BAGIAN 34
PERINGATAN MAULID NABI
Dalam peringatan maulid yang diselenggarakan, sering terjadi
kemungkaran, bid'ah dan pelanggaran terhadap syari'at Islam.
Peringatan maulid tidak pernah diselenggarakan oleh
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam, juga tidak oleh para sahabat, tabi'in
dan imam yang empat, serta orang-orang yang hidup di abad-abad kekayaan Islam.
Lebih dari itu, tak ada dalil syar'i yang menyerukan penyelenggaraan maulid
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam tersebut.
Untuk lebih mengetahui hakikat maulid, marilah kita ikuti
uraian berikut:
Kebanyakan orang-orang yang menyelenggarakan peringatan
maulid, terjerumus pada perbuatan syirik. Yakni ketika mereka me-nyenandungkan:
"Wahai Rasulullah, berilah kami pertolongan dan
bantuan.
Wahai Rasulullah, engkaulah sandaran (kami).
Wahai Rasulullah, hilangkanlah derita kami.
Tiadalah derita (itu) melihatmu, kecuali ia akan melarikan
diri."
Seandainya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam
mendengar senandung tersebut, tentu beliau akan menghukuminya dengan syirik
besar. Sebab pemberian pertolongan, tempat sandaran dan pembebasan dari segala
derita adalah hanya Allah semata. Allah berfirman,
"Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang
dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepadaNya, dan yang menghilang-kan kesusahan
... ?" (An-Naml: 62)
Allah memerintahkan Rasulullah agar memaklumkan kepada
segenap manusia,
"Katakanlah, 'Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan
sesuatu kemudharatan pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu
ke-manfa'atan'." (Al-Jin: 21)
Dan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam sendiri bersabda,
"Bila engkau meminta maka mintalah Kepada Allah, dan
jika engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah."
(HR. At-Timidzi, ia berkata hadits hasan shahih)
Kebanyakan perayaan maulid yang diadakan adalah berlebihan
dan menambah-nambah dalam menyanjung Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam .
Padahal Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam melarang hal tersebut.Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Salam bersabda,
"Janganlah kalian berlebihan dalam memujiku sebagaimana
orang-orang Nasrani berlebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Aku tak lebih
hanyalah seorang hamba, maka katakanlah (pada-ku), Abdullah (hamba Allah) dan
RasulNya." (HR. Al-Bukhari)
Dalam ulang tahun perkawinan dan lainnya, terkadang
dituturkan bahwa Allah menciptakan Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Salam dari
cahayaNya, lalu menciptakan segala sesuatu dari cahaya Muhammad. Al-Qur'an
mendustakan mereka, dalam firmanNya,
"Katakanlah, 'Sesungguhnya aku ini hanya seorang
manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, 'Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu
itu adalah Tuhan Yang Maha Esa'." (Al-Kahfi: 110)
Padahal, sebagaimana diketahui, Rasulullah adalah diciptakan
dengan perantara seorang bapak dan seorang ibu. Ia adalah manusia biasa yang
dimuliakan dengan diberi wahyu oleh Allah.
Dalam peringatan maulid tersebut, sebagian mereka
menyenandungkan bahwa Allah menciptakan alam semesta karena Muhammad. Al-Qur'an
mendustakan apa yang mereka katakan itu.
Allah berfirman,
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembahKu." (Adz-Dzaariyaat: 56)
Merayakan hari kelahiran Isa Al-Masih adalah tradisi
orang-orang Nasrani. Demikian pula dengan perayaan hari ulang tahun setiap
anggota keluarga mereka. Lalu, umat Islam ikut-ikutan meraya-kan bid'ah
tersebut. Yakni merayakan hari kelahiran Nabi mereka, juga ulang tahun
kelahiran setiap anggota keluarganya. Padahal Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Salam telah memperingatkan,
"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk
golongan mereka." (HR. Abu Daud, hadits shahih)
Dalam peringatan maulid Nabi tersebut, banyak terjadi
ikhtilath (laki-laki dan perempuan di satu tempat, masing-masing tidak dipisahkan dalam tempat khusus), hal
yang sesungguhnya di-haramkan oleh Islam.
Uang yang dibelanjakan untuk keperluan dekorasi, kon-sumsi,
transportasi dan sebagainya terkadang mencapai jutaan. Uang banyak yang habis
dalam sekejap itu –padahal mengumpulkannya sering dengan susah payah–
sesungguhnya lebih dibutuhkan umat Islam untuk kepentingan yang lain. Seperti
membantu fakir miskin, memberi beasiswa belajar bagi anak-anak orang Islam yang
tidak mampu, menyantuni anak yatim dan sebagainya. Disamping, dalam peringatan
maulid tersebut, sering terjadi pemborosan. Sesuatu yang amat menyenangkan
orang-orang kafir, karena barang produksi mereka laku. Padahal Rasulullah
melarang secara tegas menyia-nyiakan harta.
Waktu yang dipergunakan untuk mempersiapkan dekorasi,
konsumsi dan transportasi sering membuat lengah para penyelenggara maulid,
sehingga tak jarang sebagian mereka sampai meninggalkan shalat.
Sudah menjadi tradisi dalam peringatan maulid, bahwa di
akhir bacaan maulid sebagian hadirin berdiri, karena mereka mempercayai pada
waktu itu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam hadir. Ini adalah kedustaan
yang nyata. Sebab Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman,
"Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka
di-bangkitkan." (Al-Mu'minuun: 100)
Yang dimaksud barzakh (dinding) pada saat tersebut adalah
pembatas antara dunia dengan akhirat. Anas bin Malik Radhiallaahu anhu berkata,
"Tidak ada seorang pun yang lebih dicintai oleh para
sahabat daripada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam. Tetapi jika mereka
melihat Rasulullah, mereka tidak berdiri untuk (menghormati) beliau, karena
mereka tahu bahwa Rasulullah membenci hal tersebut." (HR. Ahmad dan
At-Tirmidzi, hadits shahih)
Sebagian orang mengatakan, "Dalam maulid, kami memba-ca
sirah Rasul (perjalanan hidup Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam ). Tetapi
pada kenyataannya mereka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
sabda dan perjalanan hidup beliau. Seorang yang mencintai Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Salam adalah yang membaca sirah beliau setiap hari
bukan setiap tahun. Belum lagi bahwa pada bulan Rabi'ul Awal, bulan kelahiran
Nabi, juga merupakan bulan di mana Rasulullah wafat. Karena itu, bersuka cita
di dalamnya tidak lebih utama daripada berkabung pada bulan tersebut.
Tak jarang peringatan maulid itu berlarut hingga tengah
malam, sehingga menjadikan sebagian mereka paling tidak mening-galkan shalat
Shubuh secara berjama'ah, atau malahan tidak melakukan shalat Shubuh.
Banyaknya orang yang menyelenggarakan peringatan mau-lid
bukan suatu alasan bagi pembenaran hal tersebut. Sebab Allah Subhannahu wa
Ta'ala berfirman,
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di
muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah."
(Al-An'am: 116)
Hudzaifah berkata, "Setiap bid'ah adalah sesat,
meskipun oleh manusia hal itu dianggap baik."
Hasan Al-Bashri berkata, "Sesungguhnya Ahlus Sunnah,
sejak dahulu adalah kelompok minoritas di antara manusia. Demikian pula, sampai
saat ini mereka adalah minoritas. Mereka tidak mengi-kuti para tukang maksiat
dalam kemaksiatan mereka, tidak pula para ahli bid'ah dalam perbuatan bid'ah
mereka. Mereka bersabar atas sunnah-sunnah mereka, sampai mereka menghadap
Tuhan mereka. Demikianlah, karena itu jadilah Ahlus Sunnah".
Sesungguhnya yang pertama kali mengadakan peringatan maulid
adalah Raja Al-Mudzaffar di negeri Syam, pada awal abad ke tujuh hijriah.
Sedangkan yang pertama kali mengadakan maulid di Mesir yaitu Bani Fathimah.
Mereka itu, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Katsir adalah orang-orang kafir dan
fasik. Bukalah kembali bab "Kuburan-kuburan Yang Diziarahi."
PERINGATAN MAULID NABI
Dalam peringatan maulid yang diselenggarakan, sering terjadi
kemungkaran, bid'ah dan pelanggaran terhadap syari'at Islam.
Peringatan maulid tidak pernah diselenggarakan oleh
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam, juga tidak oleh para sahabat, tabi'in
dan imam yang empat, serta orang-orang yang hidup di abad-abad kekayaan Islam.
Lebih dari itu, tak ada dalil syar'i yang menyerukan penyelenggaraan maulid
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam tersebut.
Untuk lebih mengetahui hakikat maulid, marilah kita ikuti
uraian berikut:
Kebanyakan orang-orang yang menyelenggarakan peringatan
maulid, terjerumus pada perbuatan syirik. Yakni ketika mereka me-nyenandungkan:
"Wahai Rasulullah, berilah kami pertolongan dan
bantuan.
Wahai Rasulullah, engkaulah sandaran (kami).
Wahai Rasulullah, hilangkanlah derita kami.
Tiadalah derita (itu) melihatmu, kecuali ia akan melarikan
diri."
Seandainya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam
mendengar senandung tersebut, tentu beliau akan menghukuminya dengan syirik
besar. Sebab pemberian pertolongan, tempat sandaran dan pembebasan dari segala
derita adalah hanya Allah semata. Allah berfirman,
"Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang
dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepadaNya, dan yang menghilang-kan kesusahan
... ?" (An-Naml: 62)
Allah memerintahkan Rasulullah agar memaklumkan kepada
segenap manusia,
"Katakanlah, 'Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan
sesuatu kemudharatan pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu
ke-manfa'atan'." (Al-Jin: 21)
Dan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam sendiri bersabda,
"Bila engkau meminta maka mintalah Kepada Allah, dan
jika engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah."
(HR. At-Timidzi, ia berkata hadits hasan shahih)
Kebanyakan perayaan maulid yang diadakan adalah berlebihan
dan menambah-nambah dalam menyanjung Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam .
Padahal Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam melarang hal tersebut.Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Salam bersabda,
"Janganlah kalian berlebihan dalam memujiku sebagaimana
orang-orang Nasrani berlebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Aku tak lebih
hanyalah seorang hamba, maka katakanlah (pada-ku), Abdullah (hamba Allah) dan
RasulNya." (HR. Al-Bukhari)
Dalam ulang tahun perkawinan dan lainnya, terkadang
dituturkan bahwa Allah menciptakan Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Salam dari
cahayaNya, lalu menciptakan segala sesuatu dari cahaya Muhammad. Al-Qur'an
mendustakan mereka, dalam firmanNya,
"Katakanlah, 'Sesungguhnya aku ini hanya seorang
manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, 'Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu
itu adalah Tuhan Yang Maha Esa'." (Al-Kahfi: 110)
Padahal, sebagaimana diketahui, Rasulullah adalah diciptakan
dengan perantara seorang bapak dan seorang ibu. Ia adalah manusia biasa yang
dimuliakan dengan diberi wahyu oleh Allah.
Dalam peringatan maulid tersebut, sebagian mereka
menyenandungkan bahwa Allah menciptakan alam semesta karena Muhammad. Al-Qur'an
mendustakan apa yang mereka katakan itu.
Allah berfirman,
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembahKu." (Adz-Dzaariyaat: 56)
Merayakan hari kelahiran Isa Al-Masih adalah tradisi
orang-orang Nasrani. Demikian pula dengan perayaan hari ulang tahun setiap
anggota keluarga mereka. Lalu, umat Islam ikut-ikutan meraya-kan bid'ah
tersebut. Yakni merayakan hari kelahiran Nabi mereka, juga ulang tahun
kelahiran setiap anggota keluarganya. Padahal Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Salam telah memperingatkan,
"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk
golongan mereka." (HR. Abu Daud, hadits shahih)
Dalam peringatan maulid Nabi tersebut, banyak terjadi
ikhtilath (laki-laki dan perempuan di satu tempat, masing-masing tidak dipisahkan dalam tempat khusus), hal
yang sesungguhnya di-haramkan oleh Islam.
Uang yang dibelanjakan untuk keperluan dekorasi, kon-sumsi,
transportasi dan sebagainya terkadang mencapai jutaan. Uang banyak yang habis
dalam sekejap itu –padahal mengumpulkannya sering dengan susah payah–
sesungguhnya lebih dibutuhkan umat Islam untuk kepentingan yang lain. Seperti
membantu fakir miskin, memberi beasiswa belajar bagi anak-anak orang Islam yang
tidak mampu, menyantuni anak yatim dan sebagainya. Disamping, dalam peringatan
maulid tersebut, sering terjadi pemborosan. Sesuatu yang amat menyenangkan
orang-orang kafir, karena barang produksi mereka laku. Padahal Rasulullah
melarang secara tegas menyia-nyiakan harta.
Waktu yang dipergunakan untuk mempersiapkan dekorasi,
konsumsi dan transportasi sering membuat lengah para penyelenggara maulid,
sehingga tak jarang sebagian mereka sampai meninggalkan shalat.
Sudah menjadi tradisi dalam peringatan maulid, bahwa di
akhir bacaan maulid sebagian hadirin berdiri, karena mereka mempercayai pada
waktu itu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam hadir. Ini adalah kedustaan
yang nyata. Sebab Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman,
"Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka
di-bangkitkan." (Al-Mu'minuun: 100)
Yang dimaksud barzakh (dinding) pada saat tersebut adalah
pembatas antara dunia dengan akhirat. Anas bin Malik Radhiallaahu anhu berkata,
"Tidak ada seorang pun yang lebih dicintai oleh para
sahabat daripada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam. Tetapi jika mereka
melihat Rasulullah, mereka tidak berdiri untuk (menghormati) beliau, karena
mereka tahu bahwa Rasulullah membenci hal tersebut." (HR. Ahmad dan
At-Tirmidzi, hadits shahih)
Sebagian orang mengatakan, "Dalam maulid, kami memba-ca
sirah Rasul (perjalanan hidup Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam ). Tetapi
pada kenyataannya mereka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
sabda dan perjalanan hidup beliau. Seorang yang mencintai Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Salam adalah yang membaca sirah beliau setiap hari
bukan setiap tahun. Belum lagi bahwa pada bulan Rabi'ul Awal, bulan kelahiran
Nabi, juga merupakan bulan di mana Rasulullah wafat. Karena itu, bersuka cita
di dalamnya tidak lebih utama daripada berkabung pada bulan tersebut.
Tak jarang peringatan maulid itu berlarut hingga tengah
malam, sehingga menjadikan sebagian mereka paling tidak mening-galkan shalat
Shubuh secara berjama'ah, atau malahan tidak melakukan shalat Shubuh.
Banyaknya orang yang menyelenggarakan peringatan mau-lid
bukan suatu alasan bagi pembenaran hal tersebut. Sebab Allah Subhannahu wa
Ta'ala berfirman,
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di
muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah."
(Al-An'am: 116)
Hudzaifah berkata, "Setiap bid'ah adalah sesat,
meskipun oleh manusia hal itu dianggap baik."
Hasan Al-Bashri berkata, "Sesungguhnya Ahlus Sunnah,
sejak dahulu adalah kelompok minoritas di antara manusia. Demikian pula, sampai
saat ini mereka adalah minoritas. Mereka tidak mengi-kuti para tukang maksiat
dalam kemaksiatan mereka, tidak pula para ahli bid'ah dalam perbuatan bid'ah
mereka. Mereka bersabar atas sunnah-sunnah mereka, sampai mereka menghadap
Tuhan mereka. Demikianlah, karena itu jadilah Ahlus Sunnah".
Sesungguhnya yang pertama kali mengadakan peringatan maulid
adalah Raja Al-Mudzaffar di negeri Syam, pada awal abad ke tujuh hijriah.
Sedangkan yang pertama kali mengadakan maulid di Mesir yaitu Bani Fathimah.
Mereka itu, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Katsir adalah orang-orang kafir dan
fasik. Bukalah kembali bab "Kuburan-kuburan Yang Diziarahi."
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as