Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    ukhti bagaimana amalanmu diterima?

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 36
    Lokasi : rahasia

    ukhti bagaimana amalanmu diterima? Empty ukhti bagaimana amalanmu diterima?

    Post by kutubuku Wed Jun 30, 2010 7:21 pm




    Ukhti, Bagaimana Agar Amalmu Diterima-Nya?

    ukhti bagaimana amalanmu diterima? Clip_image001

    ukhti bagaimana amalanmu diterima? Clip_image002

    ukhti bagaimana amalanmu diterima? Clip_image003
















    Ukhti muslimah,....ketahuilah
    bahwa Allah hanya akan menerima amal shaleh dari hamba-Nya apabila mengikuti
    2 syarat yaitu ikhlas (bersih dari kesyirikan) dan mutaba'ah (mengikuti
    tuntunan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam).Akan anda dapati lebih dalam
    lagi penjelasannya pada kajian aqidah kali ini, yaitu mengambil 2 ayat dari
    surat Al-mulk ayat 1 dan 2.Didalamnya menjelaskan keutamaan surat Al-Mulk dan
    bagaimana amal yang benar disisi Allah. Mudah-mudahan kita semua dapat
    mengambil manfaatnya dan diberikan kekuatan oleh Allah Azza Wajalla untuk
    mengamalkannya.Kita simak ayatnya beserta tafsirnya:

    “Maha suci Allah Yang
    diTangan-Nya segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu(1)Yang
    menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu siapa diantara kamu yang
    lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (2)”


    Tafsirnya:

    Imam Ahmad meriwayatkan dengan
    sanadnya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu
    alaihi wassalam bersabda:

    Dalam Al-Qur’an itu ada sebuah
    surat yang terdiri atas tiga puluh ayat, yang akan memberikan syafaat kepada
    pembacanya sehingga dia akan diampuni. Itulah Tabaarakalladzi biyadihil-mulk”


    (Hadits hasan, diriwayatkan pula
    oleh penyusun kitab sunan yang empat) [1]


    Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi
    dari Jabir radhiyallahu’anhu :

    Rasulullah shalallahu alaihi
    wassalam tidak tidur sebelum membaca Alif laam mim Tanzil (surat As-Sajadah) dan Tabaarakalladzi
    biyadihil-mulk (surat
    Al-Mulk) “


    (HR. Tirmidzi, hadits Shahih,
    lihat Shahihul Jami’ 4/255) [2]


    Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu
    dia menceritakan :

    Salah seorang sahabat pernah
    memukulkan kantong airnya pada sebuah kuburan,sedang dia tidak mengira bahwa
    itu adalah kuburan, dan tiba-tiba seseorang membaca surat Al-Mulk sampai akhir surat kemudian aku mendatangi Nabi dan aku
    ceritakan “Wahai Rasulullah aku telah memukulkan kantong airku pada sebuah
    kuburan dan aku tidak mengira bahwa itu adalah kuburan, tiba-tiba ada
    seseorang membaca surat
    Al-Mulk sampai selesai. Maka beliaupun berkata :Ia (surat Al-Mulk) adalah pencegah dan
    penyelamat yang akan menyelamatkannya dari adzab kubur “


    (HR.Tirmidzi, Imam Tirmidzi
    berkata bahwa hadits ini adalah hasan gharib) [3]


    Tabaarak secara lughah (bahasa)
    berarti Maha Suci [4]

    Dan yang dimaksud dengan “
    Tangan(biyaadihi) “ dalam ayat ini adalah sifat Allah, bukan nikmat dan
    kodrat-Nya (sebagaimana yang ditafsirkan oleh sebagaian kaum muslimin). Dia
    adalah benar-benar tangan-Nya secara hakiki, tanpa mempertanyakan bagaimana
    bentuknya. Tangan-Nya yang tidak serupa dengan semua ciptaan-Nya yang
    mengelola kerajaan-Nya sesuai dengan yang Dia kehendaki.

    Allah Ta’ala memuliakan diri-Nya
    sendiri dan memberitahukan bahwa kerajaan itu terletak diTangan-Nya. Dialah
    Yang Mengatur semua makhluk-Nya sesuai dengan yang Dia kehendaki. Tidak ada
    yang dapat menolak ketetapan-Nya. Dan, Dia tidak akan ditanya tentang
    perbuatan-Nya, karena Dia adalah Maha Kuasa, Maha Bijaksana, dan Maha Adil.
    Itulah sebabnya Allah Ta’ala berfirman(wahuwa’alaa kulli syai’in qadir) Dan
    Dia Maha Kuasa atas Segala sesuatu.

    Kemudian Allah Ta’alaa
    berfirman”Yang Menjadikan mati dan hidup” maksudnya adalah sesungguhnya
    Dialah yang telah mewujudkan semua makhluk dari yang asalnya tidak ada ,
    dengan tujuan menguji mereka siapakah diantara mereka yang paling bagus
    amalnya. Hal ini sebagaimana firman-Nya:

    Bagaimana mungkin kamu kafir
    kepada Allah, sedangkan kamu sebelumnya adalah mati, kemudian Dia
    menghidupkan kamu “(Al-Baqarah:28)
    Allah mengistilahkan keadaan pertama,
    yaitu tidak ada dengan kematian. Dan mengistilahkan ‘kejadian’ ini dengan
    kehidupan. Itulah sebabnya Allah Ta’ala berfirman:

    “Kemudian Allah mematikan kamu
    kemudian menghidupkan kamu,kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya
    kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan “ (2:28)


    Dan, firman Allah Ta’aala:”Supaya
    Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya


    Dalam ayat ini Allah tidak
    mengatakan yang paling banyak amalnya namun yang paling baik amalannya

    Bila dilihat arti kata (ahsanu
    amala) menurut penafsiran ulama tafsir adalah;

    Yang paling benar amalnya (sesuai
    dengan Syariat-Nya), paling ikhlas (bersih dari kesyirikan, tauhidnya benar,
    dan paling cepat dalam bersegera menuju kepada ketaatan-Nya .[5]

    Berkenaan dengan ayat ini ulama
    tafsir seperti Imam at-Tabari, al-Qurtubi dan Ibnu Katsir memberikan
    perhatian penting tentang arti ayat tersebut (ahsanu amala) dengan mengatakan
    bahwa Syarat diterimanya amal oleh Allah swt ada dua:

    1. Amal
    tersebut dikerjakan haruslah ikhlas kepada Allah Ta’ala (bersih dari
    kesyirikan)


    2. Amal
    tersebut mutaba’ah (sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh rasulullah
    shalallahu alaihi wassalam)[6]


    Dan seseorang yang ingin beramal
    tidak akan dapat memenuhi kedua syarat tersebut kecuali dengan ilmu.karena
    itulah Imam Bukhari menempatkan kedudukan ilmu dalam kitabnya {Shahih
    Bukhari} sebelum berkata dan beramal (Babul ilmu qabla qauli wa amal yaitu
    bab mengetahui atau mengilmui dahulu sebelum berkata dan beramal) “bab Ilmu
    sebelum ucapan dan perbuatan” dalilnya adalah firman Allah Ta’ala :

    “Ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan
    (yang berhak disembah) kecuali Allah dan mohon ampun atas dosamu” (Muhammad
    :19) makna “ketahuilah” disini yaitu tahu dengan ilmu.Beliau berdalil dengan
    ayat ini untuk menunjukkan wajibnya mempunyai ilmu pengetahuan sebelum ucapan
    dan perbuatan(amal). Ini dalil yang tepat yang menunjukkan bahwa manusia
    hendaknya mengetahui dahulu, baru kemudian mengamalkannya. Ada juga dalil
    aqli (akal) yang menunjukkan hal serupa, yaitu bahwasanya amal dan ucapan
    tidak akan benar dan diterima sehingga sesuai dengan syariat. Seseorang tidak
    akan tahu apakah amalnya sesuai dengan syariat atau tidak kecuali dengan
    ilmu. [7]

    Karena itulah apakah mungkin kita
    beribadah kepada Allah yang menjadi kewajiban kita tanpa mengetahui ilmunya
    terlebih dahulu?!. Sebagian ulama berkata:

    “dan setiap orang yang beramal
    tanpa ilmu maka amalan-amalan yang telah dikerjakan olehnya ditolak, tidak
    dapat diterima” (lihat dalam kitab-kitab mereka dalam kitab tauhid Syahadatur
    rasul)[8]

    Dengan demikian mengikuti syariat
    Nabi muhammad merupakan syarat diterimanya amal, dan perlu diketahui bahwa
    mutaba’ah (mengikuti Nabi Shalallahu alahi wassalam) tidak akan tercapai
    kecuali apabila amal yang dikerjakan sesuai dengan syariat dalam 6 perkara
    yaitu:

    1.Sebab

    Jika seseorang
    melakukan suatu ibadah kepada Allah dengan seba yang tidak disyariatkan, maka
    ibadah tersebut adalah bid’ah dan tidak diterima (ditolak). Contoh: Ada orang
    yang melakukan shalat tahajud pada malam 27 bulan Rajab, dengan dalih bahwa
    malam itu adalah malam Mi’raj Rasulullah (dinaikkan keatas langit). Shalat
    tahajud adalah ibadah, tetapi karena dikaitkan dengan sebab tersebut menjadi
    bid’ah. Karena ibadah tadi didasarkan atas sebab yang tidak ditetapkan dalam
    syariat. Syarat ini, yaitu: ibadah harus sesuai dengan syariat, sebab adalah
    penting, karena dengan demikian dapat diketahui beberapa macam amal yang
    dianggap termasuk sunnah, namun sebenarnya adalah bid’ah.

    2.Jenis

    Artinya: ibadah
    harus sesuai dengan syariat dalam jenisnya. Jika tidak maka tidak diterima.
    Contoh; seseorang yang menyembelih kuda untuk kurban adalah tidak syah,
    karena menyalahi ketentuan syariat dalam jenisnya. Yang boleh dijadikan
    kurban yaitu unta, sapi, dan kambing.

    3. Kadar
    (bilangan)


    Kalau ada
    seseorang yang menambah bilangan raka’at suatu shalat, yang menurutnya hal
    itu diperintahkan, maka shalat tersebut adalah bid’ah dan tidak diterima
    karena tidak sesuai dengan ketentuan syariat dalam jumlah bilangan
    raka’atnya. Jadi apabila ada seseorang shalat zuhur 5 raka’at, umpamanya maka
    shalatnya tidak sah.

    4. Kaifiyat
    (cara)


    Seandainya ada
    seseorang yang berwudhu dengan cara membasuh tangan, lalu muka, maka tidak
    sah wudhunya karena tidak sesuai dengan cara yang ditentukan syariat.

    5. Waktu

    Apabila ada
    seseorang yang menyembelih binatang kurban pada hari pertama bulan
    dzulhijjah, maka tidak sah, karena waktu melaksanakannya tidak menurut syariat/ajaran
    islam.Saya (syaikh shalih Utsaimin) pernah mendengar bahwa ada orang yang
    menekatkan diri (takarub) kepada Allah pada bulan Ramadhan dengan menyembelih
    kambing. Amal seperti ini adalah bid’ah. Karena tidak ada sembelihan yang
    ditujukan untuk bertakarub kepada Allah kecuali sebagai kurban, denda haji,
    akikah. Adapun menyembelih pada bulan Ramadhan dengan keyakinan mendapat
    pahala atas sembelihan tersebut sebagaimana idhul adha adalah bid’ah. Kalau
    menyembelih hanya untuk makan dagingnya , boleh saja.

    6. Tempat

    Andaikata ada
    orang yang beri’tikaf ditempat selain masjid, maka I’tikafnya tidak sah.
    Sebab tempat I’tikaf hanyalah di masjid. Begitupula, seandainya ada wanita
    yang hendak I’tikaf didalam mushalla dirumahnya, maka tidak sha I’tikafnya. Karena
    tempat melakukannya tidak sesuai dengan ketentuan syariat. Contoh lainnya:
    Ada seseorang yang melakukan thawaf diluar masjidil haram dengan lasan karena
    tempat melakukan thawaf telah penuh sesak, thawafnya tidak sah, karena tempat
    melakukan thawaf adalah dalam baitullah sebagaimana firman-Nya:

    “Dan sucikanlah
    rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf”Al-baqarah :125[9]

    Kesimpulan dari pembahasan ini
    adalah bahwa Allah tidaklah melihat banyaknya amal yang dilakukan
    hamba-hamba-Nya akan tetapi Allah melihat kepada hamba-hamba-Nya yang
    mengerjakan amal yang paling baik/bagus. Dan amal yang paling baik itu tidak
    akan diterima oleh Allah subhanahu wata’ala bila tidak ikhlas (bersih dari
    kesyirikan dan penyakit-penyakitnya) dan tidak muta’abah (mengikuti ajaran
    rasul-Nya) dan mutaba’ah tidak akan tercapai kecuali dengan enam perkara
    tadi. Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk terus istiqomah dalam
    menuntut ilmu-Nya . Wallahu’alam bishawab.



    Footnote dan sumber:

    1. Fiqh Wanita,
    Bab: Fadhilah Al-Qur’an,Syaikh Kamil Uwaidah,hal :649, Pustaka Al-Kautsar,
    Jakarta.

    2. Kumpulan
    Do’a-Do’a dalam Al-Qur’an dan Hadits, Said bin Ali Al-Qahthani, hal: 115

    3. Fiqh Wanita,
    Bab: Fadhilah Al-Qur’an, Syaikh Kamil Uwaidah,hal:649

    4. Kamus Bahasa
    Arab-Indonesia, Prf.Dr.H.Mahmud Yunus,Hidakarya Agung,Jakarta.

    5. Kalimatul
    Qur’an Tafsir Wa Bayan, hal:344,Hasan Muhammad Mahbub, Muasasatu
    tsaqafiyah,Qahirah

    6. Tafsirul
    maanil Qur’an billughatil Injliziyah miqbas min tafsir Tabari, Qurtubi,wa
    Ibnu Katsir, jilid:8 hal : 378, Royal, India

    7. Penjelasan
    Kitab Tiga Landasan Utama, Syaikh Utsaimin, hal:34-36,Darul Haq,Jakarta

    8. Pedoman Hidup
    Seorang Muslim,Ibrahim Al-Khuraisy, hal:60,Pustaka Azzam, Jakarta

    9. Kesempurnaan
    islam dan Bahaya Bid’ah, Syakh Utsaimin, hal:33-35,Darul Khair, Jeddah


      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 9:27 pm