, tradisi para sahabat,
dan pendapat jumhur ulama akan bisa menimbulkan kesalahfahaman ttg Islam. Di
antara berbagai masalah itu diantaranya adalah perbedaan hak waris antara pria
dan wanita (i.e. mengapa tdk fifty-fifty), kepemimpinan dalam keluarga (kenapa
suami yg harus memimpin dan bila istri menjadi sumber nafkah juga apakah suami
tetap menjadi pemimpin), masalah poligami, dan baru2 ini di Isnet ttg asal-usul
Hawwa yg dari tulang rusuk Adam, serta masalah2 lain.
Sebagai prinsip dasar, Islam memandang
bahwa asal-usul wanita dan pria (kecuali, seperti kata bang Cepi.. hehehe
sekali2 mas Cepi ada yg manggil abang, Adam AS, Isa AS, dan Hawwa) adalah sama:
Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yg telah menciptakanmu dari diri
yg satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya
Allah memperkembangbiakkan laki2 dan perempuan yg banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yg dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain, dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu. (QS 4:1)
Jadi, dari sini bisa dilihat bahwa
asal-usul, kewajiban, dan tempat kembali pria dan wanita adalah sama sehingga
keduanya memiliki hak yang sama pula. Seperti halnya kepada pria, Islam memberi
jaminan hak hidup, kehormatan, dan hak milik kepada wanita. Wanita adalah
mahluk terhormat yg tak seorangpun diperbolehkan utk mencari2 kesalahannya dan
membicarakannya di belakang (melakukan ghibah). Tak seorangpun berhak utk
memata-matainya. Ini adalah hak2 yg diberikan kepada pria dan wanita dan tak
ada perbedaan di antara keduanya.
Hukum Islam berlaku sama utk wanita dan pria:
Hai
orang2 yg beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yg lain (karena)
boleh jadi mereka yg (diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yg mengolok2an)
dan jangan pula wanita2 (mengolok2an) wanita lain (karena) boleh jadi wanita
(yg diperolok2an) lebih baik dari wanita (yg mengolok2an) dan janganlah kamu
mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dg gelar2 yg buruk.
Seburuk2 panggilan adalah (panggilan) yg buruk sesudah iman dan barangsiapa yg
tdk bertaubat, maka mereka itulah orang2 yg zalim (49:11)
Kemudian, Nabi telah bersabda:
Diharamkan
bagi seorang Muslim utk mengambil hidup, kehormatan, dan milik Muslim yg lain. (HR
Bukhari dan Muslim)
Pria dan wanita memiliki hak2 yg sama
dalam kebutuhan2 materi di dunia, termasuk diantaranya memegang property serta
menggunakannya semau mereka:
Bagi
laki2 ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi
wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya,
baik sedikit atau banyak menurut bahagian yg telah ditetapkan (QS 4:7)
Dan
...Bagi
orang laki2 ada bahagian dari apa yg mereka usahakan, dan bagi para wanita
(pun) ada bahagian dari apa yg mereka usahakan... (QS 4:32)
Kita berhenti sejenak di sini untuk
mencatat masalah hak wanita utk memegang hak milik (property) dan
menggunakannya semau dia. Seperti yg ditulis oleh Martin et al, sampai abad
lalu wanita Amerika tdk memperoleh hak milik (lihat posting sebelumnya). Untuk memperoleh
hak yg merupakan sebagian dari hak2 yg dijamin oleh Islam kepada wanita, mereka
harus melalui perjuangan yg berat. Sebagai gambaran, bisa dilihat dari
perjuangan dua pejuang wanita, Catherine Beecher (1800-1874) dan Sarah Josepha
Hale (1788-1879):
Both
Beecher and Hale worked tirelessly for women's education (Hale helped organize
Vassar College) and gave voice to the grievances of women---the ab-
symally
low wages paid to women in the needle trades (twelve-and-a-half cents a day for
a fourteen-hour workday), the physical hardship endured by female operatives in
the nation's shops and mills (where women workers were awakened at five,
required to work fourteen hours a day by lamplight, standing all the while,
breathing particles thrown off by the spindles and looms), and the enfeebling
of women's intellectual aspirations. Eventhough both women rejected equal
rights, they were important transitional figures in the emergence of feminism.
Each significantly broadened society's definition of "women's sphere"
and assigned women vital social responsibilities; to shape the character of
children, to morally uplift husbands, and to promote causes of "practical
benevolence", icluding Sunday Schools, playgrounds, and seamen's societies
(which aided not sailors but abandoned wives, widows, and orphans). ("America
and Its People", pp 319)
By
mid-century women's rights conventions had been held in every northern state.
Despite ridicule from the public press---"the Worcester (Massachusetts)
Telegraph" denounced women's rights advocates as
"Amazones"—female reformers contributed to important, if limited,
advances againsts discrimination. They succeded in gaining adoption of Married
Women's Property Laws in a number of states, granting married women full control
over their income and property. A New York law passed in 1860 gave women joint
custody over children and the right to sue and be sued, and in several states
women's rights reformers secured adoption of permissive divorce laws that
granted divorce for any "misconduct" that "permanently destroys
the happiness of the petitioner and defeats the purposes of the marriage
relationship." ("America and Its People", pp 320)
Semenjak empat belas abad yg lalu Islam
telah mengakui status ekonomi wanita yg independen dan memberikan wanita hak
untuk memiliki, menggunakan dan menikmati kekayaan tanpa melalui perantara.
Keindependenan wanita tdk hanya terbatas dalam masalah ini, dalam masalah yg
sangat penting dalam hidup wanita, yaitu pernikahan, wanita tetap memiliki
status independen. Tak ada pernikahan yg valid kecuali dg persetujuan wanita.
Rasulullah SAW telah bersabda:
Tak
ada janda yg dinikahkan kecuali setelah berkonsultasi dg nya; tiada gadis yg
dinikahkan tanpa persetujuannya, dan persetujuannya adalah diamnya". (HR
Bukhari dan Muslim).
Bahkan setelah upacara pernikahan
sekalipun bila wanita menyatakan tdk setuju maka bubarlah pernikahan tersebut.
Dalam Islam wanita mempunyai hak utk mempropose pernikahan (melamar) kepada
pria yang ingin dia nikahi
Dalam masalah pendidikan, Islam mewajibkan Muslimin/ah utk
mencari ilmu sebagai syarat utk bisa menjadi orang yg betul2 beriman.
Mendapatkan pengetahuan adalah kewajiban bagi wanita dan pria; Islam
menghendaki Muslimah untuk mengembangkan kemampuan rasio serta melatih kekuatan
fisiknya. Begitu besarnya Islam menaruh perhatian terhadap usaha mencari
pengetahuan baik kepada pria maupun kepada wanita. Ini membuktikan bahwa Islam
memberikan status terhormat kepada wanita, di mata Allah maupun masyarakat.
Setelah mengakui status yg sama antara
pria dan wanita, Islam membedakan pria dan wanita atas fungsi2 khusus mereka
dalam hidup. Pembedaan ini menyebabkan protes dari beberapa organisasi wanita
yg didukung oleh penulis2 tertentu dan para "pembaharu". Namun
sebelum melihat point2 dimana Islam membedakan kedua gender ini, ada baiknya
bila pertama2 kita handle dulu masalah2 dasar dari segi fisiologis maupun
psikologis.
Apakah pria dan wanita memiliki gender yg
sama ataukah berbeda? Apakah mereka memiliki fungsi yg sama dalam hidup ataukah
fungsi mereka terpisah dan berbeda sebagai pria dan wanita? Ini adalah point
utama, "the crux of the problem".
Bila konferensi2 wanita, pendukung2 mereka, para penulis, dan
para pembaharu mengatakan bahwa wanita dan pria tdk memiliki perbedaan dalam
perangkat2 fisik dan intuisi maupun fungsi2 biologis mereka dalam hidup maka
tdk ada lagi yg bisa dikatakan kepada mereka. Namun bila mereka mengakui bahwa
perbedaan2 antara fungsi pria dan wanita itu ada, mendiskusikan masalah
bersama2 Insya Allah akan berguna. Untuk
memulai diskusi, marilah kita lihat beberapa temuan baru ttg perbedaan antara
pria dan wanita.
Dalam dunia ilmiah, baru2 ini sajalah para
peneliti memfokuskan diri dalam riset ttg perbedaan antar gender, terutama
dalam masalah medis, seperti yg ditulis
dalam journal "Science"
edisi 11 Agustus 1995:
...medical
researchers are now aggressively examining medical differences between the
sexes. Much research has focused on female hormones, which have wide-ranging
effects that scientists are just beginning to unravel. Indeed, many researchers
focusing on women's health find it difficult to believe that scientists have so
long failed to appreciate the enormous medical implications of the sexes'
diverse hormonal environments. (pp 768).
Para ilmuwan sendiri telah lama menganggap
bahwa perbedaan gender tdk berpengaruh terhadap respon terhadap obat. Ini
dikatakan sendiri oleh psichiatrist Margaret Jensvold, direktur Institute for
Research in Women's Health di Washington DC:
"for
a long time there was the mistaken belief that sex differences didn't exist in response to drugs. But in
fact we are learning that there are significant sex differences with regard to
medication, and that these are directly related to the menstrual cycle."
(Science, pp 768).
Dalam bidang medis, para ilmuwan masih
terus mengadakan penelitian utk mempelajari apakah perbedaan-perbedaan
farmakokinetik antara pria dan wanita (i.e. variasi dalam cara tubuh pria dan
wanita mentransportasikan obat2an melalui aliran darah) cocok dg
perbedaan-perbedaan farmakodinamik antara pria dan wanita (i.e. variasi dalam
pengaruh obat ketika mencapai reseptor). Itu sedikit dari segi fisiologis!
Dari sudut psikologis, Myrna M. Weissman
dan Mark Olfson dari College of Physicians and Surgeons, Columbia University
New York, menemukan bahwa depresi pada wanita adalah dua kali lebih umum
dibandingkan dg depresi pada pria. Dalam abstrak paper mereka di journal
Science yg berjudul "Depression in Women: Implications for
Health Care Research", Weissman dan Olfson menulis:
Epidemiologic
data from around the world demonstrate that major depression
is
approximately twice as common in women than men and that its first onset peaks
during the childbearing years. Progress has been made in understanding the
epidemiology of depression and in developing effective treatments. Much
remains to be learned about the basic pathogenesis of depression and their
offspring, especially during the reproductive years. (Science pp. 799)
Mudah2an realitas perbedaan antara pria
dan wanita bisa lebih dimengerti. Sekarang, Marilah kita kembali ke point2 yg
menjadikan dasar bagi
pembedaan antara dua gender dan fungsi2 mereka dalam Islam.
Ciri khas Islam yg jelas adalah bahwa
Islam merupakan sistem hidup yg praktis dan sesuai dg sifat alami manusia.
Islam mengajak manusia utk memurnikan jiwa mereka dan menuju pada tingkat yg
paling tinggi; sesuatu yg ideal dan mungkin merupakan impian. Namun di dalam
keseluruhan proses utk memperbaiki dan "menyempurnakan" manusia Islam
tidak berusaha utk merubah sifat2 alami manusia; Islam juga tidak percaya bahwa
perubahan dalam sifat2 alami manusia adalah mungkin atau berguna bagi
kesejahteraan mereka. Islam percaya bahwa hasil tertinggi dalam kemanusiaan
bisa diperoleh melalui dan dengan pertolongan sifat2 alami tersebut setelah
refinement dan peningkatan ke tingkat yg paling mulia.
Sikap Islam tentang masalah pria dan
wanita juga sesuai dg sifat alami manusia. Islam mengakui persamaan antara
mereka bila memang ada dasar2 natural utk itu. dan membedakan keduanya kalau
memang itu natural. Marilah kita ambil dua situasi dimana Islam membedakan
kedua gender: distribusi warisan dan kepemimpinan dalam keluarga.
wassalaamu'alaikum wr.wb
Dodi
tarbiyah@isnet.org
Last
edited by Akhmad Yunianto Jan 3th 2001
TARBIYAH
WANITA DALAM
ISLAM
Bismillah Walhamdulillah Was
Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum Wr. Wb...
PENGANTAR
Seperti yg ikhwan/akhwat ketahui bahwa
baru2 ini telah berlangsung konferensi wanita sedunia di Beijing. Dari berbagai
informasi bisa diketahui bahwa ada beberapa usulan dalam konf tsb yg
kontradiktif dg hukum Islam, misalnya saja usulan ttg penyeragaman pembagian
hak waris antara pria & wanita di seluruh dunia. Dari berbagai info ttg
konferensi tsb, saya berkesimpulan bahwa Islam memang banyak disalahfahami dan
adalah kewajiban bagi kita semua utk meluruskan kesalahfahaman terhadap Islam
dalam bentuk apapun sepanjang kita bisa melakukannya.
Kemudian, menjelang konferensi tsb saya
mempersiapkan satu artikel ttg "wanita dalam Islam". Tulisan yg saya
persiapkan itu tadinya tdk berkaitan dg konf tsb. Yg menjadi pendorong bagi
saya sebetulnya adalah salah satu posting ttg Wanita dalam Islam beberapa waktu
lalu yg diambil dari tulisan Morteza Mutahhari yg diterbitkan kedalam bahasa
Indonesia oleh pustaka Salman ITB. Tadinya saya merasa bahwa mungkin ada
baiknya bila ikhwan/akhwat mengetahui juga pendapat mengenai masalah ini dari
penulis selain Mutahhari.
Kebetulan saya memiliki copy dari buku "Islam The
Misunderstood Religion" oleh Muhammad Kutub yg mana salah satu chapter
dalam buku tsb (chapter 9) berisi ttg thema ini. Bagi ikhwan/akhwat yg belum
membaca buku tsb, saya punya satu pesan:
this book is very very very
highly recommended. Saya
kurang tahu apakah buku ini telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia; hanya
yg menarik dari karya Muhammad Kutub yg satu ini adalah kritikan yg cukup pedas
dari Wilfred Cantwell Smith dalam bukunya "Islam in Modern History".
FYI, Smith yang pada waktu itu adalah seorang professor of Islamic Study di
McGill juga membuat kritikan yg cukup sinis terhadap Harokah Islamiyah Ikhwanul
Muslimin. Well... what do you expect from someone like him?
Anyway, kembali ke artikel yg saya siapkan
itu. Buku Muhammad Kutub merupakan referensi utama yg saya pakai. Referensi2
pendukung lainnya adalah beberapa artikel dari journal "Science" yg
diterbitkan oleh AAAS (American Association for the Advancement of Science,
kalau tak salah Thomas Alva Edison adalah salah seorang pendiri journal tsb)
dan buku "America and Its People" yg saya pakai utk pelajaran
American History waktu Undergrad dulu. Artikel yg saya siapkan ini cukup panjang
dan mungkin baru setengahnya selesai. Meskipun demikian, mungkin ada baiknya
juga bila saya postingkan di sini secara serial. Insya Allah setengahnya lagi
yg belum selesai akan diselesaikan sambil jalan.
Mudah2an posting2 saya dg thema
"Wanita dalam Islam" dg sumber utama buku Muhammad Kutub bisa sedikit
bermanfaat. Apabila yg saya tulis (sampaikan) benar, itu datangnya dari Allah
dan bila salah, itu datangnya dari kekhilafan/kelemahan saya sendiri. Saya akan
sangat berterimakasih seandainya ikhwan/akhwat mau membuat koreksi bila ada yg
salah.
Akhirul kalam,
wassalamu'alaikum wr. wb...
Akhukum Fillah,
Dodi
Date:
Tue, 24 Oct 95 16:56:15 JST
From:
Arif Fauzi g30016@gzc.cit.nihon-u.ac.jp
To: tarbiyah@isnet.ee.umanitoba.ca
Subject:
database-log wanita_dalam_islam_01 silent-mode
WANITA
DALAM ISLAM
Assalamualaikum Wr Wb..
Berikut ini adalah kisah nyata di United
States:
Pada tahun 1957, jurnalis Barbara Seaman--saat berada di
rumah sakit setelah kelahiran bayi pertamanya--menanyakan dokter dan perawatnya
ttg apa yg terdapat di dalam pil yg mereka berikan. Namun dokter & perawat
tdk memberikan jawaban. Hanya setelah bayinya menjadi sangat sakit, Seaman
mengetahui bahwa pil tersebut mengandung laxatives yg secara tak sengaja
turut terkonsumsi oleh bayi melalui air susu. Laxatives, menurut Seaman,
diberikan dg asumsi keliru yg mana tak seorangpun ibu-ibu saat ini akan
menyusui bayi saat mereka mengkonsumsi bahan kimia itu.
Kemarahan dan kekesalan thd situasi
seperti itu mendorong Seaman untuk melakukan perjuangan yg membuat dia berada
di garis terdepan dalam gerakan kesehatan wanita (women's health movement).
Perjuangan Seaman tdk terbatas pada
laxatives saja. Setelah melakukan investigasi ttg
pil kontrasepsi, Seaman menuliskan temuannya dalam sebuah buku "The
Doctor's Case Against The Pill", "expose" th 1969 yg
menyatakan bahwa pil tersebut menyebabkan stroke yg fatal, penyakit jantung,
diabetes, depresi, dan berbagai penyakit lainnya, seperti yg tertulis dalam
cover buku itu: "Love with the pill can cripple and kill."
Kontroversi yg terus menerus menyebabkan
Seaman kehilangan pekerjaannya sebagai jurnalis. Namun, itu menyebabkan pula
salah seorang senator pada saat itu, Gaylord Nelson (D-WI) untuk mengadakan
"hearings" ttg keamanan pil pada tahun 1970. Yang menarik dari
hearings tersebut adalah interupsi dari Alice Wolfson, seorang aktifis HAM dan
anggota dari "women's group" pertama di New York City, yg menuntut
utk mengetahui kenapa tak seorang pun wanita---bahkan Seaman
sendiri---diperbolehkan utk memberikan kesaksian. ("Science",
vol. 269, 11 August 1995, pp766)
Dari kisah nyata di atas bisa dilihat
bahwa bahkan di negara yg sering2 disebut sebagai pembela demokrasi sekalipun,
wanita masih belum dihargai sepenuhnya sehingga bisa dimengerti kalau berbagai
gerakan utk memperbaiki status dan kondisi wanita, misalnya gerakan feminisme,
timbul di negara ini. Mengenai kelahiran feminisme sendiri, Martin et al
menulis:
The
women's rights movement was another major legacy of radical reform in the early
nineteenth century. At the beginning of the century, women were prohibited from
voting or holding office in every state; they had no access to higher education
and were excluded from professional occupations. American law was guided by the
principle that a wife had no legal identity apart from her husband. She could
not be sued, neither could she bring a legal suit, make a contract, or own
property. She was not permitted to control her own wages or gain custody of her
children in case of separation or divorce, and under many circumstances she was
even deemed incapable of committing crimes. ("America And Its People",
pp 318).
Dengan adanya berbagai gerakan perbaikan
di US, apakah status dan kedudukan wanita menjadi lebih baik? Jawabnya: tidak
selalu!
Pada saat ini wanita memang bisa memasuki
hampir semua bidang kehidupan: politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan,
hankam, dll. Berbagai kebijaksanaan dibuat utk mengencourage dan mempermudah
wanita utk memperoleh akses dan ikut aktif dalam berbagai bidang. Misalnya,
didalam usaha merekrut pegawai telah banyak digunakan policy yg namanya "affirmative
action/equal opportunity", dimana wanita dan minoritas diencourage utk
melamar. (catatan: policy tsb saat ini mengundang controversy sehingga baru2
ini University of California system meninggalkan kebijaksanaan affirmative
action).
Namun, pada yg saat sama pula masih banyak terjadi
pelanggaran-pelanggaran terhadap wanita, misalnya pelecehan seksual di tempat
kerja, "domestic violence", dan wanita yg hanya dijadikan
sebagai object sex.
Mengenai sexual harrasment di tempat
kerja, dua contoh terkenal dan telah diketahui oleh banyak orang bisa diberikan
di sini:
- kasus "hearings" di Congress
antara Judge Clarence Thomas dan Anita Hill yg banyak memperoleh coverage dari
berbagai media meskipun kasus ini banyak mengandung kontroversi
- kasus yg menimpa senator dari Oregon,
Packwood, dimana karyawatinya mengeluh karena memperoleh sexual harrassment dari
sang Senator.
Perlakuan sewenang-wenang terhadap wanita
tdk hanya terjadi di tempat kerja saja. Rumah yg seharusnya menjadi tempat
berlindung malah menjadi tempat di mana
wanita sering diperlakukan
dengan kasar. Salah satu "domestic violence" yang sangat
terkenal adalah kasus yg terjadi antara O.J. Simpson dan mendiang Nicole Brown
yg mana pengadilan atas kasus tersebut (yg disebut-sebut sebagai pengadilan yg
mendapat media coverage terbesar pada abad 20) masih berlangsung sampai detik
ini.
Dalam upaya merendahkan martabat wanita, media terutama majalah
dan televisi, mempunyai peranan yg sangat besar. Cobalah nyalakan remote
control. Hampir setiap saat televisi dipenuhi oleh iklan-iklan yg
memperlihatkan wanita dg penekanan atas kecantikan fisiknya, bukan karena
ketinggian intelektualnya.
Dilihat dari segi hidup berkeluarga, U.S.
adalah salah satu negara yg memiliki tingkat perceraian tertinggi di dunia.
Kemudian, sebagian masyarakat U.S. pendukung kebebasan seks (terutama tahun
70-an) meskipun akhir2 ini, "which thanks to the widespread of STDs (sexually
transmitted diseases)", para pendukung tsb tdk sebanyak 20 tahunan yg
lalu. Bahkan saat ini para anak muda (paling tidak di South) di encourage utk "abstain
& wait 'til marriage".
Dengan berbagai keadaan yg tidak
menguntungkan yg harus dihadapi oleh kaum wanita, bisa dimengerti dan sekali
lagi---bisa dimengerti---mengapa gerakan feminisme dan gerakan2 lainnya utk
memperbaiki status dan kedudukan wanita lainnya lahir dan tumbuh di Barat. Yang
patut disayangkan adalah bila kaum Muslimin/Muslimah mengidolakan gerakan
feminisme dari West serta segala hal yg berbau West, tanpa melihat dan
mempelajari contoh-contoh yg diberikan oleh Rasulullah, Sahabah, dan orang2
saleh yg terlihat komitmennya terhadap Islam.
Benar sekali apa yg telah disinyalir oleh
Rasulullah SAW dalam haditsnya yg isinya kurang lebih bahwa kaum yg kalah itu
akan mengikuti tradisi kaum yg menang, sejengkal demi sejengkal dan sehasta
demi sehasta sehingga bila kaum yg menang masuk ke dalam lubang buaya sekalipun
kaum yg kalah akan ikut masuk pula. Saat ini ummat Islam kalah hampir di semua
bidang (terutama dalam ekonomi, politik, & militer) sehingga seperti
sinyalemen Rasulullah SAW sebagian dari orang Islam banyak berkiblat ke Barat
tak perduli apakah itu sesuai dg syariah Islam ataupun tidak. Dalam menjawab
masalah2 agama dan kehidupan secara umum, sebagian orang harus merefer ke
pendapat2 penulis yg tidak begitu jelas komitmennya terhadap Islam.
Umat Islam seharusnya menyelesaikan semua
persoalan dengan senantiasa merefer kepada AlQuran dan Sunnah Rasul. Kehidupan
dan jejak para sahabat seharusnya dijadikan contoh dalam setiap kehidupan.
Dengan kata lain, ummat Islam harus kembali ke dasar (fundamen). Umat Islam
harus belajar utk memahami bahwa Islam memberikan jalan dan jawaban atas semua
kehidupan, termasuk di antaranya masalah wanita.
Banyak yg menjadi pertanyaan ttg status dan kedudukan wanita
dalam Islam yg bila tanpa merefer ke AlQur'an, hadits, tradisi para sahabat,
dan pendapat jumhur ulama akan bisa menimbulkan kesalahfahaman ttg Islam. Di
antara berbagai masalah itu diantaranya adalah perbedaan hak waris antara pria
dan wanita (i.e. mengapa tdk fifty-fifty), kepemimpinan dalam keluarga (kenapa
suami yg harus memimpin dan bila istri menjadi sumber nafkah juga apakah suami
tetap menjadi pemimpin), masalah poligami, dan baru2 ini di Isnet ttg asal-usul
Hawwa yg dari tulang rusuk Adam, serta masalah2 lain.
Sebagai prinsip dasar, Islam memandang
bahwa asal-usul wanita dan pria (kecuali, seperti kata bang Cepi.. hehehe
sekali2 mas Cepi ada yg manggil abang, Adam AS, Isa AS, dan Hawwa) adalah sama:
Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yg telah menciptakanmu dari diri
yg satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya
Allah memperkembangbiakkan laki2 dan perempuan yg banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yg dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain, dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu. (QS 4:1)
Jadi, dari sini bisa dilihat bahwa
asal-usul, kewajiban, dan tempat kembali pria dan wanita adalah sama sehingga
keduanya memiliki hak yang sama pula. Seperti halnya kepada pria, Islam memberi
jaminan hak hidup, kehormatan, dan hak milik kepada wanita. Wanita adalah
mahluk terhormat yg tak seorangpun diperbolehkan utk mencari2 kesalahannya dan
membicarakannya di belakang (melakukan ghibah). Tak seorangpun berhak utk
memata-matainya. Ini adalah hak2 yg diberikan kepada pria dan wanita dan tak
ada perbedaan di antara keduanya.
Hukum Islam berlaku sama utk wanita dan pria:
Hai
orang2 yg beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yg lain (karena)
boleh jadi mereka yg (diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yg mengolok2an)
dan jangan pula wanita2 (mengolok2an) wanita lain (karena) boleh jadi wanita
(yg diperolok2an) lebih baik dari wanita (yg mengolok2an) dan janganlah kamu
mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dg gelar2 yg buruk.
Seburuk2 panggilan adalah (panggilan) yg buruk sesudah iman dan barangsiapa yg
tdk bertaubat, maka mereka itulah orang2 yg zalim (49:11)
Kemudian, Nabi telah bersabda:
Diharamkan
bagi seorang Muslim utk mengambil hidup, kehormatan, dan milik Muslim yg lain. (HR
Bukhari dan Muslim)
Pria dan wanita memiliki hak2 yg sama
dalam kebutuhan2 materi di dunia, termasuk diantaranya memegang property serta
menggunakannya semau mereka:
Bagi
laki2 ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi
wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya,
baik sedikit atau banyak menurut bahagian yg telah ditetapkan (QS 4:7)
Dan
...Bagi
orang laki2 ada bahagian dari apa yg mereka usahakan, dan bagi para wanita
(pun) ada bahagian dari apa yg mereka usahakan... (QS 4:32)
Kita berhenti sejenak di sini untuk
mencatat masalah hak wanita utk memegang hak milik (property) dan
menggunakannya semau dia. Seperti yg ditulis oleh Martin et al, sampai abad
lalu wanita Amerika tdk memperoleh hak milik (lihat posting sebelumnya). Untuk memperoleh
hak yg merupakan sebagian dari hak2 yg dijamin oleh Islam kepada wanita, mereka
harus melalui perjuangan yg berat. Sebagai gambaran, bisa dilihat dari
perjuangan dua pejuang wanita, Catherine Beecher (1800-1874) dan Sarah Josepha
Hale (1788-1879):
Both
Beecher and Hale worked tirelessly for women's education (Hale helped organize
Vassar College) and gave voice to the grievances of women---the ab-
symally
low wages paid to women in the needle trades (twelve-and-a-half cents a day for
a fourteen-hour workday), the physical hardship endured by female operatives in
the nation's shops and mills (where women workers were awakened at five,
required to work fourteen hours a day by lamplight, standing all the while,
breathing particles thrown off by the spindles and looms), and the enfeebling
of women's intellectual aspirations. Eventhough both women rejected equal
rights, they were important transitional figures in the emergence of feminism.
Each significantly broadened society's definition of "women's sphere"
and assigned women vital social responsibilities; to shape the character of
children, to morally uplift husbands, and to promote causes of "practical
benevolence", icluding Sunday Schools, playgrounds, and seamen's societies
(which aided not sailors but abandoned wives, widows, and orphans). ("America
and Its People", pp 319)
By
mid-century women's rights conventions had been held in every northern state.
Despite ridicule from the public press---"the Worcester (Massachusetts)
Telegraph" denounced women's rights advocates as
"Amazones"—female reformers contributed to important, if limited,
advances againsts discrimination. They succeded in gaining adoption of Married
Women's Property Laws in a number of states, granting married women full control
over their income and property. A New York law passed in 1860 gave women joint
custody over children and the right to sue and be sued, and in several states
women's rights reformers secured adoption of permissive divorce laws that
granted divorce for any "misconduct" that "permanently destroys
the happiness of the petitioner and defeats the purposes of the marriage
relationship." ("America and Its People", pp 320)
Semenjak empat belas abad yg lalu Islam
telah mengakui status ekonomi wanita yg independen dan memberikan wanita hak
untuk memiliki, menggunakan dan menikmati kekayaan tanpa melalui perantara.
Keindependenan wanita tdk hanya terbatas dalam masalah ini, dalam masalah yg
sangat penting dalam hidup wanita, yaitu pernikahan, wanita tetap memiliki
status independen. Tak ada pernikahan yg valid kecuali dg persetujuan wanita.
Rasulullah SAW telah bersabda:
Tak
ada janda yg dinikahkan kecuali setelah berkonsultasi dg nya; tiada gadis yg
dinikahkan tanpa persetujuannya, dan persetujuannya adalah diamnya". (HR
Bukhari dan Muslim).
Bahkan setelah upacara pernikahan
sekalipun bila wanita menyatakan tdk setuju maka bubarlah pernikahan tersebut.
Dalam Islam wanita mempunyai hak utk mempropose pernikahan (melamar) kepada
pria yang ingin dia nikahi
Dalam masalah pendidikan, Islam mewajibkan Muslimin/ah utk
mencari ilmu sebagai syarat utk bisa menjadi orang yg betul2 beriman.
Mendapatkan pengetahuan adalah kewajiban bagi wanita dan pria; Islam
menghendaki Muslimah untuk mengembangkan kemampuan rasio serta melatih kekuatan
fisiknya. Begitu besarnya Islam menaruh perhatian terhadap usaha mencari
pengetahuan baik kepada pria maupun kepada wanita. Ini membuktikan bahwa Islam
memberikan status terhormat kepada wanita, di mata Allah maupun masyarakat.
Setelah mengakui status yg sama antara
pria dan wanita, Islam membedakan pria dan wanita atas fungsi2 khusus mereka
dalam hidup. Pembedaan ini menyebabkan protes dari beberapa organisasi wanita
yg didukung oleh penulis2 tertentu dan para "pembaharu". Namun
sebelum melihat point2 dimana Islam membedakan kedua gender ini, ada baiknya
bila pertama2 kita handle dulu masalah2 dasar dari segi fisiologis maupun
psikologis.
Apakah pria dan wanita memiliki gender yg
sama ataukah berbeda? Apakah mereka memiliki fungsi yg sama dalam hidup ataukah
fungsi mereka terpisah dan berbeda sebagai pria dan wanita? Ini adalah point
utama, "the crux of the problem".
Bila konferensi2 wanita, pendukung2 mereka, para penulis, dan
para pembaharu mengatakan bahwa wanita dan pria tdk memiliki perbedaan dalam
perangkat2 fisik dan intuisi maupun fungsi2 biologis mereka dalam hidup maka
tdk ada lagi yg bisa dikatakan kepada mereka. Namun bila mereka mengakui bahwa
perbedaan2 antara fungsi pria dan wanita itu ada, mendiskusikan masalah
bersama2 Insya Allah akan berguna. Untuk
memulai diskusi, marilah kita lihat beberapa temuan baru ttg perbedaan antara
pria dan wanita.
Dalam dunia ilmiah, baru2 ini sajalah para
peneliti memfokuskan diri dalam riset ttg perbedaan antar gender, terutama
dalam masalah medis, seperti yg ditulis
dalam journal "Science"
edisi 11 Agustus 1995:
...medical
researchers are now aggressively examining medical differences between the
sexes. Much research has focused on female hormones, which have wide-ranging
effects that scientists are just beginning to unravel. Indeed, many researchers
focusing on women's health find it difficult to believe that scientists have so
long failed to appreciate the enormous medical implications of the sexes'
diverse hormonal environments. (pp 768).
Para ilmuwan sendiri telah lama menganggap
bahwa perbedaan gender tdk berpengaruh terhadap respon terhadap obat. Ini
dikatakan sendiri oleh psichiatrist Margaret Jensvold, direktur Institute for
Research in Women's Health di Washington DC:
"for
a long time there was the mistaken belief that sex differences didn't exist in response to drugs. But in
fact we are learning that there are significant sex differences with regard to
medication, and that these are directly related to the menstrual cycle."
(Science, pp 768).
Dalam bidang medis, para ilmuwan masih
terus mengadakan penelitian utk mempelajari apakah perbedaan-perbedaan
farmakokinetik antara pria dan wanita (i.e. variasi dalam cara tubuh pria dan
wanita mentransportasikan obat2an melalui aliran darah) cocok dg
perbedaan-perbedaan farmakodinamik antara pria dan wanita (i.e. variasi dalam
pengaruh obat ketika mencapai reseptor). Itu sedikit dari segi fisiologis!
Dari sudut psikologis, Myrna M. Weissman
dan Mark Olfson dari College of Physicians and Surgeons, Columbia University
New York, menemukan bahwa depresi pada wanita adalah dua kali lebih umum
dibandingkan dg depresi pada pria. Dalam abstrak paper mereka di journal
Science yg berjudul "Depression in Women: Implications for
Health Care Research", Weissman dan Olfson menulis:
Epidemiologic
data from around the world demonstrate that major depression
is
approximately twice as common in women than men and that its first onset peaks
during the childbearing years. Progress has been made in understanding the
epidemiology of depression and in developing effective treatments. Much
remains to be learned about the basic pathogenesis of depression and their
offspring, especially during the reproductive years. (Science pp. 799)
Mudah2an realitas perbedaan antara pria
dan wanita bisa lebih dimengerti. Sekarang, Marilah kita kembali ke point2 yg
menjadikan dasar bagi
pembedaan antara dua gender dan fungsi2 mereka dalam Islam.
Ciri khas Islam yg jelas adalah bahwa
Islam merupakan sistem hidup yg praktis dan sesuai dg sifat alami manusia.
Islam mengajak manusia utk memurnikan jiwa mereka dan menuju pada tingkat yg
paling tinggi; sesuatu yg ideal dan mungkin merupakan impian. Namun di dalam
keseluruhan proses utk memperbaiki dan "menyempurnakan" manusia Islam
tidak berusaha utk merubah sifat2 alami manusia; Islam juga tidak percaya bahwa
perubahan dalam sifat2 alami manusia adalah mungkin atau berguna bagi
kesejahteraan mereka. Islam percaya bahwa hasil tertinggi dalam kemanusiaan
bisa diperoleh melalui dan dengan pertolongan sifat2 alami tersebut setelah
refinement dan peningkatan ke tingkat yg paling mulia.
Sikap Islam tentang masalah pria dan
wanita juga sesuai dg sifat alami manusia. Islam mengakui persamaan antara
mereka bila memang ada dasar2 natural utk itu. dan membedakan keduanya kalau
memang itu natural. Marilah kita ambil dua situasi dimana Islam membedakan
kedua gender: distribusi warisan dan kepemimpinan dalam keluarga.
wassalaamu'alaikum wr.wb
Dodi
tarbiyah@isnet.org
Last
edited by Akhmad Yunianto Jan 3th 2001
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as