Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    demokrasi pencerahan dan kesadaran

    ratri
    ratri
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 281
    Join date : 01.04.10
    Age : 36
    Lokasi : di hati si admin

    demokrasi pencerahan dan kesadaran Empty demokrasi pencerahan dan kesadaran

    Post by ratri Mon Jun 14, 2010 8:43 pm

    Demokrasi, Kebebasan dan
    Kesadaran Merdeka


    *) Sugiantoro








    Sengitnya perpolitikan nasional tidak lagi menjadi
    hal baru sebagaimana sejarah orde baru yang telah membelenggunya dalam tirani
    waktu yang panjang. Reformasi total yang menjadi thema perubahan, menjadi bahan
    yang hangat dan layak untuk diperbincangkan oleh seluruh masyarakat Indonesia
    bahkan masyarakat internasional sebab eskalasinya sudah sangat terbuka dalam
    masyarakat international yang melihat perkembangan demokrasi mengalir pada
    suatu muara masyarakat pertama yaitu Indonesia yang menganut azas
    kekeluargaan_dimana bentuk tertua dari semua masyarakat dan satu-satunya yang
    bersifat alami adalah keluarga.


    Semangat perubahan yang dikobarkan oleh mahasiswa
    sejak tahun 80-an merupakan embrio demokrasi yang mengalami proses panjang dan
    hampir terabaikan karena tidak mendapat restu dari pemerintah orde baru saat
    itu bahkan embrio demokrasi ini ditangani dengan cara-cara yang represif.
    Embrio ini kemudian melemah seiring waktu dan kembali muncul disaat gelombang
    aksi mahasiswa kembali berkobar ditahun 1997 dengan gelora semangat baru.


    Demokrasi tidak dapat dilukiskan sebagai wacana yang
    lahir dari atas kemudian turun kebawah jika meminjam istilah BJ. Habibie bahwa
    demokrasi harus berjalan secara ‘top down’ dengan akselerasi perubahan evolusi
    yang dipercepat, namun demokrasi sebagaimana yang terbersit dalam dalilnya
    bahwa demokrasi adalah suatu proses pencapaian kesetimbangan dimana_masyarakat
    dalam klasifikasi sebagai masyarakat kelas bawah dapat mencapai kesamaan,
    kebebasan dan kemerdekaan haknya dalam proses pemerintahan dengan masyarakat
    kelas atas. Dan dalam proses pencapaian itu bahwa satu-satunya cara yang
    dilakukan saat itu untuk melakukan pencapaian dilukiskan dalam bentuk
    demonstrasi. Dimana masyarakat tidak lagi nrimo apa yang memang bukan
    kehendaknya.


    Dalam rentang waktu kemudian wacana demokrasi
    dimunculkan pada permulaan dipilihnya Presiden Abdurrahman Wahid sebagai proses
    aktualisasi perubahan bahwa reformasi total adalah jembatan yang harus dilalui
    menuju kondisi obyektif yaitu demokratisasi. Proses ini merupakan proses
    pembelajaran politik pada masyarakat yang baru saja terbangun dari tidur
    panjangnya sebagai wacana politik negara yang terbuka. Demokrasi menjadi thema
    sentral dalam perubahan yang singkat menjadi hangat dan berkembang dengan cepat
    di masyarakat sebab thema ini tidak lagi menjadi perbincangan individu tetapi
    telah menjadi perbincangan semua lapisan masyarakat atau paling tidak semakin
    maraknya keikutsertaan masyarakat secara serentak dan bersama-sama dalam
    perpolitikan negara yang dituangkan dalam bentuk demonstrasi, walaupun secara
    implisit masyarakat baru menyentuh bagian terluar dari demokrasi.


    Proses ini memang membutuhkan waktu lama, apalagi
    masyarakat yang baru lahir dari (selama ini terbelenggu) otoriterianisme orde
    baru dimana masyarakat dibutakan akan proses demokrasi. Namun pada Periode
    pemerintahan Gusdur, sedikit proses itu telah dibukakan pintu sebagai langkah
    awal beranjak menuju kondisi obyekif tadi. Masyarakat seolah terbangun dari
    mimpi buruknya dan kemudian beranjak tanpa sadar bahwa sehelai kain sarung
    masih menutupi wajahnya dan ketika menyibakkan kain sarung yang menutupi
    wajahnya, ternyata pertarungan sedang berlangsung. Ia terjerembab dalam proses
    itu dimana pada wilayah ini mengedepankan rasionalitas. Walhasil kekuatan
    masyarakat ini mencoba memformulasikan gerak dan langkahnya secara alami dalam
    fenomena yang menakjubkan.


    "Kekuatan demokrasi adalah kekuatan secara
    harfiah sebagai kekuatan fisik yang mampu mengiringi kondisi obyektif menuju
    gerbang pencerahan"


    Rasionalitas memang tidak mengedepankan suatu
    kekuatan secara fisik dalam fenomena demokrasi, namun lebih mengedepankan
    kesadaran berfikir secara logika dalam wilayahnya, akan tetapi yang perlu
    digarisbawahi disini adalah dalam proses beranjaknya masyarakat tadi bahwa
    proses ini mutlak memerlukan kekuatan itu selama penjaga rambu-rambu konstitusi
    masih dapat memagari kekuatan tersebut. Namun yang menjadi persoalan dan
    semakin sulit dipecahkan adalah ketika penjaga rambu-rambu ini tidak dapat
    memagari kekuatan-kekuatan fisik tersebut bahkan sebaliknya ikut mengambil
    peran. Akhirnya tercipta ketidakstabilan gerak antara kekuatan fisik dengan
    kekuatan logika ditambah dengan terreduksinya rambu-rambu tersebut dalam
    wilayah itu. Walaupun demikian hal ini adalah proses yang harus dijalani untuk
    mencapai masyarakat yang dapat berfikir secara rasional dalam kondisi obyektif
    dimana hal itu mulai dijamah oleh masyarakat secara membumi.





    Kebebasan


    Dalam pada itu kekuatan-kekuatan yang terlebih
    dahulu berpartisipasi dalam wilayah demokrasi tersebut mereduksi dirinya
    menjadi embrio baru yang secara sistematis menyusun kekuatannya menjadi
    kekuatan-kekuatan oposisi pada strata tertinggi dalam legislasi konstitusi dan
    mengalienasi menjadi ‘Souverain’.


    Penjelmaan ini diakibatkan munculnya sebuah kekuatan
    baru dalam wilayah politik negara, sebuah kekuatan yang mencoba mewujudkan
    dirinya sebagai kekuatan demokrasi, jika boleh meminjam istilah masa lalu
    sebagai ‘kekuatan kebebasan’ yang berawal humanisme. Kekuatan ini juga berupaya
    berkohesi dengan elemen-elemen bebas lain yang mempunyai garis perjuangan dalam
    demokrasi. Bagai bola salju yang menggelinding dengan derasnya, kekuatan kedua
    ini menjadi kekuatan kebebasan yang menempatkan dirinya sebagai kekuatan
    penyeimbang kaum ‘souverain’. Namun Kebebasan yang muncul berubah dalam
    bentuk-bentuk radikalisasi perjuangan yang terpola secara fisik dalam melihat
    permasalahan negara yang kompleks. Kekerasan dan anarki akhirnya menjadi nuansa
    perjuangan yang dipolitisir oleh lawan-lawan politiknya sebagai konflik
    horisontal. Arah demokrasi yang kebablasan akhirnya akan menimbulkan premanisme
    politik dan kebebasan destruktif. Padahal kekuatan kedua ini syarat dengan
    nuansa humanistik yang dalam perjalanan sejarahnya bersahabat dengan berbagai
    kalangan terutama kalangan fundamentalis pada tingkat wacana keagamaan.





    Kesadaran Merdeka


    Dalam wacana negara yang berbhineka tunggal ika,
    keberagaman wilayah berfikir adalah mutlak. Dan hal ini yang harus menjadi
    landasan bertindak setiap kekuatan demokrasi dalam wilayah politik. Sebagai
    kekuatan demokrasi, perjuangan radikal akan tetap menjaga substansi
    perjuangannya dalam lingkaran pluralisme. Semakin maraknya suara lantang
    demokrasi pada tingkat mahasiswa juga membawa dampak luas yang terbangun secara
    gradual pada wilayah ini, meskipun demikian sebagai kekuatan nilai, mahasiswa
    justru dapat membangun wilayah ini pada tahap-tahap tertentu dalam prosesnya
    menuju kondisi obyektif. Oleh karena itu, perjuangan demokrasi jangan lagi
    mempolarisasikan kekuatannya pada nuansa yang kental akan desktruktifisasi yang
    mudah dipolitisasi sebagai konflik horisontal. Namun lebih memilih wilayah yang
    menempatkan dirinya sebagai wilayah kesadaran merdeka. Kesadaran yang harus
    dibangun dalam waktu yang singkat sebab kesadaran merdeka adalah kekuatan yang
    membutuhkan perjuangan dalam pruralisme masyarakat Indonesia.


    Walau dalam perjalanannya, beberapa wilayah hancur
    terbakar akibat dari pertarungan politik dan krisis ekonomi masih harus
    menunggu pemulihan kondisi keamanan namun demokrasi bukan suatu proses singkat
    yang mudah diraih melainkan suatu proses panjang yang menuntut kesabaran orang
    untuk menjalaninya dalam berbagai tantangan. Dan dalam hal ini sebagai
    kekuatan-kekuatan demokrasi, kekerasan yang bernuansa politis adalah budaya
    yang sama-sama perlu untuk dibenahi. Karena sejarah Indonesia telah mencatat
    bahwa peralihan kekuasaan dari Orde lama ke orde baru adalah catatan hitam
    sejarah Indonesia yang tidak patut diulang kembali.








    Penulis adalah Alumnus ISTN Jakarta dan anggota
    organisasi Pemuda Sosialis Jakarta

      Waktu sekarang Wed May 08, 2024 4:07 pm