Teknik Menulis Berita
Berita bukanlah kejadian, tetapi
kejadian yang diceritakan. Apapun kejadian yang diceritakan adalah berita. Di
sini pencerita ingin memberikan informasi, aktualisasi dan wawasan kepada yang
diceritakan. Bisa juga berita dianggap sebagai sebuah komoditi, seperti halnya
yang dilakukan oleh para wartawan yang hidup dari berita.
Syarat-syarat berita
Dalam menulis berita ada ukuran layak
tidaknya masalah yang dilaporkan, yaitu: aktualitas, skala berita, ketokohan,
inovatif, keunikan dan informatif. Satu susunan berita semakin banyak mengambil
hal-hal tersebut di atas akan semakin baik.
Berita bukanlah
opini, melainkan murni kejadian yang diceritakan. Jika misalnya ada kata-kata
yang berbau opini, hal itu lebih diakibatkan interpretasi dari data yang
diperoleh. Jadi hanya deskriptif dari data. Gampangnya, cerita yang ada bukti
nyatanya, bukan karangan atau fiksi.
Semakin hangat
berita tersebut, semakin membuat pembaca tertarik untuk membaca dan menikmati.
Yang dimaksud
adalah kemampuan berita tersebut menyentuh banyak orang dalam radius yang luas.
Masalah yang menyangkut jutaan orang tentu lebih menarik dibanding dengan
masalah yang menyangkut belasan orang saja.
ketokohan bukan
hanya dilihat dari segi ketokohan saja, melainkan ketokohan informal juga.
Tokoh formal adalah berita yang diangkat secara resmi baik oleh masyarakat
maupun lembaga. Sementara tokoh informal tidak diangkat, melainkan diakui
ketokohannya oleh masyarakat.
Inovatif adalah
temuan baru, baik berupa benda ataupun ide yang mampu memecahkan permasalahan
dengan lebih baik dari sebelumnya.
Sesuatu sering
dikatakan menarik karena unik. Oleh karenanya unik membuat menjadi berbeda
dengan yang lain.
Sudah pasti informasi ini adalah yang
baru dan mengandung manfaat bagi yang menerima informasi tersebut.
Unsur Berita
Berita yang lengkap akan membuat enam
unsur (5W+1H: What, When, Where, Why, Who + How). Dari masing-masing unsur
tersebut harus termuat lengkap dalam suatu berita, meskipun penempatannya di
lain alinea. Penguraian masing-masing unsur harus memperhatikan pokok yang
ditulis.
Bentuk Penulisan
Sebenarnya menulis berita sama dengan
menulis tulisan lain, seperti surat, makalah, atau yang lainnya. Yang penting
tulisan itu bisa mudah dipahami, ringan dan enak dibaca. Tetapi karena tulisan
berita mempunyai kekhususan maka menuliskannya agak berbeda. Berita yang dimuat
di media massa (Mading, buletin termasuk juga) harus mampu merayu pembacanya
dan menarik perhatian agar dibaca sampai habis. Oleh karena itu Si Penulis
berita tersebut dituntut untuk memiliki kemahiran menyusun kata-kata.
Tulisan yang
menarik, dimulai dari yang penting menuju yang kurang penting. Tulisan seperti
ini disebut dengan model tulisan piramida terbalik.
Susunan berita ini
menjadi mode hampir semua media massa. Dengan tulisan yang lebih penting dulu,
pembaca diharapkan akan terpikat. Seorang redaktur juga mudah memotong tulisan
tersebut, apabila dirasa ruangnya kurang mencukupi.
Kebalikan model
tulisan seperti itu adalah piramida tegak. Yaitu berita yang ditulis mulai dari
yang kurang penting menuju yang paling penting. Alasan sebenarnya hampir sama
dengan model sebelumnya, yakni untuk proosi. Dengan model tulisan ini, pembaca
belum mendapatkan sesuatu di awal tlisan. Karena itulah dia meneruskan sampai
akhir. Tetapi perlu diingat, orang sekarang semakin efisien dan efektif dalam
bertindak. Begitu membaca tulisan itu, karena tidak segera mendapatkan apa-apa,
maka segera ditinggalkan tulisan tersebut. Karena itulah berita dengan tulisan
jenis ini jaragn digunakan.model yag lain adalah bentuk blok. Model ini
mencampur berita yang penting dan kurang penting. Memang bisa jadi tulisan ini
akan menarik, tetapi sekarang redaktur akan kesulitan memotongnya apabila
ruangan tidak cukup. Karena itu berita menggunakan model tulisan jarang
dipakai.
Susunan Berita
Susunan berita yang paling lazim
dipergunakan adalah dengan urutan judul, kepala berita dan tubuh berita (ada
pula yag menambahkan penutup).
Meskipun judul
letaknya paling atas, tetapi tidak harus dibuat terlebih dahulu. Judul hanya
terdiri dari satu kalimat. Judul harus bisa mencerminkan isi beritanya. Membuat
judul bisa mengambil petikan kalimat dalam tubuh berita, baik kalimat langsung
maupun tidak atau bisa juga membuat susunan sendiri. Bisa jadi, judul terdiri
atas satu sampai dua baris. Jikalau toh dibuat dua baris, hendaknya terkandung
suatu maksud. Ada kalanya judul yang dibuat tidak mencerminkan isi beritanya.
Biasanya ini dilakukan untuk berita-berita yang bersifat ringan.
Yang dimaksud
dengan kepala berita adalah bagian berita yang paling penting di antara sekian
banak bagian lainnya. Pembagian ini penting untuk merangsang pembaca agar
membaca hingga tulisannya selesai. Kepala berita hendaknya tidak terlalu
panjang, antara satu sampai empat kalimat. Bisa jadi merupakan intisari semua
tulisan. Dengan demikian susunan tulisan akan bermula dari yang umum menuju
yang khusus. Boleh juga, kepala berita ditempatkan sebagai bagian khusu
tulisan.
Namun, harap
diingat kepala berita tidak harus mengandung semua unsur berita. Hal ini bisa
dilakukan, asalkan tidak terlalu panjang. Tapi lazimnya kepala berita merupakan
gabungan dari beberpa unsur berita. Pemilihannya tentu memperhatikan mana yang
penting dan mana yang kurang penting.
Tubuh berita adalah
uraian berita setelah kepala berita. Tubuh berita membeberkan kejadian yang
berlangsung dan diselingi kalimat-kalimat langsung dari tokoh yang terkait
dengan kejadian. Tetapi tetap perlu diperhatikan mana yang penting ditulis dan
mana yang tidak. Penyusunan tubuh berita hendaknya tetap mengacu pada satu
maslah yang diberitakan
Penutup biasanya
merupakan penegasan ulang terhadap pernyataan sebelumnya.
Penggunaan Kalimat
Kalimat yang digunakan untuk menyusun
berita hendaknya tetap berpedoman pada ejaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Baik susunannya, maupun kata-katanya dan juga tanda bacanya. Dalah
hal-hal tertentu, media massa memang menghalalkan penyimpangan. Biasanya
penyimpangan dari tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal tersebut
dilakukan untuk menghidupkan tulisan. Kata-kata yang bukan dari bahasa
Indonesia, ataupun menyimpang dari ketentuan bahasa, hendaknya dicetak miring.
Ini menunjukkan pemakaian kata-kata itu memang disengaja. Untuk menghidupkan
tulisa itu pula, ada kalanya diselipkan kutipan langsung. Pembuatan kutipan
langsung ini tidak sama dengan membuat makalah atau karya ilmiah lainnya. Dalam
berita, berapapun banyak baris kutipan langsung itu, hendaknya tetap berada
dalam satu alenia kecuali bila kutipan itu sendiri isinya berbeda dengan alenia
sebelumnya.
Kalimat dalam berita hendaknya hemat,
pengulangan sedapat mungkin dihindari. Juga, usahakanlah selalu memakai kalimat
aktif dalam memberikan segala sesuatu.
Teknik Reportase
Kata adalah simbol
informasi. Seorang pekerja media dituntut untuk senantiasa menggali informasi
untuk memaknai setiap kata yang hendak ditulisnya. Masih ingat slogan “Pena
lebih tajam dari pedang”?
Dalam aktivitas menggali informasi lapangan, tugas reporter biasanya dibatasi
oleh rapat redaksi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk penugasan.
Sementara itu,
aktivitas wawancara sendiri bisa dilakukan untuk keperluan,
[1] merekam suasana
[2] mendapat berita
dan
[3] melengkapi
riset/berita.
Dengan kata lain, wawancara merupakan baigan
terpenting dalam proses penggalian informasi.
Bentuk Wawancara
Ada beberapa bentuk wawancara yang biasa
dilakukan oleh reporter.
Merupakan wawancara
yang dilakukan untuk mengetahui pendapat orang awam mengenai suatu kejadian,
umumnya berlangsung di tempat umum
Adalah wawancara
mendadak, dilakukan [umumnya] tanpa ada perjanjian terlebih dahulu dengan nara
sumber yang relevan
Merupakan wawancara
dengan tokoh. Bertujuan menggali bahan untuk menggambarkan sosok seorang tokoh
dengan detail
Yakni pengumpulan fakta sebagai bahan
penulisan, dilkukan pada nara sumber yang dianggap mampu memenuhi kulitas
informasi yang dikehendaki
Biasanya berupa konfirmasi terhadap
suatu permasalahan yang bersifat mendadak.
Langkah-langkah wawancara
Demi kelancaran wawancara tercatat beberapa
langkah yang membantu
umumnya reporter
membuat perjanjian terlebih dahulu untuk suatu wawancara. Reporter menjelaskan
jati dirinya, media apa yang diwakilinya dan tujuan dari wawancara tersebut.
Dengan begitu, sumber bisa mempersiapkan informasi yang diminta. Dan, jangan
lupa nama dari sumber harus dituliskan secara benar, caranya dapat meminta
sumber untuk menuliskan sendiri. Kadang-kadang begitu sepelenya masalah ini
sehingga sering dilupakan.
Reporter lebih suka
mewawancarai oran-orang penting daripada bawahannya. Wartawan ingin selalu
mewawancarai orang pertam yang tahu persis tentang masalah atau pakar yang bisa
dengan cepat menjawab semua pertanyaan. Sebab, pembaca lebih memberi respek
pada jawaban yang diperoleh dari sumber atau yang terdekat dengan cerita.
Wawancara mendalam
biasanya memakan banyak waktu. Wawancara biasanya menawarkan diri untuk
mendatangi rumah atau kantor si sumber. Sebab, jika sumber berada dalam
lingkungan yang akrab, dia akan merasa lebih sreg sehingga bisa menjawab
dengan bebas.
Reporter yang
kurang persiapan sering kehilangan informasi baru yang menarik dan penting.
Mereka sangat tergantung pada penjelasan sumber dan mungkin tidak bisa
mendeteksi bias yang ditimbulkan oleh sumbernya. Wartawan tidak tahu apa yang
mesti ditanyakan, atau yang baru, penting dan kontroversial.
Kadang sumber akan
mencari keuntungan dari ketololan si reporter. Sumber menolak memberi jawaban
masalah yang kompleks karena takut si penanya tidak akan mengerti. Atau sumber
akan mencoba menggunakan itu sebagai alat untuk melindungi diri dari kesalahan
yang dilakukan. Dengan mempersiapkan diri secara baik, reporter akan lebih
gampang mengetahui kalau sumbernya enggan menyingung topik yang dibicarakan
atau hanya memberi jawaban sepihak dari suatu maslah yang kontroversial.
reporter, umumnya mengajukan
pertanyaan penting terlebih dahulu, sehingga kalau kehabisan waktu, yang
tersisa hanya pertanyaa yang kuran penting atau pertanyaan paling peka yang
mungkin menyebarkan sumber mengakhiri wawancaranya ata bahkan mengusir si
reporter.
Pertanyaan yang
paling baik adalah pertanyaan yang cenderung pendek singkat dan relevan. Di
samping itu, juga harus sangat khusus. Pertanyaan umum akan menghasilkan
jawaban yang umum
Sebaliknya reporter
dalam memilih pertanyaan disesuaikan dengan kondisi yang ada. Untuk wawancara
yang hanya akan mengkonfirmasi suatu berita maka jawaban yang dibutuhkan dapat
hanya berupa ya atau tidak. Konsukuensinya mungkin pertanyaan yang diajukan
akan panjang. Sedangkan untuk mengorek informasi lebih mendalam maka dapat
diajukan pertanyaan yang pendek. Ini akan membuat sumber berusaha menjelaskan
secara terperinci. Namun, metode ini sangat ditentukan oleh kondisi yang ada.
Reporter harus bisa mengontrol
wawancara. Mereka harus cepat menentukan mana hal-hal yang penting. Sehingga
dapat menarik sumber untuk mendiskusikan lebih lanjut. Jika sumber larut dalam
hal-hal yang bersifat umum, teporter harus menariknya dengan mengajukan
pertanyaan khusus. Jika sumber keluar dari topik, reporter dapat menngulangi
pertanyaan lagi untuk mengembalikan pembicaraan pada topik semula.
Pewawancara yang
baik juga harus menjadi pendengar yang baik. Mereka harus mendengarkan dengan
seksama untuk menyakinkan sumber bahwa ia telah menjawab pertanyaan yang telah
diajukan, atau dapat dijadikan penggalian informasi lebih lanjut dari sumber.
Reporter perlu meminta kepada sumber untuk mengulangi atau menjelaskan kembali
jawaban yang kurang jelas. Jika sumber tidak berhasil memberikan informasi yang
penting reporter harus mengajukan pertanyaan lanjutan.
Berita bukanlah kejadian, tetapi
kejadian yang diceritakan. Apapun kejadian yang diceritakan adalah berita. Di
sini pencerita ingin memberikan informasi, aktualisasi dan wawasan kepada yang
diceritakan. Bisa juga berita dianggap sebagai sebuah komoditi, seperti halnya
yang dilakukan oleh para wartawan yang hidup dari berita.
Syarat-syarat berita
Dalam menulis berita ada ukuran layak
tidaknya masalah yang dilaporkan, yaitu: aktualitas, skala berita, ketokohan,
inovatif, keunikan dan informatif. Satu susunan berita semakin banyak mengambil
hal-hal tersebut di atas akan semakin baik.
- Bukan opini
Berita bukanlah
opini, melainkan murni kejadian yang diceritakan. Jika misalnya ada kata-kata
yang berbau opini, hal itu lebih diakibatkan interpretasi dari data yang
diperoleh. Jadi hanya deskriptif dari data. Gampangnya, cerita yang ada bukti
nyatanya, bukan karangan atau fiksi.
- Aktualitas
Semakin hangat
berita tersebut, semakin membuat pembaca tertarik untuk membaca dan menikmati.
- Skala berita
Yang dimaksud
adalah kemampuan berita tersebut menyentuh banyak orang dalam radius yang luas.
Masalah yang menyangkut jutaan orang tentu lebih menarik dibanding dengan
masalah yang menyangkut belasan orang saja.
- ketokohan
ketokohan bukan
hanya dilihat dari segi ketokohan saja, melainkan ketokohan informal juga.
Tokoh formal adalah berita yang diangkat secara resmi baik oleh masyarakat
maupun lembaga. Sementara tokoh informal tidak diangkat, melainkan diakui
ketokohannya oleh masyarakat.
- Inovatif
Inovatif adalah
temuan baru, baik berupa benda ataupun ide yang mampu memecahkan permasalahan
dengan lebih baik dari sebelumnya.
- Unik
Sesuatu sering
dikatakan menarik karena unik. Oleh karenanya unik membuat menjadi berbeda
dengan yang lain.
- Informatif
Sudah pasti informasi ini adalah yang
baru dan mengandung manfaat bagi yang menerima informasi tersebut.
Unsur Berita
Berita yang lengkap akan membuat enam
unsur (5W+1H: What, When, Where, Why, Who + How). Dari masing-masing unsur
tersebut harus termuat lengkap dalam suatu berita, meskipun penempatannya di
lain alinea. Penguraian masing-masing unsur harus memperhatikan pokok yang
ditulis.
Bentuk Penulisan
Sebenarnya menulis berita sama dengan
menulis tulisan lain, seperti surat, makalah, atau yang lainnya. Yang penting
tulisan itu bisa mudah dipahami, ringan dan enak dibaca. Tetapi karena tulisan
berita mempunyai kekhususan maka menuliskannya agak berbeda. Berita yang dimuat
di media massa (Mading, buletin termasuk juga) harus mampu merayu pembacanya
dan menarik perhatian agar dibaca sampai habis. Oleh karena itu Si Penulis
berita tersebut dituntut untuk memiliki kemahiran menyusun kata-kata.
Tulisan yang
menarik, dimulai dari yang penting menuju yang kurang penting. Tulisan seperti
ini disebut dengan model tulisan piramida terbalik.
Susunan berita ini
menjadi mode hampir semua media massa. Dengan tulisan yang lebih penting dulu,
pembaca diharapkan akan terpikat. Seorang redaktur juga mudah memotong tulisan
tersebut, apabila dirasa ruangnya kurang mencukupi.
Kebalikan model
tulisan seperti itu adalah piramida tegak. Yaitu berita yang ditulis mulai dari
yang kurang penting menuju yang paling penting. Alasan sebenarnya hampir sama
dengan model sebelumnya, yakni untuk proosi. Dengan model tulisan ini, pembaca
belum mendapatkan sesuatu di awal tlisan. Karena itulah dia meneruskan sampai
akhir. Tetapi perlu diingat, orang sekarang semakin efisien dan efektif dalam
bertindak. Begitu membaca tulisan itu, karena tidak segera mendapatkan apa-apa,
maka segera ditinggalkan tulisan tersebut. Karena itulah berita dengan tulisan
jenis ini jaragn digunakan.model yag lain adalah bentuk blok. Model ini
mencampur berita yang penting dan kurang penting. Memang bisa jadi tulisan ini
akan menarik, tetapi sekarang redaktur akan kesulitan memotongnya apabila
ruangan tidak cukup. Karena itu berita menggunakan model tulisan jarang
dipakai.
Susunan Berita
Susunan berita yang paling lazim
dipergunakan adalah dengan urutan judul, kepala berita dan tubuh berita (ada
pula yag menambahkan penutup).
- Judul
Meskipun judul
letaknya paling atas, tetapi tidak harus dibuat terlebih dahulu. Judul hanya
terdiri dari satu kalimat. Judul harus bisa mencerminkan isi beritanya. Membuat
judul bisa mengambil petikan kalimat dalam tubuh berita, baik kalimat langsung
maupun tidak atau bisa juga membuat susunan sendiri. Bisa jadi, judul terdiri
atas satu sampai dua baris. Jikalau toh dibuat dua baris, hendaknya terkandung
suatu maksud. Ada kalanya judul yang dibuat tidak mencerminkan isi beritanya.
Biasanya ini dilakukan untuk berita-berita yang bersifat ringan.
- Kepala Berita (Lead)
Yang dimaksud
dengan kepala berita adalah bagian berita yang paling penting di antara sekian
banak bagian lainnya. Pembagian ini penting untuk merangsang pembaca agar
membaca hingga tulisannya selesai. Kepala berita hendaknya tidak terlalu
panjang, antara satu sampai empat kalimat. Bisa jadi merupakan intisari semua
tulisan. Dengan demikian susunan tulisan akan bermula dari yang umum menuju
yang khusus. Boleh juga, kepala berita ditempatkan sebagai bagian khusu
tulisan.
Namun, harap
diingat kepala berita tidak harus mengandung semua unsur berita. Hal ini bisa
dilakukan, asalkan tidak terlalu panjang. Tapi lazimnya kepala berita merupakan
gabungan dari beberpa unsur berita. Pemilihannya tentu memperhatikan mana yang
penting dan mana yang kurang penting.
- Tubuh Berita
Tubuh berita adalah
uraian berita setelah kepala berita. Tubuh berita membeberkan kejadian yang
berlangsung dan diselingi kalimat-kalimat langsung dari tokoh yang terkait
dengan kejadian. Tetapi tetap perlu diperhatikan mana yang penting ditulis dan
mana yang tidak. Penyusunan tubuh berita hendaknya tetap mengacu pada satu
maslah yang diberitakan
- Penutup
Penutup biasanya
merupakan penegasan ulang terhadap pernyataan sebelumnya.
Penggunaan Kalimat
Kalimat yang digunakan untuk menyusun
berita hendaknya tetap berpedoman pada ejaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Baik susunannya, maupun kata-katanya dan juga tanda bacanya. Dalah
hal-hal tertentu, media massa memang menghalalkan penyimpangan. Biasanya
penyimpangan dari tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal tersebut
dilakukan untuk menghidupkan tulisan. Kata-kata yang bukan dari bahasa
Indonesia, ataupun menyimpang dari ketentuan bahasa, hendaknya dicetak miring.
Ini menunjukkan pemakaian kata-kata itu memang disengaja. Untuk menghidupkan
tulisa itu pula, ada kalanya diselipkan kutipan langsung. Pembuatan kutipan
langsung ini tidak sama dengan membuat makalah atau karya ilmiah lainnya. Dalam
berita, berapapun banyak baris kutipan langsung itu, hendaknya tetap berada
dalam satu alenia kecuali bila kutipan itu sendiri isinya berbeda dengan alenia
sebelumnya.
Kalimat dalam berita hendaknya hemat,
pengulangan sedapat mungkin dihindari. Juga, usahakanlah selalu memakai kalimat
aktif dalam memberikan segala sesuatu.
Teknik Reportase
Kata adalah simbol
informasi. Seorang pekerja media dituntut untuk senantiasa menggali informasi
untuk memaknai setiap kata yang hendak ditulisnya. Masih ingat slogan “Pena
lebih tajam dari pedang”?
Dalam aktivitas menggali informasi lapangan, tugas reporter biasanya dibatasi
oleh rapat redaksi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk penugasan.
Sementara itu,
aktivitas wawancara sendiri bisa dilakukan untuk keperluan,
[1] merekam suasana
[2] mendapat berita
dan
[3] melengkapi
riset/berita.
Dengan kata lain, wawancara merupakan baigan
terpenting dalam proses penggalian informasi.
Bentuk Wawancara
Ada beberapa bentuk wawancara yang biasa
dilakukan oleh reporter.
- Man On The Street Interview
Merupakan wawancara
yang dilakukan untuk mengetahui pendapat orang awam mengenai suatu kejadian,
umumnya berlangsung di tempat umum
- Casual Interview
Adalah wawancara
mendadak, dilakukan [umumnya] tanpa ada perjanjian terlebih dahulu dengan nara
sumber yang relevan
- Personality Interview
Merupakan wawancara
dengan tokoh. Bertujuan menggali bahan untuk menggambarkan sosok seorang tokoh
dengan detail
- News Interciew
Yakni pengumpulan fakta sebagai bahan
penulisan, dilkukan pada nara sumber yang dianggap mampu memenuhi kulitas
informasi yang dikehendaki
- Telephone, E-mail, Fax Interview
Biasanya berupa konfirmasi terhadap
suatu permasalahan yang bersifat mendadak.
Langkah-langkah wawancara
Demi kelancaran wawancara tercatat beberapa
langkah yang membantu
- membuat perjanjian [Appoinmet]
umumnya reporter
membuat perjanjian terlebih dahulu untuk suatu wawancara. Reporter menjelaskan
jati dirinya, media apa yang diwakilinya dan tujuan dari wawancara tersebut.
Dengan begitu, sumber bisa mempersiapkan informasi yang diminta. Dan, jangan
lupa nama dari sumber harus dituliskan secara benar, caranya dapat meminta
sumber untuk menuliskan sendiri. Kadang-kadang begitu sepelenya masalah ini
sehingga sering dilupakan.
Reporter lebih suka
mewawancarai oran-orang penting daripada bawahannya. Wartawan ingin selalu
mewawancarai orang pertam yang tahu persis tentang masalah atau pakar yang bisa
dengan cepat menjawab semua pertanyaan. Sebab, pembaca lebih memberi respek
pada jawaban yang diperoleh dari sumber atau yang terdekat dengan cerita.
Wawancara mendalam
biasanya memakan banyak waktu. Wawancara biasanya menawarkan diri untuk
mendatangi rumah atau kantor si sumber. Sebab, jika sumber berada dalam
lingkungan yang akrab, dia akan merasa lebih sreg sehingga bisa menjawab
dengan bebas.
- Mempersiapkan pertanya cerdas.
Reporter yang
kurang persiapan sering kehilangan informasi baru yang menarik dan penting.
Mereka sangat tergantung pada penjelasan sumber dan mungkin tidak bisa
mendeteksi bias yang ditimbulkan oleh sumbernya. Wartawan tidak tahu apa yang
mesti ditanyakan, atau yang baru, penting dan kontroversial.
Kadang sumber akan
mencari keuntungan dari ketololan si reporter. Sumber menolak memberi jawaban
masalah yang kompleks karena takut si penanya tidak akan mengerti. Atau sumber
akan mencoba menggunakan itu sebagai alat untuk melindungi diri dari kesalahan
yang dilakukan. Dengan mempersiapkan diri secara baik, reporter akan lebih
gampang mengetahui kalau sumbernya enggan menyingung topik yang dibicarakan
atau hanya memberi jawaban sepihak dari suatu maslah yang kontroversial.
- Melontarkan pertanyaan
reporter, umumnya mengajukan
pertanyaan penting terlebih dahulu, sehingga kalau kehabisan waktu, yang
tersisa hanya pertanyaa yang kuran penting atau pertanyaan paling peka yang
mungkin menyebarkan sumber mengakhiri wawancaranya ata bahkan mengusir si
reporter.
Pertanyaan yang
paling baik adalah pertanyaan yang cenderung pendek singkat dan relevan. Di
samping itu, juga harus sangat khusus. Pertanyaan umum akan menghasilkan
jawaban yang umum
Sebaliknya reporter
dalam memilih pertanyaan disesuaikan dengan kondisi yang ada. Untuk wawancara
yang hanya akan mengkonfirmasi suatu berita maka jawaban yang dibutuhkan dapat
hanya berupa ya atau tidak. Konsukuensinya mungkin pertanyaan yang diajukan
akan panjang. Sedangkan untuk mengorek informasi lebih mendalam maka dapat
diajukan pertanyaan yang pendek. Ini akan membuat sumber berusaha menjelaskan
secara terperinci. Namun, metode ini sangat ditentukan oleh kondisi yang ada.
- Mengemudikan Wawancara
Reporter harus bisa mengontrol
wawancara. Mereka harus cepat menentukan mana hal-hal yang penting. Sehingga
dapat menarik sumber untuk mendiskusikan lebih lanjut. Jika sumber larut dalam
hal-hal yang bersifat umum, teporter harus menariknya dengan mengajukan
pertanyaan khusus. Jika sumber keluar dari topik, reporter dapat menngulangi
pertanyaan lagi untuk mengembalikan pembicaraan pada topik semula.
Pewawancara yang
baik juga harus menjadi pendengar yang baik. Mereka harus mendengarkan dengan
seksama untuk menyakinkan sumber bahwa ia telah menjawab pertanyaan yang telah
diajukan, atau dapat dijadikan penggalian informasi lebih lanjut dari sumber.
Reporter perlu meminta kepada sumber untuk mengulangi atau menjelaskan kembali
jawaban yang kurang jelas. Jika sumber tidak berhasil memberikan informasi yang
penting reporter harus mengajukan pertanyaan lanjutan.
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as