ORANG-ORANG YANG MENGINGKARI HADITS AL-AMHADI DAN JAWABANNYA
Oleh
Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabil MA
Telah kami sebutkan di muka sejumlah hadits shahih yang menunjukkan secara qath'i akan munculnya
Al-Mahdi pada akhir zaman sebagai juru damai dan pemimpin yang adil, dan telah kami kutip pula sejumlah
perkataan ulama yang menetapkan ke-mutawatiran hadits-hadits tentang Al-Mahdi, serta telah kami sebutkan
pula beberapa buah kitab yang disusun para ulama yang membicarakan masalah Al-Mahdi secara khusus.
Tetapi sayang masih ada sejumlah penulis [1] pada zaman ini yang mengingkari kedatangan Al-Mahdi dan
mengatakan bahwa hadits-hadits tentang Al-Mahdi itu tanaqudh (bertentangan satu sama lain) dan batil, dan
Al-Mahdi itu hanyalah cerita fiksi ciptaan kaum Syi'ah kemudian dimasukkan dalam kitab-kitab Ahlus
Sunnah.
Sebagian penulis itu terpengaruh oleh pendha'ifan sejarawan Ibnu Khaldun[2] terhadap hadits-hadits
Al-Mahdi, padahal Ibnu Khaldun sendiri tidak termasuk pakar dalam lapangan ini yang layak diterima
pengesahan dan pendha'ifannya. Dalam hal ini, setelah mengemukakan banyak hadits mengenai Al-Mahdi dan
mencela banyak sanadnya, beliau berkata, "Inilah sejumlah hadits yang diriwayatkan para Imam mengenai
Al-Mahdi dan kedatangannya pada akhir zaman; sedangkan hadits-hadits itu sebagaimana yang saya ketahui
tidak lepas dari kritik kecuali hanya sedikit atau sangat sedikit." [Muqaddimah Tarikh Ibnu Khaldun 1: 574]
Perkataan Ibnu Khaldun di atas menunjukkan bahwa masih ada beberapa hadits yang selamat dari kritiknya.
Maka kami katakan bahwa seandainya ada sebuah hadits saja yang shahih, niscaya hal itu sudah cukup
menjadi hujjah mengenai Al-Mahdi ini. Nah betapa lagi dengan hadits-haditsnya yang shahih dan mutawatir
ini?
Dalam menyanggah pendapat Ibnu Khaldun, Syekh Ahmad Syakir mengatakan. "Ibnu Khaldun tidak
memahami dengan baik istilah ahli hadits: "Al-Jarhu maqadamu ‘ala at-Ta'diili." (Celaan itu didahulukan
daripada pujian).
Kalau dia mau menganalisis dan memahami dengan baik istilah tersebut niscaya dia tidak akan berkata begitu.
Tetapi boleh jadi dia telah membaca dan memahaminya. Namun dia ingin melemahkan hadits-hadits tentang
Al-Mahdi karena visi politik pada waktu itu." [Ta'liq Ahmad Syakir atas Musnad Imam Ahmad 5: 197-198]
Halaman 1/4Orang-Orang Yang Mengingkari Hadits Al-Mahdi Dan Jawabannya
http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1357&bagian=0
Kemudian beliau menjelaskan bahwa apa yang ditulis Ibnu Khaldun dalam pasal ini tentang al-Mahdi; penuh
dengan kesalahan mengenai nama-nama perawinya dan pengutipan catat-cacatnya. Dan beliau beralasan
bahwa hal itu mungkin disebabkan dari sikap orang-orang yang me nasakh dan kelalaian para pen tashhih.
Wallahu a 'lam.
Untuk meringkas pembahasan, baiklah kami kutipkan di sini apa yang dikatakan Syekh Muhammad Rasyid
Ridha mengenai Al-Mahdi, sebagai contoh bagi orang-orang yang mengingkari hadits-hadits tentang
Al-Mahdi. Beliau berkata:
"Adapun pertentangan di antara hadits-hadits Al-Mahdi sangat kuat dan jelas, mengkompromikan
riwayat-riwayat tersebut sangat sulit, orang-orang yang menging-karinya sangat banyak, dan syubhatnya
sangat jelas. Karena itu Imam Syaikhani (Bu-khari dan Muslim) tidak meriwayatkan sama sekali hadits
Al-Mahdi ini dalam kitab Shahih beliau, padahal kerusakan dan fitnah banyak tersebar di kalangan
bangsa-bangsa yang beragama Islam." [Tafsir Al-Manar 9: 499]
Kemudian beliau mengemukakan beberapa contoh pertentangan hadits-hadits Al-Mahdi tersebut dan
kesemrawutannya -menurut anggapan beliau- dengan mengatakan. "Sesungguhnya riwayat yang masyhur
mengenai namanya dan nama ayahnya menurut Ahlus Sunnah bahwa dia bernama Muhammad bin Abdullah,
dan dalam satu riwayat dikatakan Ahmad bin Abdullah. Sedangkan golongan Syi'ah Imamiyah sepakat bahwa
dia adalah Muhammad bin Al-Hasan Al-'Asy'ari, imam kesebelas dan keduabelas dari imam-imam mereka
yang makshum. dan mereka memberinya gelar Al-hujjah. Al-Qaaim, dan Al-Muntazhor.... Sedangkan
kelompok Al-Kisaniyyah [3] beranggapan bahwa Al-Mahdi adalah Muhammad bin Al-Hanafiyah dan dia
hidup dan berdiam, di gunung Dhawi...." [Tafsir Al-Manar 9: 501]
Selanjutnya beliau mengatakan. "Yang masyhur mengenai nasabnya, bahwa dia adalah 'Alawi Fatimi
(keturunan Ali dari jurusan Fatimah) dari putra Al-Hasan. sedangkan dalam beberapa riwayat dikatakan dari
putra Al-Husain. dan ini sesuai pendapat Syi'ah Imamiyah. Di samping itu terdapat beberapa hadits yang
menerangkan. bahwa dia dari putra Abbas." [Tafsir Al-Manar 9: 502]
Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa banyak cerita Israilliyat yang dimasukkan dalam kitab-kitab hadits.
Dan para fanatis Alawiyyah, Abbasiyyah. dan Farisiyyah mempunyai peranan yang sangat besar dalam
memalsukan hadits-hadits Al-Mahdi. Masing-masing golongan mendakwakan bahwa Al-Mahdi itu dari
kelompok mereka. Orang-orang Yahudi dan orang-orang Persi mempopulerkan riwayat-riwayat ini dengan
maksud meninabobokan kaum muslimin sehingga mereka bersikap pasrah tanpa mau berjuang karena
menunggu munculnya Al-Mahdi untuk menegakkan Dinul Islam ini dan menyebarkan keadilan di jagad raya.
[Tafsir Al-Manar 9: 501-50I]
Apa yang dikemukakan Syekh Muhammad Rasyid Ridha ini dapat dijawab de-mikian: Bahwa riwayat-riwayat
tentang kedatangan Al-Mahdi itu adalah shahih dan mutawatir maknawi sebagaimana telah kami sebutkan
sejumlah hadits mengenai Al-mahdi ini serta nash-nash para ulama tentang keshahihan dan kemutawatirannya.
Sedangkan alasan bahwa Imam Syaikhani (Bukhari dan Muslim) tidak meriwa-yatkan hadits-hadits Al-Mahdi,
maka kami katakan bahwa seluruh sunnah tidak hanya terbukukan dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih
Muslim saja, bahkan banyak sekali hadits shahih yang tidak tercantum dalam kedua kitab tersebut tetapi
tercantum dalam kitab-kitab Sunan, Musnad, Mu'jam, dan lain-lain kitab hadits.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Imam Bukhari dan Muslim tidak harus me-riwayatkan semua hadits
shahih, tetapi kedua beliau itu tidak juga menshahihkan beberapa hadits yang tidak terdapat dalam kedua kitab
beliau, sebagaimana dikutip oleh Imam Tirmidzi dan lainnya dari Imam Bukhari mengenai penshahihan beliau
terhadap beberapa hadits yang tidak terdapat dalam kitab beliau, melainkan dalam kitab-kitab Sunan dan
lainnya." [Al-Baa 'itsul Hatsiits Syarhu Itkhtishori Ulumil Hadits karya Ibnu Katsir, halaman 25, oleh Ahmad
Syakir, terbitan Darul Kutubil Ilmiyyah]
Halaman 2/4Orang-Orang Yang Mengingkari Hadits Al-Mahdi Dan Jawabannya
http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1357&bagian=0
Adapun mengenai keberadaan hadits-hadits tersebut banyak kemasukan dongeng-dongeng Israiliyat dan
sebagian lagi merupakan hasil pemalsuan golongan Syi'ah dan para fanatis golongan lain, maka anggapan
seperti ini adalah benar. Tetapi, para Imam hadits telah menjelaskan mana yang shahih dan mana yang tidak.
Dan mereka juga telah menyusun beberapa kitab untuk mengumpulkan hadits-hadits maudhu' dan
menjelaskan hadits-hadits yang dha'if. Mereka juga telah membuat kaidah-kaidah yang cermat dalam
menentukan kriteria dan identitas para perawi, sehingga tidak ada seorangpun ahli bid'ah atau pendusta
melainkan dijelaskan keadaannya. Maka Allah telah memelihara sunnah dari permainan orang-orang yang
suka bermain-main dan penyelewengan orang yang suka berlebihan serta dari ulah pembuat kebatilan. Dan ini
merupakan salah satu cara pemeliharaan Allah terhadap Din Islam ini.
Kalau ada riwayat-riwayat Al-Mahdi yang maudhu' yang dibuat oleh orang-orang yang panatik terhadap
golongan, maka hal itu tidak menjadikan kita harus meninggalkan riwayat-riwayat yang shahih. Dan dalam
riwayat-riwayat yang shahih ini disebutkan sifat-sifatnya, namanya, dan nama ayahnya.
Apabila ada segolongan manusia yang menetapkan dan menganggap seseorang sebagai Al-Mahdi tanpa
didukung oleh identitasnya sebagaimana yang tersebut dalam hadits-hadits shahih. maka hal ini tidak dapat
dijadikan alasan untuk mengingkari akan datangnya Al-Mahdi sebagaimana disebutkan dalam hadits.
Selanjutnya, Al-Mahdi yang sebenarnya tidak memerlukan adanya orang yang memproklamirkannya. Dia
akan dimunculkan oleh Allah ke tengah-tengah manusia jika Allah sudah menghendakinya, dan orang-orang
pun akan mengenalnya dengan tanda-tandanya. Adapun anggapan bahwa hadits-hadits Al-Mahdi itu
kontradiktif, maka anggapan ini muncul disebabkan adanya riwayat-riwayat yang tidak shahih; sedangkan
hadits-hadits yang shahih maka tidak ada pertentangan sama sekali. Maka kepunyaan Allah-lah segala puji dan
sanjungan.
Dan lagi, memang perselisihan antara golongan Syi'ah dan Ahlus Sunnah tak terbatas, sedangkan hukum yang
adil adalah Al-Qur'an dan Sunnah yang shahih. Adapun khurafat dan kebatilan-kebatilan Syi'ah tidak boleh
dijadikan standard unluk menolak hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Al-Allamah Ibnul Qayyim berkata mengenai Al-Mahdi demikian, "Golongan Rafidhah Imamiyah memiliki
pendapat keempat bahwa Al-Mahdi adalah Muhammad bin Al-Hasan Al-Askari [4] Al-Muntazhor dari anak
Husain bin Ali, bukan dari anak Hasan, yang datang ke pelbagai negara, tetapi tidak terlihat oleh mata, yang
mewariskan tongkat dan menutup tanah lapang. la telah masuk ke dalam gua di bawah tanah Samira' sebagai
anak kecil dalam waktu lebih dari lima ratus tahun. Setelah itu tidak ada lagi mata yang pernah
memandangnya dan tidak ada pula kabar beritanya, dan mereka menantinya setiap hari. Mereka berhenti
dengan kudanya di depan pintu gua sambil berteriak-teriak memanggilnya agar keluar dengan mengatakan,
"Keluarlah, wahai Tuan kami! Keluarlah, wahai Tuan kami!" Kemudian mereka kembali dengan tangan
hampa. Begitulah kelakuan mereka! Dan sungguh baik orang yang mengatakan:
" Mana mungkin gua dalam tanah
akan melahirkan orang
yang kamu panggil dengan kebodohan.
Bilakah waktunya ia kan datang?
Maka karena akalmu yang rusak,
kamu memuat yang ketiga setelah anqa* dan ghilan**
Maka mereka menjadi cercaan bagi Bani Adam dan menjadi bahan tertawaan setiap orang yang berakal
sehat." [Al-Manarul Munif: 152-153]
Disalin dari kitab Asyratus Sa'ah edisi Indonesia Tanda-Tanda Hari Kiamat, Penulis Yusuf bin Abdullah bin
Yusuf Al-Wabl MA, Penerjemah Drs As'ad Yasin, Penerbit CV Pustaka Mantiq]
_________
Foote Note
[1]. Yang paling menonjol dalam hal ini antara lain: Syekh Muhammad Rasyid Ridha dalam Tafsir Al-Manar
9: 499-504, Muhammad Farid Wajdi dalam Dairatu Ma'arifil Qamil 'Isyrin 10: 480, Ahmad Amin dalam
Halaman 3/4Orang-Orang Yang Mengingkari Hadits Al-Mahdi Dan Jawabannya
http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1357&bagian=0
kitabnya Dhuhal Islam 3: 237-241, Abdur Rahman Muhammad Utsman dalam Catatan kakinya terhadap
Tuhfatul Ahwadzi 6: 474, Muhammad Abdullah 'Anan dalam kitabnya Mawaqif Hasimah Fi Tarikhil Islam:
357-364, Muhammad Fahim Abu Ubaiyyah dalam ta'liqnya atas an-Nihayah Fil Fitan wal Malahim karya Ibnu
Katsir 1: 37, Abdul Karim Al-Khathib dalam kitabnya Al-Masih Fil Qur'an wat Taurat wal Injil: 539, dan
terakhir adalah Syekh Abdullah bin Zaid Alu Mahmud dalam kitabnya Laa Mahdiy Muntazhor Ba 'dar Rasul
saw. Khairul Basyar."
Pendapat beliau-beliau itu disanggah oleh Fadhilatus Syekh Abdul Muhsin bin Muhammad Al-'Abbad dalam
kitab beliau yang sangat berharga yang berjudul Ar’Radd 'ala Man-Kadzdzaba bil-Ahaadiitshish-Shahihah
al-waridah fil Mahdi". khususnya sanggahan terhadap risalah Ibnu Mahmud yang di dalamnya terdapat
pendapat yang jauh dari kebenaran. Semoga Allah membalas pembelaan beliau terhadap Islam dan kaum
Muslimin dengan balasan yang sebaik-baiknya.
[2]. Beliau adalah Abdur Rahman bin Muhammad bin Muhammad bin Khaldun Abu Zaid, "Waliyyuddin
Al-Hadhrami Al-Asybili yang termasyhur dengan kitabnya Al- 'Ibrar wa Diwanul Mubtada' wal Khabar Fi
Tarikhil Arab wa 'Ajam wal Barbar yang terdiri atas tujuh jilid yang diawali dengan Al-Muqaddimah. Beliau
juga memiliki karya-karya tulis lain termasuk yang berbentuk sya'ir (puisi).
Beliau lahir dan dibesarkan di Tunis, kemudian pergi ke Mesir dan menjabat Hakim madzhab Maliki, dan
wafat di Kairo pada tahun 808 H. Semoga Allah merahmati beliau. Periksa: Syadzaraatudz-Dzahabl: Id-11
dznAl-A'lam 3: 330.
[3]. Al-Kisaniyyah adalah salah satu kelompok Rafidhoh. Mereka adalah pengikut Al-Muhtar bin Abi 'Ubaid
Ats-Tsaqafi Al-Kadzdzab. Dan mereka dinisbatkan kepada Kisan, mantan budak Ali ra. Dan ada yang
mengatakan bahwa Kisan adalah gelar bagi Muhammad bin Al-Hanafiyah. Periksa: Al-Farqu Bainal Firoq,
halaman 38, dengan tahqiq Syekh Muhamma Muhjiddin Abdul Hamid.
[4]. la dilahirkan pada tahun 256 H dan wafat pada tahun 2754 H. Menurut pendapat yang mengatakan bahwa
ia pernah ada. Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa ia tidak pernah ada. Periksa: Minhajus Sunnah 2: 131, dan
Al-A'lam 6: 80.
*). Binatang yang berkepala dan bersayap seperti garuda dan berbadan singa. (pen).
**) Hantu. (pen).
Halaman 4/4
Oleh
Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabil MA
Telah kami sebutkan di muka sejumlah hadits shahih yang menunjukkan secara qath'i akan munculnya
Al-Mahdi pada akhir zaman sebagai juru damai dan pemimpin yang adil, dan telah kami kutip pula sejumlah
perkataan ulama yang menetapkan ke-mutawatiran hadits-hadits tentang Al-Mahdi, serta telah kami sebutkan
pula beberapa buah kitab yang disusun para ulama yang membicarakan masalah Al-Mahdi secara khusus.
Tetapi sayang masih ada sejumlah penulis [1] pada zaman ini yang mengingkari kedatangan Al-Mahdi dan
mengatakan bahwa hadits-hadits tentang Al-Mahdi itu tanaqudh (bertentangan satu sama lain) dan batil, dan
Al-Mahdi itu hanyalah cerita fiksi ciptaan kaum Syi'ah kemudian dimasukkan dalam kitab-kitab Ahlus
Sunnah.
Sebagian penulis itu terpengaruh oleh pendha'ifan sejarawan Ibnu Khaldun[2] terhadap hadits-hadits
Al-Mahdi, padahal Ibnu Khaldun sendiri tidak termasuk pakar dalam lapangan ini yang layak diterima
pengesahan dan pendha'ifannya. Dalam hal ini, setelah mengemukakan banyak hadits mengenai Al-Mahdi dan
mencela banyak sanadnya, beliau berkata, "Inilah sejumlah hadits yang diriwayatkan para Imam mengenai
Al-Mahdi dan kedatangannya pada akhir zaman; sedangkan hadits-hadits itu sebagaimana yang saya ketahui
tidak lepas dari kritik kecuali hanya sedikit atau sangat sedikit." [Muqaddimah Tarikh Ibnu Khaldun 1: 574]
Perkataan Ibnu Khaldun di atas menunjukkan bahwa masih ada beberapa hadits yang selamat dari kritiknya.
Maka kami katakan bahwa seandainya ada sebuah hadits saja yang shahih, niscaya hal itu sudah cukup
menjadi hujjah mengenai Al-Mahdi ini. Nah betapa lagi dengan hadits-haditsnya yang shahih dan mutawatir
ini?
Dalam menyanggah pendapat Ibnu Khaldun, Syekh Ahmad Syakir mengatakan. "Ibnu Khaldun tidak
memahami dengan baik istilah ahli hadits: "Al-Jarhu maqadamu ‘ala at-Ta'diili." (Celaan itu didahulukan
daripada pujian).
Kalau dia mau menganalisis dan memahami dengan baik istilah tersebut niscaya dia tidak akan berkata begitu.
Tetapi boleh jadi dia telah membaca dan memahaminya. Namun dia ingin melemahkan hadits-hadits tentang
Al-Mahdi karena visi politik pada waktu itu." [Ta'liq Ahmad Syakir atas Musnad Imam Ahmad 5: 197-198]
Halaman 1/4Orang-Orang Yang Mengingkari Hadits Al-Mahdi Dan Jawabannya
http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1357&bagian=0
Kemudian beliau menjelaskan bahwa apa yang ditulis Ibnu Khaldun dalam pasal ini tentang al-Mahdi; penuh
dengan kesalahan mengenai nama-nama perawinya dan pengutipan catat-cacatnya. Dan beliau beralasan
bahwa hal itu mungkin disebabkan dari sikap orang-orang yang me nasakh dan kelalaian para pen tashhih.
Wallahu a 'lam.
Untuk meringkas pembahasan, baiklah kami kutipkan di sini apa yang dikatakan Syekh Muhammad Rasyid
Ridha mengenai Al-Mahdi, sebagai contoh bagi orang-orang yang mengingkari hadits-hadits tentang
Al-Mahdi. Beliau berkata:
"Adapun pertentangan di antara hadits-hadits Al-Mahdi sangat kuat dan jelas, mengkompromikan
riwayat-riwayat tersebut sangat sulit, orang-orang yang menging-karinya sangat banyak, dan syubhatnya
sangat jelas. Karena itu Imam Syaikhani (Bu-khari dan Muslim) tidak meriwayatkan sama sekali hadits
Al-Mahdi ini dalam kitab Shahih beliau, padahal kerusakan dan fitnah banyak tersebar di kalangan
bangsa-bangsa yang beragama Islam." [Tafsir Al-Manar 9: 499]
Kemudian beliau mengemukakan beberapa contoh pertentangan hadits-hadits Al-Mahdi tersebut dan
kesemrawutannya -menurut anggapan beliau- dengan mengatakan. "Sesungguhnya riwayat yang masyhur
mengenai namanya dan nama ayahnya menurut Ahlus Sunnah bahwa dia bernama Muhammad bin Abdullah,
dan dalam satu riwayat dikatakan Ahmad bin Abdullah. Sedangkan golongan Syi'ah Imamiyah sepakat bahwa
dia adalah Muhammad bin Al-Hasan Al-'Asy'ari, imam kesebelas dan keduabelas dari imam-imam mereka
yang makshum. dan mereka memberinya gelar Al-hujjah. Al-Qaaim, dan Al-Muntazhor.... Sedangkan
kelompok Al-Kisaniyyah [3] beranggapan bahwa Al-Mahdi adalah Muhammad bin Al-Hanafiyah dan dia
hidup dan berdiam, di gunung Dhawi...." [Tafsir Al-Manar 9: 501]
Selanjutnya beliau mengatakan. "Yang masyhur mengenai nasabnya, bahwa dia adalah 'Alawi Fatimi
(keturunan Ali dari jurusan Fatimah) dari putra Al-Hasan. sedangkan dalam beberapa riwayat dikatakan dari
putra Al-Husain. dan ini sesuai pendapat Syi'ah Imamiyah. Di samping itu terdapat beberapa hadits yang
menerangkan. bahwa dia dari putra Abbas." [Tafsir Al-Manar 9: 502]
Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa banyak cerita Israilliyat yang dimasukkan dalam kitab-kitab hadits.
Dan para fanatis Alawiyyah, Abbasiyyah. dan Farisiyyah mempunyai peranan yang sangat besar dalam
memalsukan hadits-hadits Al-Mahdi. Masing-masing golongan mendakwakan bahwa Al-Mahdi itu dari
kelompok mereka. Orang-orang Yahudi dan orang-orang Persi mempopulerkan riwayat-riwayat ini dengan
maksud meninabobokan kaum muslimin sehingga mereka bersikap pasrah tanpa mau berjuang karena
menunggu munculnya Al-Mahdi untuk menegakkan Dinul Islam ini dan menyebarkan keadilan di jagad raya.
[Tafsir Al-Manar 9: 501-50I]
Apa yang dikemukakan Syekh Muhammad Rasyid Ridha ini dapat dijawab de-mikian: Bahwa riwayat-riwayat
tentang kedatangan Al-Mahdi itu adalah shahih dan mutawatir maknawi sebagaimana telah kami sebutkan
sejumlah hadits mengenai Al-mahdi ini serta nash-nash para ulama tentang keshahihan dan kemutawatirannya.
Sedangkan alasan bahwa Imam Syaikhani (Bukhari dan Muslim) tidak meriwa-yatkan hadits-hadits Al-Mahdi,
maka kami katakan bahwa seluruh sunnah tidak hanya terbukukan dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih
Muslim saja, bahkan banyak sekali hadits shahih yang tidak tercantum dalam kedua kitab tersebut tetapi
tercantum dalam kitab-kitab Sunan, Musnad, Mu'jam, dan lain-lain kitab hadits.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Imam Bukhari dan Muslim tidak harus me-riwayatkan semua hadits
shahih, tetapi kedua beliau itu tidak juga menshahihkan beberapa hadits yang tidak terdapat dalam kedua kitab
beliau, sebagaimana dikutip oleh Imam Tirmidzi dan lainnya dari Imam Bukhari mengenai penshahihan beliau
terhadap beberapa hadits yang tidak terdapat dalam kitab beliau, melainkan dalam kitab-kitab Sunan dan
lainnya." [Al-Baa 'itsul Hatsiits Syarhu Itkhtishori Ulumil Hadits karya Ibnu Katsir, halaman 25, oleh Ahmad
Syakir, terbitan Darul Kutubil Ilmiyyah]
Halaman 2/4Orang-Orang Yang Mengingkari Hadits Al-Mahdi Dan Jawabannya
http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1357&bagian=0
Adapun mengenai keberadaan hadits-hadits tersebut banyak kemasukan dongeng-dongeng Israiliyat dan
sebagian lagi merupakan hasil pemalsuan golongan Syi'ah dan para fanatis golongan lain, maka anggapan
seperti ini adalah benar. Tetapi, para Imam hadits telah menjelaskan mana yang shahih dan mana yang tidak.
Dan mereka juga telah menyusun beberapa kitab untuk mengumpulkan hadits-hadits maudhu' dan
menjelaskan hadits-hadits yang dha'if. Mereka juga telah membuat kaidah-kaidah yang cermat dalam
menentukan kriteria dan identitas para perawi, sehingga tidak ada seorangpun ahli bid'ah atau pendusta
melainkan dijelaskan keadaannya. Maka Allah telah memelihara sunnah dari permainan orang-orang yang
suka bermain-main dan penyelewengan orang yang suka berlebihan serta dari ulah pembuat kebatilan. Dan ini
merupakan salah satu cara pemeliharaan Allah terhadap Din Islam ini.
Kalau ada riwayat-riwayat Al-Mahdi yang maudhu' yang dibuat oleh orang-orang yang panatik terhadap
golongan, maka hal itu tidak menjadikan kita harus meninggalkan riwayat-riwayat yang shahih. Dan dalam
riwayat-riwayat yang shahih ini disebutkan sifat-sifatnya, namanya, dan nama ayahnya.
Apabila ada segolongan manusia yang menetapkan dan menganggap seseorang sebagai Al-Mahdi tanpa
didukung oleh identitasnya sebagaimana yang tersebut dalam hadits-hadits shahih. maka hal ini tidak dapat
dijadikan alasan untuk mengingkari akan datangnya Al-Mahdi sebagaimana disebutkan dalam hadits.
Selanjutnya, Al-Mahdi yang sebenarnya tidak memerlukan adanya orang yang memproklamirkannya. Dia
akan dimunculkan oleh Allah ke tengah-tengah manusia jika Allah sudah menghendakinya, dan orang-orang
pun akan mengenalnya dengan tanda-tandanya. Adapun anggapan bahwa hadits-hadits Al-Mahdi itu
kontradiktif, maka anggapan ini muncul disebabkan adanya riwayat-riwayat yang tidak shahih; sedangkan
hadits-hadits yang shahih maka tidak ada pertentangan sama sekali. Maka kepunyaan Allah-lah segala puji dan
sanjungan.
Dan lagi, memang perselisihan antara golongan Syi'ah dan Ahlus Sunnah tak terbatas, sedangkan hukum yang
adil adalah Al-Qur'an dan Sunnah yang shahih. Adapun khurafat dan kebatilan-kebatilan Syi'ah tidak boleh
dijadikan standard unluk menolak hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Al-Allamah Ibnul Qayyim berkata mengenai Al-Mahdi demikian, "Golongan Rafidhah Imamiyah memiliki
pendapat keempat bahwa Al-Mahdi adalah Muhammad bin Al-Hasan Al-Askari [4] Al-Muntazhor dari anak
Husain bin Ali, bukan dari anak Hasan, yang datang ke pelbagai negara, tetapi tidak terlihat oleh mata, yang
mewariskan tongkat dan menutup tanah lapang. la telah masuk ke dalam gua di bawah tanah Samira' sebagai
anak kecil dalam waktu lebih dari lima ratus tahun. Setelah itu tidak ada lagi mata yang pernah
memandangnya dan tidak ada pula kabar beritanya, dan mereka menantinya setiap hari. Mereka berhenti
dengan kudanya di depan pintu gua sambil berteriak-teriak memanggilnya agar keluar dengan mengatakan,
"Keluarlah, wahai Tuan kami! Keluarlah, wahai Tuan kami!" Kemudian mereka kembali dengan tangan
hampa. Begitulah kelakuan mereka! Dan sungguh baik orang yang mengatakan:
" Mana mungkin gua dalam tanah
akan melahirkan orang
yang kamu panggil dengan kebodohan.
Bilakah waktunya ia kan datang?
Maka karena akalmu yang rusak,
kamu memuat yang ketiga setelah anqa* dan ghilan**
Maka mereka menjadi cercaan bagi Bani Adam dan menjadi bahan tertawaan setiap orang yang berakal
sehat." [Al-Manarul Munif: 152-153]
Disalin dari kitab Asyratus Sa'ah edisi Indonesia Tanda-Tanda Hari Kiamat, Penulis Yusuf bin Abdullah bin
Yusuf Al-Wabl MA, Penerjemah Drs As'ad Yasin, Penerbit CV Pustaka Mantiq]
_________
Foote Note
[1]. Yang paling menonjol dalam hal ini antara lain: Syekh Muhammad Rasyid Ridha dalam Tafsir Al-Manar
9: 499-504, Muhammad Farid Wajdi dalam Dairatu Ma'arifil Qamil 'Isyrin 10: 480, Ahmad Amin dalam
Halaman 3/4Orang-Orang Yang Mengingkari Hadits Al-Mahdi Dan Jawabannya
http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1357&bagian=0
kitabnya Dhuhal Islam 3: 237-241, Abdur Rahman Muhammad Utsman dalam Catatan kakinya terhadap
Tuhfatul Ahwadzi 6: 474, Muhammad Abdullah 'Anan dalam kitabnya Mawaqif Hasimah Fi Tarikhil Islam:
357-364, Muhammad Fahim Abu Ubaiyyah dalam ta'liqnya atas an-Nihayah Fil Fitan wal Malahim karya Ibnu
Katsir 1: 37, Abdul Karim Al-Khathib dalam kitabnya Al-Masih Fil Qur'an wat Taurat wal Injil: 539, dan
terakhir adalah Syekh Abdullah bin Zaid Alu Mahmud dalam kitabnya Laa Mahdiy Muntazhor Ba 'dar Rasul
saw. Khairul Basyar."
Pendapat beliau-beliau itu disanggah oleh Fadhilatus Syekh Abdul Muhsin bin Muhammad Al-'Abbad dalam
kitab beliau yang sangat berharga yang berjudul Ar’Radd 'ala Man-Kadzdzaba bil-Ahaadiitshish-Shahihah
al-waridah fil Mahdi". khususnya sanggahan terhadap risalah Ibnu Mahmud yang di dalamnya terdapat
pendapat yang jauh dari kebenaran. Semoga Allah membalas pembelaan beliau terhadap Islam dan kaum
Muslimin dengan balasan yang sebaik-baiknya.
[2]. Beliau adalah Abdur Rahman bin Muhammad bin Muhammad bin Khaldun Abu Zaid, "Waliyyuddin
Al-Hadhrami Al-Asybili yang termasyhur dengan kitabnya Al- 'Ibrar wa Diwanul Mubtada' wal Khabar Fi
Tarikhil Arab wa 'Ajam wal Barbar yang terdiri atas tujuh jilid yang diawali dengan Al-Muqaddimah. Beliau
juga memiliki karya-karya tulis lain termasuk yang berbentuk sya'ir (puisi).
Beliau lahir dan dibesarkan di Tunis, kemudian pergi ke Mesir dan menjabat Hakim madzhab Maliki, dan
wafat di Kairo pada tahun 808 H. Semoga Allah merahmati beliau. Periksa: Syadzaraatudz-Dzahabl: Id-11
dznAl-A'lam 3: 330.
[3]. Al-Kisaniyyah adalah salah satu kelompok Rafidhoh. Mereka adalah pengikut Al-Muhtar bin Abi 'Ubaid
Ats-Tsaqafi Al-Kadzdzab. Dan mereka dinisbatkan kepada Kisan, mantan budak Ali ra. Dan ada yang
mengatakan bahwa Kisan adalah gelar bagi Muhammad bin Al-Hanafiyah. Periksa: Al-Farqu Bainal Firoq,
halaman 38, dengan tahqiq Syekh Muhamma Muhjiddin Abdul Hamid.
[4]. la dilahirkan pada tahun 256 H dan wafat pada tahun 2754 H. Menurut pendapat yang mengatakan bahwa
ia pernah ada. Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa ia tidak pernah ada. Periksa: Minhajus Sunnah 2: 131, dan
Al-A'lam 6: 80.
*). Binatang yang berkepala dan bersayap seperti garuda dan berbadan singa. (pen).
**) Hantu. (pen).
Halaman 4/4
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as