Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    sejarah gerakan mahasiswa

    admin
    admin
    Admin
    Admin


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 688
    Join date : 19.03.10
    Age : 36
    Lokasi : Malang-Indonesia

    sejarah gerakan mahasiswa Empty sejarah gerakan mahasiswa

    Post by admin Fri May 14, 2010 7:48 pm

    Pembahasan

    “ Kenapa ya, reformasi kok malah menyengsarakan rakyat? Harga-harga tambah naik, sekolah mahal sementara upah tetap! Padahal di zaman presiden mbah harto dulu kita adem ayem, semua bisa tercukupi dengan mudah. Terus Siapa yang salah suharto atau mahasiwa? ”( seloroh bik ti pemilik warung pinggir kampus)

    Ungkapan diatas bisa jadi wakil dari sebagian besar perasaan yang menghinggapi orang awam di negeri ini. Dan pertanyaan ini adalah pertanyaan besar yang cukup menampar bagi seluruh kalangan yang mengatasnamakan diri sebagai bagian dari proses perubahan di Indonesia. Perlu kiranya kita membelejati apa yang sedang terjadi pada bulan mei 1998 tepatnya ketika tergulinya presiden suharto. Pelajaran atau referensi yang cukup berharga bagi kita dan seluruh rakyat untuk kembali memformulasikan dengan tepat model perubahn yang akan diusung dikemudian hari. Apakah reformasi masih cukup relevan menjadi pilihan perjuangan saat ini? Apakah mahasiswa tetap menjadi trigger dalam perubahan? Atau bahkan belum cukupkah kesejahteraan rakyat di jawab dengan puluhan ribu massa mahasiwa yang mengepung DPR RI?
    Sejarah perjuangan mahasiswa Indonesia dari tahun ke tahun selalu menarik untuk kita bicarakan mulai dari warung kopi sampai seminar di hotel berbintang lima. Topik ini menjadi hangat dan penuh perhatian terutama di kalangan mahasiswa, baik yang hanya mau mendengarkan saja lalu cuek balik ke kost-kostan dan tidur, para kutu buku, komunitas penggemar dikusi atau bahkan pecinta klab malam sekalipun.

    1. sejarah gerakan mahasiwa.
    Dari aspek kesejarahan gerakan mahasiswa mempunyai cirri tersendi dalam setiap dekadenya tentunya ini sesuai dengan kondisi obyektif negra dan kondisi subyektif mahasiswa. Ada fase yang pasca kemerdekaan yang memiliki cirri tersendiri antara lain:

    a. Angkatan 66

    Dibawah kepemimpinan sukarno ruang berpolitik cukup di buka selebar-lebarnya dimikian pula dikampus-kampus. Politik sebagai panglima menjadi angin segar bagi tumbuh dan berkembangnya organisasi maupun serikat. kebebasan berpolitik membangun daya parisipasi rakyat semakin tinggi. Nasionalis, agama dan komunis atau biasa di sebut NASAKOM menjadi pilar dalam politik yang di galang oleh sukarno.gerakan mhasiswa pada waktu itu hamper dipastikan berafiliasi di bawah partai sebut saja GMNI yang merupakan underbow PNI, CGMI yang berafiliasi dengan PKI, GEMSOS dibawah PSI demikian pula MAHSYUMI yang memandu HMI. Namun pada perkembangannya kebebasan politik ini menjadi boomerang bagi sukarno tepatnya tahun 1966 gelombang massa mahasiswa terkonsolidir dalam KAMI atau kesatuan aksi mahasiswa Indonesia yang dikomandoi akbar tanjung, kosmas batubara dan mar’i muhamad menggelar serangkaian aksi. Gerakan mahasiswa yang mengusung isu TRITURA (tiga tuntutan rakyat) itu berangkat dari ketidakpuasan mahasiswa terhadap kepemimpinan presiden sukarno yang cenderung otoriter. Polemik ini mencuat ketika pertama, presiden soekarno dalam steatmennya akan menjadi presiden seumur hidup Negara Indonesia dan itu di legalkan oleh dewan konstituante. kedua, bertepatan dengan terjadinya krisis ekonomi yang mengakibatkan melambungnya harga-harga keburtuhan pokok gejolak sosial itu kemudian menjadi landasan mahasiswa bahwa sukarno tidak pecus lagi menjadi persiden. Tuntutan mahasiswa itu semakin meluas sampai kedaerah daerah yang pada puncakya presiden sukarno terguling. Namun dalam penggulingan sukarno tidak terbukti akan adanya perbaikan kesejahteraan rakyat.

    B.Angkatan 80an

    Paska tergulingnya Orde lama dari tampuk kepemimpinan Indonesia. Suharto berhasil naik menjadi presiden. Pada fase kepemimpinan soeharto pandangan Negara berbalik seratus lapan puluh derajat. Yang dulunya politik sebagai panglima maka sekarang bergeser menjadi ekonomi menjadi panglima. UU PMA (penanaman modal asing) Tahun 1967 muncul tidak lama setelah suharto diangkat menjadi bukti kongrit bahwa liberalisasi ekonomi mulai dibuka selebar-lebarnya. Ditambah dengan program jangka panjang (PJP) dan REPELITA (rencana pembangunan lima tahun) semakin memantapkan niatan suharto yang akan membawa Negara ini menjadi Negara industri. Ditengah program ekonomi yang tersusun rapi ternyata menyipan prsoalan dalam perjuangan massa. Organisasi dan serikat mulai dipangkas dan dikerdilkan gerakannya. Organisasi-organisasi kepemudaan harus menggapangkan diri dalam KNPI, serikat-serikat buruh harus rela dibawah payung SPSI semantara puluhan partai terpaksa dirangkum dalam tiga partai yang harus berideologikan pancasila.
    Dalam kondisi yang cukup represif tersebut bukan berarti gerakan massa mengalami kelemahan beberapa momen seperti malaria tahun 1974 dan penolakan pencalonan presiden suharto tahun 1978 serta aksi tani pada tahun 80an tetap menjadi poin penting dalam dalam perjalanan gerakan ditengah kepungan otoritarian suharto.
    Kondisi obyektif pada waktu itu menyebabkan pilihan pejuangan menjadi lebih luwes. formulasi gerakan dikemas dalam bentuk yang berbeda. Perjuangan tidak menyandarkan Pada perjuangan massa atau membangun organisasi-orgasnisasi massa akan tetapi Penyadaran atau pendampingan massa dan advokasi menjadi pilihan yang dominan pada era 80an. lembaga swdaya masyarakat (LSM) atau NGO (non govermen organization ) menjamur sampai pelosok-pelosok negeri sebagai konsekwesi atas represifitas Negara. Maka gerakan –gerakan pada waktu itu semakin tumpul karena tidak mendapat dukungan dari massa luas.

    c. Angkatan 90an

    setelah 32 tahun suharto menjadi presiden di Indonesia ternyata masih menyisakan banyak persoalan. Pemerintahan yang dibangun dibawah diktaktor-otoritarian yang menghamba pada kepentingan modal luar negeri mengalami krisis yang kronis. Mulai dari munculnya krisis ekonomi atau yang sering kita dengar krisis moneter membuat Negara dalam inflasi yang cukup tinggi. ini berakibat pada meningkatnya kebutuhan pokok atau sembako. Kondisi perekonomian yang drop semakin mengurangi kepercayan massa rakyat terhadap kepemimpinana Orde baru di bawah suharto.
    Ditengah gejolak dalam masyarakat tersebut maka gerakan yang dilakukan mahasiswa hadir. Mahasiswa yang mengatasnamakan agen of change (agen perubahan) atau agen of control (agen pengontrol) mulai melakukan relly-relly aksi baik di kota besar maupu daerah-daerah. Seluruh kampus di Indonesia mengusung REFORMASI sebagai satu-satunnya jalan terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh bangsa. Beberapa tuntutan mulai dari cabut dwifungsi ABRI, tegakkan supremasi hukum sampai turunkan harga kebutuhan pokok terus terpropagandakan dikalangan mahasiswa secara luas dan disambut pula seluas luasnya oleh mahasiswa. Gelombang aksi semakin membesar dan seruan turunkan suharto secara terus-menerus mengarah pada pusat pemerintahan Jakarta. Maka tepat pada bulan mei 1998 presiden suharto mengundurkan diri dan REFORMASI menjadi wacana yang paling hangat di masyarakat terutama mahasiswa

    .

    2. Latar belakang Reformasi 1998

    . tahun 1998 menjadi saksi bagi tragedi perekonomian bangsa. Keadaannya berlangsung sangat tragis dan tercatat sebagai periode paling suram dalam sejarah perekonomian Indonesia. Mungkin dia akan selalu diingat, sebagaimana kita selalu mengingat black Tuesday yang menandai awal resesi ekonomi dunia tanggal 29 Oktober 1929 yang juga disebut sebagai malaise.
    Hanya dalam waktu setahun, perubahan dramatis terjadi. Prestasi ekonomi yang dicapai dalam dua dekade, tenggelam begitu saja. Dia juga sekaligus membalikkan semua bayangan indah dan cerah di depan mata menyongsong milenium ketiga.
    Selama periode sembilan bulan pertama 1998, tak pelak lagi merupakan periode paling hiruk pikuk dalam perekonomian. Krisis yang sudah berjalan enam bulan selama tahun 1997,berkembang semakin buruk dalam tempo cepat. Dampak krisis pun mulai dirasakan secara nyata oleh masyarakat, dunia usaha.
    Dana Moneter Internasional (IMF) mulai turun tangan sejak Oktober 1997, namun terbukti tidak bisa segera memperbaiki stabilitas ekonomi dan rupiah. Bahkan situasi seperti lepas kendali, bagai layang-layang yang putus talinya. Krisis ekonomi Indonesia bahkan tercatat sebagai yang terparah di Asia Tenggara.
    Seperti efek bola salju, krisis yang semula hanya berawal dari krisis nilai tukar baht di Thailand 2 Juli 1997, dalam tahun 1998 dengan cepat berkembang menjadi krisis ekonomi, berlanjut lagi krisis sosial kemudian ke krisis politik.
    Akhirnya, dia juga berkembang menjadi krisis total yang melumpuhkan nyaris seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa. Katakan, sektor apa di negara ini yang tidak goyah. Bahkan kursi atau tahta mantan Presiden Soeharto pun goyah, dan akhirnya dia tinggalkan. Mungkin Soeharto, selama sisa hidupnya akan mengutuk devaluasi baht, yang menjadi pemicu semua itu.

    Efek bola salju

    Faktor yang mempercepat efek bola salju ini adalah menguapnya dengan cepat kepercayaan masyarakat, memburuknya kondisi kesehatan Presiden Soeharto memasuki tahun 1998, ketidakpastian suksesi kepemimpinan, sikap plin-plan pemerintah dalam pengambilan kebijakan, besarnya utang luar negeri yang segera jatuh tempo, situasi perdagangan internasional yang kurang menguntungkan, dan bencana alam La Nina yang membawa kekeringan terburuk dalam 50 tahun terakhir.
    Dari total utang luar negeri per Maret 1998 yang mencapai 138 milyar dollar AS, sekitar 72,5 milyar dollar AS adalah utang swasta yang dua pertiganya jangka pendek, di mana sekitar 20 milyar dollar AS akan jatuh tempo dalam tahun 1998. Sementara pada saat itu cadangan devisa tinggal sekitar 14,44 milyar dollar AS.
    Terpuruknya kepercayaan ke titik nol membuat rupiah yang ditutup pada level Rp 4.850/dollar AS pada tahun 1997, meluncur dengan cepat ke level sekitar Rp 17.000/dollar AS pada 22 Januari 1998, atau terdepresiasi lebih dari 80 persen sejak mata uang tersebut diambangkan 14 Agustus 1997.
    Rupiah yang melayang, selain akibat meningkatnya permintaan dollar untuk membayar utang, juga sebagai reaksi terhadap angka-angka RAPBN 1998/ 1999 yang diumumkan 6 Januari 1998 dan dinilai tak realistis.
    Krisis yang membuka borok-borok kerapuhan fundamental ekonomi ini dengan cepat merambah ke semua sektor. Anjloknya rupiah secara dramatis, menyebabkan pasar uang dan pasar modal juga rontok, bank-bank nasional dalam kesulitan besar dan peringkat internasional bank-bank besar bahkan juga surat utang pemerintah terus merosot ke level di bawah junk atau menjadi sampah.
    Puluhan, bahkan ratusan perusahaan, mulai dari skala kecil hingga konglomerat, bertumbangan. Sekitar 70 persen lebih perusahaan yang tercatat di pasar modal juga insolvent atau nota bene bangkrut.
    Sektor yang paling terpukul terutama adalah sektor konstruksi, manufaktur, dan perbankan, sehingga melahirkan gelombang besar pemutusan hubungan kerja (PHK). Pengangguran melonjak ke level yang belum pernah terjadi sejak akhir 1960-an, yakni sekitar 20 juta orang atau 20 persen lebih dari angkatan kerja.
    Akibat PHK dan naiknya harga-harga dengan cepat ini, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan juga meningkat mencapai sekitar 50 persen dari total penduduk. Sementara si kaya sibuk menyerbu toko-toko sembako dalam suasana kepanikan luar biasa, khawatir harga akan terus melonjak.

    3.Evaluasi terhadap Reformasi 1998

    Banyak kalangan mengangap perubahan suatu bangsa berada pada punggung mahasiswa. Asumsi itu cukup beralasan mengingat dalam catatan sejarah mahasiswa cukup mampu membuat dinamaika yang cukup masif dan kemampuan intelektual yang memadai adalah kehususan yang dimiliki mahasiswa dimata rakyat. Gejala ini kemudian membumi sedemikian hebat dan cukup berlebihan sampai-sampai mahasiswa diplot sebagai pahlawan bangsa atau koboy yang akan turun gunung jika terjadi kejahatan. Moralitas mahasiswa yang tercermin dalam gerakan moralnya (moral force) diturunkan dalam bahasa praktek bahwa posisi mahasiswa adalah agen of change dan agen of control. Ini adalah salah satu cara pandang yang haus kita kritisi. Sebagai bagian dari kritik terhadap reformasi yang pada prakteknya tidak sanggup menjawab perubahan yang cukup mendasar di negeri ini. Beberapa persoalan kenapa terjadi kegagalan terhadap reformasi :
    Pertama, reformasi atau perubahan kekuasaan melalui pergantian struktur dan pelaku-pelakunya adalah tipe perubahan yang memandang perubahan akan selesai ketika pimpinan-pimpinan negera diganti. Reformasi akan menyandarkan perbaikan rakyat lewat suksesi presiden. Pengalaman gerakan mahasiswa dari decade 60an sampai 98 hanya menghasilkan pergantian kursi kepresidenan dan it uterus berulang. Perubahan secara gejala ini yang menjadi kenyataan bahwa reformasi mengalami kegagaln untuk menyelesaikan persoalan bangsa. Beberapa isu yang diusung dalam kampanye reformasi tidak ada satupun sampai hari ini yang berhasil. Maka semakin jelas ketika pilihan perjuangan ada pada reformasi pada teori perubahahannya cukup lemah dan pada prkteknya tidak teruji sama sekali. Bisa dikatakan sekarang ini reformasi sudah menjadi wacana yng bangrut.
    Kedua, meletakkan mahasiswa sebagai kekuatan pokok perubahan, dalam praktek 1966 dan 1998 diakui mahasiswa sanggup membuat gelombang massa yang cukup besar Namun tidak pernah di dukung oleh kekuatan rakyat yang hari ini nyata-nyat cukup tertindas yaitu buruh dan tani kenyataan itu adalah tamparan yang keras bagi mahasiswa sebagai kekuatan itu tidak mampu mendobrak tatanan lama. Harus diakui mahasiswa adalah sebagian kecil dari masyarakat secara kuantitas.mahasiswa memiliki watak burjuis kecil yang mempunyai potensi besar untuk menhisap atau menidas rakyat yang lainnya. Kenyataan membutikan pimpinan-pimpinan KAMI ( komite aksi mahasiswa Indonesia ) antara lain akbar tanjung, cosmas batubara dan mar’I muhamad lebih menikmati menjadi elit politik yang tidak lebih akan kontraproduktif dengan perjuangan rakyat. Maka menyandarkan mahasiswa sebagai kekuatan pokok adalah analisa yang kurang tepat
    Ketiga, menyerahkan kepemimpinan pada tokoh-tokoh ciganjur yang memiliki watak bimbang dan ragu artinya pandangan terhadap persoalan bangsa bisa selesai ketika ada pemimpin yang demoratis. Namun kenyataan nya pemaknaan demokratis hanya akan disandarkan pada demokrasi liberal atau demokrasi yang permukaan saja segala kebuijakan tidak berangkat dari kepetingan, suara dan perasaan rakyat. Bukti kongkrit tokoh-tokoh ciganjur tidak pernah berlawan terhadap pemodal internasinal yang berdominasi dinegara kita. Tambah melakukan kerjasama. Tokoh-tokoh ciganjur tidak pernah menolak dengan keras hutang luar negeri, lembaga lembaga donor internasional ( IMF ,ADB , WorldBank), perjanjian WTO yang menjerat dan merugikan negara kita. Atau penolakan terhadap perusahaaan Trasnasional dan multinasional (TNC’s dan MNC’s) yang mengekploitasi kekayaan dan perdagangan Indonesia. Maka tidak seharusnyalah kepemiminan perubahan dimandatkan pada tokoh-tokoh yang pro terhadap neoliberalisme.

    4.Apa yang harus dilakukan ?
    Membangun organisasi massa demokratis dan menggalang persatuan rakyat yang berlawan terhadap Neoliberalisme dan perjuangan demokrasi dalam negeri
     Membangun gerakan massa demokratis.
    Selama hampir 30 tahun, indonesia mengalami pasang surut gerakan massa demokratis. Gerakan massa demokratis adalah gerakan massa yang bertujuan menuntut pemenuhan hak-hak demoratia ( kepentingan sosial-ekonomi massanya ). Tahun 70an gerakan massa bangkit melalui beberapa momen seperti malari tahun 1974 maupun penolakan pencalonan presiden suharto tahun 1978. represifitas memaksa gerakn massa tiarap. Tahun 80an gerakan massa bangkit kemballi (kasus kedung ombo, badega, nipah dll)kemudian menghilang . pada ahir kekuasaan suharto kembali lagi dengan pelengsetran suharto.
    Pasca reformas gerakan massa berjalan namun dengan ekskalasi yang rendahpersoalannya belum terkosolidasikan dengan rapi.aksi-aksi demokratis belumbertujuan pada penghancuran neoliberalisme dan perjuangan dalam negeri kongkritnya memusnahkan sisa-sisa feodalisme. Upaya menarik dukungan massa seluas-luasnya adalah upaya yang harus tetap digelorakan dalam membangun gerakan massa demokratis.

    Gerakan massa demoratis melawan neliberalisme dann perjuangan domokrasi dalam negeri.
    Rejim yang memimpin indonesia saat ini pada hakekatnya adalah rejim yang merupakan kepanjangan tangan dari neoliberalisme . sudah menjadi watak rejim yang demikian untuk melakukan penyelewengan kekuasaan guna mengeruk keuntungan pribadi maupun golongan. Pemerintahan indonesia dari tahu ke tahun tetap menghamba pada IMF atau CGI dan senantiasa tunduk pada perjanjian yang tertuang dalam Loi (letter of inten) imbas dari perjanjian itu yang cukup kentara adalah pemotongan subsidi publik( kesehatan, pendidikan, BBM, TDL dan lain lain.)ini adalah salah satu kebijakan neoliberalismme anti rakyat yang harus dilawan.
    demikian pula setiap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak pernah berangkat dari keinginan mayoritas rakyat indonisia. Ini adalah cermin dari sisa-sisa feodalisme yang yang sudah menjadi basis struktur masyarakat tentu saja bekolaborasi dengan pemilik modal internasional dibawah setting neoliberalisme. Adalah mutlak adanya perlawanan terhadap Imperialisme harus dibarengi perjuangan demokrasi dalam negeri.

    Bagaiman melawan Imperialisme

    Lantas bagaimana cara melawannya? Rakyat atau massa adalah potensi perlawanan yang paling kongkrit. Buruh dan tani adalah mayoritas rakyat indonisia yang sehari-harinya digesek oleh penindasan demikian pula kekuatan-kekuatan lain yang menjadi kekuatan pendukung seperti mahasiswa juga terhisap oleh skema neoliberalisme. Potensi-potensi perlawanan rakyat harus senantiasas digalang untuk mendapat daya tekan yang lebih tinggi. Persatuan rayat antara buruh, tani, mahasisiwa, kaum miskin kota dan kalangan demokratis lainnya yang akan membuat kayannya yaitu perubahan mendasar, perubahan yang menghancurkan tatanan lama yang sudah usang. Oleh karena itu persatuan rakyat yang mayoritas adalah jawaban satu-satunya terhadap persoalan bangsa selama ini.

      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 7:14 pm