Sebelum Organ Balita Tumbuh Sempurna
Kenali kelainan-kelainan bayi baru lahir dengan mengetahui bagaimana organ
tubuhnya berkembang.
Kita mungkin pernah mendengar bahwa bayi A menderita kelainan sejak lahir. Perlu
diketahui, sebenarnya sebelum dan sesudah lahir, banyak sekali organ tubuh bayi
yang belum berfungsi secara sempurna. Namun, seiring dengan waktu, organ-organ
tersebut akan berfungsi normal.
Hanya saja, jika organ tersebut tak berfungsi normal sesuai waktunya biasanya akan
timbul masalah. Simak penjelasan dr. Rulina Suradi, Sp.A.(K), dari Subbagian
Neonatologi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo,
Jakarta berikut ini :
Jantung, Peredaran Darah, Dan Paru-Paru
Jantung, imbuh Rulina, merupakan organ tubuh yang besarnya hanya sekepalan
tangan. Terletak di rongga dada (toraks) sebelah kiri. Benda ini terdiri atas otot-otot
kuat yang saling bersambung, sehingga membentuk jaringan.
Jantung memiliki empat ruangan dua di sebelah kiri dan dua di kanan dengan fungsi
berbeda. Fungsi intinya adalah mengalirkan darah ke seluruh tubuh, dan setelah
darah mencapai ujung, secara otomatis akan kembali ke sumber semula. Dua
ruangan di kiri, sebelah atas disebut atrium (serambi) kiri, sedang bagian bawah
dinamai ventricle (bilik) kiri. Di ruangan kanan juga sama, yaitu atrium dan ventricle
kanan.
Kondisi jantung bayi saat masih dalam kandungan berbeda dengan saat lahir. Ketika
masih dalam kandungan, jantung bayi belum sepenuhnya berfungsi secara normal.
Peredaran darah dari jantung kiri bisa langsung melewati jantung kanan. Begitu juga
sebaliknya. Tidak ada sekat yang memisahkannya. Akibatnya, darah bersih dapat
bercampur dengan darah kotor. Namun secara medis, kondisi ini tak jadi masalah,
karena kala dalam kandungan, janin menerima pasokan darah dan oksigen dari sang
ibu lewat plasenta. Barulah setelah beberapa jam bayi dilahirkan, saluran tersebut
secara otomatis langsung menutup. "Lamanya, kurang lebih 4-8 jam," ungkap
Rulina.
"Saat lahir, paru-paru bayi juga mulai berfungsi, sehingga menimbulkan tekanan
udara yang kuat di sekitarnya. Tekanan tersebut mengakibatkan saluran yang
menghubungkan bilik kiri dan kanan jantung menutup."
Namun, ia mengingatkan, jika saluran peredaran darah tersebut tidak menutup lebih
dari 24 jam, maka orang tua harus mewaspadainya karena hal itu menandakan
jantung si bayi mengalami kebocoran. Kelainan ini disebabkan posisi sekat pemisah
bilik atau serambi jantung kiri dan kanan belum atau tidak tertutup sempurna.
Akibatnya, jantung tidak berfungsi dengan baik. Padahal, jantunglah yang memompa
darah ke seluruh tubuh.
Dari bilik kiri jantung, darah bersih berwarna merah segar yang mengandung 96%
zat asam dialirkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah nadi. Saat kembali ke
bilik kanan, darah tidak lagi bersih dan warnanya berubah menjadi lebih tua. Padasaat itu kadar zat asamnya tinggal sekitar 60%. Selanjutnya, darah kotor ini
dipompa dari bilik kanan ke paru-paru untuk mengambil zat asam sehingga menjadi
bersih kembali. Begitulah aliran darah pada tubuh berlangsung tanpa henti
sepanjang hidup kita.
Nah, bila sekat pemisah tidak tertutup sempurna, tentu saja darah kotor akan
bercampur dengan darah bersih. Akibatnya kerja jantung akan terganggu. Hal ini
ditandai dengan sering keluarnya tanda-tanda biru, khususnya pada kuku jari tangan
dan bibir bayi. Selain itu, badannya kurus, pucat, dan tidak bersemangat. Aktivitas
pun terbatas, bayi akan mudah capai dan sering menderita demam.
Cara mengatasinya bermacam-macam, tergantung faktor penyebabnya. Ada yang
dengan obat-obatan saja sudah cukup, tapi ada juga yang harus ditangani lewat
tindakan operasi. "Penting diperhatikan, tidak semua gangguan jantung ini harus
ditangani langsung dengan cara menutup saluran yang bocor."
Masalahnya, dalam situasi dan kondisi tertentu, penutupan saluran tersebut malah
bisa berdampak fatal, yaitu meninggal dunia. Pada mereka, biasanya diberikan obat-
obatan terlebih dahulu, setelah itu barulah dilakukan operasi.
Jadi, kapan tindakan operasi dilakukan, sepenuhnya harus dengan pertimbangan
dokter. Semakin besar usia sang bayi, semakin besar ukuran jantungnya. Dengan
begitu operasi pun lebih mudah dilakukan.
Tingkat kesulitan pembedahan penyakit jantung bawaan sangat tergantung pada
letak dan parah tidaknya kelainan itu. Ada yang cukup dilakukan satu kali koreksi,
ada yang sampai beberapa kali. Selama dilakukan pembedahan jantung terbuka
diperlukan mesin jantung-paru yang menggantikan fungsi jantung dan paru-paru
untuk sementara.
Ubun-Ubun
Ubun-ubun atau yang dalam istilah kedokterannya fontanela merupakan bagian kecil
dari kepala bayi. Bentuknya sangat lunak. Itu sebab, orang tua kerap tidak tega
menyentuh atau merawatnya. Padahal, ubun-ubun sebenarnya tak selunak yang kita
bayangkan karena ia dilapisi membran (selaput tipis jaringan) yang cukup kuat.
Perlu diketahui, kepala bayi dibentuk oleh beberapa lempeng tulang, yaitu 1 buah
tulang di bagian belakang (tulang oksipital), 2 buah tulang di kanan dan kiri (tulang
parietal), dan 2 buah tulang di depan (tulang frontal). Di antara tulang-tulang yang
belum bersambung itu terdapat celah yang disebut sutura. Sutura-sutura ini ada
yang membujur dan ada pula yang melintang. Nah, titik silang celah-celah itulah
yang membentuk ubun-ubun depan (besar) dan ubun-ubun belakang (kecil).
Sebenarnya, hingga usia beberapa bulan setelah dilahirkan, tulang-tulang kepala
bayi belum menyambung satu sama lain. Namun, letaknya telah tersusun
berdampingan secara rapi. Ubun-ubun yang tak segera menutup inilah yang kerap
mengkhawatirkan para orang tua. Padahal, dengan begitu otak bayi justru bisa
berkembang normal.
Ubun-ubun dan sutura-sutura ini normalnya menutup antara usia 6-20 bulan. Secara
kasat mata, akibat proses penutupan tulang tengkorak yang kelewat dini ini bisa
dilihat melalui bentuk kepala yang tak normal. Ini terjadi karena pertumbuhankepala cenderung mengarah ke tulang yang suturanya menutup belakangan.
Contohnya, kalau sutura bagian depan sudah menutup lebih dulu, pertumbuhan
kepala akan lebih mengarah ke belakang, dan akibatnya kepala jadi panjul.
Penyebab ubun-ubun cepat menutup biasanya adalah kelainan bawaan, adanya
infeksi selama kehamilan, atau adanya gangguan perkembangan jaringan otak dan
kelainan tulang seperti osteopetrosis (pertumbuhan dan kepadatan tulang yang
berlebihan).
Sudah pasti, ubun-ubun yang menutup terlalu cepat akan menghambat
perkembangan otak bayi dan menimbulkan gangguan. Dengan kata lain, sel-sel otak
yang seharusnya berkembang malah tertahan oleh tulang tengkoraknya sendiri.
Biasanya, gangguan yang muncul berupa cerebral palsy atau kelumpuhan yang
sifatnya kaku.
Terlebih bila proses penutupan tulang tengkorak ini berlangsung sejak ia baru lahir
atau berada di kandungan, proses keterhambatan perkembangan otaknya tentu
lebih lama sehingga gangguan yang timbul akan lebih banyak dan berat. Artinya,
manifestasi gangguan tumbuh kembang pada bayi yang bersangkutan bisa berbeda-
beda, tergantung bagian otak sebelah mana yang perkembangannya terhambat, dan
kapan terjadinya proses penghambatan atau penutupan itu.
Cara mengatasinya adalah dengan operasi melepas sambungan yang menutup
terlalu cepat. Dengan begitu, diharapkan otaknya bisa terus tumbuh dan
berkembang.
Usus Besar
Bayi baru lahir umumnya sudah bisa BAB (Buang Air Besar) dalam waktu 24 jam
setelah persalinan. Feses di hari pertama dan kedua disebut mekonium yang
berwarna gelap atau hitam. Tak heran bila ada yang menyebutnya tahi gagak. Pada
hari ketiga, feses atau tinjanya mungkin sudah bercampur dengan susu atau kotoran
peralihan (campuran tahi gagak dan susu). Perlu diketahui, bayi yang diberi ASI,
biasanya pada hari-hari pertama atau minggu-minggu pertama akan lebih sering
buang air besar, bisa sampai 6 kali lebih.
Kalau dalam waktu lebih dari 48 jam mekoniumnya tidak keluar-keluar, biasanya
bayi diduga menderita hirschprung. Kelainan hirschsprung terjadi pada persarafan
usus besar paling bawah, mulai anus hingga ke bagian usus di atasnya, termasuk
ganglion parasimpatis yang membuat usus bisa bergerak melebar dan menyempit.
"Nah, pada bayi yang punya kelainan hirschsprung, persarafan ini tak ada sama
sekali atau kalaupun ada, jumlahnya sedikit sekali. Ada-tidaknya persarafan inilah
yang menentukan derajat ringan-beratnya kelainan hirschsprung," urai Rulina.
Akibat selanjutnya, kotoran akan menumpuk dan menyumbat usus di bagian bawah,
hingga bayi tak bisa BAB. Penumpukan kotoran di usus besar ini akan diteruskan
dengan pembusukan. Jika terjadinya sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan
tanpa ketahuan, di dalam usus besar akan berkembang banyak kuman. Pada
akhirnya timbullah radang usus.
Bisa juga, proses pembusukan ini kemudian menghasilkan cairan yang akan
merembes keluar tanpa bisa ditahan oleh anus karena tak ada persarafan tadi.
"Mungkin saja orang tua ataupun dokter tak menyadari adanya kelainan ini,dianggapnya si bayi mengalami mencret atau diare biasa."
Untuk mengatasinya, pada bayi akan dilakukan pemeriksaan barium enema lewat
anus. Dengan begitu, bisa kelihatan seberapa sempit ususnya dan seberapa panjang
kerusakan yang terjadi. Bagian usus yang tidak memiliki persarafan akan dibuang
lewat operasi pertama. Berikutnya, operasi dilakukan lagi; kalau ususnya bisa ditarik
ke bawah, ia akan langsung disambung ke anus. Kalau ternyata ususnya belum bisa
ditarik, maka dibuatlah lubang di dinding perut (kolostomi) untuk saluran BAB.
Nanti, kalau ususnya sudah cukup panjang, operasi bisa dilakukan lagi untuk
menarik dan menyambung ususnya langsung ke anus. Menunggunya bisa sampai 3
bulan, tergantung kondisi anak yang bersangkutan. Selama itu pun, kondisinya tetap
harus dikontrol, dua minggu sekali atau sebulan sekali.
Menurut Rulina, setelah dibuang dan diperbaiki kelainannya, BAB anak biasanya
akan normal kembali. Kecuali jika kelainannya parah sampai usus besarnya harus
dibuang semua. Masalah tidak akan berhenti sampai di situ.
Bilirubin/Kuning Pada Bayi
Timbunan bilirubin (zat/komponen yang berasal dari pemecahan hemoglobin dalam
sel darah merah) di bawah kulit akan membuat kulit bayi terlihat kuning. Perlu
diketahui, pada saat masih dalam kandungan, janin membutuhkan sel darah merah
yang sangat banyak karena paru-parunya belum berfungsi. Sel darah merah inilah
yang bertugas mengangkut oksigen dan nutrien dari ibu ke janin melalui plasenta.
Nah, sesudah ia lahir, paru-parunya berfungsi, sehingga sel darah merah ini tidak
dibutuhkan lagi dan dihancurkan.
Bilirubin alias pecahan hemoglobin ini bermacam-macam sifatnya, ada yang indirect,
direct, dan bebas. Yang indirect atau belum diolah adalah bilirubin yang terikat
albumin sebagai zat pengangkutnya. Ia akan dibawa ke hati untuk diproses menjadi
bilirubin direct. Bilirubin direct ini lalu disimpan di kantong empedu. Namun
demikian, kadang tidak semua hasil pemecahan hemoglobin bisa diikat oleh albumin
dan dibawa ke hati. Bagian yang tidak terangkut inilah yang disebut bilirubin bebas.
Bilirubin bebas bisa menyebar ke mana-mana ke seluruh tubuh. Jenis inilah yang
dapat menimbulkan bahaya, terutama kalau sampai masuk ke otak, karena tak bisa
dilepas lagi. Akibatnya, akan muncul gangguan yang disebut kern ikterus atau
timbunan bilirubin di dasar otak.
Namun, kalau bayi sampai kuning, kita tidak perlu keburu khawatir. Kasus ini
sebenarnya terbagi atas kuning faali (fisiologis) dan kuning patologis (penyakit).
Yang bersifat patologis dapat mengganggu tumbuh kembang bayi di kemudian hari.
Sementara yang faali adalah sesuatu yang normal. Umumnya terjadi di hari kedua
atau ketiga setelah kelahiran hingga 7 atau 14 hari. Walaupun bersifat faali,
keberadaannya tetap perlu diwaspadai, karena mungkin saja dilatarbelakangi
masalah patologis.
Selain itu, bayi yang minum ASI dapat juga terlihat kuning pada minggu pertama
dan kedua, yang nantinya berangsur-angsur hilang sendiri. Di dalam ASI memang
ada komponen yang mempengaruhi timbulnya kuning pada bayi. Jadi, kuning ini
hanyalah gejala biasa. Kendati demikian, orang tua harus tetap waspada. Terutama kalau si bayi sedang
dalam keadaan sakit yang berkaitan dengan acidosis (penyakit yang berhubungan
dengan menurunnya kadar pH darah). Misalnya, sesak napas atau mencret berat.
Sebab, saat itu kadar bilirubin bebas bisa meningkat.
Inilah sejumlah hal mencurigakan yang harus diwaspadai.
1. Kuning muncul cepat sekali. Misal, pagi lahir, sore sudah kuning.
2. Peningkatan kadar kuning berlangsung sangat cepat.
3. Kuning berlangsung lama atau proses menghilangnya sangat lambat,
misalnya sesudah 2 minggu kuningnya masih ada.
"Jika salah satu atau semua hal itu terjadi pada si kecil, segera bawa ia dokter!"
pesan Rulina. "Mendeteksi bayi kuning atau tidak, sebetulnya tak terlampau sulit.
Lihat di bagian putih matanya. Kalau memang kuning, warna itu akan terlihat jelas di
sana."
Kenali kelainan-kelainan bayi baru lahir dengan mengetahui bagaimana organ
tubuhnya berkembang.
Kita mungkin pernah mendengar bahwa bayi A menderita kelainan sejak lahir. Perlu
diketahui, sebenarnya sebelum dan sesudah lahir, banyak sekali organ tubuh bayi
yang belum berfungsi secara sempurna. Namun, seiring dengan waktu, organ-organ
tersebut akan berfungsi normal.
Hanya saja, jika organ tersebut tak berfungsi normal sesuai waktunya biasanya akan
timbul masalah. Simak penjelasan dr. Rulina Suradi, Sp.A.(K), dari Subbagian
Neonatologi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo,
Jakarta berikut ini :
Jantung, Peredaran Darah, Dan Paru-Paru
Jantung, imbuh Rulina, merupakan organ tubuh yang besarnya hanya sekepalan
tangan. Terletak di rongga dada (toraks) sebelah kiri. Benda ini terdiri atas otot-otot
kuat yang saling bersambung, sehingga membentuk jaringan.
Jantung memiliki empat ruangan dua di sebelah kiri dan dua di kanan dengan fungsi
berbeda. Fungsi intinya adalah mengalirkan darah ke seluruh tubuh, dan setelah
darah mencapai ujung, secara otomatis akan kembali ke sumber semula. Dua
ruangan di kiri, sebelah atas disebut atrium (serambi) kiri, sedang bagian bawah
dinamai ventricle (bilik) kiri. Di ruangan kanan juga sama, yaitu atrium dan ventricle
kanan.
Kondisi jantung bayi saat masih dalam kandungan berbeda dengan saat lahir. Ketika
masih dalam kandungan, jantung bayi belum sepenuhnya berfungsi secara normal.
Peredaran darah dari jantung kiri bisa langsung melewati jantung kanan. Begitu juga
sebaliknya. Tidak ada sekat yang memisahkannya. Akibatnya, darah bersih dapat
bercampur dengan darah kotor. Namun secara medis, kondisi ini tak jadi masalah,
karena kala dalam kandungan, janin menerima pasokan darah dan oksigen dari sang
ibu lewat plasenta. Barulah setelah beberapa jam bayi dilahirkan, saluran tersebut
secara otomatis langsung menutup. "Lamanya, kurang lebih 4-8 jam," ungkap
Rulina.
"Saat lahir, paru-paru bayi juga mulai berfungsi, sehingga menimbulkan tekanan
udara yang kuat di sekitarnya. Tekanan tersebut mengakibatkan saluran yang
menghubungkan bilik kiri dan kanan jantung menutup."
Namun, ia mengingatkan, jika saluran peredaran darah tersebut tidak menutup lebih
dari 24 jam, maka orang tua harus mewaspadainya karena hal itu menandakan
jantung si bayi mengalami kebocoran. Kelainan ini disebabkan posisi sekat pemisah
bilik atau serambi jantung kiri dan kanan belum atau tidak tertutup sempurna.
Akibatnya, jantung tidak berfungsi dengan baik. Padahal, jantunglah yang memompa
darah ke seluruh tubuh.
Dari bilik kiri jantung, darah bersih berwarna merah segar yang mengandung 96%
zat asam dialirkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah nadi. Saat kembali ke
bilik kanan, darah tidak lagi bersih dan warnanya berubah menjadi lebih tua. Padasaat itu kadar zat asamnya tinggal sekitar 60%. Selanjutnya, darah kotor ini
dipompa dari bilik kanan ke paru-paru untuk mengambil zat asam sehingga menjadi
bersih kembali. Begitulah aliran darah pada tubuh berlangsung tanpa henti
sepanjang hidup kita.
Nah, bila sekat pemisah tidak tertutup sempurna, tentu saja darah kotor akan
bercampur dengan darah bersih. Akibatnya kerja jantung akan terganggu. Hal ini
ditandai dengan sering keluarnya tanda-tanda biru, khususnya pada kuku jari tangan
dan bibir bayi. Selain itu, badannya kurus, pucat, dan tidak bersemangat. Aktivitas
pun terbatas, bayi akan mudah capai dan sering menderita demam.
Cara mengatasinya bermacam-macam, tergantung faktor penyebabnya. Ada yang
dengan obat-obatan saja sudah cukup, tapi ada juga yang harus ditangani lewat
tindakan operasi. "Penting diperhatikan, tidak semua gangguan jantung ini harus
ditangani langsung dengan cara menutup saluran yang bocor."
Masalahnya, dalam situasi dan kondisi tertentu, penutupan saluran tersebut malah
bisa berdampak fatal, yaitu meninggal dunia. Pada mereka, biasanya diberikan obat-
obatan terlebih dahulu, setelah itu barulah dilakukan operasi.
Jadi, kapan tindakan operasi dilakukan, sepenuhnya harus dengan pertimbangan
dokter. Semakin besar usia sang bayi, semakin besar ukuran jantungnya. Dengan
begitu operasi pun lebih mudah dilakukan.
Tingkat kesulitan pembedahan penyakit jantung bawaan sangat tergantung pada
letak dan parah tidaknya kelainan itu. Ada yang cukup dilakukan satu kali koreksi,
ada yang sampai beberapa kali. Selama dilakukan pembedahan jantung terbuka
diperlukan mesin jantung-paru yang menggantikan fungsi jantung dan paru-paru
untuk sementara.
Ubun-Ubun
Ubun-ubun atau yang dalam istilah kedokterannya fontanela merupakan bagian kecil
dari kepala bayi. Bentuknya sangat lunak. Itu sebab, orang tua kerap tidak tega
menyentuh atau merawatnya. Padahal, ubun-ubun sebenarnya tak selunak yang kita
bayangkan karena ia dilapisi membran (selaput tipis jaringan) yang cukup kuat.
Perlu diketahui, kepala bayi dibentuk oleh beberapa lempeng tulang, yaitu 1 buah
tulang di bagian belakang (tulang oksipital), 2 buah tulang di kanan dan kiri (tulang
parietal), dan 2 buah tulang di depan (tulang frontal). Di antara tulang-tulang yang
belum bersambung itu terdapat celah yang disebut sutura. Sutura-sutura ini ada
yang membujur dan ada pula yang melintang. Nah, titik silang celah-celah itulah
yang membentuk ubun-ubun depan (besar) dan ubun-ubun belakang (kecil).
Sebenarnya, hingga usia beberapa bulan setelah dilahirkan, tulang-tulang kepala
bayi belum menyambung satu sama lain. Namun, letaknya telah tersusun
berdampingan secara rapi. Ubun-ubun yang tak segera menutup inilah yang kerap
mengkhawatirkan para orang tua. Padahal, dengan begitu otak bayi justru bisa
berkembang normal.
Ubun-ubun dan sutura-sutura ini normalnya menutup antara usia 6-20 bulan. Secara
kasat mata, akibat proses penutupan tulang tengkorak yang kelewat dini ini bisa
dilihat melalui bentuk kepala yang tak normal. Ini terjadi karena pertumbuhankepala cenderung mengarah ke tulang yang suturanya menutup belakangan.
Contohnya, kalau sutura bagian depan sudah menutup lebih dulu, pertumbuhan
kepala akan lebih mengarah ke belakang, dan akibatnya kepala jadi panjul.
Penyebab ubun-ubun cepat menutup biasanya adalah kelainan bawaan, adanya
infeksi selama kehamilan, atau adanya gangguan perkembangan jaringan otak dan
kelainan tulang seperti osteopetrosis (pertumbuhan dan kepadatan tulang yang
berlebihan).
Sudah pasti, ubun-ubun yang menutup terlalu cepat akan menghambat
perkembangan otak bayi dan menimbulkan gangguan. Dengan kata lain, sel-sel otak
yang seharusnya berkembang malah tertahan oleh tulang tengkoraknya sendiri.
Biasanya, gangguan yang muncul berupa cerebral palsy atau kelumpuhan yang
sifatnya kaku.
Terlebih bila proses penutupan tulang tengkorak ini berlangsung sejak ia baru lahir
atau berada di kandungan, proses keterhambatan perkembangan otaknya tentu
lebih lama sehingga gangguan yang timbul akan lebih banyak dan berat. Artinya,
manifestasi gangguan tumbuh kembang pada bayi yang bersangkutan bisa berbeda-
beda, tergantung bagian otak sebelah mana yang perkembangannya terhambat, dan
kapan terjadinya proses penghambatan atau penutupan itu.
Cara mengatasinya adalah dengan operasi melepas sambungan yang menutup
terlalu cepat. Dengan begitu, diharapkan otaknya bisa terus tumbuh dan
berkembang.
Usus Besar
Bayi baru lahir umumnya sudah bisa BAB (Buang Air Besar) dalam waktu 24 jam
setelah persalinan. Feses di hari pertama dan kedua disebut mekonium yang
berwarna gelap atau hitam. Tak heran bila ada yang menyebutnya tahi gagak. Pada
hari ketiga, feses atau tinjanya mungkin sudah bercampur dengan susu atau kotoran
peralihan (campuran tahi gagak dan susu). Perlu diketahui, bayi yang diberi ASI,
biasanya pada hari-hari pertama atau minggu-minggu pertama akan lebih sering
buang air besar, bisa sampai 6 kali lebih.
Kalau dalam waktu lebih dari 48 jam mekoniumnya tidak keluar-keluar, biasanya
bayi diduga menderita hirschprung. Kelainan hirschsprung terjadi pada persarafan
usus besar paling bawah, mulai anus hingga ke bagian usus di atasnya, termasuk
ganglion parasimpatis yang membuat usus bisa bergerak melebar dan menyempit.
"Nah, pada bayi yang punya kelainan hirschsprung, persarafan ini tak ada sama
sekali atau kalaupun ada, jumlahnya sedikit sekali. Ada-tidaknya persarafan inilah
yang menentukan derajat ringan-beratnya kelainan hirschsprung," urai Rulina.
Akibat selanjutnya, kotoran akan menumpuk dan menyumbat usus di bagian bawah,
hingga bayi tak bisa BAB. Penumpukan kotoran di usus besar ini akan diteruskan
dengan pembusukan. Jika terjadinya sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan
tanpa ketahuan, di dalam usus besar akan berkembang banyak kuman. Pada
akhirnya timbullah radang usus.
Bisa juga, proses pembusukan ini kemudian menghasilkan cairan yang akan
merembes keluar tanpa bisa ditahan oleh anus karena tak ada persarafan tadi.
"Mungkin saja orang tua ataupun dokter tak menyadari adanya kelainan ini,dianggapnya si bayi mengalami mencret atau diare biasa."
Untuk mengatasinya, pada bayi akan dilakukan pemeriksaan barium enema lewat
anus. Dengan begitu, bisa kelihatan seberapa sempit ususnya dan seberapa panjang
kerusakan yang terjadi. Bagian usus yang tidak memiliki persarafan akan dibuang
lewat operasi pertama. Berikutnya, operasi dilakukan lagi; kalau ususnya bisa ditarik
ke bawah, ia akan langsung disambung ke anus. Kalau ternyata ususnya belum bisa
ditarik, maka dibuatlah lubang di dinding perut (kolostomi) untuk saluran BAB.
Nanti, kalau ususnya sudah cukup panjang, operasi bisa dilakukan lagi untuk
menarik dan menyambung ususnya langsung ke anus. Menunggunya bisa sampai 3
bulan, tergantung kondisi anak yang bersangkutan. Selama itu pun, kondisinya tetap
harus dikontrol, dua minggu sekali atau sebulan sekali.
Menurut Rulina, setelah dibuang dan diperbaiki kelainannya, BAB anak biasanya
akan normal kembali. Kecuali jika kelainannya parah sampai usus besarnya harus
dibuang semua. Masalah tidak akan berhenti sampai di situ.
Bilirubin/Kuning Pada Bayi
Timbunan bilirubin (zat/komponen yang berasal dari pemecahan hemoglobin dalam
sel darah merah) di bawah kulit akan membuat kulit bayi terlihat kuning. Perlu
diketahui, pada saat masih dalam kandungan, janin membutuhkan sel darah merah
yang sangat banyak karena paru-parunya belum berfungsi. Sel darah merah inilah
yang bertugas mengangkut oksigen dan nutrien dari ibu ke janin melalui plasenta.
Nah, sesudah ia lahir, paru-parunya berfungsi, sehingga sel darah merah ini tidak
dibutuhkan lagi dan dihancurkan.
Bilirubin alias pecahan hemoglobin ini bermacam-macam sifatnya, ada yang indirect,
direct, dan bebas. Yang indirect atau belum diolah adalah bilirubin yang terikat
albumin sebagai zat pengangkutnya. Ia akan dibawa ke hati untuk diproses menjadi
bilirubin direct. Bilirubin direct ini lalu disimpan di kantong empedu. Namun
demikian, kadang tidak semua hasil pemecahan hemoglobin bisa diikat oleh albumin
dan dibawa ke hati. Bagian yang tidak terangkut inilah yang disebut bilirubin bebas.
Bilirubin bebas bisa menyebar ke mana-mana ke seluruh tubuh. Jenis inilah yang
dapat menimbulkan bahaya, terutama kalau sampai masuk ke otak, karena tak bisa
dilepas lagi. Akibatnya, akan muncul gangguan yang disebut kern ikterus atau
timbunan bilirubin di dasar otak.
Namun, kalau bayi sampai kuning, kita tidak perlu keburu khawatir. Kasus ini
sebenarnya terbagi atas kuning faali (fisiologis) dan kuning patologis (penyakit).
Yang bersifat patologis dapat mengganggu tumbuh kembang bayi di kemudian hari.
Sementara yang faali adalah sesuatu yang normal. Umumnya terjadi di hari kedua
atau ketiga setelah kelahiran hingga 7 atau 14 hari. Walaupun bersifat faali,
keberadaannya tetap perlu diwaspadai, karena mungkin saja dilatarbelakangi
masalah patologis.
Selain itu, bayi yang minum ASI dapat juga terlihat kuning pada minggu pertama
dan kedua, yang nantinya berangsur-angsur hilang sendiri. Di dalam ASI memang
ada komponen yang mempengaruhi timbulnya kuning pada bayi. Jadi, kuning ini
hanyalah gejala biasa. Kendati demikian, orang tua harus tetap waspada. Terutama kalau si bayi sedang
dalam keadaan sakit yang berkaitan dengan acidosis (penyakit yang berhubungan
dengan menurunnya kadar pH darah). Misalnya, sesak napas atau mencret berat.
Sebab, saat itu kadar bilirubin bebas bisa meningkat.
Inilah sejumlah hal mencurigakan yang harus diwaspadai.
1. Kuning muncul cepat sekali. Misal, pagi lahir, sore sudah kuning.
2. Peningkatan kadar kuning berlangsung sangat cepat.
3. Kuning berlangsung lama atau proses menghilangnya sangat lambat,
misalnya sesudah 2 minggu kuningnya masih ada.
"Jika salah satu atau semua hal itu terjadi pada si kecil, segera bawa ia dokter!"
pesan Rulina. "Mendeteksi bayi kuning atau tidak, sebetulnya tak terlampau sulit.
Lihat di bagian putih matanya. Kalau memang kuning, warna itu akan terlihat jelas di
sana."
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as