Editing Tulisan
PROSES KERJA JURNALISTIK
PROSES
EDITING (MENYUNTING NASKAH)
A. PENYUNTINGAN SECARA REDAKSIONALà Editor memeriksa tiap kata dan kalimat agar logis,
mudah dipahami, dan tidak rancu (benar ejaan, punya arti, dan enak dibaca).
B. PENYUNTINGAN SECARA SUBSTANSIAL à Editor memperhatikan dat dan fakta agar tetap akurat
dan benar. Isi tulisan mudah dimengerti. Sistematika harus tetap terjaga.
MENYUNTING BUKAN SEKADAR MEMOTONG TULISAN AGAR PAS
DENGAN SPACE, TAPI JUGA MEMBUAT
TULISAN YANG ENAK DIBACA DAN MENARIK, AND TIDAK MEMPUNYAI KESALAHAN FAKTUAL
KEGIATAN EDITING
FOKUS
EDITOR
1. Sadar akan latar belakang
para pembaca (umur, taraf hidup, dan gaya hidup) sehingga naskah diharapkan sesuai
dengan latar belakang itu.
JIWA REDAKTUR
PRINSISP
DASAR BAHASA JURNALISTIK/PERS
q Fungsi à bahasa komunikasi massa à harus jelas dan mudah dibaca dengan
tingkat ukuran intelektual minimal. Menurut JS Badudu
(1988) bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas di antaranya:
1.
Singkat, artinya bahasa
jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele.
2. Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu
menyampaikan informasi yang lengkap. Menerapkan prinsip 5 wh, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan
ekonomi kata.
3. Sederhana, memilih kalimat tunggal
dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat
yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan
pengungkapannya (bombastis)
4. Lugas, artinya bahasa jurnalistik
mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan
menghindari bahasa yang berbunga-bunga .
5.
Menarik,
artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan
berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.
Terdapat empat prinsip retorika tekstual yang dikemukakan Leech, yaitu prinsip
prosesibilitas, prinsip kejelasan, prinsip ekonomi, dan prinsip
ekspresifitas.
Penyusunan bahasa jurnalistik dalam surat
kabar berbahasa Indonesia,
yang menjadi fakta-fakta harus cepat dipahami oleh pembaca dalam kondisi apa
pun agar tidak melanggar prinsip prosesibilitas ini. Bahasa jurnalistik Indonesia
disusun dengan struktur sintaksis yang penting mendahului struktur sintaksis
yang tidak penting
Perhatikan contoh
berikut:
Pangdam VIII/Trikora Mayjen TNI Amir Sembiring mengeluarkan
perintah tembak di tempat, bila masyarakat yang membawa senjata tajam, melawan
serta tidak menuruti permintaan untuk menyerahkannya. Jadi petugas akan meminta
dengan baik. Namun jika bersikeras dan melawan, terpaksa akan ditembak di
tempat sesuai dengan prosedur (Kompas, 24/1/99)
Contoh (1) terdiri dari dua kalimat,
yaitu kalimat pertama menyatakan pesan penting dan kalimat kedua menerangkan
pesan kalimat pertama.
2.
Prinsip kejelasan, yaitu agar teks itu mudah dipahami.
Prinsip ini menganjurkan agar bahasa teks menghindari ketaksaan (ambiguity).
Teks yang tidak mengandung ketaksaan akan dengan mudah dan cepat dipahami.
Perhatikan
Contoh:
(1)
Ketika mengendarai mobil dari rumah menuju kantornya di
kawasan Sudirman, seorang pegawai bank, Deysi Dasuki, sempat tertegun mendengar
berita radio. Radio swasta itu mengumumkan bahwa kawasan Semanggi sudah penuh
dengan mahasiswa dan suasananya sangat mencekam (Republika, 24/11/98)
(2)
Wahyudi menjelaskan, negara rugi karena pembajak buku
tidak membayar pajak penjualan (PPN) dan pajak penghasilan (PPH). Juga pengarang, karena mereka tidak
menerima royalti atas karya ciptaannya. (Media Indonesia, 20/4/1997).
Contoh (3) dan (4) tidak
mengandung ketaksaan. Setiap pembaca akan menangkap pesan yang sama atas teks
di atas. Hal ini disebabkan teks tersebut dikonstruksi oleh kata-kata yang
mengandung kata harfiah, bukan kata-kata metaforis.
3.
Prinsip ekonomi.
Prinsip agar teks itu singkat tanpa harus merusak dan mereduksi pesan.
Ketua
DPP PPP Drs. Zarkasih Noer menyatakan, segala bentuk dan usaha untuk
menghindari disintegrasi bangsa dari mana pun atau siapa pun perlu disambut
baik (Suara Pembaruan, 21/12/98
4.
Prinsip
ekspresivitas. Prinsip ini dapat pula disebut prinsip ikonisitas. Prinsip
ini menganjurkan agar teks dikonstruksi selaras dengan aspek-aspek pesan. Dalam
wacana jurnalistik, pesan bersifat kausalitas dipaparkan menurut struktur
pesannya, yaitu sebab dikemukakan terlebih dahulu baru dikemukakan akibatnya.
Demikian pula bila ada peristiwa yang terjadi berturut-turut, maka peristiwa
yang terjadi lebih dulu akan dipaparkan lebih dulu dan peristiwa yang terjadi
kemudian dipaparkan kemudian.
q
Dalam
situasi bangsa yang sedang kritis dan berada di persimpangan jalan, karena
adanya benturan ide maupun paham politik, diperlukan adanya dialog nasional.
“Dialog diperlukan untuk mengubur masa lalu, dan untuk start ke masa depan”. Tutur Prof. Dr. Nurcholis Madjid kepada
Kompas di kediamannya di Jakarta Rabu (23/12) (Kompas, 24/12/98).
Pada
contoh tampak bahwa kalimat pertama menyatakan sebab dan kalimat kedua
mendatangkan akibat.
Pemakaian Kata, Kalimat dan Alinea
Bahasa
jurnalistik juga mengikuti kaidah bahasa Indonesia baku. Namun pemakaian bahasa
jurnalistik lebih menekankan pada daya kekomunikatifannya. Para pembelajar BIPA
tingkat lanjut dapat mempotensikan penggunaan bahasa Indonesia ragam
jurnalistik dengan beberapa usaha.
1. Pemakaian kata-kata yang bernas.
Kata merupakan modal dasar dalam menulis. Semakin banyak kosakata yang dikuasai
seseorang, semakin banyak pula gagasan yang dikuasainya dan sanggup
diungkapkannya.
Dalam
penggunaan kata, penulis yang menggunakan ragam BI Jurnalistik diperhadapkan
pada dua persoalan yaitu ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Ketepatan
mempersoalkan apakah pilihan kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya, sehingga
tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis dan pembaca. Sedangkan
kesesuaian mempersoalkan pemakaian kata yang tidak merusak wacana.
2.
Penggunaan kalimat efektif. Kalimat dikatakan efektif
bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung sempurna.
Kalimat efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan itu tergambar
lengkap dalam pikiran si pembaca, persis apa yang ditulis. Keefektifan kalimat
ditunjang antara lain oleh keteraturan struktur atau pola kalimat. Selain
polanya harus benar, kalimat itu harus pula mempunyai tenaga yang menarik.
3. Penggunaan alinea/paragraf yang
kompak. Alinea merupakan suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih
tinggi atau lebih luas dari kalimat. Setidaknya dalam satu alinea terdapat satu
gagasan pokok dan beberapa gagasan penjelas.
Pembuatan alinea bertujuan memudahkan pengertian dan pemahaman dengan
memisahkan suatu tema dari tema yang lain.
PROSES KERJA JURNALISTIK
- Rapat
Redaksi - Repotase
- Penulisan
Berita - EDITING: proses memeriksa kembali naskah/tulisan untuk
menyempurnakan tulisan, yang menyangkut ejaan, gaya bahasa, kelengkapan data,
efektivitas kalimat, dan sebagainya. Pelaku disebut editor atau
redaktur - Setting
dan Lay Out: proses pemilihan Setting
merupakan proses pengetikan naskah yang menyangkut pemilihan jenis dan
ukuran huruf. Sedangkan
layout merupakan penanganan tata letak dan penampilan fisik penerbitan
secara umum. Setting dan layout merupakan tahap
akhir dari proses kerja jurnalistik. Setelah proses ini selesai, naskah
dibawa ke percetakan untuk dicetak sesuai oplah yang ditentukan.
PROSES
EDITING (MENYUNTING NASKAH)
A. PENYUNTINGAN SECARA REDAKSIONALà Editor memeriksa tiap kata dan kalimat agar logis,
mudah dipahami, dan tidak rancu (benar ejaan, punya arti, dan enak dibaca).
B. PENYUNTINGAN SECARA SUBSTANSIAL à Editor memperhatikan dat dan fakta agar tetap akurat
dan benar. Isi tulisan mudah dimengerti. Sistematika harus tetap terjaga.
MENYUNTING BUKAN SEKADAR MEMOTONG TULISAN AGAR PAS
DENGAN SPACE, TAPI JUGA MEMBUAT
TULISAN YANG ENAK DIBACA DAN MENARIK, AND TIDAK MEMPUNYAI KESALAHAN FAKTUAL
KEGIATAN EDITING
- Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual.
- Menghindari kontradiksi dan mengedit berita untuk diperbaiki.
- Memperbaiki keaslahan ejaan
(tanda baca, tatabahasa, angka, nama, dan alamat). - Menyesuaikan gaya bahasa dengan
gaya surat kabar bersangkutan. - Mengetatkan tulisan (meringkas
beberapa kalimat menjadi satu atau dua kalimat yang memiliki kejelasan
makna serupa). - Menghindari dari unsure-unsur penghinaan, arti ganda, dan
tulisan yang memeuakkan (bad taste). - Melengkapi tulisan dengan
bahan-bahan tipografi (missal, anak judul/subjudul). - Menulis judul yang menarik.
- Menulis keterangan gambar/caption untuk gambar/foto dan
pekerjaan lain yang bersangkutan dengan cerita yang disunting. - Menelaah kembali hasil tulisan
yang telah dicetak, mungkin masih terdapat kesalahan secara redaksional
dan substansial.
FOKUS
EDITOR
1. Sadar akan latar belakang
para pembaca (umur, taraf hidup, dan gaya hidup) sehingga naskah diharapkan sesuai
dengan latar belakang itu.
- Tegas
- Memperbaiki tulisan tanpa merusak cara penulis
memaparkan pendapatnya. - Haiti-hati
dengan iklan terselubung yang masuk dalam tulisan.
JIWA REDAKTUR
- Memiliki
wawasan luas à ilmu jurnalistik. - Berkepala dingin, sanggup bekerja dalam suasana
tergesa-gesa dan rumit, tanpa menderita perasaan tertekan. - Cermat,
hati-hati, tekun, dan tegas. - elihat sesuatu dari sudut pandang pembaca (berorientasi
pada kepentingan pembaca)
PRINSISP
DASAR BAHASA JURNALISTIK/PERS
q Fungsi à bahasa komunikasi massa à harus jelas dan mudah dibaca dengan
tingkat ukuran intelektual minimal. Menurut JS Badudu
(1988) bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas di antaranya:
1.
Singkat, artinya bahasa
jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele.
2. Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu
menyampaikan informasi yang lengkap. Menerapkan prinsip 5 wh, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan
ekonomi kata.
3. Sederhana, memilih kalimat tunggal
dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat
yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan
pengungkapannya (bombastis)
4. Lugas, artinya bahasa jurnalistik
mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan
menghindari bahasa yang berbunga-bunga .
5.
Menarik,
artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan
berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.
Terdapat empat prinsip retorika tekstual yang dikemukakan Leech, yaitu prinsip
prosesibilitas, prinsip kejelasan, prinsip ekonomi, dan prinsip
ekspresifitas.
- Prinsip prosesibilitas, menganjurkan agar teks
disajikan sedemikian rupa sehingga mudah bagi pembaca untuk memahami pesan
pada waktunya. Dalam proses memahami pesan penulis harus menentukan (a)
bagaimana membagi pesan-pesan menjadi satuan; (b) bagaimana tingkat
subordinasi dan seberapa pentingnya masing-masing satuan, dan (c) bagaimana
mengurutkan satuan-satuan pesan itu. Ketiga macam
itu harus saling berkaitan satu sama lain.
Penyusunan bahasa jurnalistik dalam surat
kabar berbahasa Indonesia,
yang menjadi fakta-fakta harus cepat dipahami oleh pembaca dalam kondisi apa
pun agar tidak melanggar prinsip prosesibilitas ini. Bahasa jurnalistik Indonesia
disusun dengan struktur sintaksis yang penting mendahului struktur sintaksis
yang tidak penting
Perhatikan contoh
berikut:
Pangdam VIII/Trikora Mayjen TNI Amir Sembiring mengeluarkan
perintah tembak di tempat, bila masyarakat yang membawa senjata tajam, melawan
serta tidak menuruti permintaan untuk menyerahkannya. Jadi petugas akan meminta
dengan baik. Namun jika bersikeras dan melawan, terpaksa akan ditembak di
tempat sesuai dengan prosedur (Kompas, 24/1/99)
Contoh (1) terdiri dari dua kalimat,
yaitu kalimat pertama menyatakan pesan penting dan kalimat kedua menerangkan
pesan kalimat pertama.
2.
Prinsip kejelasan, yaitu agar teks itu mudah dipahami.
Prinsip ini menganjurkan agar bahasa teks menghindari ketaksaan (ambiguity).
Teks yang tidak mengandung ketaksaan akan dengan mudah dan cepat dipahami.
Perhatikan
Contoh:
(1)
Ketika mengendarai mobil dari rumah menuju kantornya di
kawasan Sudirman, seorang pegawai bank, Deysi Dasuki, sempat tertegun mendengar
berita radio. Radio swasta itu mengumumkan bahwa kawasan Semanggi sudah penuh
dengan mahasiswa dan suasananya sangat mencekam (Republika, 24/11/98)
(2)
Wahyudi menjelaskan, negara rugi karena pembajak buku
tidak membayar pajak penjualan (PPN) dan pajak penghasilan (PPH). Juga pengarang, karena mereka tidak
menerima royalti atas karya ciptaannya. (Media Indonesia, 20/4/1997).
Contoh (3) dan (4) tidak
mengandung ketaksaan. Setiap pembaca akan menangkap pesan yang sama atas teks
di atas. Hal ini disebabkan teks tersebut dikonstruksi oleh kata-kata yang
mengandung kata harfiah, bukan kata-kata metaforis.
3.
Prinsip ekonomi.
Prinsip agar teks itu singkat tanpa harus merusak dan mereduksi pesan.
Ketua
DPP PPP Drs. Zarkasih Noer menyatakan, segala bentuk dan usaha untuk
menghindari disintegrasi bangsa dari mana pun atau siapa pun perlu disambut
baik (Suara Pembaruan, 21/12/98
4.
Prinsip
ekspresivitas. Prinsip ini dapat pula disebut prinsip ikonisitas. Prinsip
ini menganjurkan agar teks dikonstruksi selaras dengan aspek-aspek pesan. Dalam
wacana jurnalistik, pesan bersifat kausalitas dipaparkan menurut struktur
pesannya, yaitu sebab dikemukakan terlebih dahulu baru dikemukakan akibatnya.
Demikian pula bila ada peristiwa yang terjadi berturut-turut, maka peristiwa
yang terjadi lebih dulu akan dipaparkan lebih dulu dan peristiwa yang terjadi
kemudian dipaparkan kemudian.
q
Dalam
situasi bangsa yang sedang kritis dan berada di persimpangan jalan, karena
adanya benturan ide maupun paham politik, diperlukan adanya dialog nasional.
“Dialog diperlukan untuk mengubur masa lalu, dan untuk start ke masa depan”. Tutur Prof. Dr. Nurcholis Madjid kepada
Kompas di kediamannya di Jakarta Rabu (23/12) (Kompas, 24/12/98).
Pada
contoh tampak bahwa kalimat pertama menyatakan sebab dan kalimat kedua
mendatangkan akibat.
Pemakaian Kata, Kalimat dan Alinea
Bahasa
jurnalistik juga mengikuti kaidah bahasa Indonesia baku. Namun pemakaian bahasa
jurnalistik lebih menekankan pada daya kekomunikatifannya. Para pembelajar BIPA
tingkat lanjut dapat mempotensikan penggunaan bahasa Indonesia ragam
jurnalistik dengan beberapa usaha.
1. Pemakaian kata-kata yang bernas.
Kata merupakan modal dasar dalam menulis. Semakin banyak kosakata yang dikuasai
seseorang, semakin banyak pula gagasan yang dikuasainya dan sanggup
diungkapkannya.
Dalam
penggunaan kata, penulis yang menggunakan ragam BI Jurnalistik diperhadapkan
pada dua persoalan yaitu ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Ketepatan
mempersoalkan apakah pilihan kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya, sehingga
tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis dan pembaca. Sedangkan
kesesuaian mempersoalkan pemakaian kata yang tidak merusak wacana.
2.
Penggunaan kalimat efektif. Kalimat dikatakan efektif
bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung sempurna.
Kalimat efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan itu tergambar
lengkap dalam pikiran si pembaca, persis apa yang ditulis. Keefektifan kalimat
ditunjang antara lain oleh keteraturan struktur atau pola kalimat. Selain
polanya harus benar, kalimat itu harus pula mempunyai tenaga yang menarik.
3. Penggunaan alinea/paragraf yang
kompak. Alinea merupakan suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih
tinggi atau lebih luas dari kalimat. Setidaknya dalam satu alinea terdapat satu
gagasan pokok dan beberapa gagasan penjelas.
Pembuatan alinea bertujuan memudahkan pengertian dan pemahaman dengan
memisahkan suatu tema dari tema yang lain.
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as