PENDIDIKAN ORANG DEWASA DAN KOMUNIKASI
OLEH:
Rainy MP Hutabarat
Dalam pendidikan, ada dua istilah
penting yang berbeda dalam memandang proses pembelajaran. Istilah pertama
adalah “pedagogi” akar katanya berasal dari bahasa Yunani, yakni paid artinya kanak-kanak dan agogos
artinya memimpin. Dilihat dari akar katanya, pedagogi mengandung
arti memimpin anak-anak atau secara khusus diartikan sebagai “suatu ilmu dan
seni mengajar kanak-kanak”. Lambat-laun pedagogi didefinisikan sebagai “ilmu
dan seni mengajar”. Dalam kosep ini, pendidikan dipahami sebagai “transfer
pengetahuan atau kebudayaan”. Guru adalah pusat perhatian dan sumber informasi.
Atau dalam istilah Freirean, “guru adalah bank informasi” dan murid-murid
adalah “cawan kosong yang harus diisi”. Juga, murid tergantung sepenuhnya pada
guru, kepribadian masih mentah dan karena itu perlu tuntunan.
Istilah kedua adalah “andragogi” berasal dari dua
kata dalam bahasa Yunani, yakni andra,
berarti orang dewasa (berkelamin laki-laki) dan agogos
berarti memimpin. Jika didefinisikan, andragogi adalah ” seni dan ilmu untuk
membantu orang dewasa belajar” Dalam perkembangan selanjutnya, istilah ini
kemudian memunculkan istilah “pendidikan orang dewasa”, sebuah
istilah yang tidak bias jender. Pedagogi dan
pendidikan orang dewasa berbeda dalam memandang peserta, proses pembelajaran,
dan tujuannya. Pendidikan orang dewasa memandang peserta sebagai individu yang
kaya akan pengalaman, dalam arti memecahkan persoalan hidupnya, memiliki
keterampilan-keterampilan tertentu, memiliki hubungan-hubungan dan
peran-peran sosial tertentu, punya prakarsa, pendapat, sikap atau
hobi tertentu, namun mereka tetap membutuhkan pendidikan. Karena itu, dalam
pendidikan orang dewasa, yang dibutuhkan bukanlah “guru” melainkan seseorang
yang mampu memfasilitasi proses belajar, mampu menciptakan iklim belajar,
dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan serta menggali pengalaman
yang telah dimiliki oleh orang dewasa.
Karena
karakteristik-karakteristik tertentu dari peserta dan tujuan pembelajaran,
pendidikan orang dewasa membutuhkan proses belajar-mengajar serta metode yang
berbeda. Bertolak dari karakteristik orang dewasa, dalam proses
belajar-mengajar pendidikan orang dewasa, baik fasilitator maupun peserta
sama-sama menjadi “peserta komunikasi”. Komunikasi berlangsung dua arah karena kedua
pihak terlibat dalam proses saling belajar. Jika dilukiskan, proses belajar
tidaklah bergerak linier, tetapi siklis. Hasil dari proses pembelajaran adalah:
Sebagai subyek atas hidupnya peserta semakin mampu memetakan dan memecahkan
atau mengatasi masalah hidupnya. Juga proses komunikasi mendorong terbentuknya
persekutuan-persekutuan.
Komunikasi
adalah bagian integral penting dalam setiap proses pembelajaran. Mengingat
karakteristik peserta dan peran fasilitator dalam pendidikan orang dewasa, maka
model komunikasi yang cocok adalag komunikasi partisipatif (juga dalam
pedagogi, komunikasi partisipatif merupakan model terbaik).
Model
Laswellian (Sender–Message–Channel–Receiver–Effect)
yang linier dan mekanistik maupun model partisipatif dapat dimanfaatkan dalam
pendidikan orang dewasa, Yang terpenting adalah, kelemahan-kelemahan tiap
metode (tentu tiap metode mempunyai kelemahan masing-masing!) dicoba disiasati
agar ada ruang bagi partisipasi peserta. Berikut ini beberapa metode yang dapat
digunakan dalam kegiatan pendidikan orang dewasa.
[1]
Ceramah
Metode ini cocok untuk memperkenalkan topik
atau materi baru, menyampaikan laporan dan fakta-fakta yang sistematis, dan
menjelaskan secara panjang-lebar. Hasil maksimal dicapai bila ceramah
disampaikan dengan jelas, menarik, humor dan diselingi alat-alat visual (VCD,
infokus, slides,
poster) dan tanya-jawab untuk memberi kesempatan kepada peserta menanyakan
hal-hal yang dianggap kurang jelas atau istilah yang tak dipahami. Penceramah
sebaiknya menyajikan materi dengan pokok-pokok pikiran, berdiri di
tengah-tengah peserta dan melakukan kontak mata dengan peserta secara
bergilir. Kelemahan metode ini antara lain peserta pasif, sulit mengukur
sejauh mana materi berhasil dipahami peserta, dan peserta mengantuk.
Visualisasi
Visualisasi merupakan
pelengkap dan kepanjangan dari kata-kata dengan menggunakan alat bantu visual.
Metode ini dapat menolong peserta yang tak terbiasa menulis atau malu menjelaskan
secara verbal pikiran-pikirannya untuk berbicara di depan kelas. Kecuali itu,
membantu untuk menghindari pembicaraan yang berputar-putar atau
mengulang-ulangi.
Bermain
Peran (Role Play)
Bermain dapat meningkatkan interaksi di antara para peserta.
Memberi kesempatan kepada para peserta untuk mencermati perilaku manusia:
perasaan-perasaannya, gerakan-gerakan tubuhnya dan menambah pengetahuan tentang
perilaku manusia. Metode ini juga memberi kesempatan untuk proses learning by doing: Peserta diperhadapkan
dengan masalah dan harus memecahkan masalah tersebut, dan menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya. Sementara satu kelompok bermain peran, para
peserta lain belajar mengamati sikap orang lain, peran-perannya,
perasaan-perasaannya, dan mengidentifikasikan cara-cara pemecahan masalah yang
berbeda-beda. Untuk bermain peran perlu dibuat kasus dalam bentuk cerita atau
dialog yang akan diperankan oleh kelompok-kelompok.
Diskusi
Kelompok
Diskusi kelompok digunakan untuk
pendalaman pokok bahasan melalui komunikasi yang partisipatif; memberi
kesempatan kepada para peserta untuk mengutarakan pikiran, membahas studi
kasus, merangkum perbedaan-perbedaan pendapat dalam kelompok, bekerja sama,
mengembangkan toleransi, simpati, menumbuhkan rasa percaya diri induvidu dalam
kelompok. Namun fasilitator perlu menjaga agar dalam kelompok tidak ada suara
dominan atau menguasai dan tiap anggota kelompok berpatisipasi dan merasa
pengetahuan dan pendapatnya dihargai.
Meta Plan. Meta plan adalah karton warna-warni yang digunting
menurut bentuk dan ukuran tertentu. Penggunaan meta plan merupakan salah satu cara efektif bagi peserta untuk
berani mengemukakan pikiran khususnya secara tertulis dan dengan menggunakan
kata-kata kunci. Meta-plan mengajak peserta untuk berpikir dan atau
berkomunikasi secara fokus dan singkat, mengimbangi “budaya lisan” yang
cenderung kurang fokus dan “cerewet”.
Tanya-Jawab. Tanya-jawab merupakan metode efektif untuk memberi
kesempatan kepada peserta menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang
belum dipahami, atau masih belum jelas, atau memastikan suatu pendapat. Tanya
jawab juga berguna untuk menyamakan persepsi antara peserta dengan
fasilitator.
Pemutaran
Video (Video Showing). Pemutaran video merupakan metode untuk memampukan
peserta memahami secara lebih mendalam dan komprehensif terhadap sebuah topik.
Pemutaran video juga memampukan peserta untuk mengingat materi yang dipelajari
bersama-sama. Namun demikian, pemutaran video perlu diikuti dengan diskusi
dalam kelompok besar atau kelompok kecil untuk saling memberi tanggapan atas
tayangan yang ditonton.
Bercerita/Berbagi
Pengalaman. Ini merupakan cara efektif untuk menyingkirkan
budaya “diam” (baca juga: “bisu”) dan pengenalan kasus-kasus, dengan
mengajak peserta menggali dan atau mengidentifikasi pengalaman sendiri atau
cerita yang pernah mereka dengar.
Curah
Pendapat. Metode ini efektif untuk mendapatkan umpan balik dari para peserta.
Umpan balik penting untuk membangun komunikasi yang efektif dan sekaligus
memperoleh kesamaan persepsi dan menghilangkan asumsi yang berbeda antara
fasiitator dengan peserta.
Studi Kasus (Case Study)
Studi kasus digunakan dapat disajikan secara
lisan, tertulis, dramatisasi (role
play), film/audio-visual, atau kaset (audio)), dan lain-lain.
Metode ini lebih bersifat komprehensif dibandingkan dengan latihan-latihan
praktis. Studi kasus bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan menganalisa
masalah; membahas masalah dalam konteks yang lebih spesifik; mendorong kelompok
untuk mengemukakan sikap-sikap mereka; menerapkan pengambilan keputusan
dalam kelompok dan sekaligus memampukan bekerja sama.
OLEH:
Rainy MP Hutabarat
Dalam pendidikan, ada dua istilah
penting yang berbeda dalam memandang proses pembelajaran. Istilah pertama
adalah “pedagogi” akar katanya berasal dari bahasa Yunani, yakni paid artinya kanak-kanak dan agogos
artinya memimpin. Dilihat dari akar katanya, pedagogi mengandung
arti memimpin anak-anak atau secara khusus diartikan sebagai “suatu ilmu dan
seni mengajar kanak-kanak”. Lambat-laun pedagogi didefinisikan sebagai “ilmu
dan seni mengajar”. Dalam kosep ini, pendidikan dipahami sebagai “transfer
pengetahuan atau kebudayaan”. Guru adalah pusat perhatian dan sumber informasi.
Atau dalam istilah Freirean, “guru adalah bank informasi” dan murid-murid
adalah “cawan kosong yang harus diisi”. Juga, murid tergantung sepenuhnya pada
guru, kepribadian masih mentah dan karena itu perlu tuntunan.
Istilah kedua adalah “andragogi” berasal dari dua
kata dalam bahasa Yunani, yakni andra,
berarti orang dewasa (berkelamin laki-laki) dan agogos
berarti memimpin. Jika didefinisikan, andragogi adalah ” seni dan ilmu untuk
membantu orang dewasa belajar” Dalam perkembangan selanjutnya, istilah ini
kemudian memunculkan istilah “pendidikan orang dewasa”, sebuah
istilah yang tidak bias jender. Pedagogi dan
pendidikan orang dewasa berbeda dalam memandang peserta, proses pembelajaran,
dan tujuannya. Pendidikan orang dewasa memandang peserta sebagai individu yang
kaya akan pengalaman, dalam arti memecahkan persoalan hidupnya, memiliki
keterampilan-keterampilan tertentu, memiliki hubungan-hubungan dan
peran-peran sosial tertentu, punya prakarsa, pendapat, sikap atau
hobi tertentu, namun mereka tetap membutuhkan pendidikan. Karena itu, dalam
pendidikan orang dewasa, yang dibutuhkan bukanlah “guru” melainkan seseorang
yang mampu memfasilitasi proses belajar, mampu menciptakan iklim belajar,
dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan serta menggali pengalaman
yang telah dimiliki oleh orang dewasa.
Karena
karakteristik-karakteristik tertentu dari peserta dan tujuan pembelajaran,
pendidikan orang dewasa membutuhkan proses belajar-mengajar serta metode yang
berbeda. Bertolak dari karakteristik orang dewasa, dalam proses
belajar-mengajar pendidikan orang dewasa, baik fasilitator maupun peserta
sama-sama menjadi “peserta komunikasi”. Komunikasi berlangsung dua arah karena kedua
pihak terlibat dalam proses saling belajar. Jika dilukiskan, proses belajar
tidaklah bergerak linier, tetapi siklis. Hasil dari proses pembelajaran adalah:
Sebagai subyek atas hidupnya peserta semakin mampu memetakan dan memecahkan
atau mengatasi masalah hidupnya. Juga proses komunikasi mendorong terbentuknya
persekutuan-persekutuan.
Komunikasi
adalah bagian integral penting dalam setiap proses pembelajaran. Mengingat
karakteristik peserta dan peran fasilitator dalam pendidikan orang dewasa, maka
model komunikasi yang cocok adalag komunikasi partisipatif (juga dalam
pedagogi, komunikasi partisipatif merupakan model terbaik).
Model
Laswellian (Sender–Message–Channel–Receiver–Effect)
yang linier dan mekanistik maupun model partisipatif dapat dimanfaatkan dalam
pendidikan orang dewasa, Yang terpenting adalah, kelemahan-kelemahan tiap
metode (tentu tiap metode mempunyai kelemahan masing-masing!) dicoba disiasati
agar ada ruang bagi partisipasi peserta. Berikut ini beberapa metode yang dapat
digunakan dalam kegiatan pendidikan orang dewasa.
[1]
Ceramah
Metode ini cocok untuk memperkenalkan topik
atau materi baru, menyampaikan laporan dan fakta-fakta yang sistematis, dan
menjelaskan secara panjang-lebar. Hasil maksimal dicapai bila ceramah
disampaikan dengan jelas, menarik, humor dan diselingi alat-alat visual (VCD,
infokus, slides,
poster) dan tanya-jawab untuk memberi kesempatan kepada peserta menanyakan
hal-hal yang dianggap kurang jelas atau istilah yang tak dipahami. Penceramah
sebaiknya menyajikan materi dengan pokok-pokok pikiran, berdiri di
tengah-tengah peserta dan melakukan kontak mata dengan peserta secara
bergilir. Kelemahan metode ini antara lain peserta pasif, sulit mengukur
sejauh mana materi berhasil dipahami peserta, dan peserta mengantuk.
Visualisasi
Visualisasi merupakan
pelengkap dan kepanjangan dari kata-kata dengan menggunakan alat bantu visual.
Metode ini dapat menolong peserta yang tak terbiasa menulis atau malu menjelaskan
secara verbal pikiran-pikirannya untuk berbicara di depan kelas. Kecuali itu,
membantu untuk menghindari pembicaraan yang berputar-putar atau
mengulang-ulangi.
Bermain
Peran (Role Play)
Bermain dapat meningkatkan interaksi di antara para peserta.
Memberi kesempatan kepada para peserta untuk mencermati perilaku manusia:
perasaan-perasaannya, gerakan-gerakan tubuhnya dan menambah pengetahuan tentang
perilaku manusia. Metode ini juga memberi kesempatan untuk proses learning by doing: Peserta diperhadapkan
dengan masalah dan harus memecahkan masalah tersebut, dan menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya. Sementara satu kelompok bermain peran, para
peserta lain belajar mengamati sikap orang lain, peran-perannya,
perasaan-perasaannya, dan mengidentifikasikan cara-cara pemecahan masalah yang
berbeda-beda. Untuk bermain peran perlu dibuat kasus dalam bentuk cerita atau
dialog yang akan diperankan oleh kelompok-kelompok.
Diskusi
Kelompok
Diskusi kelompok digunakan untuk
pendalaman pokok bahasan melalui komunikasi yang partisipatif; memberi
kesempatan kepada para peserta untuk mengutarakan pikiran, membahas studi
kasus, merangkum perbedaan-perbedaan pendapat dalam kelompok, bekerja sama,
mengembangkan toleransi, simpati, menumbuhkan rasa percaya diri induvidu dalam
kelompok. Namun fasilitator perlu menjaga agar dalam kelompok tidak ada suara
dominan atau menguasai dan tiap anggota kelompok berpatisipasi dan merasa
pengetahuan dan pendapatnya dihargai.
Meta Plan. Meta plan adalah karton warna-warni yang digunting
menurut bentuk dan ukuran tertentu. Penggunaan meta plan merupakan salah satu cara efektif bagi peserta untuk
berani mengemukakan pikiran khususnya secara tertulis dan dengan menggunakan
kata-kata kunci. Meta-plan mengajak peserta untuk berpikir dan atau
berkomunikasi secara fokus dan singkat, mengimbangi “budaya lisan” yang
cenderung kurang fokus dan “cerewet”.
Tanya-Jawab. Tanya-jawab merupakan metode efektif untuk memberi
kesempatan kepada peserta menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang
belum dipahami, atau masih belum jelas, atau memastikan suatu pendapat. Tanya
jawab juga berguna untuk menyamakan persepsi antara peserta dengan
fasilitator.
Pemutaran
Video (Video Showing). Pemutaran video merupakan metode untuk memampukan
peserta memahami secara lebih mendalam dan komprehensif terhadap sebuah topik.
Pemutaran video juga memampukan peserta untuk mengingat materi yang dipelajari
bersama-sama. Namun demikian, pemutaran video perlu diikuti dengan diskusi
dalam kelompok besar atau kelompok kecil untuk saling memberi tanggapan atas
tayangan yang ditonton.
Bercerita/Berbagi
Pengalaman. Ini merupakan cara efektif untuk menyingkirkan
budaya “diam” (baca juga: “bisu”) dan pengenalan kasus-kasus, dengan
mengajak peserta menggali dan atau mengidentifikasi pengalaman sendiri atau
cerita yang pernah mereka dengar.
Curah
Pendapat. Metode ini efektif untuk mendapatkan umpan balik dari para peserta.
Umpan balik penting untuk membangun komunikasi yang efektif dan sekaligus
memperoleh kesamaan persepsi dan menghilangkan asumsi yang berbeda antara
fasiitator dengan peserta.
Studi Kasus (Case Study)
Studi kasus digunakan dapat disajikan secara
lisan, tertulis, dramatisasi (role
play), film/audio-visual, atau kaset (audio)), dan lain-lain.
Metode ini lebih bersifat komprehensif dibandingkan dengan latihan-latihan
praktis. Studi kasus bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan menganalisa
masalah; membahas masalah dalam konteks yang lebih spesifik; mendorong kelompok
untuk mengemukakan sikap-sikap mereka; menerapkan pengambilan keputusan
dalam kelompok dan sekaligus memampukan bekerja sama.
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as