TUJUH
LANGIT, TUJUH MALAIKAT PENJAGA DAN TUJUH AMAL SANG HAMBA
Dari Ibnu Mubarak dan Khalid bin
Ma'dan, mereka berkata kepada Mu'adz bin Jabal, "Mohon ceritakan kepada
kami sebuah hadits yang telah Rasulullah ajarkan kepadamu, yang telah dihafal
olehmu dan selalu diingat-ingatnya karena saking kerasnya hadits tersebut dan saking
halus serta dalamnya makna ungkapannya. hadits manakah yang engkau anggap
sebagai hadits terpenting?"
Mu'adz menjawab, "Baiklah, akan
aku ceritakan..." Tiba-tiba Mu'adz menangis tersedu-sedu. Lama sekali
tangisannya itu, hingga beberapa saat kemudian baru terdiam. Beliau kemudian
berkata, "Emh, sungguh aku rindu sekali kepada Rasulullah. Ingin sekali
aku bersua kembali dengan beliau...". Kemudian Mu'adz melanjutkan:
Suatu hari ketika aku menghadap
Rasulullah Saw. yang suci, saat itu beliau tengah menunggangi untanya. Nabi
kemudian menyuruhku untuk turut naik bersama beliau di belakangnya. Aku pun
menaiki unta tersebut di belakang beliau. Kemudian aku melihat Rasulullah menengadah
ke langit dan bersabda, "Segala kesyukuran hanyalah diperuntukkan bagi
Allah yang telah menetapkan kepada setiap ciptaan-Nya apa-apa yang Dia
kehendaki. Wahai Mu'adz....!
Labbaik,
wahai penghulu para rasul....!
Akan
aku ceritakan kepadamu sebuah kisah, yang apabila engkau menjaganya baik-baik,
maka hal itu akan memberikan manfaat bagimu. Namun sebaliknya, apabila engkau
mengabaikannya, maka terputuslah hujjahmu di sisi Allah Azza wa Jalla....!
Wahai
Mu'adz...Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkati dan Mahatinggi telah
menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan petala langit dan bumi. Pada
setiap langit terdapat satu malaikat penjaga pintunya, dan menjadikan penjaga
dari tiap pintu tersebut satu malaikat yang kadarnya disesuaikan dengan keagungan
dari tiap tingkatan langitnya.
Suatu
hari naiklah malaikat Hafadzah dengan amalan seorang hamba yang amalan tersebut
memancarkan cahaya dan bersinar bagaikan matahari. Hingga sampailah amalan
tersebut ke langit dunia (as-samaa'I d-dunya) yaitu sampai ke dalam jiwanya.
Malaikat Hafadzah kemudian memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya.
Namun
tatkala sampai pada pintu langit pertama, tiba-tiba malaikat penjaga pintu
tersebut berkata, "Tamparlah wajah pemilik amal ini dengan amalannya
tersebut!! Aku adalah pemilik ghibah... Rabb Pemeliharaku memerintahkan
kepadaku untuk mencegah setiap hamba yang telah berbuat ghibah di antara manusia,
membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan orang lain yang apabila orang itu mengetahuinya,
dia tidak suka mendengarnya untuk dapat melewati pintu langit pertama
ini....!!"
Kemudian
keesokan harinya malaikat Hafadzah naik ke langit beserta amal shalih seorang
hamba lainnya. Amal tersebut bercahaya yang cahayanya terus diperbanyak oleh
Hafadzah dan disucikannya, hingga akhirnya dapat menembus ke langit kedua.
Namun malaikat penjaga pintu langit kedua tiba-tiba berkata, "Berhenti
kalian...! Tamparlah wajah pemilik amal tersebut dengan amalannya itu! Sesungguhnya
dia beramal namun dibalik amalannya itu dia menginginkan penampilan duniawi
belaka ('aradla d-dunya). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak
membiarkan amalan si hamba yang berbuat itu melewati langit dua ini menuju
langit berikutnya!"
Mendengar
itu semua, para malaikat pun melaknati si hamba tersebut hingga petang harinya.
Malaikat
Hafadzah lainnya naik bersama amalan sang hamba yang nampak indah, yang di
dalamnya terdapat shadaqah, shaum-shaumnya serta perbuatan baiknya yang
melimpah. Malaikat Hafadzah pun memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya hingga
akhirnya dapat menembus langit pertama dan kedua. Namun ketika sampai di pintu langit
ketiga, tiba-tiba malaikat penjaga pintu langit tersebut berkata,
"Berhentilah kalian...! Tamparkanlah wajah pemilik amalan tersebut dengan
amalan-amalannya itu! Aku adalah penjaga al-Kibr (sifat takabur). Rabb
Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalannya
melewatikum, karena selama ini dia selalu bertakabur di hadapan manusia ketika
berkumpul dalam setiap majelis pertemuan mereka...."
Malaikat
Hafadzah lainnya naik ke langit demi langit dengan membawa amalan seorang hamba
yang tampak berkilauan bagaikan kerlip bintang gemintang dan planet. Suaranya
tampak bergema dan tasbihnya bergaung disebabkan oleh ibadah shaum, shalat,
haji dan umrah, hingga tampak menembus tiga langit pertama dan sampai ke pintu
langit keempat. Namun malaikat penjaga
pintu tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Dan tamparkan dengan amalan-amalan tersebut ke wajah
pemiliknya..! Aku adalah malaikat penjaga sifat 'ujub (takjub akan keadaan
jiwanya sendiri). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku agar ridak
membiarkan amalannya melewatiku hingga menembus langit sesudahku. Dia selalu memasukkan
unsur 'ujub di dalam jiwanya ketika melakukan suatu perbuatan...!"
Malaikat
Hafadzah lainnya naik bersama amalan seorang hamba yang diiring bagaikan
iringan pengantin wanita menuju suaminya. Hingga sampailah amalan tersebut
menembus langit kelima dengan amalannya yang baik berupa jihad, haji dan umrah.
Amalan tersebut memiliki cahaya bagaikan sinar matahari. Namun sesampainya di
pintu langit kelima tersebut, berkatalah sang malaikat penjaga pintu,
"Saya adalah pemilik sifat hasad (dengki). Dia telah berbuat dengki kepada
manusia ketika mereka diberi karunia oleh Allah. Dia marah terhadap apa-apa
yang telah Allah ridlai dalam ketetapan-Nya. Rabb Pemeliharaku memerintahkan
aku untuk tidak membiarkan amal tersebut melewatiku menunju langit
berikutnya...!"
Malaikat
Hafadzah lainnya naik dengan amalan seorang hamba berupa wudlu yang sempurna,
shalat yang banyak, shaum-shaumnya, haji dan umrah, hingga sampailah ke langit
yang keenam. Namun malaikat penjaga pintu langit keenam berkata, 'Saya adalah
pemilik ar-rahmat (kasih sayang). Tamparkanlah amalan si hamba tersebut ke wajah
pemilikinya. Dia tidak memilki sifat rahmaniah sama sekali di hadapan manusia.
Dia malah merasa senang ketika melihat musibah menimpa hamba lainnya. Rabb
Pemeliharaku memerintahkanku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku menuju
langit berikutnya...!'
Naiklah
malaikat Hafadzah lainnya bersama amalan seorang hamba berupa nafkah yang
berlimpah, shaum, shalat, jihad dan sifat wara' (berhati-hati dalam bermal).
Amalan tersebut bergemuruh bagaikan guntur
dan bersinar bagaikan bagaikan kilatan petir. Namun ketika sampai pada langit
yang ketujuh, berhentilah amalan tersebut di hadapan malaikat penjaga pintunya.
Malaikat itu berkata, 'Saya adalah pemilik sebutan (adz-dzikru) atau sum'ah
(mencintai kemasyhuran) di antara manusia. Sesungguhnya pemilik amal ini berbuat
sesuatu karena menginginkan sebutan kebaikan amal perbuatannya di dalam setiap
pertemuan. Ingin disanjung di antara kawan-kawannya dan mendapatkan kehormatan
di antara para pembesar. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak
membiarkan amalannya menembus melewati pintu langit ini menuju langit sesudahnya.
Dan setiap amal yang tidak diperuntukkan bagi Allah ta'ala secara ikhlas, maka
dia telah berbuat riya', dan Allah Azza wa Jalla tidak menerima amalan
seseorang yang diiringi dengan riya' tersebut....!'
Dan
malaikat Hafadzah lainnya naik beserta amalan seorang hamba berupa shalat,
zakat, shaum demi shaum, haji, umrah, akhlak yang berbuahkan hasanah, berdiam
diri, berdzikir kepada Allah Ta'ala, maka seluruh malaikat di tujuh langit
tersebut beriringan menyertainya hingga terputuslah seluruh hijab dalam menuju
Allah Subhanahu. Mereka berhenti di hadapan ar-Rabb yang Keagungan-Nya (sifat
Jalal-Nya) bertajalli. Dan para malaikat tersebut menyaksikan amal sang hamba
itu merupakan amal shalih yang diikhlaskannya hanya bagi Allah Ta'ala.
Namun
tanpa disangka Allah berfirman, 'Kalian adalah malaikat Hafadzah yang menjaga
amal-amal hamba-Ku, dan Aku adalah Sang Pengawas, yang memiliki kemampuan dalam
mengamati apa-apa yang ada di dalam jiwanya. Sesungguhnya dengan amalannya itu,
sebenarnya dia tidak menginginkan Aku. Dia menginginkan selain Aku...! Dia tidak
mengikhlaskan amalannya bagi-Ku. Dan Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang dia
inginkan dari amalannya tersebut. Laknatku bagi dia yang telah menipu makhluk
lainnya dan kalian semua, namun Aku sama sekali tidak tertipu olehnya. Dan Aku
adalah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, Yang memunculkan apa-apa yang tersimpan
di dalam kalbu-kalbu. Tidak ada satu pun di hadapan-Ku yang tersembunyi, dan
tidak ada yang samar di hadapan-Ku terhadap segala yang tersamar.....
Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku
terhadap apa-apa yang belum terjadi. Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah
berlalu sama dengan pengetahuan-Ku terhadap yang akan datang. Dan pengetahuan-Ku
terhadap segala sesuatu yang awal sebagaimana pengetahuan-Ku terhadap segala
yang akhir. Aku lebih mengetahui sesuatu yang rahasia dan tersembunyi.
Bagaimana mungkin hamba-Ku menipu-Ku dengan ilmunya. Sesungguhnya dia hanyalah
menipu para makhluk yang tidak memiliki pengetahuan, dan Aku Maha Mengetahui segala
yang ghaib. Baginya laknat-Ku....!!
Mendengar
itu semua maka berkatalah para malaikat penjaga tujuh langit beserta tiga ribu
pengiringnya, 'Wahai Rabb Pemelihara kami, baginya laknat-Mu dan laknat kami.
Dan berkatalah seluruh petala langit, 'Laknat Allah baginya dan laknat mereka
yang melaknat buat sang hamba itu..! Mendengar penuturan Rasulullah Saw.
sedemikian rupa, tiba-tiba menangislah Mu'adz Rahimahullah, dengan isak
tangisnya yang cukup keras...Lama baru terdiam kemudian dia berkata dengan
lirihnya, "Wahai Rasulullah......Bagaimana bisa aku selamat dari apa-apa
yang telah engkau ceritakan tadi...??" Rasulullah bersabda, "Oleh
karena itu wahai Mu'adz.....Ikutilah Nabimu di dalam sebuah keyakinan...".
Dengan suara yang bergetar Mu'adz berkata, "Engkau adalah Rasul Allah, dan
aku hanyalah seorang Mu'adz bin Jabal....Bagaimana aku bisa selamat dan lolos
dari itu semua...??" Nabi yang suci bersabda, "Baiklah wahai Mu'adz,
apabila engkau merasa kurang sempurna dalam melakukan semua amalanmu itu, maka cegahlah
lidahmu dari ucapan ghibah dan fitnah terhadap sesama manusia, khususnya
terhadap saudara-saudaramu yang sama-sama memegang Alquran. Apabila engkau
hendak berbuat ghibah atau memfitnah orang lain, haruslah ingat kepada
pertanggungjawaban jiwamu sendiri, sebagaimana engkau telah mengetahui bahwa
dalam jiwamu pun penuh dengan aib-aib. Janganlah engkau mensucikan jiwamu dengan
cara menjelek-jelekkan orang lain. Jangan angkat derajat jiwamu dengan cara
menekan orang lain. Janganlah tenggelam di dalam memasuki urusan dunia sehingga
hal itu dapat melupakan urusan akhiratmu. Dan janganlah engkau berbisik-bisik
dengan seseorang, padahal di sebelahmu terdapat orang lain yang tidak
diikutsertakan. Jangan merasa dirimu agung dan terhormat di hadapan manusia,
karena hal itu akan membuat habis terputus nilai kebaikan-kebaikanmu di dunia
dan akhirat. Janganlah berbuat keji di dalam majelis pertemuanmu sehingga
akibatnya mereka akan menjauhimu karena buruknya akhlakmu. Janganlah engkau
ungkit-ungkit kebaikanmu di hadapan orang lain. Janganlah engkau robek
orang-orang dengan lidahmu yang akibatnya engkau pun akan dirobek-robek oleh anjing-anjing
Jahannam, sebagaimana firman-Nya Ta'ala, "Demi yang merobek-robek dengan
merobek yang sebenar-benarnya..." (QS An-Naaziyat [79]: 2) Di neraka itu,
daging akan dirobek hingga
mencapat
tulang........
Mendengar
penuturan Nabi sedemikian itu, Mu'adz kembali bertanya dengan suaranya yang
semakin lirih, "Wahai Rasulullah, Siapa sebenarnya yang akan mampu
melakukan itu semua....??"
"Wahai
Mu'adz...! Sebenarnya apa-apa yang telah aku paparkan tadi dengan segala
penjelasnnya serta cara-cara menghindari bahayanya itu semua akan sangat mudah
bagi dia yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala.... Oleh karena itu cukuplah bagimu
mencintai sesama manusia, sebagaimana engkau mencintai jiwamu sendiri, dan
engkau membenci mereka sebagaimana jiwamu membencinya. Dengan itu semua niscaya
engkau akan mampu dan selamat dalam menempuhnya.....!!" Khalid bin Ma'dan
kemudian berkata bahwa Mu'adz bin Jabal sangat sering membaca hadits tersebut
sebagaimana seringnya beliau membaca Alquran, dan sering mempelajarinya serta
menjagaanya sebagaimana beliau mempelajari dan menjaga Alquran di dalam majelis
pertemuannya.
Al-Ghazali
Rahimahullah kemudian berkata, "Setelah kalian mendengar hadits yang
sedemikian luhur beritanya, sedemikian besar bahayanya, atsarnya yang sungguh
menggetarkan, serasa akan terbang bila hati mendengarnya serta meresahkan akal
dan menyempitkan dada yang kini penuh dengan huru-hara yang mencekam. Kalian
harus berlindung kepada Rabb-mu, Pemelihara Seru Sekalian Alam. Berdiam diri di
ujung sebuah pintu taubat, mudah-mudahan kalbumu akan dibuka oleh Allah dengan lemah
lembut, merendahkan diri dan berdoa, menjerit dan menangis semalaman. Juga di
siang hari bersama orang-orang yang merendahkan diri, yang menjerit dan selalu
berdoa kepada Allah Ta'ala. Sebab itu semua adalah sebuah persoalan bersar
dalam hidupmu yang kalian tidak akan selamat darinya melainkan disebabkan atas
pertolongan Allah Ta'ala
Hadits dari Mu'adz bin Jabbal
FORUM IHYA
Overview
Study of Ihya
Selected Hadits
Atsar-Atsar
Voice of Forum Ihya
LANGIT, TUJUH MALAIKAT PENJAGA DAN TUJUH AMAL SANG HAMBA
Dari Ibnu Mubarak dan Khalid bin
Ma'dan, mereka berkata kepada Mu'adz bin Jabal, "Mohon ceritakan kepada
kami sebuah hadits yang telah Rasulullah ajarkan kepadamu, yang telah dihafal
olehmu dan selalu diingat-ingatnya karena saking kerasnya hadits tersebut dan saking
halus serta dalamnya makna ungkapannya. hadits manakah yang engkau anggap
sebagai hadits terpenting?"
Mu'adz menjawab, "Baiklah, akan
aku ceritakan..." Tiba-tiba Mu'adz menangis tersedu-sedu. Lama sekali
tangisannya itu, hingga beberapa saat kemudian baru terdiam. Beliau kemudian
berkata, "Emh, sungguh aku rindu sekali kepada Rasulullah. Ingin sekali
aku bersua kembali dengan beliau...". Kemudian Mu'adz melanjutkan:
Suatu hari ketika aku menghadap
Rasulullah Saw. yang suci, saat itu beliau tengah menunggangi untanya. Nabi
kemudian menyuruhku untuk turut naik bersama beliau di belakangnya. Aku pun
menaiki unta tersebut di belakang beliau. Kemudian aku melihat Rasulullah menengadah
ke langit dan bersabda, "Segala kesyukuran hanyalah diperuntukkan bagi
Allah yang telah menetapkan kepada setiap ciptaan-Nya apa-apa yang Dia
kehendaki. Wahai Mu'adz....!
Labbaik,
wahai penghulu para rasul....!
Akan
aku ceritakan kepadamu sebuah kisah, yang apabila engkau menjaganya baik-baik,
maka hal itu akan memberikan manfaat bagimu. Namun sebaliknya, apabila engkau
mengabaikannya, maka terputuslah hujjahmu di sisi Allah Azza wa Jalla....!
Wahai
Mu'adz...Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkati dan Mahatinggi telah
menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan petala langit dan bumi. Pada
setiap langit terdapat satu malaikat penjaga pintunya, dan menjadikan penjaga
dari tiap pintu tersebut satu malaikat yang kadarnya disesuaikan dengan keagungan
dari tiap tingkatan langitnya.
Suatu
hari naiklah malaikat Hafadzah dengan amalan seorang hamba yang amalan tersebut
memancarkan cahaya dan bersinar bagaikan matahari. Hingga sampailah amalan
tersebut ke langit dunia (as-samaa'I d-dunya) yaitu sampai ke dalam jiwanya.
Malaikat Hafadzah kemudian memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya.
Namun
tatkala sampai pada pintu langit pertama, tiba-tiba malaikat penjaga pintu
tersebut berkata, "Tamparlah wajah pemilik amal ini dengan amalannya
tersebut!! Aku adalah pemilik ghibah... Rabb Pemeliharaku memerintahkan
kepadaku untuk mencegah setiap hamba yang telah berbuat ghibah di antara manusia,
membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan orang lain yang apabila orang itu mengetahuinya,
dia tidak suka mendengarnya untuk dapat melewati pintu langit pertama
ini....!!"
Kemudian
keesokan harinya malaikat Hafadzah naik ke langit beserta amal shalih seorang
hamba lainnya. Amal tersebut bercahaya yang cahayanya terus diperbanyak oleh
Hafadzah dan disucikannya, hingga akhirnya dapat menembus ke langit kedua.
Namun malaikat penjaga pintu langit kedua tiba-tiba berkata, "Berhenti
kalian...! Tamparlah wajah pemilik amal tersebut dengan amalannya itu! Sesungguhnya
dia beramal namun dibalik amalannya itu dia menginginkan penampilan duniawi
belaka ('aradla d-dunya). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak
membiarkan amalan si hamba yang berbuat itu melewati langit dua ini menuju
langit berikutnya!"
Mendengar
itu semua, para malaikat pun melaknati si hamba tersebut hingga petang harinya.
Malaikat
Hafadzah lainnya naik bersama amalan sang hamba yang nampak indah, yang di
dalamnya terdapat shadaqah, shaum-shaumnya serta perbuatan baiknya yang
melimpah. Malaikat Hafadzah pun memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya hingga
akhirnya dapat menembus langit pertama dan kedua. Namun ketika sampai di pintu langit
ketiga, tiba-tiba malaikat penjaga pintu langit tersebut berkata,
"Berhentilah kalian...! Tamparkanlah wajah pemilik amalan tersebut dengan
amalan-amalannya itu! Aku adalah penjaga al-Kibr (sifat takabur). Rabb
Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalannya
melewatikum, karena selama ini dia selalu bertakabur di hadapan manusia ketika
berkumpul dalam setiap majelis pertemuan mereka...."
Malaikat
Hafadzah lainnya naik ke langit demi langit dengan membawa amalan seorang hamba
yang tampak berkilauan bagaikan kerlip bintang gemintang dan planet. Suaranya
tampak bergema dan tasbihnya bergaung disebabkan oleh ibadah shaum, shalat,
haji dan umrah, hingga tampak menembus tiga langit pertama dan sampai ke pintu
langit keempat. Namun malaikat penjaga
pintu tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Dan tamparkan dengan amalan-amalan tersebut ke wajah
pemiliknya..! Aku adalah malaikat penjaga sifat 'ujub (takjub akan keadaan
jiwanya sendiri). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku agar ridak
membiarkan amalannya melewatiku hingga menembus langit sesudahku. Dia selalu memasukkan
unsur 'ujub di dalam jiwanya ketika melakukan suatu perbuatan...!"
Malaikat
Hafadzah lainnya naik bersama amalan seorang hamba yang diiring bagaikan
iringan pengantin wanita menuju suaminya. Hingga sampailah amalan tersebut
menembus langit kelima dengan amalannya yang baik berupa jihad, haji dan umrah.
Amalan tersebut memiliki cahaya bagaikan sinar matahari. Namun sesampainya di
pintu langit kelima tersebut, berkatalah sang malaikat penjaga pintu,
"Saya adalah pemilik sifat hasad (dengki). Dia telah berbuat dengki kepada
manusia ketika mereka diberi karunia oleh Allah. Dia marah terhadap apa-apa
yang telah Allah ridlai dalam ketetapan-Nya. Rabb Pemeliharaku memerintahkan
aku untuk tidak membiarkan amal tersebut melewatiku menunju langit
berikutnya...!"
Malaikat
Hafadzah lainnya naik dengan amalan seorang hamba berupa wudlu yang sempurna,
shalat yang banyak, shaum-shaumnya, haji dan umrah, hingga sampailah ke langit
yang keenam. Namun malaikat penjaga pintu langit keenam berkata, 'Saya adalah
pemilik ar-rahmat (kasih sayang). Tamparkanlah amalan si hamba tersebut ke wajah
pemilikinya. Dia tidak memilki sifat rahmaniah sama sekali di hadapan manusia.
Dia malah merasa senang ketika melihat musibah menimpa hamba lainnya. Rabb
Pemeliharaku memerintahkanku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku menuju
langit berikutnya...!'
Naiklah
malaikat Hafadzah lainnya bersama amalan seorang hamba berupa nafkah yang
berlimpah, shaum, shalat, jihad dan sifat wara' (berhati-hati dalam bermal).
Amalan tersebut bergemuruh bagaikan guntur
dan bersinar bagaikan bagaikan kilatan petir. Namun ketika sampai pada langit
yang ketujuh, berhentilah amalan tersebut di hadapan malaikat penjaga pintunya.
Malaikat itu berkata, 'Saya adalah pemilik sebutan (adz-dzikru) atau sum'ah
(mencintai kemasyhuran) di antara manusia. Sesungguhnya pemilik amal ini berbuat
sesuatu karena menginginkan sebutan kebaikan amal perbuatannya di dalam setiap
pertemuan. Ingin disanjung di antara kawan-kawannya dan mendapatkan kehormatan
di antara para pembesar. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak
membiarkan amalannya menembus melewati pintu langit ini menuju langit sesudahnya.
Dan setiap amal yang tidak diperuntukkan bagi Allah ta'ala secara ikhlas, maka
dia telah berbuat riya', dan Allah Azza wa Jalla tidak menerima amalan
seseorang yang diiringi dengan riya' tersebut....!'
Dan
malaikat Hafadzah lainnya naik beserta amalan seorang hamba berupa shalat,
zakat, shaum demi shaum, haji, umrah, akhlak yang berbuahkan hasanah, berdiam
diri, berdzikir kepada Allah Ta'ala, maka seluruh malaikat di tujuh langit
tersebut beriringan menyertainya hingga terputuslah seluruh hijab dalam menuju
Allah Subhanahu. Mereka berhenti di hadapan ar-Rabb yang Keagungan-Nya (sifat
Jalal-Nya) bertajalli. Dan para malaikat tersebut menyaksikan amal sang hamba
itu merupakan amal shalih yang diikhlaskannya hanya bagi Allah Ta'ala.
Namun
tanpa disangka Allah berfirman, 'Kalian adalah malaikat Hafadzah yang menjaga
amal-amal hamba-Ku, dan Aku adalah Sang Pengawas, yang memiliki kemampuan dalam
mengamati apa-apa yang ada di dalam jiwanya. Sesungguhnya dengan amalannya itu,
sebenarnya dia tidak menginginkan Aku. Dia menginginkan selain Aku...! Dia tidak
mengikhlaskan amalannya bagi-Ku. Dan Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang dia
inginkan dari amalannya tersebut. Laknatku bagi dia yang telah menipu makhluk
lainnya dan kalian semua, namun Aku sama sekali tidak tertipu olehnya. Dan Aku
adalah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, Yang memunculkan apa-apa yang tersimpan
di dalam kalbu-kalbu. Tidak ada satu pun di hadapan-Ku yang tersembunyi, dan
tidak ada yang samar di hadapan-Ku terhadap segala yang tersamar.....
Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku
terhadap apa-apa yang belum terjadi. Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah
berlalu sama dengan pengetahuan-Ku terhadap yang akan datang. Dan pengetahuan-Ku
terhadap segala sesuatu yang awal sebagaimana pengetahuan-Ku terhadap segala
yang akhir. Aku lebih mengetahui sesuatu yang rahasia dan tersembunyi.
Bagaimana mungkin hamba-Ku menipu-Ku dengan ilmunya. Sesungguhnya dia hanyalah
menipu para makhluk yang tidak memiliki pengetahuan, dan Aku Maha Mengetahui segala
yang ghaib. Baginya laknat-Ku....!!
Mendengar
itu semua maka berkatalah para malaikat penjaga tujuh langit beserta tiga ribu
pengiringnya, 'Wahai Rabb Pemelihara kami, baginya laknat-Mu dan laknat kami.
Dan berkatalah seluruh petala langit, 'Laknat Allah baginya dan laknat mereka
yang melaknat buat sang hamba itu..! Mendengar penuturan Rasulullah Saw.
sedemikian rupa, tiba-tiba menangislah Mu'adz Rahimahullah, dengan isak
tangisnya yang cukup keras...Lama baru terdiam kemudian dia berkata dengan
lirihnya, "Wahai Rasulullah......Bagaimana bisa aku selamat dari apa-apa
yang telah engkau ceritakan tadi...??" Rasulullah bersabda, "Oleh
karena itu wahai Mu'adz.....Ikutilah Nabimu di dalam sebuah keyakinan...".
Dengan suara yang bergetar Mu'adz berkata, "Engkau adalah Rasul Allah, dan
aku hanyalah seorang Mu'adz bin Jabal....Bagaimana aku bisa selamat dan lolos
dari itu semua...??" Nabi yang suci bersabda, "Baiklah wahai Mu'adz,
apabila engkau merasa kurang sempurna dalam melakukan semua amalanmu itu, maka cegahlah
lidahmu dari ucapan ghibah dan fitnah terhadap sesama manusia, khususnya
terhadap saudara-saudaramu yang sama-sama memegang Alquran. Apabila engkau
hendak berbuat ghibah atau memfitnah orang lain, haruslah ingat kepada
pertanggungjawaban jiwamu sendiri, sebagaimana engkau telah mengetahui bahwa
dalam jiwamu pun penuh dengan aib-aib. Janganlah engkau mensucikan jiwamu dengan
cara menjelek-jelekkan orang lain. Jangan angkat derajat jiwamu dengan cara
menekan orang lain. Janganlah tenggelam di dalam memasuki urusan dunia sehingga
hal itu dapat melupakan urusan akhiratmu. Dan janganlah engkau berbisik-bisik
dengan seseorang, padahal di sebelahmu terdapat orang lain yang tidak
diikutsertakan. Jangan merasa dirimu agung dan terhormat di hadapan manusia,
karena hal itu akan membuat habis terputus nilai kebaikan-kebaikanmu di dunia
dan akhirat. Janganlah berbuat keji di dalam majelis pertemuanmu sehingga
akibatnya mereka akan menjauhimu karena buruknya akhlakmu. Janganlah engkau
ungkit-ungkit kebaikanmu di hadapan orang lain. Janganlah engkau robek
orang-orang dengan lidahmu yang akibatnya engkau pun akan dirobek-robek oleh anjing-anjing
Jahannam, sebagaimana firman-Nya Ta'ala, "Demi yang merobek-robek dengan
merobek yang sebenar-benarnya..." (QS An-Naaziyat [79]: 2) Di neraka itu,
daging akan dirobek hingga
mencapat
tulang........
Mendengar
penuturan Nabi sedemikian itu, Mu'adz kembali bertanya dengan suaranya yang
semakin lirih, "Wahai Rasulullah, Siapa sebenarnya yang akan mampu
melakukan itu semua....??"
"Wahai
Mu'adz...! Sebenarnya apa-apa yang telah aku paparkan tadi dengan segala
penjelasnnya serta cara-cara menghindari bahayanya itu semua akan sangat mudah
bagi dia yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala.... Oleh karena itu cukuplah bagimu
mencintai sesama manusia, sebagaimana engkau mencintai jiwamu sendiri, dan
engkau membenci mereka sebagaimana jiwamu membencinya. Dengan itu semua niscaya
engkau akan mampu dan selamat dalam menempuhnya.....!!" Khalid bin Ma'dan
kemudian berkata bahwa Mu'adz bin Jabal sangat sering membaca hadits tersebut
sebagaimana seringnya beliau membaca Alquran, dan sering mempelajarinya serta
menjagaanya sebagaimana beliau mempelajari dan menjaga Alquran di dalam majelis
pertemuannya.
Al-Ghazali
Rahimahullah kemudian berkata, "Setelah kalian mendengar hadits yang
sedemikian luhur beritanya, sedemikian besar bahayanya, atsarnya yang sungguh
menggetarkan, serasa akan terbang bila hati mendengarnya serta meresahkan akal
dan menyempitkan dada yang kini penuh dengan huru-hara yang mencekam. Kalian
harus berlindung kepada Rabb-mu, Pemelihara Seru Sekalian Alam. Berdiam diri di
ujung sebuah pintu taubat, mudah-mudahan kalbumu akan dibuka oleh Allah dengan lemah
lembut, merendahkan diri dan berdoa, menjerit dan menangis semalaman. Juga di
siang hari bersama orang-orang yang merendahkan diri, yang menjerit dan selalu
berdoa kepada Allah Ta'ala. Sebab itu semua adalah sebuah persoalan bersar
dalam hidupmu yang kalian tidak akan selamat darinya melainkan disebabkan atas
pertolongan Allah Ta'ala
Hadits dari Mu'adz bin Jabbal
FORUM IHYA
Overview
Study of Ihya
Selected Hadits
Atsar-Atsar
Voice of Forum Ihya
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as