Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    tentang metode memimpin

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 36
    Lokasi : rahasia

    tentang metode memimpin Empty tentang metode memimpin

    Post by kutubuku Sun Jun 27, 2010 4:55 pm

    TENTANG METODE MEMIMPIN I. Masalah Metode Memimpin Bagi Perjuangan MassaJika seseorang menerjunkan diri ke dalam perjuangan massa, tidak bisa tidak dan harus berurusan dengan organisasi. Perjuangan massa tidak bisa dijalankan tanpa organisasi. Tepatlah apabila dikatakan bahwa organisasi adalah alat perjuangan massa untuk mencapai cita cita.Perjuangan yang dilakukan oleh klas-klas terhisap dan tertindas, mulai dari perjuangan yang bersifat sederhana dan perjuangan tingkat rendah, sampai ke perjuangan yang lebih pelik dan tingkat serta bentuk yang paling tinggi, hanya mungkin dilakukan dengan organisasi.Kesedaran berorganisasi di kalangan klas buruh lahir ketika dalam perjuangan melawan penghisapan dan penindasan kapitalis memberikan pelajaran bahwa perjuangan itu tidak dapat dilakukan dengan cara merusak perkakas produksi. Perjuangan itu yang pada mulanya hanya berupa perjuangan untuk perbaikan syarat-syarat kerja, mengharuskan klas buruh untuk mengorganisasi diri dalam Serikat buruh.Pada zaman sekarang perjuangan klas buruh dan klas klas terhisap dan tertindas lainnya telah merupakan hal ihwal yang perlu dan banyak segi. Perjuangan itu tidak lagi hanya berlangsung di bidang ekonomi, tetapi telah pula berlangsung di bidang politik, kebudayaan dan pada akhirnya juga pasti memasuki bidang militer.Dalam perjuangan itu, berbagai golongan massa, seperti klas buruh, kaum tani, Nelayan, intelektual progresif, pemuda dan pelajar, wanita dll, mengorganisasikan diri dalam organisasi organisasi massa. Organissi massa (ormas) diperlukan untuk memperjuangkan kepentingan kepentingan mereka yang sederhana seperti kepentingan ekonomi, hak-hak dasar mereka dan sebagainva.Akan tetapi, perjuangan untuk perubahan secara mendasar atas nasib rakyat tidak akan dapat mencapai kemenangan terakhir, jika hanya dilakukan dengan Organisasi massa sebagai alatnya. Perjuangan yang dilakukan melalui orginisasi organisasi massa adalah perjuangan untuk tuntutan tuntutan bagian atau perubahan perubahan “tambal sulam” (reform). Perubahan-perubahan tambal sulam tidak akan membebaskan klas terhisap dari penghisapan dan penindasan. Mereka akan memperoleh kebebasan, bila telah berhasil memperoleh kekuasaan politik. Dan itu membutuhkan kepimpinanan partai politik revolusioner. Tentu saja, hal ini kurang tepat jika dibahas oleh FMN sebagai ormas.Sebuah ormas akan mampu memimpin massanya, jika ia berlandaskan teori atau orientasi yang maju untuk membimbing massa dan perjuangannya. Teori tersebut berfungsi untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul dari praktek perjuangan massa. Dengan hal itu, diharapkan sebuah ormas mampu mengorganisasikan massa dan menyatukan fikiran, kemauan dan tindakan dari anggota anggotanya.Hanya dengan orientasi yang tepat, garis politik serta dengan mempersatukan barisannya sendiri, sebuah ormas akan dapat menegakkan kepemimpinannya terhadap perjuangan massa yang digelorakan.Setiap organisasi--baik organisasi massa maupun partai politik--, hanya bisa berjalan baik dan menjadi alat perjuangan yang tepat, jika mempuyai pimpinan yang mampu menjalankan kewajiban-kewajibannya. Oleh karena itu, masalah menjalankan kepimpinanan yang tepat sangat penting dan menentukan bagi sebuah organisasi. Bagi ormas yang berkarakter maju, yang berfungsi memimpin perjuangan massanya dan terlibat dalam pembebasan rakyat Indonesia dari belenggu imperialism, feodalisme dan kapitalis birokrat, masalah melaksanakan Metode memimpin merupakan masalah yang penting. Masalah memimpin bukan sekedar persoalan mengurusi organisasi semata, seperti mengurusi pendidikan, politik, anggota-anggotanya, hubungan dengan organisasi di bawahnnya dan sebagainya. Masalah memimpin adalah juga masalah mewujudkan kepemimpinan ormas kita dalam perjuangan massa yang digelorakan. Hingga ada dua aspek dalam memimpin, yaitu § Memimpin kehidupan intern organisasi, dan § Mewujudkan kepemimpinan organisasi dalam perjuangan massa yang digelorakan dengan garis politik yang tepatTetapi sesudah adanya garis politik yang tepat, apakah massa dengan sendirinva akan memahami dan menerima kepemimpinan organisasi? Apakah massa dengan sendirinya akan bergerak atas dasar garis politik yang tepat itu?Terwujudnya Kemimpinanan organisasi atas massa tidak terjadi begitu saja, meskipun telah memiliki garis politik yang tepat. Langkah berikut yang diperlukan adalah memecahkan masalah, supaya massa memahami garis politik tersebut dan selanjutnya bergerak melaksanakannya. Inilah yang harus dipecahkan dalam metode memimpin. Seluruh masalah masalah metode memimpin itu tersimpul dalam perumusan sebagai berikut: II. Memadukan Seruan Umum Dengan Tuntunan Kongkret Dalam kehidupan organisasi sehari-hari, pekerjaan yang harus dilakukan adalah bermacam macam. Ada pekerjaan yang bersifat rutin seperti menjalankan administrasi organisasi. Melaksanakan program yang bersifat jangka pendek, Memberikan bimbingan terhadap anggota dan organisasi dibawahnya dalam menjalankan program, mengurus kontradiksi di dalam organisasi dan sebagainya. Selain pekerjaan rutin, terdapat urusan-urusan yang tidak terjadi setiap hari, misalnya memimpin aksi-aksi massa, baik yang bersifat ekonorni maupun politik. Tetapi dari pekerjaan mernimpin yang meliputi bermacam macam urusan yang rumit itu, tugas pimpinan perjuangan massa pada pokoknya berkisar pada masalah membangkitkan, mengorganisasi dan menggerakan/memobilissi massa. Perjuangan massa adalah perjuangan yang dilakukan oleh massa untuk perubahan-perubahan atas penghidupannya sehari-hari atau hak-hak ekonomi hingga akhirnya mengubah keadaan secara radikal. Untuk itu, tugas pertama yang harus dilakukan oleh organisasi massa demokratis adalah membangkitkan massa. Membangkitkan massa tidak bisa dilakukan dengan main perintah supaya massa mau berbuat begini atau begitu menurut kehendak pimpinan. Membangkitkan massa pertama tama adalah melakukan agitasi dan propaganda. Pimpinan harus menerangkan hal-ihwal yang secara obyektif menjadi tuntutan massa. Harus dijelaskan bahwa apa yang menjadi tuntutan massa itu hanya bisa dicapai melalui perjuangan massa itu sendiri. Bahwa Massa mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk mencapai tuntutan mereka. Untuk membangkitkan suatu gerakan massa diperlukan adanya seruan umum, yaitu seruan yang ditujukan kepada massa rakyat atau golongan massa untuk melakukan perjuangan untuk mencapai suatu sasaran. Misalnya, seruan umum kepada massa pemuda-mahasiswa untuk melakukan pejuangan membela hak hak demokratisnya. Contoh, FMN menyerukan kepada seluruh mahsiswa di kampus-kampus yang di BHMN kan untuk melakukan aksi mogok kuliah sebagai tindakan menolak privatisasi dan komersialisasi perguruan tinggi negeri (PTN). Suatu gerakan massa, baik itu gerakan yang meliputi berbagai golongan massa atau hanya suatu golongan massa, ataupun gerakan nasional atau sedaerah, tidak bisa terjadi tanpa seruan umum. Gerakan yang tanpa dipimpin oleh seruan umum untuk mencapai sasaran tertentu adalah gerakan yang spontan. Gerakan massa yang spontan bisa terjadi sebagai akibat kurang berfungsinya organisasi atau tidak adanya kepimpinanan organisasi atas gerakan spontanitas massa tersebut. Oleh karena itu, masalah menetapkan seruan umum yang objektif sesuai tuntutan objektif massa rakyat adalah sangat penting. Seruan umum yang objektif akan diterima dengan gairah oleh massa. Seruan umum tersebut bisa membangkitkan kemauan untuk mencapai sasaran yang diserukan Tentang bagaimana cara yang harus dilakukan oleh pimpinan untuk menetapkan seruan umum yang objektif akan dibicarakan berikut. Seperti telah dikemukakan adanya garis politik yang tepat, tidak. dengan sendirinya dapat mernobilisasi massa untuk berjuang melaksanakan garis politik tersebut. Demikian juga dengan seruan umum. walaupun sudah disiarkan secara luas di kalangan massa, ia tidak dengan sendirinya membangkitkan gerakan massa. Dalam keadaan massa yang belum cukup mempunyai pengalaman dalam perjuangan, tidak jarang terjadi mereka masih ragu-ragu untuk bertindak memperjuangkan nasibnya. Massa belum mengetahui kekuatannya sendiri. Mereka belum mengetahui bahwa jika mereka bersatu dan berjuang dengan semangat yang berkobar-kobar dan ulet, tuntutan mereka pada akhirnya bisa dimenangkan. Untuk menjelmakan seruan umum menjadi tindakan massa, diperlukan tindak lanjut dari pimpinan. Yang diperlukan sesudah adanya seruan umum yaitu adanya tuntunan kongkret. Tuntunan kongkret adalah petunjuk untuk memecahkan masalah-masalah kongkret dalan rangka mencapai sasaran yang tertuang di dalam seruan umum. Siapakah yang harus diberi tuntunan kongkret itu? Bagi organisasi yang besar tentu mempunyai organisasi-organisasi di bawahnya atau organisasi bawahan. Maka tuntunan kongkret tersebut merupakan petunjuk pada organisasi-organisasi bawahan dan kemudian kepada anggota-anggota mengenai langkah langkah kongkret apa yang harus diambil. Misalnya, sesudah ada seruan umum gerakan menentang privatisasi dan komersialisasi pendidikan di kalangan massa mahasiswa, kernudian harus segera disusul dengan tuntunan kongkret tentang bagaimana organisasi-organisasi dibawahnya melakukan propaganda di kalangan massa mahasiswa, propaganda di kalangan organisasi lain yang bisa menjadi sekutu dalam gerakan, juga bagaimana berpropaganda di kalangan mereka yang bisa dinetralisasi. Tentu saja teknik dan taktiknya harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi kongret pada waktu itu. Kelemahan yang sering terdapat dalam pelaksanaan metode memimpin adalah kurangnya tindak lanjut yang berupa tuntunan kongkret sesudah keluarnya seruan umum. Organisasi bawahan atau bagian dari suatu organisasi yang mempunyai kekuatan tersebut, kurang berusaha merinci tugas-tugas mereka secara kongkret atas dasar seruan umum. Ketidakmampuan mereka tersebut, sering juga disebabkan oleh kurangnya kemampuan dalam menemukan taktik-taktik dan langkah-langkah kongkret sesuai dengan keadaan sekarang yang kadang kadang cukup rumit dan serba mengandung resiko bahaya.Tidak jarang mereka hanya bertindak meneruskan atau mengulang ulang seruan umum. Akibatnya seruan umum tidak segera disusul langkah-langkah kongkret untuk menggerakkan massa melaksanakan seruan umum tersebut. Lepas dari apa sebabnya, secara kongkret kenyataan ini menunjukkan adanya gejala penyakit birokrastisme dalam kehidupan organisasi intern.Kewajiban organisasi bawahan, pertama-tama memahami seruan umum. Sesudah itu harus mempropagandakan dan merinci Iebih lanjut langkah langkah kongkretnya, dan seterusnya melaksanakannya setapak demi setapak dengan taktis sesuai yang direncanakan. Dalam melawan cara memimpin yang birokratis, terutama menyangkut pelaksanaan seruan umum, pimpinan perlu mengambil bahan atau mengontrol pelaksanaan kongkret di salah satu tempat, di tengah-tengah anggota atau massa. Dengan cara demikian, anggota-anggota dan pimpinan memperoleh pengetahuan dan pengalaman langsung secara kongkret dari praktek dan sekaligus dapat menyelami semangat juang anggota-anggota basis dan massa yang beraksi. Juga dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan-kelebihan anggota dalam memimpin massa serta cara-cara mengelak dari bahaya-bahaya yang timbul dari pergolakan aksi. Pimpinan yang tidak mempunyai pengalaman langsung dan kongkret mudah terjerumus dalam cara-cara birokratis, komandoisme dan bentuk bentuk subjektivisme dalam metode memimpin. Pimpinan yang tidak mempunnyai pengalaman langsung dan kongkret dalam praktek perjuangan massa tidak mungkin dapat memberikan petunjuk kerja atau petunjuk yang hidup, objektif dan kongkret sesuai yang diperlukan oleh anggota dan massa pada umumnya. Untuk tujuan itu, maka suatu pengalaman menunjukkan perlunya dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut Sesudah keluarnya seruan umum, pimpinan memobilisasi kawan-kawan penting dan anggota-anggota yang paling aktif. Mereka pertama-tama perlu mendiskusikan seruan umum tersebut hingga memahaminya secara benar dan mendalam. Selanjutnya didiskusikan cara-cara dan taktik-taktik pelaksanaannya serta dikalkulasi bahaya-bahaya dan problem-problem yang mungkin timbul dalam proses praktek pelaksanaan. Seterusnya dipersoalkan masalah tenaga-tenaga yang diperlukan dan pembagian kerjanya. Barisan ini, selanjutnya disebar ke medan praktek membantu aktivis-aktivis basis memecahkan soal-soal kongkret dalam memimpin massa melancarkan aksi atau kegiatan lainnya. Dalam melaksanakan seluruh proses ini dan menjalankan proses aksi atau kegiatan tersebut, harus selalu rnenjadi perhatian serius dari kawan-kawan pimpinan. Khususnya mengenai segi perencanaan, pelaksanaan dan penanganannya. Dampak positif lain dapat dipetik dari metode ini adalah makin kuatnya persatuan intern kita, karena dibajakan oleh praktek perjuangan massa. Jadi suatu gerakan atau aksi massa yang luas hanva dapat terjadi atas dasar suatu program untuk mencapai sasaran tertentu sesuai dengan tuntutan massa tersebut, diajukan kepada massa dalam bentuk seruan umum, yang hal ini pada prinsipnya harus dipropapandakan kepada massa. Politik kita pada pokoknya terbuka bagi massa dan akhirnya diusahakan menjadi milik massa. Propaganda saja tidak cukup. Propaganda saja belum akan mampu melaksanakan ide yang benar dan objektif menjadi kenyataan kongkret berupa kebangkitan massa. Untuk itu, harus disertai langkah-langkah mengorganisaskani seperti yang diuraikan di atas. Demikianlah tentang memadukan seruan umum dengan tuntunan kongkret sebagai salah satu bagian dari metode memimpin. III. Memadukan Pimpinan Dengan Massa Pimpinan dan massa adalah suatu keniscyaan dalam kenyataan pada umumnya. Begitu juga dalam setiap organisasi, terdapat pimpinan dan massa anggotanya. Pimpinan dan massa disamping mempunyai perbedaan satu dengan lainnya, juga memiliki persamaan-persamaan. Dalam hal organisasi, pimpinan adalah badan pimpinan organisasi tersebut dan massa adalah anggota dan massa non organisasi. Perbedaan keduannya terletak pada:1. Badan Pimpinan Organisasi adalah barisan termaju dari massa. Suatu barisan yang terdiri dari elemen-elemen maju dari massa yang telah tergodok dalam praktek kerja massa dan perjuangan massa. 2. Badan Pimpinan Organisasi bukan saja terhimpun dari elemen-elemen termaju dari massa yang memiliki semangat dan militansi luar biasa, pengabdian tanpa mementingkan diri sendiri dan sebagainya. Tetapi juga mereka yang dipersenjatai dengan teori-teori maju, dipersenjatai dengan pengetahuan tentang hukum-hukum perkembangan masyarakat dan hukum-hukum tentang perubahan masyarakat. Sifat-sifat yang dimiliki oleh pimpinan organisasi, tidak mungkin dimiliki oleh massa. Perbedaan antara pimpinan dan massa akan selalu ada selama masih ada klas. Persatuan antara pimpinan dengan massa adalah bahwa kedua-duanya anggota organisasi dan bagian dari massa. Dalam suatu organisasi, pimpinan berbeda dari massa anggota, karena pimpinan mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu dari massa anggota. Misalnya, lebih aktif berfikir dan berbuat untuk kepentingan organisasi dan massa, lebih banyak memiliki pengetahuan tentang perjuangan dan organisasi, lebih mampu dalam mengorganisasi dan dalam melaksanakan tugas-tugas dan sebagainya. Adalah suatu kenyataan bahwa dalam perjuangan massa, massa lah yang melahirkan organisasi dan pimpinan. Tanpa pimpinan massa, tidak akan dapat melakukan perjuangan dengan hasil seperti yang diharapkan. Sebaliknya, pimpinan tidak akan dapat menyelesaikan suatu pekerjaan sehebat apapun dia, jika tidak mendapat dukungan massa. Oleh karena itu, harus ada pengurusan yang tepat mengenai hubungan antara pimpinan dengan massa. Perbedaan yang tak dapat ditiadakan antara pimpinan dan massa tidak boleh menjadi jurang pemisah antara satu dengan yang lain. Pimpinan dan massa harus bersatu padu. Maka itu metode memimpin kita menetapkan untuk “memadukan pimpinan dengan massa”. Hal itu dapat dicapai dan didasarkan atas pandangan mengenai peranan massa dan peranan pimpinan. Menurut pandangan ini, rakyat adalah kekuatan yang menciptakan sejarah. Yang dapat membebaskan rakyat dari penghisapan dan penindasan adalah rakyat itu sendiri. Ada sebuah ungkapan bahwa “perubahan adalah urusan berjuta-juta massa”. Peranan massa dalam sejarah itu tidak dapat diambil alih oleh seorang pemimpin atau sekelompok orang cerdik pandai. Pemimpin yang dilahirkan oleh perjuangan massa mempunyai peranan sebagai penyusunan ide-ide yang menjadi pedoman perjuangan massa itu. Pemimpin yang demikian bukan karena ditakdirkan oleh “kekuatan gaib” untuk memiliki kecerdasan yang luar biasa sejak dilahirkan. Walaupun memang kemampuan berfikir yang luar biasa harus dimiliki oleh pemimpin masa yang terkenal. Tetapi untuk dapat merumuskan ide-idenya yang brilyan hanyalah mungkin jika pemimpin tersebut terjun dalam praktek perjuangan massa. Karena ide-idenya hanyalah perumusan dan generalisasi dari “tumpukan” bahan mentah dari berbagai aspirasi massa yang berjuang. Ide-ide perubahan/maju itu, sangat besar peranannya bagi perjuangan massa. Ada ungkapan lagi bahwa “tanpa teori yang maju, tidak ada gerakan yang maju”. Jika ide perubahan/maju telah menjadi milk massa, maka ia akan mempunyai kekuatan materiil yang besar. Ditinjau dari sudut peranan ide maju sebagai pikiran pembimbing bagi perjuangan massa. Benarlah jika dikatakan bahwa berkat pimpinan-pimpinan yang menciptakan ide-ide maju itu, Perjuangan memperoleh kemenangan, misalnya, dibawah pimpinan Lenin revolusi proletar sosialis Oktober 1917 telah memperoleh kemenangan. Tetapi betapapun besarnya peranan pemimpin, ia tak bisa menggantikan peranan massa sebagai kekuatan yang menciptakan sejarah. Berdasarkan itu, maka pimpinan akan memperoleh kekuatan yang tak terkalahkan, apabila percaya dan bersandar sepenuhnya pada massa. Tetapi kebenaran prinsip ini tidak boleh diartikan vulgar dan tak boleh dilaksanakan secara pasif. Hanya dengan jalan berada di tengah-tengah massa dan mengikuti gerakan-gerakan spontan massa, pimpinan baru bisa benar-benar tergembleng secara konkret. Karena massa bila sudah dibangkitkan kesadarannya, diorganisasi dan dimobilisasi dalam perjuangan. Selanjutnya melalui perjuangan yang berulang-ulang, kesadaran politik massa akan berkembang sampai ke tingkat yang paling tinggi. Kekuatannya akan tergembleng menjadi benteng yang tak terkalahkan. Hubungan antara Pimpinan dan massa dalam istilah yang terkenal adalah “garis massa”. Metode memadukan pimpinan dengan massa berarti juga menjalankan garis massa. Menjalankan garis massa berarti bahwa segala kebijaksanaan politik maupun organisasi harus didasarkan atas prinsip dari massa kembali ke massa. Metode ini mengharuskan partai atau pimpinan pertama-tama untuk belajar dari massa baru kemudian mengajar massa. Belajar dari massa hanya dapat dilakukan dan memperoleh hasil yang baik, jika pimpinan menyelam di tengah-tengah massa. Pimpinan harus mengintegrasikan diri dengan massa. Mempelajari keadaan dan tuntutan mereka serta mempelajari pengalaman mereka. Massa mengemukakan perasaan mereka. Tanggapan mereka terhadap keadaan. Mengungkapkan tuntutan-tuntutan mereka sesuai dengan tingkat kesadaran dan pengetahuan serta pengalaman mereka sendiri. Apa yang mereka kemukakan umumnya masih bersifat sepotong-sepotong belum sistematis, masih mentah, dan kadang dibatasi oleh pengetahuan dan pengalaman mereka yang terbatas dalam lingkungannya sendiri. Tetapi betapapun bentuk dan bobot pernyataan isi hati dan pandangan mereka yang belum sistematis tersebut, pasti ada benang merah yang menunjukkan bahwa massa itu menentang ketidakadilan. Perbuatan yang salah dan menuntut pengubahan keadaan ; juga bahwa massa mengemukakan segala sesuatu secara jujur, menuntut apa adanya. Sesudah mengumpulkan bahan-bahan dari massa yang masih belm sempurna tersebut, pimpinan seharusnya mensistematiskan dan menganalisisnya. Dari bahan-bahan tersebut pimpinan memilih hal-hal dan pengalaman massa yang berbobot dan menonjol yang merupakan cirri atau bentuk umum untuk dikembangkan dan diluaskan. Hal ini dituangkan dalam bentuk program aksi atau tuntutan. Semua ini adalah ide yang kemudian dikembalikan kepada massa. Walaupun ide tersebut pada pokoknya berasal dari massa, tetapi karena tidak lagi dalam bentuknya yang semula. Maka umumnya tidak bisa begitu saja dimengerti dan diterima oleh massa. Oleh karena itu, pada tingkat “kembali kepada massa” ini diperlukan agitasi dan propaganda serta pekerjaan organisasi untuk menciptakan syarat-syarat politik dan organisasi di kalangan massa, agar massa dapat memahami dan bersedia melaksanakan ide tersebut. Dalam melaksanakan tingkat kedua garis massa tersebut, harus diingat, bahwa massa itu terbagi atas tiga golongan, yaitu ; golongan yang maju, yang ragu-ragu dan yang terbelakang. Pimpinan harus bersandar kepada golongan yang maju. Mendorong maju dan meneguhkan yang ragu-ragu dan menarik mereka yang masih terbelakang. Suatu gerakan tidak bisa menjadi gerakan massa yang benar-benar, apabila hanya didukung oleh yang maju di kalangan massa saja. Pimpinan harus berusha keras untuk dapat memobilisasi bagian yang sangat besar dari massa. Dalam hubungan ini, patut diingat bahwa di kalangan massa mungkin saja terdapat sejumlah kecil massa yang bermental gelandangan, suatu unsur yang mudah bertindak anarki dan dijadikan agen provokator oleh reaksi untuk merusak gerakan perjuangan massa. Terhadap mereka kita harus bersikap tepat dalam setiap kondisi. Suatu ide dari pimpinan, walaupun benar namun bila massa belum memahami dan menerimanya, ia tak akan dapat diwujudkan dalam kenyataan. Dalam keadaan demikian, untuk tidak mengalami kegagalan, pimpinan tidak boleh memaksakan idenya. Pimpinan harus dengan sabar dan tekun berusaha meningkatkan kesadaran massa, sampai mereka mengerti dan dapat menerima serta melaksanakannya. Jika pimpinan bertindak sebaliknya yaitu memaksakan idenya yang sudah dianggap benar supaya diterima oleh massa, maka ini berarti menjalankan komando-isme. Cara ini pasti gagal dan pimpinan akhirnya akan ditinggalkan massa. Juga jika pimpinan hendak melaksanakan idenya hanya dengan bersandar pada dukungan minoritas dari golongan yang maju saja, maka dia berarti menjalankan avonturisme yang terpisah dari massa. Cara demikian juga pasti gagal. Dalam suatu organisasi, baik ormas maupun partai politik, memadukan pimpinan dengan massa berarti bahwa pimpinan harus bersatu dengan anggota. Pimpinan yang tak dapat menyatukan diri dengan anggota, tidak akan dapat mewujudkan kepemimpinannya. Untuk bisa demikian, pimpinan harus menjalankan langgam demokrasi dan sekali-kali jangan meremehkan anggota. Asas sentralisme demokrasi (memusatkan/menampung aspirasi dari bawah) yang meskipun pada prinsipnya benar dan bersifat universal, tidak boleh disalah gunakan untuk main perintah terhadap anggota. Inti pokok yang harus dicapai dalam kehidupan demokrasi dalam organisasi adalah supaya anggota-anggota merasa bebas mengemukakan fikiran-fikirannya dalam rangka pelaksanaan program organisasi dan juga mengenai segala hal-ihwal dalam kehidupan organisasi. Dengan demikian inisiatif anggota bisa berkembang. Kewibawaan pimpinan justru bisa berkembang dan mantap melalui kehidupan demokratis dalam organisasi. Kewibawaan tersebut tak mungkin tercapai dengan main perintah sehingga para anggota tidak merasa bebas megajukan pendapat. Jika keadaan demikian yang terjadi, maka berarti antara pimpinan dan anggota terdapat celah yang memisahkannya. Dalam kehidupan organisasi tidak terdapat suasana akrab antara pimpinan dengan anggota. Dan dengan sendirinya persatuan intern organisasi tidak bisa diwujudkan dengan sungguh-sungguh atau ada tetapi hanya formalisme semata. Pimpinan harus dapat menciptakan situasi intern organisasi di mana anggota-anggota sama sekali tidak merasa tertekan. Mereka harus selalu merasa mendapat perhatian, bantuan dan dorongan dalam memecahkan berbagai kesulitan yang mereka hadapi. Metode memadukan pimpinan dengan massa, jika diterapkan di dalam lingkungan pimpinan sendiri, menjadi cara-cara kolektif. Badan-badan pimpinan harus menjalankan cara kerja ini, yang pelaksanaannya harus betul-betul disesuaikan dengan situasi dan kondisi kongkret yang dihadapi. Pimpinan kolektif harus bersatu padu dengan anggota-anggotanya. Cara kerja ini tidak berarti meniadakan tanggungjawab perseorangan yang hal ini juatru harus dkembangkan. Dalam menerapkan metode garis massa dalam kehidupan kolektif pimpinan, sudah tentu pemimpin kolektif tidak berhadapan dengan massa, tetapi dengan anggota-anggota. Dia harus memperhatikan keadaan anggota-anggota kolektifnya, memperhatikan fikiran-fikirannya dan keadaan dirinya masing-masing, serta mendorong maju mereka untuk lebih baik prestasi kerjanya. Untuk bisa mencapai itu, maka angota kolektif perlu diberi situasi masalah yang dipersoalkan dan problem-problem yang timbul dari masalah tersebut untuk direnungkan dan dipersiapkan ide-ide pemecahannya. Dengan demikian maka dalam diskusi berikutnya akan dapat dihasilkan pemecahan yang matang. Jika masing-masing anggota kolektif mendapatkan kesempatan yang semestinya dalam memecahkan masalah-masalah, maka dengan sendirinya tanggungjawab masing-masing akan lebih besar dalam mesukseskan dan menyelamatkan pelaksanaannya. Hal ini merupakan salah satu syarat pimpinan untuk bersatu padu dalam memikul tanggungjawab kepemimpinannya. Bersatu-padunya pimpinan akan memudahkan persatupadanan antara pimpinan dengan aggota, persatuan dalam seluruh organisasi. IV. Melakukan Otokritik. Otokritik merupakan salah satu bagian langgam kerja yang jitu dan demokratis, yaitu memadukan teori dengan praktek, berhubungan erat dengan massa dan otokritik. Oleh karena itu harus menjadi salah satu unsur pentng dalam kehidupan intern organisasi dan sekali-kali tidak boleh dibekukan. Pada kesempatan ini tidak akan disajikan pembahasan mengenai kritik-otokritik secara umum, tetapi terbatas hanya dalam hubungannya dengan metode memimpin. Sesuai dengan kedudukan dan tugasnya, pimpinan adalah badan yang paling bertanggungjawab atas pelaksanaan semua ketentuan dalam perjuangan massa untuk mencapai tujuannya. Pimpinan organisasi harus dapat membimbing seluruh barisan organisasi untuk menjalankan dengan baik langgam kerja organisasi dan semua ketentuan-ketentuan yang tercantum didalam Konstitusi dan peraturan-peraturan organisasi lainnya. Oleh karena itu dalam hal langgam otokritik pimpinan harus pula yang paling bertanggungjawab dan memberikan teladan. Dalam pelaksanaannya (jangan diartikan vulgar), pimpinan jangan sampai melalaikan langgam tersebut dan berusaha terus-menerus supaya langgam ini menjiwai kehidupan intern organisasi, tetapi juga untuk terselenggaranya suatu cara memimpin yang ilmiah. Sebagaimana telah diungkapkan dalam Memadukan Pimpinan Dengan Massa, organisasi harus menjalankan metode “dari massa kembali ke massa”. Metode ini berarti bahwa kebijaksanaan politik dan organisasi ditetapkan atas dasar penyimpulan pengalaman massa, dan kemudian dipraktekkan kembali di tengah-tengah massa. Pada umumnya melalui metode yang tepat, hasil yang baik yang bisa dicapai bila ide itu mendekati kebenaran objektif yang maksimal. Walaupun metode tersebut memungkinkan pimpinan untuk menyusun ide-idenya sesuai dengan kenyataan objektif, tetapi jarang sekali terjadi. Seringkali pimpinan menyususn ide-idenya (program, taktik, rencana kerja dan sebagainya), telah benar sepenuhnya dan tidak lagi memerlukan perbaikan atau koreksi, ketika ia sedang atau sesudah dipraktekkan. Pada waktu ide tadi mulai diuji dalam praktek di tengah-tengah massa akan tampak adanya kekurangan-kekuranganya atau ketidak tepatannya. Melalui pengujian dalam praktek, kekurangan, ketidaktepatan atau bahkan kesalahan yang penting dapat ditemukan secara wajar dan segera dapat diperbaiki atau disempurnakan pada waktu dan cara yang tepat pula. Dan ide yang sudah lebih sempurna itu dan sudah diuji dalam praktek dibawa lagi ke tengah-tengah praktek massa. Dan melalui ujian praktek berikutnya tadi, ide tersebut akan lebih mendapatkan kesempurnaan lagi. Demikian melalui proses seperti tersebut sesuai dengan kenyataan objektif. Tidak jarang terjadi, bahwa pimpinan dalam menyusun idenya dapat tepat sekali jadi. Selain itu, dalam menjalankan tugas kepemimpinannya, juga selalu terjadi kemungkinan dia mengalami kesalahan ini atau itu. Oleh karena itu, sesudah menguji ide-ide yang telah disusunnya, pimpinan harus berusaha menyimpulkan pengalamannya. Dalam penyimpulan ini dan selanjutnya dalam penyempurnaan ide-idenya, metode kritik-otokritik harus digunakan untuk memperbaiki kekurangan atau membetulkan kesalahan. Penyimpulan pengalaman adalah salah satu tingkat pekerjaan yang sangat penting dari pimpinan. Jika penyimpulan tersebut dengan cara yang tepat, maka akan menghasilkan kesimpulan yang tepat. Penyimpulan pengalaman yang tepat tersebut, akan mengangkat pengalaman prkatek menjadi ide yang ilmiah, mengangkat pengalaman ptraktek ke taraf teori. Dan penyimpulan yang tepat tersebut, dengan sendirinya akan sangat mendorong maju pekerjaan berikutnya. Penyimpulan yang tepat akan dapat mengubah suatu kegagalan menjadi ibu kemenangan. Sebaliknya, jika penyimpulan itu tidak tepat, kita tidak akan menghasilkan kemajuan apa-apa. Pimpinan akan dapat mencapai prestasi, jika dalam meninjau pengalaman itu dia tidak subyektif dan berat sebalah. Pimpinan tidak boleh takut menghadapi kenyataan pahit, dia harus berpijak pada kenyataan apa adanya, kepada kenyataan objektif. Keberhasilan harus ditinjau secara wajar dan tidak dilebih-lebihkan, seterusnya dikembangkan dengan cara-cara yang lebih sempurna. Kekurangan, kelemahan, kesalahan dan kegagalan tidak boleh ditutup-tutupi atau diperkecil, tetapi harus dipaparkan sebagaimana adanya. Yang penting adalah tindak lanjutnya. Sehingga, menganalisis tentang sebab-sebab dan faktor-faktor serta kondisi yang menyebabkan terjadinya kekurangan, kesalahan atau kegagalan tadi menjadi penting. Hanya dengan demikian, dapat ditemukan cara-cara pemecahanya yang dapat untuk mengatasinya, sehingga di kemudian hari lebih kecil kemungkinannya terulang kesalahan-keslahan yang sama. Takut menghadapi kenyataan yang sulit atau pahit akan mengakibatkan tindakan yang subjektif. Maksudnya, selalu berusaha membagus-baguskan keadaan atau mengadakan analisis atau evaluasi yang fantastis. Misalnya berupa “situasi baik”, “situasi pasang gerakan massa terus berkembang”, “pergolakan massa terjadi dimana-mana” dan sebagainya. Padahal sesungghunya hal itu di luar kenyataan objektif. Kekuatan sendiri dilebih-lebihkan dan kekuatan lawan diremehkan. Itu berarti telah terjadi tindakan-tindakan avonturisme. Penekanan mengenai hal ini penting sekali, mengingat persiapan kita menyongsong datangnya perjuangan yang lebih sengit yang secara objektif tak dapat dihindari. Jika tidak, kita akan mudah tergelincir ke dalam berbagai macam tindakan yang pada hakekatnya adalah avonturisme.Sudah tentu tindakan yang bisa menjerumuskan kita ke dalam tindakan avonturisme merupakan penyakit yang bersumber dari subjektivisme, dari pandangan berat sebelah, dari pandangan yang membesar-besarkan bahaya kekuatan musuh dan meremehkan kebangkitan massa dan sebagainya. Kesalahan ini akan melahirkan sikap pasif serta ketakutan dan padamnya kehangatan dan keberanian berjuang dalam kehidupan intern organisasi. Takut menghadapi kenyataan pahit pasti berakibat tidak dijalankannya otokritik. Oleh karena itu, pentingnya pimpinan mendengarkan, mengenal dan tanggap terhadap bahan, laporan, pendapat dan usul-usul anggota dan organisasi dibawahnya, baik yang disajikan secara eksplisit maupun yang hanya mampu disajikan secara perasaan. Ini tidak berarti bahwa apa yang mereka ajukan pasti benar dan harus disetujui. Meskipun penyajian mereka tadi berasal dari praktek atau dari massa. Apalagi kalau masalah-masalah yang kadang-kadang beraneka ragam tadi, satu sama lain berbeda atau bertentangan. Disinilah dituntut kemampuan dan kebijaksanaan pimpinan untuk menilai dan memilih yang benar. Secara singkat cara kerja ilmiah meliputi rangkaian kegiatan sebagai berikut :Pertama :Pengumpulan bahan-bahan yang hendak dipergunakan untuk menetapkan kebijaksanaan politik atau organisasi. Bahan itu diambil dari pengalaan massa diolah dan seterusnya disusun menjadi suatu rencana.Kedua :Mengubah rencana itu menjadi kenyataan, yaitu dengan mempraktekkannya di tengah-tengah perjuangan massa.Ketiga : Penyimpulan pengalaman sesudah rencana tersebut diuji di dalam praktek. Kelalaian menyimpulkan pengalaman praktek akan berakibat tidak adanya kemajuan dalam pekerjaan. Kekurangan, kelemahan dan kesalahan tidak dapat segera diketahui dan dengan demikian tak dapat diperbaiki. Kelalaian itu akan menimbulkan suasana rutin yang menjemukan, suasana birokratis, tidak membangkitkan gairah kerja dan daya cipta. Baik kiranya dalam mengakhiri tulisan ini diingatkan salah satu petunjuk yang termasyhur yaitu : “kawan yang baik bukanya mereka yang tidak berbuat salah sebab kawan semacam itu tidak ada di dunia ini. Kawan yang baik adalah mereka yang mungkin saja dalam praktek mengalami kesalahan, asal saja kesalahan tersebut tidak prinsipil, segera diadakan kritik-otokritik yang tepat dan dilanjutkan dengan langkah-langkah perbaikan dan dipraktekkan, maka kawan tersebut adalah kawan yang baik”.

      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 6:18 pm