79 VOLTAIRE 1694-1778
Voltaire itu sebetulnya nama samaran. Nama yang diberikan bapaknya ketika
dia diseret keluar oleh bidan adalah Francois Marie Arouet. Siapa pun
panggilannya, yang jelas dia tokoh terkemuka pembaharu Perancis. Fungsinya
tidak cuma dwi, tetapi jauh lebih banyak dari itu: penyair, penulis drama,
penulis esai, penulis cerita pendek, ahli sejarah, dan filosof. Dia betul-betul
juru bicaranya pemikiran bebas liberal.
Voltaire lahir tahun 1694 di Paris dari keluarga menengah, dan ayahnya seorang
ahli hukum. Di masa mudanya Voltaire belajar di perguruan Jesuit Louis-le-Grand
di Paris. Selepas itu dia belajar ilmu hukum sebentar tetapi kemudian
ditinggalkannya. Selaku remaja di Paris dia dikenal cerdas, pandai humor
tingkat tinggi dan tersembur dari mulutnya kalimat-kalimat satire. Di bawah
ancient regime alias pemerintahan lama, tingkah laku macam itu bisa mengundang
bahaya. Dan betul saja! Karena ucapan-ucapannya yang mengandung politik dia
ditahan "diamankan" di penjara Bastille. Hampir setahun penuh dia
meringkuk di situ. Tetapi dia tidak sebodoh pemerintah yang menjebloskannya.
Dia bukannya bengong-bengong seperti orang bego, tetapi disibukkannya dirinya
dengan menulis sajak-sajak kepahlawanan Henriade yang kemudian dapat
penghormatan tinggi. Tahun 1718, tak lama sesudah Voltaire menghirup udara
bebas, drama Oedipe-nya diprodusir di Paris dan merebut sukses besar. Di umur
dua puluh empat tahun Voltaire sudah jadi orang termasyhur, dan dalam sisa enam
puluh tahun hidupnya dia betul-betul jadi jagonya kesusasteraan Perancis.
Voltaire punya kepintaran ganda yang langka: pintar dalam hubungan uang dan
pintar dalam hubungan ucapan. Tak heran jika setingkat demi setingkat dia
menjadi seorang yang hidup bebas dengan kantong penuh uang. Tetapi tahun 1726
dia dapat kesulitan. Voltaire sudah menempatkan dirinya selaku orang yang
cerdas dan brilian dalam adu pendapat, bukan saja menurut ukuran jamannya
tetapi mungkin untuk ukuran sepanjang jaman. Tetapi, dia kurang supel dan
rendah hati yang oleh kalangan aristokrat Perancis dianggap suatu persyaratan
yang mesti dipunyai oleh seorang kebanyakan seperti dia. Hal ini menyebabkan
pertentangan antara Voltaire dengan kaum aristokrat, khususnya Chevalier de
Rohan yang dikalahkan oleh kecerdasan Voltaire dalam adu kata. Selang beberapa
lama, Chevalier mengupah tukang-tukang pukul mempermak Voltaire dan
menjebloskannya lagi kedalam penjara Bastille. Voltaire dibebaskan dari situ
dengan syarat dia mesti meninggalkan Perancis. Karena itu dia berkeputusan
menyeberang ke Inggris dan tinggal di sana selama dua setengah tahun.
Tinggalnya dia di Inggris rupanya merupakan titik balik dalam kehidupan
Voltaire. Dia belajar bercakap dan menulis dalam bahasa Inggris dan karenanya
menjadi terbiasa dengan karya-karya besar orang Inggris masyhur seperti John
Locke, Francis Bacon, Isaac Newton dan William Shakespeare. Dia juga berkenalan
secara pribadi dengan sebagian besar cerdik cendikiawan Inggris masa itu.
Voltaire amat terkesan dengan Shakespeare dan ilmu pengetahuan Inggris serta
empirisme, faham yang berpegang pada perlunya ada percobaan secara praktek dan
bukannya berpegang pada teori melulu. Tetapi, dari semuanya itu yang paling
mengesankannya adalah sistem politik Inggris. Demokrasi Inggris dan kebebasan
pribadi memberi kesan yang amat berlawanan dengan apa yang Voltaire saksikan di
Perancis. Tak ada bangsawan Inggris bisa mengeluarkan letre de cachet yang
dapat menjebloskan Voltaire ke dalam bui. Sebab, kalau toh dia ditangkap secara
semena-mena, perintah pembebasan segera diperolehnya.
Tatkala Voltaire kembali ke Perancis, dia menulis karya falsafahnya yang
pertama Lettres philosophiques yang lazimnya disebut Letters on the English.
Buku itu yang diterbitkan tahun 1734 merupakan tanda sesungguhnya dari era
pembaharuan Perancis. Dalam Letters on the English, Voltaire menyuguhkan
gambaran umum yang menyenangkan tentang sistem politik Inggris berikut
pikiran-pikiran John Locke dan pemikir-pemikir Inggris lainnya. Penerbitan buku
itu membikin berang para penguasa Perancis dan sekali lagi Voltaire dipaksa
angkat kaki dari Paris.
Voltaire menghabiskan waktu lima belas tahun di Cirey, sebuah kota di
sebelah utara Perancis. Di sana dia menjadi kekasih Madame du Chatelet, istri
seorang marquis (bangsawan). Nyonya ini cerdas dan berpendidikan. Tahun 1750,
setahun sesudah sang nyonya meninggal dunia, Voltaire pergi ke Jerman atas
undangan pribadi Frederick yang Agung dari Prusia. Voltaire menetap tiga tahun
di kediaman Frederick di Potsdam. Mulanya dia cocok dengan Frederick yang
intelektual dan brilian itu tetapi tahun 1753 mereka bertengkar dan Voltaire
meninggalkan Jerman.
Sesudah meninggalkan Jerman Voltaire menetap di sebuah perkebunan dekat
Jenewa. Di situ dia bisa aman baik dari gangguan Perancis maupun raja-raja
Prusia. Tetapi, pandangannya yang liberal membuat bahkan Swiss tidak aman lagi
baginya. Tahun 1758 pindahlah ia ke suatu perkebunan baru di Ferney, terletak
di dekat perbatasan Perancis-Swis, sehingga memudahkan ia lari ke sana atau ke
sini andaikata ada kesulitan dengan pihak penguasa. Di situ dia tinggal selama
dua puluh tahun, membenamkan diri dalam karya kesusasteraan dan falsafah,
bersurat-suratan dengan pemimpin-pemimpin intelektual di seluruh Eropa dan
menerima tamu-tamunya.
Sepanjang tahun-tahun itu, karya sastra Voltaire mengalir terus tak
henti-hentinya. Dia betul-betul seorang penulis dengan gaya fantastis, mungkin
penulis yang paling banyak bukunya dalam daftar buku ini. Semua bilang,
kumpulan tulisannya melebihi 30.000 halaman. Ini termasuk sajak kepahlawanan, lirik,
surat-surat pribadi, pamflet, novel, cerpen, drama, dan buku-buku serius
tentang sejarah dan falsafah.
Voltaire senantiasa punya kepercayaan teguh terhadap toleransi beragama.
Tatkala usianya menginjak 60-an, terjadi sejumlah peristiwa yang mendirikan bulu
roma perihal pengejaran dan pelabrakan terhadap orang-orang Protestan di
Perancis. Tergugah dan marah besar, Voltaire mengabdikan dirinya ke dalam
"jihad intelektual " melawan fanatisme agama. Kesemua surat-suratnya
senantiasa ditutupnya dengan kalimat "Ecrasez l'infame" yang maknanya
"Ganyang barang brengsek itu!" Yang dimaksud Voltaire "barang
brengsek" adalah kejumudan dan fanatisme.
Tahun 1778, ketika umurnya sudah masuk delapan puluh tiga tahun, Voltaire
kembali ke Paris, menyaksikan drama barunya Irene. Publik berjubel meneriakinya
"Hidup jago tua! Hidup biangnya pembaharuan Perancis!" Beribu
pengagum, termasuk Benjamin Franklin, menjenguknya. Tetapi, umur Voltaire sudah
sampai di tepi, Dia meninggal di Paris tanggal 30 Mei 1778. Akibat sikap anti
gerejanya, dia tidak peroleh penguburan secara Kristen. Tetapi, tiga belas
tahun kemudian, kaum revolusioner Perancis yang telah merebut kemenangan
menggali makamnya kembali dan menguburnya di Pantheon Paris.
Karya tulis Voltaire begitu amat banyaknya sehingga sulit membuat seluruh
daftarnya di sini meskipun yang kakap-kakapnya saja dalam artikel yang begini
singkat. Meskipun begitu banyak karya tulisnya, yang lebih penting sebetulnya
gagasan pokok yang dikemukakannya selama hidupnya. Salah satu pendiriannya yang
tergigih adalah mutlaknya terjamin kebebasan bicara dan kebebasan pers. Kalimat
masyhur yang sering dihubungkan dengan Voltaire adalah yang berbunyi "Saya
tidak setuju apa yang kau bilang, tetapi akan saya bela mati-matian hakmu untuk
mengucapkan itu." Meskipun mungkin saja Voltaire tidak pernah berucap
sepersis itu, tetapi yang jelas kalimat itu benar-benar mencerminkan sikap
Voltaire yang sebenarnya.
Prinsip Voltaire lainnya ialah, kepercayaannya akan kebebasan beragama.
Seluruh kariernya, dia dengan tak tergoyahkan menentang ketidaktoleransian
agama serta penghukuman yang berkaitan dengan soal-soal agama. Meskipun
Voltaire percaya adanya Tuhan, dia dengan tegas menentang sebagian besar
dogma-dogma agama dan dengan mantapnya dia mengatakan bahwa organisasi berdasar
keagaman pada dasarnya suatu penipuan.
Adalah sangat wajar bilamana Voltaire tak pernah percaya bahwa gelar-gelar
keningratan Perancis dengan sendirinya menjamin kelebihan-kelebihan mutu, dan
pada dasarnya tiap orang sebenarnya mafhum bahwa apa yang disebut "hak-hak
suci Raja" itu sebenarnya omong kosong belaka. Dan kendati Voltaire
sendiri jauh dari potongan seorang demokrat modern (dia condong menyetujui
suatu bentuk kerajaan yang kuat tetapi mengalami pembaharuan-pembaharuan),
dorongan pokok gagasannya jelas menentang setiap kekuasaan yang diperoleh
berdasarkan garis keturunan. Karena itu tidaklah mengherankan jika sebagian
terbesar pengikutnya berpihak pada demokrasi. Gagasan politik dan agamanya
dengan demikian sejalan dengan faham pembaharuan Perancis, dan merupakan
sumbangan penting sehingga meletusnya Revolusi Perancis tahun 1789.
Voltaire bukanlah seorang ahli ilmu pengetahuan, tetapi dia menaruh minat
besar terhadap ilmu dan pendukung gigih sikap pandangan empiris dari John Locke
dan Francis Bacon. Dia juga seorang ahli sejarah yang serius dan berkemampuan.
Salah satu karyanya yang terpenting ialah buku yang menyangkut sejarah dunia
Essay on the Manners and Spirit of Nations. Buku ini berbeda dengan umumnya
uraian sejarah yang pernah ada sebelumnya dalam dua segi: Pertama, Voltaire
mengakui bahwa Eropa hanyalah merupakan bagian kecil dari dunia secara
keseluruhan, karena itu dia menitikberatkan sebagian dari pengamatannya pada
sejarah Asia. Kedua, Voltaire menganggap bahwa sejarah kebudayaan adalah --pada
umumnya-- jauh lebih penting daripada sejarah politik. Bukunya dengan
sendirinya lebih berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi dan perkembangan seni
ketimbang soal raja-raja dengan segala rupa peperangannya.
Voltaire bukanlah mendekati filosof orisinal seperti beberapa tokoh yang ada
dalam daftar buku ini. Sampai batas tertentu dia bertolak dari pandangan orang
lain seperti John Locke dan Francis Bacon, memperkuat pendapat mereka atau
mempopulerkan mereka. Melalui tulisan-tulisan Voltaire-lah, lebih dari siapa
pun juga, ide demokrasi, toleransi agama dan kebebasan intelektual berkembang
di seluruh Eropa. Meskipun ada penulis-penulis penting lain (Diderot,
d'Alembert, Rousseau, Montesquieu dan lain-lain) dalam masa pembaharuan Perancis,
Voltaire lebih layak dianggap pemuka dari kesemuanya itu. Dia pemimpin
terkemuka dari gerakan itu. Pertama, gaya sastranya yangmenggigit, kariernya
yang panjang, dan tulisannya yang begitu banyak menggaet pengikut yang tak
tertandingkan oleh penulis-penulis yang mana pun juga. Kedua,
gagasan-gagasannya sepenuhnya bercirikan pembaharuan. Ketiga, Voltaire
mendahului tokoh-tokoh penting lain dari sudut waktu. Karya besar Montesquieu
The Spirit of Law baru terbit tahun 1748; jilid pertama Encyclopedie yang masyhur
itu baru terbit tahun 1751; esei Rousseau pertama ditulis tahun 1750. Sedangkan
Letters on the English-nya Voltaire sudah muncul tahun 1734 dan dia sudah
kesohor enam belas tahun sebelum buku itu keluar.
Tulisan-tulisan Voltaire dengan kekecualian novel pendek Candide sedikit
sekali dibaca orang sekarang. Kesemua buku-bukunya tersebar dan terbaca luas
selama abad ke-18, karena itu Voltaire pegang peranan penting mengubah iklim
pendapat umum yang ujung-ujungnya berpuncak pada meletusnya Revolusi Perancis.
Dan pengaruhnya tidaklah cuma terbatas di Perancis: orang-orang Amerika seperti
Thomas Jefferson, James Madison dan Benjamin Franklin juga kenal baik dengan
tulisan-tulisannya.
Adalah menarik membandingkan Voltaire dengan teman sejamannya yang masyhur Jean-Jacques
Rousseau. Voltaire yang segenap pandangannya rasional. lebih berpengaruh.
Sebaliknya, Rousseau lebih orisinal dan karyanya lebih berpengaruh di jaman
sekarang ini.
Situs Web
Voltaire itu sebetulnya nama samaran. Nama yang diberikan bapaknya ketika
dia diseret keluar oleh bidan adalah Francois Marie Arouet. Siapa pun
panggilannya, yang jelas dia tokoh terkemuka pembaharu Perancis. Fungsinya
tidak cuma dwi, tetapi jauh lebih banyak dari itu: penyair, penulis drama,
penulis esai, penulis cerita pendek, ahli sejarah, dan filosof. Dia betul-betul
juru bicaranya pemikiran bebas liberal.
Voltaire lahir tahun 1694 di Paris dari keluarga menengah, dan ayahnya seorang
ahli hukum. Di masa mudanya Voltaire belajar di perguruan Jesuit Louis-le-Grand
di Paris. Selepas itu dia belajar ilmu hukum sebentar tetapi kemudian
ditinggalkannya. Selaku remaja di Paris dia dikenal cerdas, pandai humor
tingkat tinggi dan tersembur dari mulutnya kalimat-kalimat satire. Di bawah
ancient regime alias pemerintahan lama, tingkah laku macam itu bisa mengundang
bahaya. Dan betul saja! Karena ucapan-ucapannya yang mengandung politik dia
ditahan "diamankan" di penjara Bastille. Hampir setahun penuh dia
meringkuk di situ. Tetapi dia tidak sebodoh pemerintah yang menjebloskannya.
Dia bukannya bengong-bengong seperti orang bego, tetapi disibukkannya dirinya
dengan menulis sajak-sajak kepahlawanan Henriade yang kemudian dapat
penghormatan tinggi. Tahun 1718, tak lama sesudah Voltaire menghirup udara
bebas, drama Oedipe-nya diprodusir di Paris dan merebut sukses besar. Di umur
dua puluh empat tahun Voltaire sudah jadi orang termasyhur, dan dalam sisa enam
puluh tahun hidupnya dia betul-betul jadi jagonya kesusasteraan Perancis.
Voltaire punya kepintaran ganda yang langka: pintar dalam hubungan uang dan
pintar dalam hubungan ucapan. Tak heran jika setingkat demi setingkat dia
menjadi seorang yang hidup bebas dengan kantong penuh uang. Tetapi tahun 1726
dia dapat kesulitan. Voltaire sudah menempatkan dirinya selaku orang yang
cerdas dan brilian dalam adu pendapat, bukan saja menurut ukuran jamannya
tetapi mungkin untuk ukuran sepanjang jaman. Tetapi, dia kurang supel dan
rendah hati yang oleh kalangan aristokrat Perancis dianggap suatu persyaratan
yang mesti dipunyai oleh seorang kebanyakan seperti dia. Hal ini menyebabkan
pertentangan antara Voltaire dengan kaum aristokrat, khususnya Chevalier de
Rohan yang dikalahkan oleh kecerdasan Voltaire dalam adu kata. Selang beberapa
lama, Chevalier mengupah tukang-tukang pukul mempermak Voltaire dan
menjebloskannya lagi kedalam penjara Bastille. Voltaire dibebaskan dari situ
dengan syarat dia mesti meninggalkan Perancis. Karena itu dia berkeputusan
menyeberang ke Inggris dan tinggal di sana selama dua setengah tahun.
Tinggalnya dia di Inggris rupanya merupakan titik balik dalam kehidupan
Voltaire. Dia belajar bercakap dan menulis dalam bahasa Inggris dan karenanya
menjadi terbiasa dengan karya-karya besar orang Inggris masyhur seperti John
Locke, Francis Bacon, Isaac Newton dan William Shakespeare. Dia juga berkenalan
secara pribadi dengan sebagian besar cerdik cendikiawan Inggris masa itu.
Voltaire amat terkesan dengan Shakespeare dan ilmu pengetahuan Inggris serta
empirisme, faham yang berpegang pada perlunya ada percobaan secara praktek dan
bukannya berpegang pada teori melulu. Tetapi, dari semuanya itu yang paling
mengesankannya adalah sistem politik Inggris. Demokrasi Inggris dan kebebasan
pribadi memberi kesan yang amat berlawanan dengan apa yang Voltaire saksikan di
Perancis. Tak ada bangsawan Inggris bisa mengeluarkan letre de cachet yang
dapat menjebloskan Voltaire ke dalam bui. Sebab, kalau toh dia ditangkap secara
semena-mena, perintah pembebasan segera diperolehnya.
Tatkala Voltaire kembali ke Perancis, dia menulis karya falsafahnya yang
pertama Lettres philosophiques yang lazimnya disebut Letters on the English.
Buku itu yang diterbitkan tahun 1734 merupakan tanda sesungguhnya dari era
pembaharuan Perancis. Dalam Letters on the English, Voltaire menyuguhkan
gambaran umum yang menyenangkan tentang sistem politik Inggris berikut
pikiran-pikiran John Locke dan pemikir-pemikir Inggris lainnya. Penerbitan buku
itu membikin berang para penguasa Perancis dan sekali lagi Voltaire dipaksa
angkat kaki dari Paris.
Voltaire menghabiskan waktu lima belas tahun di Cirey, sebuah kota di
sebelah utara Perancis. Di sana dia menjadi kekasih Madame du Chatelet, istri
seorang marquis (bangsawan). Nyonya ini cerdas dan berpendidikan. Tahun 1750,
setahun sesudah sang nyonya meninggal dunia, Voltaire pergi ke Jerman atas
undangan pribadi Frederick yang Agung dari Prusia. Voltaire menetap tiga tahun
di kediaman Frederick di Potsdam. Mulanya dia cocok dengan Frederick yang
intelektual dan brilian itu tetapi tahun 1753 mereka bertengkar dan Voltaire
meninggalkan Jerman.
Sesudah meninggalkan Jerman Voltaire menetap di sebuah perkebunan dekat
Jenewa. Di situ dia bisa aman baik dari gangguan Perancis maupun raja-raja
Prusia. Tetapi, pandangannya yang liberal membuat bahkan Swiss tidak aman lagi
baginya. Tahun 1758 pindahlah ia ke suatu perkebunan baru di Ferney, terletak
di dekat perbatasan Perancis-Swis, sehingga memudahkan ia lari ke sana atau ke
sini andaikata ada kesulitan dengan pihak penguasa. Di situ dia tinggal selama
dua puluh tahun, membenamkan diri dalam karya kesusasteraan dan falsafah,
bersurat-suratan dengan pemimpin-pemimpin intelektual di seluruh Eropa dan
menerima tamu-tamunya.
Sepanjang tahun-tahun itu, karya sastra Voltaire mengalir terus tak
henti-hentinya. Dia betul-betul seorang penulis dengan gaya fantastis, mungkin
penulis yang paling banyak bukunya dalam daftar buku ini. Semua bilang,
kumpulan tulisannya melebihi 30.000 halaman. Ini termasuk sajak kepahlawanan, lirik,
surat-surat pribadi, pamflet, novel, cerpen, drama, dan buku-buku serius
tentang sejarah dan falsafah.
Voltaire senantiasa punya kepercayaan teguh terhadap toleransi beragama.
Tatkala usianya menginjak 60-an, terjadi sejumlah peristiwa yang mendirikan bulu
roma perihal pengejaran dan pelabrakan terhadap orang-orang Protestan di
Perancis. Tergugah dan marah besar, Voltaire mengabdikan dirinya ke dalam
"jihad intelektual " melawan fanatisme agama. Kesemua surat-suratnya
senantiasa ditutupnya dengan kalimat "Ecrasez l'infame" yang maknanya
"Ganyang barang brengsek itu!" Yang dimaksud Voltaire "barang
brengsek" adalah kejumudan dan fanatisme.
Tahun 1778, ketika umurnya sudah masuk delapan puluh tiga tahun, Voltaire
kembali ke Paris, menyaksikan drama barunya Irene. Publik berjubel meneriakinya
"Hidup jago tua! Hidup biangnya pembaharuan Perancis!" Beribu
pengagum, termasuk Benjamin Franklin, menjenguknya. Tetapi, umur Voltaire sudah
sampai di tepi, Dia meninggal di Paris tanggal 30 Mei 1778. Akibat sikap anti
gerejanya, dia tidak peroleh penguburan secara Kristen. Tetapi, tiga belas
tahun kemudian, kaum revolusioner Perancis yang telah merebut kemenangan
menggali makamnya kembali dan menguburnya di Pantheon Paris.
Karya tulis Voltaire begitu amat banyaknya sehingga sulit membuat seluruh
daftarnya di sini meskipun yang kakap-kakapnya saja dalam artikel yang begini
singkat. Meskipun begitu banyak karya tulisnya, yang lebih penting sebetulnya
gagasan pokok yang dikemukakannya selama hidupnya. Salah satu pendiriannya yang
tergigih adalah mutlaknya terjamin kebebasan bicara dan kebebasan pers. Kalimat
masyhur yang sering dihubungkan dengan Voltaire adalah yang berbunyi "Saya
tidak setuju apa yang kau bilang, tetapi akan saya bela mati-matian hakmu untuk
mengucapkan itu." Meskipun mungkin saja Voltaire tidak pernah berucap
sepersis itu, tetapi yang jelas kalimat itu benar-benar mencerminkan sikap
Voltaire yang sebenarnya.
Prinsip Voltaire lainnya ialah, kepercayaannya akan kebebasan beragama.
Seluruh kariernya, dia dengan tak tergoyahkan menentang ketidaktoleransian
agama serta penghukuman yang berkaitan dengan soal-soal agama. Meskipun
Voltaire percaya adanya Tuhan, dia dengan tegas menentang sebagian besar
dogma-dogma agama dan dengan mantapnya dia mengatakan bahwa organisasi berdasar
keagaman pada dasarnya suatu penipuan.
Adalah sangat wajar bilamana Voltaire tak pernah percaya bahwa gelar-gelar
keningratan Perancis dengan sendirinya menjamin kelebihan-kelebihan mutu, dan
pada dasarnya tiap orang sebenarnya mafhum bahwa apa yang disebut "hak-hak
suci Raja" itu sebenarnya omong kosong belaka. Dan kendati Voltaire
sendiri jauh dari potongan seorang demokrat modern (dia condong menyetujui
suatu bentuk kerajaan yang kuat tetapi mengalami pembaharuan-pembaharuan),
dorongan pokok gagasannya jelas menentang setiap kekuasaan yang diperoleh
berdasarkan garis keturunan. Karena itu tidaklah mengherankan jika sebagian
terbesar pengikutnya berpihak pada demokrasi. Gagasan politik dan agamanya
dengan demikian sejalan dengan faham pembaharuan Perancis, dan merupakan
sumbangan penting sehingga meletusnya Revolusi Perancis tahun 1789.
Voltaire bukanlah seorang ahli ilmu pengetahuan, tetapi dia menaruh minat
besar terhadap ilmu dan pendukung gigih sikap pandangan empiris dari John Locke
dan Francis Bacon. Dia juga seorang ahli sejarah yang serius dan berkemampuan.
Salah satu karyanya yang terpenting ialah buku yang menyangkut sejarah dunia
Essay on the Manners and Spirit of Nations. Buku ini berbeda dengan umumnya
uraian sejarah yang pernah ada sebelumnya dalam dua segi: Pertama, Voltaire
mengakui bahwa Eropa hanyalah merupakan bagian kecil dari dunia secara
keseluruhan, karena itu dia menitikberatkan sebagian dari pengamatannya pada
sejarah Asia. Kedua, Voltaire menganggap bahwa sejarah kebudayaan adalah --pada
umumnya-- jauh lebih penting daripada sejarah politik. Bukunya dengan
sendirinya lebih berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi dan perkembangan seni
ketimbang soal raja-raja dengan segala rupa peperangannya.
Voltaire bukanlah mendekati filosof orisinal seperti beberapa tokoh yang ada
dalam daftar buku ini. Sampai batas tertentu dia bertolak dari pandangan orang
lain seperti John Locke dan Francis Bacon, memperkuat pendapat mereka atau
mempopulerkan mereka. Melalui tulisan-tulisan Voltaire-lah, lebih dari siapa
pun juga, ide demokrasi, toleransi agama dan kebebasan intelektual berkembang
di seluruh Eropa. Meskipun ada penulis-penulis penting lain (Diderot,
d'Alembert, Rousseau, Montesquieu dan lain-lain) dalam masa pembaharuan Perancis,
Voltaire lebih layak dianggap pemuka dari kesemuanya itu. Dia pemimpin
terkemuka dari gerakan itu. Pertama, gaya sastranya yangmenggigit, kariernya
yang panjang, dan tulisannya yang begitu banyak menggaet pengikut yang tak
tertandingkan oleh penulis-penulis yang mana pun juga. Kedua,
gagasan-gagasannya sepenuhnya bercirikan pembaharuan. Ketiga, Voltaire
mendahului tokoh-tokoh penting lain dari sudut waktu. Karya besar Montesquieu
The Spirit of Law baru terbit tahun 1748; jilid pertama Encyclopedie yang masyhur
itu baru terbit tahun 1751; esei Rousseau pertama ditulis tahun 1750. Sedangkan
Letters on the English-nya Voltaire sudah muncul tahun 1734 dan dia sudah
kesohor enam belas tahun sebelum buku itu keluar.
Tulisan-tulisan Voltaire dengan kekecualian novel pendek Candide sedikit
sekali dibaca orang sekarang. Kesemua buku-bukunya tersebar dan terbaca luas
selama abad ke-18, karena itu Voltaire pegang peranan penting mengubah iklim
pendapat umum yang ujung-ujungnya berpuncak pada meletusnya Revolusi Perancis.
Dan pengaruhnya tidaklah cuma terbatas di Perancis: orang-orang Amerika seperti
Thomas Jefferson, James Madison dan Benjamin Franklin juga kenal baik dengan
tulisan-tulisannya.
Adalah menarik membandingkan Voltaire dengan teman sejamannya yang masyhur Jean-Jacques
Rousseau. Voltaire yang segenap pandangannya rasional. lebih berpengaruh.
Sebaliknya, Rousseau lebih orisinal dan karyanya lebih berpengaruh di jaman
sekarang ini.
Situs Web
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as