Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    urgensi athifah dalam berdakwah

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 36
    Lokasi : rahasia

    urgensi athifah dalam berdakwah Empty urgensi athifah dalam berdakwah

    Post by kutubuku Wed Jun 30, 2010 7:07 pm

    Urgensi 'Athifah dalam da'wah

    Athifah
    (emotional, sentiment) adalah karakteristik

    manusia,
    sesuatu tidak di katakan manusia, betapapun

    memiliki
    kemampuan luar biasa dalam menghitung, dan

    mengerjakan
    pekerjaan-pekerjaan tertentu dengan

    cermat,
    cepat, rapi dan profesional, sebagaimana

    halnya
    robot atau komputer Ad-Da'watu ilalloh adalah

    dakwah
    yang diserukan kepada manusia, sudah barang

    tentu,
    ia harus memperhatikan karakteristik dan

    sifatsifat
    manusia, khususnya `athifah. Da'i terkadang

    melupakan
    hal ini, dan beranggapan bahwa jika

    argumentasi
    yang ia berikan sangatlah wadhih (jelas)

    dan
    informasi yang ia berikan adalah shohih (benar,

    solid
    dan valid), pastilah si mad'u bisa menerima dan

    menurutinya,
    ia lupa bahwa si mad'u adalah manusia,

    yang
    tentunya memiliki `athifah, bila si da'I belum

    menyentuh
    sisi ini, bisa jadi si mad'u menerima apa

    yang ia
    sampaikan, namun, ia menerimanya dalam keadaan

    kering,
    tidak segar, dan tidak hangat, ia hanyalah

    ibarat
    rumus matematik yang kaku, mati, ia tidak

    menyebabkan
    air mata menetes, tidak menjadikan hati

    khusyu'
    dan tidak melahirkan tawadhu'. Dan repotnya,

    inilah
    gaya pendidikan di dunia Islam saat ini,

    sebagaimana
    yang dikeluhkan oleh Muhammad Iqbal,

    beliau
    berkata: "Pendidikan kita memang berhasil

    mencetak
    manusia-manusia cerdas dan ber IQ tinggi,

    namun
    tidak mampu menyebabkan mata mengalirkan dumu'

    (air
    mata) dan tidak menjadikan hati khusyu'. (DR.

    Yusuf
    Al Qordhowi, ainal Kholal).


    Menyadari
    betapa pentingnya peran athifah ini, seorang

    rijalud
    da'wah yang terkenal sangat `athifi, yaitu

    Syekh
    Abbas As-Sisi, semoga Alloh SWT menjaga dan

    menambah
    berkahnya, berkata: "Dunia ini membutuhkan

    hati,
    athifah dan perasaan, jadilah anda hati bagi

    alam
    semesta ini, hidupkan ia dengan `athifah dan

    perasaanmu,
    manusia yang hidup tanpa hati, `athifah

    dan
    perasaan, bisa jadi ia memiliki filosofi hidup,

    atau
    teori, atau pengalaman, akan tetapi, manusia

    bukanlah
    manusia kecuali dengan pilar-pilar kejiwaan

    dan
    keruhanian, jika tidak dengan pilar-pilar ini,

    cukuplah
    robot dan komputer menjalankan tugas-tugas

    kemanusiaan".
    (Abbas As-Sisi, Ad Da'watu ilallohi

    hubbun,
    juz: 1, hal: 12). Pada tempat yang lain beliau

    menjelaskan
    bahwa dengan Athifah ini segala macam

    problem
    dan permasalahan dapat dipecahkan, tentunya

    termasuk
    problematika dan permasalahan da'wah, beliau

    berkata:
    "Wahai muslim yang agung! Makmurkan dan

    ramaikan
    dunia ini dengan tumpahan kerinduan dan kasih

    sayangmu,
    sampaikan perasaanmu kepada semua hati

    dengan
    tambahan dan kelebihan sifat rohmatmu dan

    khususkan
    saudara-saudara muslimmu dengan temperatur

    tertinggi
    dari hangatnya cinta, dan kesankan kepada

    mereka
    bahwa engkau mencintai mereka, ini adalah obat

    mujarab
    bagi terapi beribu-ribu problematika,

    sesungguhnya
    banyak sekali problematika dunia muncul

    karena
    padam dan dinginnya `athifah atau karena

    penyimpangannya".
    (Abbas As-Sisi, Ad Da ivatzr

    ilallohi
    bubbun, juz: 1, hal: 14).

    Tentunya
    hal ini tidak berarti mengesampingkan peran

    akal
    dan logika, karena inilah Imam Hasan A1 Banna

    berkata:
    "Wahai Ikhwan! Kendalikan kencangnya `athifah

    dengan
    logika akal dan terangi logika akal dengan

    `athifah
    yang menyala-nyala!". (Abbas As-Sisi,

    Ad-Da'watu
    ilallohi hubbun, juz: 1, hal: 13).


    Abbas
    As-Sisi bukanlah Rijalud Da'wah pertama yang

    melihat
    betapa penting dan urgennya peranan athifah

    dalam
    berdakwah, sebelumnya, imam beliau, yaitu Imam

    Hasan
    Al-Banna rohimahulloh telah menjelaskan peranan

    ini dan
    menuliskannya dalam salah satu risalah beliau

    yang
    sangat penting, Risalah Da'watuna, risalah yang

    menjelaskan
    karakteristik dan sifat-sifat da'wah

    beliau,
    disana, dibawah judul Athifah beliau berkata:

    "Kami
    mencintai agar kaum kami (kaum muslimin)

    mengetahui
    bahwa mereka lebih kami cintai daripada

    diri
    kami sendiri, dan bahwasanya menjadi kecintaan

    jiwa
    kami untuk pergi sebagai penebus bagi kehormatan

    dan
    kemuliaan mereka, jika memerlukan tebusan, dan

    untuk
    mengorbankan nyawa kami sebagai harga bagi

    keagungan,
    kemuliaan, agama dan cita-cita mereka, jika

    hal ini
    dibutuhkan, tidak ada sesuatu yang menyebabkan

    kami
    memiliki sikap seperti ini selain `athifah yang

    telah
    menguasai hati kami, menguasai perasaan kami,

    menghilangkan
    kesempatan tidur kami dan menyebabkan

    air
    mata kami mengalir. Mahal bagi kami saat melihat

    sesuatu
    melilit kaum kami, lalu kami menyerah kepada

    kehinaan,
    atau rela kepada kehinaan atau diam terpaku

    pada
    keputus asaan, kami bekerja untuk kebaikan

    manusia
    fi sabilillah lebih banyak dari pada kerja

    kami
    untuk kebaikan diri kami, kami untuk kalian,

    bukan
    untuk selain kalian wahai orang-orang yang kami

    cintai,
    sekali-kali kami tidak akan merugikan kalian".

    (Hasan
    A1 Banna, Risalah Da'watuna dari Majmu'atur

    Rosail,
    hal: 11). Dalam judul berikutnya beliau

    berkata:
    `Bukankah tidak ada dalam hati kami selain

    mencintai
    kebaikan untuk mereka (kaum muslimin), belas

    kasihan
    kepada mereka, dan mati-matian demi

    kemaslahatan
    mereka 2!' : (hal: 12) .


    Beginilah
    seharusnya cara pandang da'i kepada mad'u

    atau
    manusia pada umumnya, ia harus memandangnya

    dengan
    pandangan cinta kebaikan untuk mereka, belas

    kasihan
    kepada mereka kalau-kalau mereka tersesat di

    dunia
    dan tersiksa di neraka, dia harus bersemangat

    untuk
    berusaha menyelamatkan mereka dari keterbudakan

    hidup
    di dunia dan kesengsaraan hukuman di neraka, ia

    harus
    mencurahkan rahmat dan kasih sayangnya kepada

    mereka
    agar supaya merekapun mengetahui jalan hidayah,

    shirothol
    mustaqim, dan berhasil meraih rahmat Alloh

    SWT
    dengan surga-NYA. Da'i harus bersih, sebagaimana

    dakwah
    adalah Baro'ah Nazihah (bebas dan bersih)

    sebagaimana
    yang dikatakan Imam Hasan A1 Banna

    rahimahulloh:
    "Dakmah kami adalah da'wah yang bari'ah

    nazihah,
    ia ielah meninggi dalam kebersihannya

    sehingga
    melampaui keinginan-keinginan pribadi,

    menganggap
    sepele dan hina kepentingan-kepentingan

    materi,
    dan meninggalkan jauh di belakang hawa nafsu

    dan
    tujuan-tujuan (pribadi)". (Hasan Al Banna, Risalah

    Da'watuna
    dari Majmu atur-Rosail, hal: 11).


    Apa
    yang dijelaskan oleh Imam Hasan Al Banna, bukanlah

    sesuatu
    yang baru (bid'ah) dalam konsep dan metodologi

    dakwah,
    sebab, ia adalah upaya menghidupkan kembali

    apa
    yang ada pada generasi Salafus-Sholih, yang mereka

    timba
    dari Sunnah dan Siroh Rasulullah SAW. Inilah

    Rib'iy
    bin `Amir, sewaktu ia ditanya oleh Rustum,

    komandan
    Persia dalam perang Qodisiah, apa yang

    membawamu
    kemari? Rasa lapar? Butuh sandang? Butuh

    ini?
    Butuh itu? Dengan penuh izzah Rib'iy menjawab:

    "Kami
    adalah kaum yang dibangkitkan Alloh SWT untuk

    mengeluarkan
    dan menyelamatkan manusia dari

    keterbudakan
    oleh sesama manusia kepada penghambaan

    Alloh
    SWT semata, dari sempitnya dunia kepada

    keluasannya,
    dan dari ketidak adilan sistem, idiologi

    dan
    agama, kepada keadilan Islam". (Mahmud Syakir,

    AtTarikh
    Al lslami, juz: 3, hal: 173).



    Bila
    kita perhatikan dengan seksama, kalimat-kalimat

    Rib'iy
    sangat sarat dengan muatan-muatan 'Athifi yang

    memenuhi
    jiwanya dan jiwa kaum muslimin, yaitu:

    Semangat
    mengeluarkan dan menyelamatkan manusia dari

    keterbudakan
    oleh sesama manusia, semangat untuk

    mengeluarkan
    mereka dari dunia yang sempit dan sumpek

    ,kepada
    dunia yang luas, dan semangat untuk

    mengeluarkan
    mereka dari ketidak adilan yang mencekik

    mereka
    kepada keadilan. Beginilah seharusnya seorang

    da'i '


    Diantara
    episode kecil siroh Rasulullah SAW tersebut

    demikian:
    "Ada seorang anak Yahudi ikut membantu

    Rasulullah
    SAW seperti: menyiapkan air wudhu,

    menyiapkan
    sandal dan semacamnya, lalu si anak kecil

    itu
    sakit, Rasulullah SAW merasa kehilangan dia.

    Beliau
    mencari informasi, kenapa anak kecil itu tidak

    kelihatan
    lagi? Beliau mendapatkan jawaban bahwa ia

    jatuh
    sakit dan sekarang dalam kondisi kritis

    sakaratul
    maut, lalu beliau menjenguknya, dan duduk di

    dekat
    kepalanya, beliau SAW bersabda: "Masuk Islamlah

    wahai
    anak kecil katakan La Ilaha Illa-Lloh,

    Muhammadur
    Rasulullah SAW", si anak kecil menoleh ke

    bapaknya,
    setelah beberapa lama, sang bapak berkata:

    Turuti
    Abul Qosim (Muhammad SAW, si anak kecilpun

    mengucapkan
    dua kalimah syahadat, lalu meninggal

    dunia,
    lalu Rasulullah SAW bersabda: "AlHamdulillah

    yang
    telah menyelamatkan dia dari neraka". (,Shohih

    Bukhori,
    Sunan Abu Daud dan Musnad Ahmad). Kalau da'i

    menggunakan
    ukuran dan patokan kepentingan materi dan

    duniawi,
    apa untungnya meng-Islamkan anak kecil yang

    sebentar
    lagi meninggal dunia? Ia tidak bisa menambah

    suara,
    memperbesar kas infaq, atau mendongkrak

    produktifitas
    dakwah, namun Athifah yang mendorong

    untuk
    menyelamatkan si kecil dari siksa nerakalah yang

    menggerakkan
    Rasulullah SAW untuk meng-Islamkan

    seorang
    anak kecil yang dalam sakarotul maut, dan

    Athifah
    inilah yang dirasakan bapak si anak yang

    Yahudi
    itu, sehingga diapun berkata: "turuti Abul

    Qosim
    (nabi Muhammad SAW). Beginilah seharusnya

    seorang
    da'i, semangatnya adalah menyelamatkan umat

    manusia
    dari kesesatan jalan hidup di dunia dan siksa

    pedih
    di neraka, dia akan sangat gembira bila berhasil

    menyelamatkan,
    dan beristighfar serta banyak bertaubat

    bila
    belum berhasil, dan inilah makna Khoiro Ummah,

    mereka
    dikeluarkan untuk kebaikan dan kemaslahatan

    manusia,
    bukan untuk mengeksploitasi dan merugikan

    mereka,
    semoga Alloh SWT memasukkan kita kedalam

    kelompok
    orang-orang yang menjadi penyebab

    terhidayahinya
    umat manusia, Amiiiiin.



    http://members.tripod.com/~tesur/islam/athifah.html

      Waktu sekarang Fri May 10, 2024 1:24 am