Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    kisah petranodon

    ratri
    ratri
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 281
    Join date : 01.04.10
    Age : 37
    Lokasi : di hati si admin

    kisah petranodon Empty kisah petranodon

    Post by ratri Mon Jun 14, 2010 7:42 pm

    Kisah Terkini tentang Burung-Dino dan Fakta Sesungguhnya


    HARUN YAHYA





    Beberapa waktu yang lalu
    media massa dunia memuat penemuan baru-baru ini tentang sekumpulan fosil di
    Cina sebagai bukti yang mendukung teori evolusi. Beijing's Institute of
    Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology
    mengeluarkan
    pernyataan bahwa satu dari keenam fosil dalam kelompok tersebut adalah milik
    seekor "burung-dino bersayap empat" dan bahwa makhluk punah ini dapat
    terbang, atau setidaknya, bergelantungan di pepohonan. Media masa pendukung
    Darwinisme sekali lagi melakukan propagandanya habis-habisan meskipun teori ini
    sama sekali dan telah berulang kali dibuktikan keliru.



    Nyatanya, sama sekali
    tidak terdapat bukti yang mendukung propaganda mereka. Sebab, tidak ada
    "burung-dino bersayap empat" (makhluk separuh burung separuh
    dinosaurus) atau data ilmiah apa pun yang mendukung teori evolusi burung dari
    dinosaurus.




    Fosil Baru: 20 Juta Tahun
    Lebih Muda Dari
    Archaeopteryx


    Hampir
    setiap orang yang tahu sedikit tentang paleontologi pernah mendengar
    Archaeopteryx. Penemuan Archaeopteryx termasuk yang paling terkenal. Makhluk
    ini adalah seekor burung yang hidup sekitar 150 juta tahun lalu. Archaeopteryx
    sangatlah penting karena termasuk burung tertua yang hingga kini pernah
    ditemukan. Tak seorang ilmuwan pun pernah menemukan fosil burung yang berusia
    lebih tua dari Archaeopteryx. 1



    Hal
    penting lain tentang Archaeopteryx adalah ia tergolong seekor burung sejati, dengan
    semua ciri burung yang dimilikinya. Bulu-bulunya yang asimetris sama dengan
    burung-burung masa kini, termasuk bentuk sayapnya yang sempurna, rangka yang
    ringan dan berongga, tulang dada yang menyangga otot terbang, serta banyak ciri
    lainnya yang meyakinkan para ilmuwan bahwa Archaeopteryx adalah seekor burung
    sejati yang mampu terbang sempurna.2



    Akan
    tetapi, dua ciri Archaeopteryx yang sangat membedakannya dari burung modern
    adalah sayapnya yang memiliki cakar, dan gigi pada paruhnya. Karena dua ciri
    inilah sejak abad kesembilan belas para evolusionis berupaya menampilkan burung
    ini sebagai "semi reptilia". Namun ciri-ciri ini sesungguhnya
    bukanlah bukti yang menunjukkan kaitan antara Archaeopteryx dan
    reptilia. Penelitian menunjukkan bahwa Hoatzin, spesies burung yang hingga kini
    masih hidup, juga memiliki cakar pada sayapnya ketika masih muda. Archaeopteryx
    bukan pula satu-satunya “burung bergigi”, sebab spesies burung lainnya di masa
    lalu yang ada dalam catatan fosil juga memiliki gigi. 3



    Jadi,
    sebagaimana dapat kita pahami, penjelasan para evolusionis bahwa Archaeopteryx
    adalah sejenis “burung primitif” sungguh keliru, dan para ilmuwan telah
    menerima bahwa makhluk ini terlihat sangat menyerupai burung masa kini.
    Profesor ahli ahli burung terkemuka di dunia asal Kansas University, Alan
    Feduccia, menyatakan, “Kebanyakan mereka yang baru-baru ini mempelajari sifat-sifat
    anatomis Archaeopteryx, mendapati makhluk tersebut lebih banyak
    menyerupai burung daripada yang pernah mereka sangka sebelumnya”. Propaganda
    para pendukung Darwinisme telah keliru, dan Feduccia juga telah menyatakan
    bahwa, hingga baru-baru ini, “kemiripan Archaeopteryx dengan dinosaurus
    theropoda terlalu dibesar-besarkan” 4



    Singkatnya, Archaeopteryx
    adalah burung tertua yang memiliki ciri-ciri yang sama seperti pada burung-burung
    modern, termasuk dalam hal kemampuan terbangnya. Selain itu, Archaeopteryx
    berusia sekitar 150 juta tahun.






    Permasalahan Seputar Usia
    Fosil



    Archaeopteryx memperlihatkan satu fakta
    kunci: Burung telah ada sejak 150 juta tahun lalu. Mereka telah mampu terbang.
    Jika para evolusionis ingin mengemukakan sejumlah “nenek moyang burung”, maka
    makhluk-makhluk ini haruslah telah hidup sebelum 150 juta tahun lalu.



    Satu fakta ini saja sudah cukup untuk
    menunjukkan bahwa pernyataan tentang “burung-dino bersayap empat” yang
    disebarluaskan ke seluruh dunia sangat tidak berdasar dan tidak benar. Sebab,
    fosil yang diketemukan di Cina dan dinamakan Microraptor gui ini—yang
    oleh para evolusionis dicobatampilkan sebagai “nenek moyang burung-burung
    primitif”—hanyalah berusia 130 juta tahun, dengan kata lain 20 juta tahun lebih
    mudah sama sekali dari burung yang diketahui paling tua. Jelas, sama sekali
    tidak masuk akal untuk menampilkan seekor burung “sebagai nenek moyang
    burung-burung primitif” ketika terdapat sejumlah burung yang telah terbang 20
    juta tahun sebelum makhluk ini ada.



    Sesungguhnya “permasalahan usia” ini
    ada pada semua fosil “burung-dino” yang diyakini sebagai nenek moyang burung.
    Para evolusionis yang percaya bahwa burung berasal dari dinosaurus menyatakan bahwa
    nenek moyang burung adalah dinosaurus theropoda yang berjalan di atas dua kaki.
    Akan tetapi dinosaurus theropoda muncul setelah Archaeopteryx dalam catatan
    fosil.5
    Para evolusionis selalu berupaya menutupi kejanggalan yang nyata ini. Usaha
    yang sama untuk menyembunyikan fakta ini mudah sekali dilihat pada laporan
    berita tentang fosil Microraptor gui. Seluruh surat kabar dan majalah
    evolusionis mengumumkan secara luas bahwa fosil ini adalah “seekor burung
    primitif” berusia 130 juta tahun, tanpa merasa perlu menyebutkan bahwa Archaeopteryx
    dapat melayang di udara dengan sempurna sekitar 20 juta tahun sebelumnya.




    Microraptor Gui



    Microraptor



    Jadi, apakah makhluk yang dinamakan “dinosaurus
    bersayap empat” ini, dengan kata lain Microraptor gui?



    Terlalu dini untuk menjawab pertanyaan ini. Banyak penelitian masih
    perlu dilakukan pada fosil ini, dan hasilnya mungkin secara mendasar akan
    merubah pandangan kini tentang fosil tersebut. Sama halnya, semua fosil “burung-dino”
    yang dikemukakan sejak awal tahun 1990-an semuanya diragukan keabsahannya.
    Salah satu dari “dinosaurus berbulu” tersebut, yakni Archaeoraptor,
    adalah fosil yang dipalsukan. Pengkajian mendalam pada fosil-fosil burung-dino
    lainnya menunjukkan bahwa “bulu-bulu” mereka ternyata serat-serat yang
    mengandung kolagen di bawah kulit.6
    Dalam perkataan Profesor Feduccia, “Banyak dinosaurus telah ditampilkan sebagai
    makhluk yang tertutupi bulu-bulu yang berpola aerodinamis tanpa disertai bukti
    apa pun yang mendukungnya”. 7
    Dalam bukunya yang terbit tahun 1999, ia menulis, “Pada akhirnya, tak ada
    dinosaurus berbulu yang pernah ditemukan, meskipun banyak bangkai dinosaurus
    dengan kulit yang terawetkan dengan baik telah ditemukan di wilayah-wilayah
    yang beragam”. 8



    Begitulah, ketika mencari jawaban
    sesungguhnya tentang apa itu Microraptor gui, kita harus senantiasa
    ingat akan sikap para evolusionis yang penuh prasangka dan suka mereka-reka.
    Makhluk ini mungkin saja memiliki struktur anatomi yang sangat berbeda dengan
    gambar-gambar “rekonstruksi” yang muncul di media masa.



    Hal ini juga telah ditengarai oleh Profesor
    Alan Feduccia. Dalam sebuah korespondensi baru-baru ini, ia menulis:



    “Saya belum yakin bahwa makhluk
    tersebut bersayap empat; mungkin saja yang nampak oleh kita adalah bulu-bulu
    burung yang sebenarnya tidak pernah ada, dan ini sungguh sulit untuk ditafsirkan.
    Ciri-ciri yang menghubungkan hewan ini dengan dromaeosaurus juga sangat
    meragukan. Yang pasti, ekornya sangat berbeda dengan dromaeosaurus yang pernah
    diketahui, dan cakarnya tidak berbentuk melengkung, tapi hanya sedikit besar.
    Juga, bagian pubisnya lebih menyerupai burung. Mungkin kita tidak sedang
    menyaksikan dromaeosaurus yang dapat terbang, akan tetapi sisa-sisa dari unggas
    di masa awal … sekitar 20-30 juta tahun jauh sebelum Archaeopteryx”. 9



    Dan bahkan jika penafsiran tentang Microraptor
    gui
    terbukti benar, teori evolusi takkan mendapat pengukuhan apa pun dari
    hal ini. Sepanjang sejarah, puluhan juta spesies telah hidup dalam rentang
    spektrum biologis yang sangat lebar, dan banyak dari spesies ini telah punah
    seiring perjalanan masa. Sebagaimana mamalia terbang yang ada saat ini, seperti
    kelelawar, di zaman dahulu pun terdapat reptil-reptil bersayap (pterosaurus).
    Banyak beragam kelompok reptil laut (misalnya ichthyosaurus) hidup di masa lalu
    dan kemudian punah. Namun yang sungguh mengejutkan tentang spektrum yang lebar
    ini adalah hewan-hewan dengan ciri dan struktur anatomis berbeda muncul
    seketika dan dalam bentuk mereka yang telah lengkap sempurna, dan bukan sebagai
    turunan dari bentuk-bentuk nenek moyang yang lebih primitif. Misalnya, kita
    saksikan seluruh struktur kompleks burung muncul menjadi ada secara tiba-tiba
    pada Archaeopteryx. Tidak terdapat “burung-burung primitif” bersayap.
    Tidak ada “penerbangan primitif”. Keyakinan tentang adanya paru-paru burung
    primitif juga sungguh tidak mungkin, sebab paru-paru unggas—yang sangat berbeda
    secara struktural dari paru-paru reptilia dan mamalia—memiliki struktur rumit
    yang tak tersederhanakan. 10



    Singkatnya, catatan fosil terus saja
    memperlihatkan kesimpulan bahwa seluruh makhluk hidup muncul di bumi melalui
    penciptaan, dan bukan evolusi akibat pengaruh alamiah. Pernyataan terakhir
    tentang burung-dino ini takkan mampu merubah fakta yang ada.






    1.
    Meskipun sebagian kalangan telah mengklaim bahwa
    fosil Protoavis berusia 225 juta tahun adalah “burung tertua”, namun thesis ini
    tidak diterima secara luas.



    2. Keterangan lebih
    lanjut, silahkan membaca buku karya Harun Yahya, Darwinism Refuted: How The
    Theory of Evolution Breaks Down in the Light of Modern Science, Goodword Books,
    2003.



    3. Misalnya,
    Liaoningornis berusia 130 juta tahun juga memiliki gigi pada paruhnya (Baca “Old
    Bird”, Discover magazine, March 21, 1997)



    4. Alan Feduccia, The
    Origin and Evolution of Birds, Yale University Press, 1999, hal. 81.



    5. Jonathan Wells,
    Icons of Evolution, Regnery Publishing, 2000, hal. 117.



    6. Ann Gibbons, “Plucking
    th e Feathered Dinosaur”, Science, vol. 278, Number 5341 (Nov. 14, 1997), hal.
    1,229-30



    7. Feduccia (1999),
    hal. 130.



    8. Feduccia (1999),
    hal. 132.



    9. Petikan ini
    diambil dari korespondensi baru-baru ini antara editor situs kami dengan Prof.
    Feduccia. Kami sangat berterima kasih atas bantuannya.



    10. Michael Denton, A
    Theory in Crisis, Adler & Adler, 1986, hal. 210-212

      Waktu sekarang Mon Nov 25, 2024 8:49 am