Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    ilusi kekuatan sang adidaya

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 36
    Lokasi : rahasia

    ilusi kekuatan sang adidaya Empty ilusi kekuatan sang adidaya

    Post by kutubuku Thu Jun 24, 2010 5:31 pm

    ILUSI KEKUATAN
    SANG ADIDAYA


    Oleh
    Drs. Hafizh Abdurrahman, MA





    Nervous. Itulah
    fenomena yang terlihat dalam politik Amerika,
    bukan hanya belakangan ini, tetapi sesungguhnya terjadi sejak era Clinton yang kedua.
    Perasaan nervous itu telah menggerogoti tokoh-tokoh politik dan pemikir
    Amerika, khususnya setelah terlihat banyaknya kegagalan, keragu-raguan dan
    kelemahan dalam menyelesaikan berbagai problem internasional. Setelah itu, mulai terpupuk perasaan akan
    kehebatan kekuatan Amerika, dan perasan tersebut akhirnya menjelma menjadi arogansi,
    kesombongan dan keangkuhan, yang telah menyelinap dalam elemen-elemen kekuatan
    masyarakat Amerika. Perasaan ini bertambah kuat setelah Partai Republik
    memegang tampuk kekuasaan. Henry Kissinger mengungkapkan dengan ungkapan
    yang sangat tepat menganai apa yang sedang mendominasi atmosfir politik
    Amerika:



    Amerika
    Serikat di ujung Milinium baru ini tengah menikmati keadidayaan yang bahkan
    belum pernah dirasakan oleh emperium terbesar sekalipun pada permulan sejarah;
    Amerika bisa menguasi dominasi yang tidak tertandingi di seluruh penjuru dunia.


    Dia juga
    mengatakan:


    Angkatan
    bersenjata Amerika tersebar ke seluruh dunia dengan mudah dari Eropa Utara
    hingga Asia Tenggara, bahkan pangkalan-pangkalan ini akan berubah karena intervensi
    Amerika atas nama perdamaian menjadi kebutuhan militer yang permanen.


    Amerika
    Serikat adalah sumber dan penjaga institusi Demokrasi di dunia.


    Amerika bisa
    menguasai sistem moneter internasional dengan kucuran akumulasi modal investasi
    yang jauh lebih besar, dengan kepuasan yang jauh lebih menarik minat para
    investor, serta pasar eksport asing yang sangat luas. Kebudayaan bangsa Amerika
    juga menjadi standar di seluruh pelosok dunia.


    Ketika pemerintahan George Bush Jr. belum
    mengevaluasi kembali berbagai kebijakan Amerika terhadap berbagai problem
    dunia, serta menetapkan dasar-dasar baru, tiba-tiba terjadi peristiwa ledakan 11 September 2001. Maka,
    kasus ini telah memberi motovasi baru kepada pemerintahan Amerika yang baru
    untuk beraksi. Peristiwa ini kemudian dieksploitasi, dan dimulailah penyusunan
    dasar-dasar kebijakan baru yang dibangun berdasarkan asas dan titik tolak baru.



    Di sekitar Bush Jr. telah terkumpul sejumlah “elang
    buas” yang semakin bertambah buas setelah peristiwa ini. Mereka telah mendominasi
    para kolega lain, yang duduk dalam pemerintahan Bush Jr. dengan sangat mudah.
    Maka, tokoh-tokoh baru dari negara-negara bagian mulai muncul ke permukaan,
    seperti Wolfowidz, Donald Ramfleds, Louis Loutherly, yang
    merupakan tangan kanan Wakil Presiden, Dick Chiney. Merekalah yang
    merupakan elemen penekan sang Presiden. Mereka mulai menyerukan polarisasi
    politik luar negeri Amerika yang dibangun berdasarkan prinsip keamanan serta
    bersikeras menghadapi Korea Utara, Iran, Irak, Rusia, Cina, rakyat Palestina
    dan gerakan-gerakan Islam di seluruh dunia.



    Kejatuhan rezim Taliban yang sangat cepat dan
    cengkraman Amerika secara dramatis terhadap Asia Tengah serta berdirinya
    pangkalan militer darat baru Amerika di Qirgistan, Tadjikistan, Afganistan
    serta cengkraman totalnya di Pakistan, semuanya itu mempunyai pengaruh yang
    sangat besar yang membuat tokoh-tokoh pemerintahan Amerika itu kesetanan. Maka,
    mereka semakin merasa arogan dan sombong dalam memperlakukan pihak lain.
    Kemenangan bohong Amerika terhadap Afganistan telah diumumkan kepada semua
    kalangan dalam atmosfir perpolitikan Amerika. Mereka semakin larut dalam ilusi,
    dan terbius oleh mabuk politik sehingga menyebabkan mereka lupa ingatan, bahkan
    terhadap sekutu terdekat mereka sendiri.



    Menteri
    Pertahanan, Donald Ramfleds telah membanjiri situasi ini dengan
    pernyataan-pernyataannya yang ilusif. Penyataan-pernyataan tersebut, antara
    lain:



    Dalam
    peperangan, Anda wajib menyerang musuh sebelum musuh menyerang Anda.


    Pimpinan
    mayoritas Konggres dari Republik, Terry Mc O’ln, menyerukan kepada
    Konggres:


    Ketika
    Presiden bicara mengenai keadilan tugas kita dan keberanian tentara kita, maka
    kita semua harus sepakat.


    Dalam kondisi dimana para penguasa negeri Arab dan
    Islam masih tetap tunduk dan patuh, serta sikap mereka yang masih mengadopsi
    politik mediasi sebagaimana yang dinyatakan oleh Menteri Luar Negeri Qatar
    sebagai representasi mereka semua, maka Amerika semakin menginjak-injak
    berbagai tradisi dan basa-basi diplomatik sebelumnya, yang sebelumnya masih
    mengindahkan dan menjaga harga diri mereka di depan media massa. Tetapi,
    semuanya itu telah digantikan dengan politik perbudakan dan penghinaan secara
    telanjang tanpa mempedulikan lagi berbagai reaksi rakyatnya.



    Politik polaritas Amerika yang baru benar-benar telah telanjang, yang
    identik dengan arogansi dan keangkuhan. Bahkan tidak memandang sebelah mata
    terhadap sekutunya, apalagi agen-agennya yang telah ditelanjanginya sendiri di
    muka umum, sebagaimana yang telah dilakukan terhadap Arab Saudi, Iran, Mesir dan
    Pakistan.
    Amerika menyerang Arab Saudi, dan menuduh sekolah-sekolah Salafiyyah-nya
    sebagai basis penghasil teroris, khususnya setelah 15 dari 19 terdakwa kasus
    peledakan pesawat di Washington dan New York adalah orang-orang Saudi. Amerika
    juga menyerang Iran,
    dengan mengalamatkan tuduhan kepadanya sebagai sarang pelarian tokoh-tokoh
    Al-Qaedah dan Taliban. Iran
    juga dituduh telah mensuplai senjata Hizbullah dan rakyat Palestina. Amerika
    juga telah memaksa India
    untuk melawan Pakistan,
    dan menuduhnya sebagai sarang ekstrimis. Sementara Mesir berikut antek-anteknya
    telah dimiskinkan dengan tambahan beban keuangan, ekonomi dan restriksi
    perdagangan.



    Logika arogansi dan pandangan sebelah mata terhadap
    para sekutu dan antek-antek yang dipetik dari peristiwa 11 September, serta
    akibat dari kemenangan mudah yang diraih Amerika di Afganistan telah menjadi
    justifikasi bagi pemerintah Amerika
    untuk menjauhkan keterlibatan para sekutu dan antek-anteknya, bahkan terhadap
    ketidakbutuhannya atas keterlibatan mereka. Sekalipun Tony Blair
    berusaha untuk melakukan penyelarasan dengan Amerika, dan menyelaraskan Eropa
    dengannya, tetapi Amerika tidak mengindahkannya, serta tidak mau berbagi
    keuntungan dan hasil jarahan dengan Eropa. George Robertson, pimpinan
    NATO asal Inggris, menyatakan:



    Eropa harus
    meningkatkan taraf kekuatan militernya agar mencapai taraf kekuatan militer
    Amerika. Amerika juga wajib membantu Eropa untuk meningkatkan kemampuan
    militernya.


    Dalam
    pernyataannya yang lain, dia menyatakan:


    Dukungan
    para sekutu terhadap Washington
    mempunyai batas.


    Thomas Fredman,
    jurnalis terkenal asal Amerika, membantah pernyataan Robertson di harian
    The New York Times dengan artikelnya yang berjudul The End
    of NATO
    :



    Sebenarnya
    tidak ada NATO di luar Amerika, karena negara-negara sekutu yang lain hanya
    mengirim beberapa ratus personil militer ke medan perang yang paling belakang, kemudian
    tiba-tiba meminta bagian hasil jarahan dengan Amerika yang telah memberikan
    segala pengorbanannya.


    Dr. Ghassan al-Izzi, telah mengutip laporan pers Amerika dalam harian
    al-Quds, yang menyatakan:



    Sesungguhnya
    orang-orang Eropa tengah memainkan peranan sebagai pembantu rumah. Setelah
    serangan Amerika, mereka sibuk mengumpulkan penafian dan bantahan. Sementara
    ketika Amerika mengobarkan peperangan, orang-orang Eropa terus berusaha
    mewujudkan perdamaian. Sesungguhnya Amerika, di bawah pemerintah Bush, ingin
    memimpin dunia sendiri. Ini merupakan statement yang sangat jelas.


    Jelas, bahwa Amerika telah mengubah pandangannya
    mengenai hubungannya dengan para sekutu dan antek-anteknya, setelah membukukan
    kemenangan mudah dan memperoleh keuntungan besar di Asia Tengah dalam waktu
    yang sangat singkat, sehingga tidak perlu merujuk termasuk kepada PBB, bahkan
    tidak juga kepada sekutu yang menempatkannya, yaitu NATO. Dalam Perang Teluk,
    Amerika masih perlu merujuk kepada Dewan Keamanan, dan meminta Dewan Keamanan
    untuk mengeluarkan keputusan yang menggunakan namanya. Dalam Perang Kossovo,
    Amerika masih berunding dan bekerja sama dengan negara-negara NATO, namun dalam
    Perang Afganistan dan seterusnya, Amerika tidak perlu meminta masukan manapun,
    bahkan tidak perlu merujuk kepada siapapun. Bush Jr. telah menyatakan:



    Kami akan
    memerangi Irak, baik dengan sekutu maupun sendiri.


    Pemerintah Bush Jr. yang mengikuti langkah
    pemerintah Reagen, telah mulai membangun dasar-dasar politik luar negeri
    baru yang relevan dengan kehebatan kekuatan Amerika, sebagaimana Reagen yang
    ketika itu telah membangun politik baru untuk mengakhiri Perang Dingin (cold
    war
    ) yang dihembuskan oleh Henry Trumant pada tahun 1947, serta
    dikeluarkannya Uni Soviet secara internasional dengan menyebutnya sebagai
    emperium setan. Bush Jr. juga demikian, telah mulai mengakhiri kebijakan
    yang digambarkannya sebagai kebijakan “ragu-ragu dan malu-malu” yang mengiringi
    fase Perang Dingin. Seakan-akan Bush Jr. menyebut bahwa fase ragu-ragu
    dan malu-malu yang dilanjutkan satu dekade telah berlalu untuk kemudian
    diakhiri dan memasuki fase monopoli dan meninggalkan keterlibatan pihak lain.
    Kebijakan inilah yang membiarkan Eropa menjadi nervous, dan
    memperlihatkan kebenciannya terhadap politik luar negeri baru Amerika.



    Keburukan yang membelah persekutuan Eropa-Amerika itu
    adalah pernyataan-pernyataan Menteri Luar Negeri Hobert Fedryn, filsuf
    politik Eropa yang menyerang kebijakan Amerika secara terbuka dan berani, dan
    menuduhnya sebagai politik bodoh, murahan dan memihak Israel yang memang
    represif terhadap rakyat Palestina. Dia menyerukan agar Eropa mempertahankan
    pandangan dan eksistensi mereka yang independen secara politis dari Amerika.



    Pernyataan ini banyak diikuti oleh para politisi
    Eropa, di antaranya Yoshca Fisher, Menteri Luar Negeri Jerman, yang
    menyatakan:



    Kekuatan
    terbesar di dunia saat ini tidak akan mungkin bisa memimpin dunia sendiri
    dengan jumlah penduduknya 6 milyar jiwa menuju masa depan yang damai. Para sekutu Amerika juga bukanlah para pengekor.


    Criss
    Paten,
    salah seorang penentu kebijakan dalam hubungan luar negeri di legasi
    Eropa asal Inggris juga termasuk orang yang mengulang-ulang pernyataan
    Fedryn
    dan menuduh politik Amerika sebagai politik murahan.


    Di antara mereka adalah Menteri Luar Negeri Inggris, Jack
    Satrou
    , yang menganggap pidato Bush Jr. mengenai kondisi persatuan
    yang di dalamnya juga menyebut-nyebut poros kejahatan sebagai pidato untuk
    konsumsi media massa domestik, dan kosong, alias asbun (asal bunyi),
    yang membangkitkan amarah pemerintah Amerika sehingga perlu menampik pernyataan
    Satrou dan menegaskan bahwa pernyataan sang Presiden itu memang benar.



    Eropa menyadari bahaya tindakan Amerika yang terakhir
    terhadap politik luar negeri, serta menyadari sepenuhnya bahwa Amerika mulai
    memarjinalkannya, dan bahwa berbagai upaya Blair tidak berhasil untuk berbagi
    kepentingan dan cengkraman dengan Amerika, sehingga Eropa juga terpaksa
    menggunakan politik pertahanan. Antara lain, Eropa ––– khususnya Inggris––– akan bertumpu pada
    politiknya di Afrika dan melakukan perlawanan terhadap dominasi Amerika di sana. Ini antara terlihat
    pada kunjungan bersama Menteri Luar Negeri Inggris dan Perancis ke beberapa negara
    di Afrika, demikian juga kunjungan Blair ke beberapa negara Afrika
    bagian Barat dan permintaannya kepada Perancis agar menyelaraskan langkahnya
    dengan Inggris untuk mengukuhkan cengkraman Eropa di sana dengan cover “bantuan untuk
    wilayah kulit hitam.”



    Eropa, Rusia dan Cina benar-benar telah mengetahui
    politik cengkraman kekuatan yang mulai dijalankan oleh Amerika untuk
    mencengkram dunia, dan mereka mulai melawannya. Putin, Presiden Rusia,
    menyatakan:



    Semua model
    hubungan internasional yang dibangun berdasarkan cengkraman satu kekuatan tidak
    akan berumur panjang.


    Ini
    merupakan pernyataan yang mengindikasikan adanya penolakan Rusia terhadap
    politik cengkraman Amerika, tetapi penolakannya mirip pernyataan filsuf dan
    orang bijak ketimbang pernyataan para politisi. Dia menyandarkan penolakannya
    kepada masa depan dan logika sejarah. Artinya, ini merupakan pernyataan yang
    mengindikasikan bahwa Rusia tidak akan melakukan tindakan apapun untuk
    menghentikan politik polarisasi ini.



    Dengan demikian jelas, bahwa Amerika telah memasuki
    dunia dengan titik tolak internasional baru. Indikasi-indikasi titik tolak ini
    terlihat dengan jelas dan sangat cepat, khususnya setelah keberhasilan yang
    diraihnya di Afganistan dan kepatuhan dunia kepadanya serta tidak adanya perlawanan
    apapun yang layak disebutkan. Hal yang membuat Amerika semakin serius untuk
    mencengkram dunia dan menanam investasi untuk kekuatan pertahanannya
    sebagaimana yang ditunjukkan pada momentum 11 September. Caranya, dengan
    menciptakan kondisi ketegangan di dunia, memperumit permasalah internasional
    dan mengelola krisis regional dengan cara-cara yang bisa menyebabkan krisis
    tersebut meledak serta memercikkan perasaan kolektif secara terus-menerus
    mengenai ketidakamanan dan instabilitas di dunia yang mengilhami opini publik
    dunia, bahwa Amerikalah dewa penyelamat, sang pemimpin dunia. Maka,
    negara-negara di dunia dan rakyatnya tidak mempunyai pilihan lain selain patuh
    kepada Amerika. Bush Jr. telah menyatakannya dengan jelas, bahwa dunia
    tidak akan mengenal stabilitas kecuali di bawah kepemimpinan Amerika.



    Setelah peristiwa Afganistan, Amerika ingin melepaskan
    diri dari ikatan para sekutu Eropanya dan membubarkan keterlibatan mereka
    dengannya dalam mengendalikan urusan dunia, serta memikul tanggungjawab dunia sendiri.
    Karena itu, kami melihat Amerika sengaja merusak apa yang dilakukan Eropa
    dengan mendekati Iran
    dan menjalin kesepahaman dengan Cina,
    Korea dan
    mengembalikan eksistensinya di Timur Tengah.



    Karena itu, Amerika sengaja menjegal setiap upaya
    Barat mendekati kepemimpinan Iran yang disebut-sebut sebagai pemimpin moderat,
    kemudian memojokkan Cina dan menyibukkannya dengan isu Taiwan dan isu-isu
    perdagangan, serta memberikan beberapa pecahan dan angin surga kepada Rusia,
    serta menenggelamkan negara-negara yang disebut dunia ketiga dengan hutang dan
    kerusakan. Dengan demikian, Amerika memprediksi bahwa situasi internasional
    memang hanya miliknya, sehingga masyarakat internasional bisa dikendalikannya
    sendiri dan dialah yang akan memimpin kendali kepemimpinannya.



    Hanya saja, politik polaritas yang arogan ini akan
    mengundang permusuhan terselubung dan akan mengorganisir permusuhan tersebut
    untuk melawannya. Disamping akan mengubah mitra kerjasamanya, yaitu para sekutu
    dan antek-anteknya menjadi musuh yang dendam kepadanya, serta menunggu
    kehancurannya dan kelak akan memukulnya dengan pukulan yang lebih dahsyat.



    Logika kekuatan
    otot akan memicu pihak lain merasa dendam serta kebencian dan permusuhan yang
    sesungguhnya. Jika tidak ada ruang untuk mengartikulasikan perasaan ini, yaitu
    perasaan menjadi pemikiran, kemudian aksi, maka hasilnya pasti akan negatif,
    bahkan sangat destruktif. Amerika akan jatuh dari ketinggiannya, sementara
    tidak akan ada siapapun yang akan mengasihaninya sehingga akan ada yang
    mengatakan: Kasihanilah pemimpin kaum yang terhina itu.



    Berbagai bangsa
    –––khususnya umat Islam––– yang merasakan kezaliman Amerika, jika telah
    mempunyai kondisi pemikiran dan politik yang pas, maka potensi kaum muslimin
    yang masih terpendam untuk mendirikan negara yang mulia dan terhormat, yaitu
    negara Khilafah Islamiyyah, itu akan meletus. Negara yang akan merontokkan
    singgasana Amerika dan mengalahkannya. Bangsa-bangsa lain pun akan merasa
    senang, dan ilusi akan kehebatan Amerika itu akan berbalik kepada empunya, sementara
    Amerika akan terkena sendiri batunya.



    ﴿وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ
    أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ﴾



    “Sesungguhnya
    Allah akan memenangkan urusan-Nya, tetapi kebanyakan orang tidak
    mengetahuinya.”
    (Q.s. Yusuf [12]:21)

      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 7:28 am