Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    bahaya memakai hadis dho'if

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 37
    Lokasi : rahasia

    bahaya memakai hadis dho'if Empty bahaya memakai hadis dho'if

    Post by kutubuku Thu Jun 24, 2010 3:03 pm

    Bahaya
    Hadits Dla’if Dan Mawdlu’ (Palsu)





    Di
    antara bencana besar yang menimpa kaum Muslimin sejak periode-periode pertama
    adalah tersebar luasnya hadits-hadits Dla’if (lemah) dan Mawdlu’
    (palsu) di tengah mereka. Tidak ada seorang pun yang dikecualikan di sini
    sekalipun mereka adalah kalangan para ulama mereka kecuali beberapa gelintir
    orang yang dikehendaki Allah, di antaranya para imam hadits dan Nuqqaad (Para
    Kritikus hadits) seperti Imam al-Bukhary, Ahmad, Ibn Ma’in, Abu Hatim ar-Razy
    dan ulama lainnya.

    Penyebaran yang secara meluas tersebut mengakibatkan banyak dampak negatif, di
    antaranya ada yang terkait dengan masalah-masalah aqidah yang bersifat ghaib
    dan di antaranya pula ada yang berupa perkara-perkara Tasyri’
    (Syari’at).

    Adalah hikmah Allah Ta’ala Yang Maha Mengetahui, bahwa Dia tidak membiarkan
    hadits-hadits yang dibuat-buat oleh orang-orang yang benci terhadap agama ini
    untuk tujuan-tujuan tertentu menjalar ke tubuh kaum Muslimin tanpa mengutus
    orang yang akan menyingkap kedok yang menutupi hakikatnya dan menjelaskan
    kepada manusia permasalahannya. Mereka itulah para ulama Ahli hadits dan
    pembawa panji-panji sunnah Nabawiyyah yang didoakan Rasullah dalam sabdanya,
    “Semoga Allah mencerahkan (menganugerahi nikmat) seseorang yang mendengarkan
    perkataanku lalu menangkap (mencernanya), menghafal dan menyampaikannya. Betapa
    banyak orang yang membawa ilmu tetapi tidak lebih faqih (untuk dapat menghafal
    dan menyampaikannya) dari orang yang dia sampaikan kepadanya/pendengarya (karena
    ia mampu menggali dalil sehingga lebih faqih darinya).” (HR.Abu Daud dan
    at-Turmudzy yang menilainya shahih).

    Para imam tersebut –semoga Allah mengganjar kebaikan kepada mereka dari kaum
    Muslimin- telah menjelaskan kondisi kebanyakan hadits-hadits tersebut dari sisi
    keshahihan, kelemahan atau pun kepalsuannya dan telah membuat dasar-dasar yang
    kokoh dan kaidah-kaidah yang mantap di mana siapa saja yang menekuni dan
    mempelajarinya secara mendalam untuk mengetahuinya, maka dia akan dapat
    mengetahui kualitas dari hadits apa pun meski mereka (para imam tersebut) belum
    memberikan penilaian atasnya secara tertulis. Itulah yang disebut dengan ilmu
    Ushul Hadits atau yang lebih dikenal dengan Llmu Mushthalah Hadits.

    Para ulama generasi terakhir (al-Muta`akkhirin) telah mengarang beberapa buku
    yang khusus untuk mencari hadits-hadits dan menjelaskan kondisinya, di
    antaranya yang paling masyhur dan luas bahasannya adalah kitab al-Maqaashid
    al-Hasanah Fii Bayaan Katsiir Min al-Ahaadiits al-Musytahirah ‘Ala al-Alsinah

    karya al-Hafizh as-Sakhawy. Demikian juga buku semisalnya seperti buku-buku Takhriijaat
    (untuk mengeluarkan jaluar hadits dan kualitasnya) yang menjelaskan kondisi
    hadits-hadits yang terdapat di dalam buku-buku pengarang yang buku berasal dari
    Ahli Hadits (Ulama hadits) dan buku-buku yang berisi hadits-hadits yang tidak
    ada asalnya seperti buku Nashb ar-Raayah Li Ahaadiits al-Bidaayah karya
    al-Hafizh az-Zaila’iy, al-Mugny ‘An Haml al-Asfaar Fii al-Asfaar Fii
    Takhriij Maa Fii Ihyaa` Min al-Akhbaar
    karya al-Hafizh al-‘Iraqy, at-Talkhiish
    al-Habiir Fii Takhriij Ahaadiits ar-Raafi’iy al-Kabiir
    karya al-Hafizh Ibn
    Hajar al-‘Asqalany, Takhriij Ahaadiits al-Kasysyaaf karya Ibn Hajar juga
    dan Takhriij Ahaadiits asy-Syifaa` karya Imam as-Suyuthy, semua buku
    tersebut sudah dicetak dan diterbitkan.

    Sekalipun para imam tersebut –semoga Allah mengganjar kebaikan kepada mereka-
    telah melanggengkan jalan kepada generasi setelah mereka, baik buat kalangan
    para ulama maupun para penuntut ilmu hingga mereka mengetahui kualitas setiap
    hadits melalui buku-buku tersebut dan semisalnya, akan tetapi –sangat
    disayangkan sekali- kami melihat mereka malah telah berpaling dari membaca
    buku-buku tersebut. Maka karenanya, mereka pun buta terhadap kondisi
    hadits-hadits yang telah mereka hafal dari para guru mereka atau yang mereka
    baca pada sebagian buku yang tidak interes terhadap hadits yang shahih dan
    valid. Karena itu pula, kita hampir tidak pernah mendengarkan suatu wejangan
    dari sebagian Mursyid (penyuluh), ceramah dari salah seorang ustadz atau
    khuthbah seorang khathib melainkan kita dapati di dalamnya sesuatu dari
    hadits-hadits Dla’if dan Mawdlu’ tersebut, dan ini amat berbahaya di mana
    karenanya dikhawatirkan mereka semua akan terkena ancaman sabda beliau SAW.,
    yang berbunyi, “Barangsiapa yang telah berdusta terhadapku secara sengaja,
    maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya di api neraka.”
    (Hadits
    Shahih Mutawatir)

    Walau pun secara langsung mereka tidak menyengaja berdusta, namun sebagai
    imbasnya mereka tetap berdosa karena telah menukil (meriwayatkan) hadits-hadits
    yang semuanya mereka periksa padahal mengetahi secara pasti bahwa di dalamnya
    terdapat hadits yang Dla’if atau pun hadits dusta. Mengenai hal ini, terdapat
    isyarat dari makna hadits Rasulullah yang berbunyi, “Cukuplah seseorang itu
    berdusta manakala ia menceritakan semua apa yang didengarnya (tanpa disaring
    lagi-red.,).”
    (HR.Muslim) dan hadits lainnya dari riwayat Abu Hurairah.

    Kemudian dari itu, telah diriwayatkan bahwa Imam Malik pernah berkata, “Ketahuilah
    bahwa tidaklah selamat seorang yang menceritakan semua apa yang didengarnya dan
    selamanya, ia bukan imam bilamana menceritakan semua apa yang didengarnya.”

    Imam Ibn Hibban berkata di dalam kitab Shahihnya, “Pasal: Mengenai
    dipastikannya masuk neraka, orang yang menisbatkan sesuatu kepada al-Mushthafa,
    Rasulullah SAW., padahal ia tidak mengetahui keshahihannya,” setelah itu,
    beliau mengetengahkan hadits Abu Hurairah dengan sanadnya secara marfu’, “Barangsiapa
    yang berkata dengan mengatasnamakanku padahal aku tidak pernah mengatakannya,
    maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.”
    Kualitas sanad
    hadits ini Hasan dan makna asalnya terdapat di dalam kitab ash-Shahiihain dan
    kitab lainnya.

    Selanjutnya, Ibn Hibban berkata, “Pembahasan mengenai hadits yang menunjukkan
    keshahihan hadits-hadits yang kami isyaratkan pada bab terdahulu,” kemudian
    beliau mengetengahkan hadits dari Samurah bin Jundub dengan sanadnya, dia
    berkata, Rasulullah SAW., bersabda, “Barangsiapa yang membicarakan suatu
    pembicaraan mengenaiku (membacakan satu hadits mengenaiku) di mana ia terlihat
    berdusta, maka ia adalah salah seorang dari para pendusta.”
    (Kualitas
    hadits ini Shahih, dikeluarkan oleh Imam Muslim di dalam mukaddimahnya dari
    hadits Samurah dan al-Mughirah bin Syu’bah secara bersama-sama). Ibn Hibban
    berkata, “Ini adalah hadits yang masyhur.” Kemudian dia melanjutkan,
    “Pembahasan mengenai hadits kedua yang menunjukkan keshahihan pendapat kami,”
    lalu dia mengetengahkan hadits Abu Hurairah yang pertama di atas.

    Dari apa yang telah kami sampaikan di atas, jelaslah bagi kita bahwa tidak
    boleh menyebarkan hadits-hadits dan meriwayatkannya tanpa terlebih dahulu
    melakukan Tatsabbut (cek-ricek) mengenai keshahihannya sebab orang yang
    melakukan hal itu, maka cukuplah itu sebagai kedustaan terhadap Rasulullah yang
    bersabda, “Sesungguhnya berdusta terhadapku bukanlah berdusta terhadap salah
    seorang diantara kamu; barangsiapa yang berdusta terhadapku secara sengaja,
    maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya di api neraka.”
    (HR.Muslim
    dan selainnya), wallahu a’lam.


    (SUMBER: Mukaddimah Syaikh al-Albany di dalam bukunya Silsilah al-Ahaadiits
    adl-Dla’iifah Wa al-Mawdluu’ah Wa Atsaruha as-Sayyi` Fi al-Ummah
    , jld.I,
    h.47-51 dengan sedikit perubahan dan pengurangan)

      Waktu sekarang Fri Nov 22, 2024 1:15 pm