Profesi Mulia yang Ditinggalkan Wanita
Imbalannya surga, dan penentu masa depan
bangsa. Tapi mengapa banyak ditinggalkan perempuan-perempuan modern?
Urusan
domestik, hingga saat ini masih menjadi cibiran orang. Pekerjaan urusan teknis
kerumah-tanggaan ini hanya dianggap sepele dan dipandang sebelah mata saja oleh
hampir seluruh lapisan masyarakat. Itu sebabnya kaum feminis memperjuangkan
agar kaum wanita tidak dikaplingkan untuk urusan domestik saja. Kelompok ini
sangat menginginkan peningkatan harkat dan martabat kaum wanita agar sejajar
sebagai mitra kaum laki-laki.
Yang
mereka definisikan sebagai peningkatan harkat dan martabat wanita itu, satu
diantaranya adalah pembebasan kaum wanita dari pengkotakan peran sebagai ibu
rumah tangga. Menurut mereka, peran tersebut memberikan citra rendah pada diri
wanita, sehingga untuk mengangkat citra dirinya, mereka menuntut untuk lepas
dari tanggung jawab yang dianggap memalukan itu.
Dianggap
memalukan, salah satunya karena pekerjaan urusan domestik tersebut tidak menghasilkan
pemasukan keuangan, padahal selama ini umumnya seseorang dihargai sesuai
prestasinya dalam mengumpulkan uang. Apalagi secara sepintas, urusan domestik
tersebut hanya berupa kegiatan teknis kasar dan kotor, sehingga tak pantas
dikerjakan oleh orang terhormat.
Kewajiban siapa?
Opini
yang berkembang di tengah masyarakat tentang citra buruk dan rendah dari
pekerjaan urusan domestik ini, menjadi penyebab dari enggannya para wanita
terpelajar untuk mengakuinya sebagai kewajibannya. Dan dengan berdalih dasar
teori peran ganda suami, mereka menuntut agar bisa melepaskan diri dari
tanggung jawab domestik tersebut.
Secara
bijak, Islam sudah pula menyinggung permasalahan ini dalam pedoman hidup
al-Qur'an dan al-Hadits. Abdul Halim Abu Syuqqah, menyebutkan dalam bukunya, Tahrirul
Mar-ah fi `Ashir Risalah, bahwa seorang wanita berkewajiban mengurus rumah
tangga dan anak-anaknya sebaik mungkin. Dengan demikian kegiatan profesi tidak
boleh sampai menghalanginya melaksanakan tanggung jawab ini.
Dari
Abdullah bin Umar ra dikatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "....dan
seorang istri adalah pemimpin bagi rumah suami dan anak-anaknya, dan dia akan
dimintai pertanggungjawaban tentang mereka......" (HR Bukhari Muslim)
Dari
Abu Hurairah dikatakan bahwa Rasulullah bersabda; "Sebaik-baik wanita yang
mengendarai unta adalah wanita Quraisy". Dalam riwayat lain disebutkan,
"Wanita Quraisy yang saleh adalah wanita yang sangat menyayangi anaknya
yang masih kecil dan sangat menjaga suaminya dalam soal miliknya." (HR
Bukhari)
Jelas,
posisi kaum ibu adalah sebagai `pemimpin bagi rumah suami' dan `pemimpin
anak-anak'. Kalau orang sekarang kerap menyebut istilah pemimpin dengan sebutan
direktur atau manajer, maka tak salah pula jika profesi ibu di rumah pun
disebut sebagai manajer rumah tangga. Ruang lingkup tugasnya adalah memelihara
rumah dan harta yang ada di dalamnya, dan merawat anak-anak. Tentu saja, urusan
domestik ada di dalamnya. Kelak, kaum ibu akan dimintai pertanggungjawaban oleh
Allah swt tentang kepemimpinannya itu.
Dalam
pandangan Islam, urusan domestik keluarga memiliki peran dan fungsi yang
penting dan terhormat dalam mendukung kesuksesan keluarga. Begitu hebatnya
Islam menjunjung tinggi pekerjaan ini, hingga menyamakan derajatnya dengan
kewajiban pergi berperang bagi kaum laki-laki, yang menjanjikan syahid bagi
mereka.
Anas
bin Malik menceritakan sebuah kisah, "Satu hari beberapa wanita mendatangi
Rasulullah saw dan bertanya: "Ya Rasulullah. Kaum lelaki kembali dengan
membawa pahala perjuangan di jalan Allah; sedang kami tidak mempunyai cara
untuk dapat seperti mereka?" Mendengar ini beliau pun bersabda:
"Jangan takut, tenanglah kalian! Mengurus rumah tangga kalian
masing-masing dengan sungguh-sungguh dapat mengejar pahala syahid di jalan Alah
seperti mereka."
Walaupun
pekerjaan domestik ini tak memberikan penghasilan secara langsung, tetapi
memberikan manfaat sangat besar bagi seluruh anggota keluarga. Rumah yang
bersih, sehat, rapi, indah dan nyaman ditinggali, tak mungkin tercipta tanpa
dukungan keahlian urusan domestik. Dari surga dunia inilah muncul ide-ide
brilyan dari seluruh anggota keluarga tersebut dalam bidang masing-masing. Ayah
menemukan semangat bekerja dari kenyamanan tidur dan istirahatnya di rumah.
Anak-anak pun menemukan keriangannya bermain dan belajar dari suasana rumah
yang ditata bersih dan menyenangkan. Anda yang ingin lebih menyelami makna
pentingnya urusan domestik ini, cobalah untuk berhenti satu atau dua hari saja
untuk tidak menyapu dan mengepel rumah, tidak mencuci dan menyeterika baju,
serta tidak memasak di dapur. Bagaimana jadinya keluarga Anda?
Satu
poin lagi untuk urusan domestik yang kerap dianggap sepele, adalah merawat dan
mendidik anak. Salah sama sekali jika menganggap ini hal yang mudah dan remeh.
Sebuah anggukan wajah, atau sekedar senyumam di ujung bibir, juga belaian
tangan ibu di pundak anak, ternyata sangat menentukan bagi puluhan ribu hari
berikutnya yang masih harus ia lewati. Satu detik keikhlasan ibu merawat anak,
bisa menjadi bibit keuntungan jutaan rupiah yang kelak didapatkan anak dari
kesuksesannya setelah dewasa.
Beratnya
beban urusan domestik ini, nampaknya seimbang dengan janji syahid yang
diberikan oleh Allah swt kepada kaum ibu yang menunaikannya dengan baik.
Pekerjaan ini bisa menjadi salah satu alternatif tercepat memperoleh surga bagi
mereka. Begitu mulianya pekerjaan ini sehingga Rasulullah memberikan dorongan
penuh kepada putri tercintanya, Fatimah ra, untuk tidak meninggalkan peran ini,
walau seberat apapun beban yang harus ditanggungnya.
Fatimah
sang putri, yang bersuamikan Ali bin Abi Thalib, hidup dalam keadaan miskin,
sehingga ia harus membanting tulang untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah
tangga. Diriwayatkan Abu Daud bagaimana Ali mengisahkan tentang istrinya ini,
"Suatu ketika Fatimah putri Nabi saw berada di dekatku. Dia memutar
gilingan hingga lecet tangannya, dia memanggul girbah air hingga lecet
pundaknya, dan dia menyapu rumah hingga berdebu pakaiannya." Dalam riwayat
Abu Daud yang lain ditambahkan; "Fatimah membuat roti sehingga warna mukanya
berubah (terkena arang)."
Suatu
ketika Ali mendesak istrinya untuk memohon kepada ayahandanya agar diberi
bantuan seorang hamba yang diperoleh Rasulullah saw sebagai hasil jarahan
perang, demi meringankan pekerjaan-pekerjaannya. Namun Rasulullah menolak
permintaan putri tercintanya itu, sambil membesarkan hati Fatimah dan Ali
dengan mengatakan, "Maukah kalian aku beritahu mengenai sesuatu yang lebih
baik dari yang kalian minta? Apabila kalian sudah siap di tempat tidur kalian,
maka hendaklah kalian baca tasbih tiga puluh tiga kali, tahmid tiga puluh tiga
kali, dan takbir tiga puluh empat kali. Hal itu lebih baik buat kalian dari
pada seorang pelayan." (HR Bukhari dan Muslim). Rupanya beliau
menginginkan Fatimah memperoleh surganya dengan melalui ujian dalam rumah
tangganya tersebut.
Apa Kewajiban Suami?
Suami
telah diberi amanah oleh Allah untuk menjadi pemimpin keluarga. (An Nisa' 24).
Agar kewajiban itu dapat terlaksana, maka istri sebagai anggota keluarga wajib
mendukung kewajiban suami tersebut. Bagaimana caranya memberi dukungan? Yaitu
dengan memberikan ketaatannya kepada sang pemimpin keluarga. Untuk mempertegas
hal tersebut, melalui beragam haditsnya, Rasulullah telah mempertegas kewajiban
istri untuk taat kepada suami. Semua itu diatur agar kepemimpinan suami bisa
terlaksana dengan baik.
Dianalogikan
dengan keseimbangan tersebut, maka jika ternyata istri mengemban kewajiban
menjadi manajer rumah tangga yang mengurus anak dan urusan domestik rumah
tangga, maka suami pun wajib pula mendukungnya. Sama persis seperti dukungan
yang diberikan istri untuk taat kepadanya, dalam rangka mendukung kewajibannya
sebagai pemimpin keluarga. Lantas, bagaimana bentuk dukungan yang wajib
diberikan suami untuk menyukseskan tugas istri dalam menangani urusan domestik?
Yaitu,
dengan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan istri dalam melaksanakan tugasnya
tersebut. Kewajiban suamilah untuk mencukupi fasilitas tersebut, sesuai dengan
kemampuannya dalam mencari nafkah. Keberadaan fasilitas seperti mesin cuci,
almari es dan kompor gas, misalnya, tentu saja akan sangat membantu meringankan
pekerjaan urusan domestik. Atau dengan menggaji orang yang membantu meringankan
pekerjaan teknis operasional rumah tangga sehari-hari. Semakin banyak fasilitas
bisa diberikan tentu lebih baik, karena akan meringankan beban istri, sehingga
istri bisa memiliki waktu dan tenaga lebih banyak untuk bisa dipergunakan
menangani pekerjaan-pekerjaan lain baik untuk keluarga ataupun untuk ummat.
Rasulullah
saw sendiri menyediakan pelayan khusus untuk mengatur urusan kerumahtanggaan
istri-istri beliau. Sementara masing-masing istri pun memiliki pula budak-budak
perempuan yang senantiasa menemani dan memberikan bantuan. Hal ini membuat
Aisyah ra bisa meluangkan waktu untuk mempelajari berbagai sisi keilmuan dan
melayani kebutuhan kaum muslimah sehingga nantinya ia menjadi ahli hadits dan
menjadi guru dari banyak sahabat. Istri Rasulullah saw yang lain, seperti
Hafshah, sempat mempelajari keahlian menulis kaligrafi, sementara Zainab
berkonsentrasi membuka usaha ketrampilan tangan di rumahnya sehingga bisa
memperoleh penghasilan sendiri.
Lantas
bagaimana jika nafkah yang diperoleh suami tak mencukupi untuk memberikan
fasilitas tersebut? Tak mengapa, karena banyaknya fasilitas tak bisa ditetapkan
dengan standar tertentu. Semuanya tergantung dari perolehan penghasilan
masing-masing keluarga. Jika memang rejeki keluarga tersebut sedikit, maka
suami wajib mendukung tugas istri dengan memberikan bantuan langsung.
Rasulullah
saw memberi contoh dengan sesekali mengurus sendiri keperluan-keperluannya.
Beliau menjahit sendiri baju-baju yang sobek. Tentang bantuan itu, Aisyah
berkata, "Beliau yang menjahit kainnya, menjahit sepatunya, dan
mengerjakan apa yang biasa dikerjakan oleh kaum laki-laki di rumah mereka."
(HR Bukhari)
Dari
al-Aswad, dia berkata; "Aku pernah bertanya kepada Aisyah mengenai apa
yang dilakukan oleh Nabi saw di rumah beliau. Aisyah mengatakan; `Beliau
biasanya suka membantu urusan keluarganya. Lalu bila waktu shalat tiba, beliau
pergi untuk mengerjakan shalat.' (HR Bukhari)•
Imbalannya surga, dan penentu masa depan
bangsa. Tapi mengapa banyak ditinggalkan perempuan-perempuan modern?
Urusan
domestik, hingga saat ini masih menjadi cibiran orang. Pekerjaan urusan teknis
kerumah-tanggaan ini hanya dianggap sepele dan dipandang sebelah mata saja oleh
hampir seluruh lapisan masyarakat. Itu sebabnya kaum feminis memperjuangkan
agar kaum wanita tidak dikaplingkan untuk urusan domestik saja. Kelompok ini
sangat menginginkan peningkatan harkat dan martabat kaum wanita agar sejajar
sebagai mitra kaum laki-laki.
Yang
mereka definisikan sebagai peningkatan harkat dan martabat wanita itu, satu
diantaranya adalah pembebasan kaum wanita dari pengkotakan peran sebagai ibu
rumah tangga. Menurut mereka, peran tersebut memberikan citra rendah pada diri
wanita, sehingga untuk mengangkat citra dirinya, mereka menuntut untuk lepas
dari tanggung jawab yang dianggap memalukan itu.
Dianggap
memalukan, salah satunya karena pekerjaan urusan domestik tersebut tidak menghasilkan
pemasukan keuangan, padahal selama ini umumnya seseorang dihargai sesuai
prestasinya dalam mengumpulkan uang. Apalagi secara sepintas, urusan domestik
tersebut hanya berupa kegiatan teknis kasar dan kotor, sehingga tak pantas
dikerjakan oleh orang terhormat.
Kewajiban siapa?
Opini
yang berkembang di tengah masyarakat tentang citra buruk dan rendah dari
pekerjaan urusan domestik ini, menjadi penyebab dari enggannya para wanita
terpelajar untuk mengakuinya sebagai kewajibannya. Dan dengan berdalih dasar
teori peran ganda suami, mereka menuntut agar bisa melepaskan diri dari
tanggung jawab domestik tersebut.
Secara
bijak, Islam sudah pula menyinggung permasalahan ini dalam pedoman hidup
al-Qur'an dan al-Hadits. Abdul Halim Abu Syuqqah, menyebutkan dalam bukunya, Tahrirul
Mar-ah fi `Ashir Risalah, bahwa seorang wanita berkewajiban mengurus rumah
tangga dan anak-anaknya sebaik mungkin. Dengan demikian kegiatan profesi tidak
boleh sampai menghalanginya melaksanakan tanggung jawab ini.
Dari
Abdullah bin Umar ra dikatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "....dan
seorang istri adalah pemimpin bagi rumah suami dan anak-anaknya, dan dia akan
dimintai pertanggungjawaban tentang mereka......" (HR Bukhari Muslim)
Dari
Abu Hurairah dikatakan bahwa Rasulullah bersabda; "Sebaik-baik wanita yang
mengendarai unta adalah wanita Quraisy". Dalam riwayat lain disebutkan,
"Wanita Quraisy yang saleh adalah wanita yang sangat menyayangi anaknya
yang masih kecil dan sangat menjaga suaminya dalam soal miliknya." (HR
Bukhari)
Jelas,
posisi kaum ibu adalah sebagai `pemimpin bagi rumah suami' dan `pemimpin
anak-anak'. Kalau orang sekarang kerap menyebut istilah pemimpin dengan sebutan
direktur atau manajer, maka tak salah pula jika profesi ibu di rumah pun
disebut sebagai manajer rumah tangga. Ruang lingkup tugasnya adalah memelihara
rumah dan harta yang ada di dalamnya, dan merawat anak-anak. Tentu saja, urusan
domestik ada di dalamnya. Kelak, kaum ibu akan dimintai pertanggungjawaban oleh
Allah swt tentang kepemimpinannya itu.
Dalam
pandangan Islam, urusan domestik keluarga memiliki peran dan fungsi yang
penting dan terhormat dalam mendukung kesuksesan keluarga. Begitu hebatnya
Islam menjunjung tinggi pekerjaan ini, hingga menyamakan derajatnya dengan
kewajiban pergi berperang bagi kaum laki-laki, yang menjanjikan syahid bagi
mereka.
Anas
bin Malik menceritakan sebuah kisah, "Satu hari beberapa wanita mendatangi
Rasulullah saw dan bertanya: "Ya Rasulullah. Kaum lelaki kembali dengan
membawa pahala perjuangan di jalan Allah; sedang kami tidak mempunyai cara
untuk dapat seperti mereka?" Mendengar ini beliau pun bersabda:
"Jangan takut, tenanglah kalian! Mengurus rumah tangga kalian
masing-masing dengan sungguh-sungguh dapat mengejar pahala syahid di jalan Alah
seperti mereka."
Walaupun
pekerjaan domestik ini tak memberikan penghasilan secara langsung, tetapi
memberikan manfaat sangat besar bagi seluruh anggota keluarga. Rumah yang
bersih, sehat, rapi, indah dan nyaman ditinggali, tak mungkin tercipta tanpa
dukungan keahlian urusan domestik. Dari surga dunia inilah muncul ide-ide
brilyan dari seluruh anggota keluarga tersebut dalam bidang masing-masing. Ayah
menemukan semangat bekerja dari kenyamanan tidur dan istirahatnya di rumah.
Anak-anak pun menemukan keriangannya bermain dan belajar dari suasana rumah
yang ditata bersih dan menyenangkan. Anda yang ingin lebih menyelami makna
pentingnya urusan domestik ini, cobalah untuk berhenti satu atau dua hari saja
untuk tidak menyapu dan mengepel rumah, tidak mencuci dan menyeterika baju,
serta tidak memasak di dapur. Bagaimana jadinya keluarga Anda?
Satu
poin lagi untuk urusan domestik yang kerap dianggap sepele, adalah merawat dan
mendidik anak. Salah sama sekali jika menganggap ini hal yang mudah dan remeh.
Sebuah anggukan wajah, atau sekedar senyumam di ujung bibir, juga belaian
tangan ibu di pundak anak, ternyata sangat menentukan bagi puluhan ribu hari
berikutnya yang masih harus ia lewati. Satu detik keikhlasan ibu merawat anak,
bisa menjadi bibit keuntungan jutaan rupiah yang kelak didapatkan anak dari
kesuksesannya setelah dewasa.
Beratnya
beban urusan domestik ini, nampaknya seimbang dengan janji syahid yang
diberikan oleh Allah swt kepada kaum ibu yang menunaikannya dengan baik.
Pekerjaan ini bisa menjadi salah satu alternatif tercepat memperoleh surga bagi
mereka. Begitu mulianya pekerjaan ini sehingga Rasulullah memberikan dorongan
penuh kepada putri tercintanya, Fatimah ra, untuk tidak meninggalkan peran ini,
walau seberat apapun beban yang harus ditanggungnya.
Fatimah
sang putri, yang bersuamikan Ali bin Abi Thalib, hidup dalam keadaan miskin,
sehingga ia harus membanting tulang untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah
tangga. Diriwayatkan Abu Daud bagaimana Ali mengisahkan tentang istrinya ini,
"Suatu ketika Fatimah putri Nabi saw berada di dekatku. Dia memutar
gilingan hingga lecet tangannya, dia memanggul girbah air hingga lecet
pundaknya, dan dia menyapu rumah hingga berdebu pakaiannya." Dalam riwayat
Abu Daud yang lain ditambahkan; "Fatimah membuat roti sehingga warna mukanya
berubah (terkena arang)."
Suatu
ketika Ali mendesak istrinya untuk memohon kepada ayahandanya agar diberi
bantuan seorang hamba yang diperoleh Rasulullah saw sebagai hasil jarahan
perang, demi meringankan pekerjaan-pekerjaannya. Namun Rasulullah menolak
permintaan putri tercintanya itu, sambil membesarkan hati Fatimah dan Ali
dengan mengatakan, "Maukah kalian aku beritahu mengenai sesuatu yang lebih
baik dari yang kalian minta? Apabila kalian sudah siap di tempat tidur kalian,
maka hendaklah kalian baca tasbih tiga puluh tiga kali, tahmid tiga puluh tiga
kali, dan takbir tiga puluh empat kali. Hal itu lebih baik buat kalian dari
pada seorang pelayan." (HR Bukhari dan Muslim). Rupanya beliau
menginginkan Fatimah memperoleh surganya dengan melalui ujian dalam rumah
tangganya tersebut.
Apa Kewajiban Suami?
Suami
telah diberi amanah oleh Allah untuk menjadi pemimpin keluarga. (An Nisa' 24).
Agar kewajiban itu dapat terlaksana, maka istri sebagai anggota keluarga wajib
mendukung kewajiban suami tersebut. Bagaimana caranya memberi dukungan? Yaitu
dengan memberikan ketaatannya kepada sang pemimpin keluarga. Untuk mempertegas
hal tersebut, melalui beragam haditsnya, Rasulullah telah mempertegas kewajiban
istri untuk taat kepada suami. Semua itu diatur agar kepemimpinan suami bisa
terlaksana dengan baik.
Dianalogikan
dengan keseimbangan tersebut, maka jika ternyata istri mengemban kewajiban
menjadi manajer rumah tangga yang mengurus anak dan urusan domestik rumah
tangga, maka suami pun wajib pula mendukungnya. Sama persis seperti dukungan
yang diberikan istri untuk taat kepadanya, dalam rangka mendukung kewajibannya
sebagai pemimpin keluarga. Lantas, bagaimana bentuk dukungan yang wajib
diberikan suami untuk menyukseskan tugas istri dalam menangani urusan domestik?
Yaitu,
dengan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan istri dalam melaksanakan tugasnya
tersebut. Kewajiban suamilah untuk mencukupi fasilitas tersebut, sesuai dengan
kemampuannya dalam mencari nafkah. Keberadaan fasilitas seperti mesin cuci,
almari es dan kompor gas, misalnya, tentu saja akan sangat membantu meringankan
pekerjaan urusan domestik. Atau dengan menggaji orang yang membantu meringankan
pekerjaan teknis operasional rumah tangga sehari-hari. Semakin banyak fasilitas
bisa diberikan tentu lebih baik, karena akan meringankan beban istri, sehingga
istri bisa memiliki waktu dan tenaga lebih banyak untuk bisa dipergunakan
menangani pekerjaan-pekerjaan lain baik untuk keluarga ataupun untuk ummat.
Rasulullah
saw sendiri menyediakan pelayan khusus untuk mengatur urusan kerumahtanggaan
istri-istri beliau. Sementara masing-masing istri pun memiliki pula budak-budak
perempuan yang senantiasa menemani dan memberikan bantuan. Hal ini membuat
Aisyah ra bisa meluangkan waktu untuk mempelajari berbagai sisi keilmuan dan
melayani kebutuhan kaum muslimah sehingga nantinya ia menjadi ahli hadits dan
menjadi guru dari banyak sahabat. Istri Rasulullah saw yang lain, seperti
Hafshah, sempat mempelajari keahlian menulis kaligrafi, sementara Zainab
berkonsentrasi membuka usaha ketrampilan tangan di rumahnya sehingga bisa
memperoleh penghasilan sendiri.
Lantas
bagaimana jika nafkah yang diperoleh suami tak mencukupi untuk memberikan
fasilitas tersebut? Tak mengapa, karena banyaknya fasilitas tak bisa ditetapkan
dengan standar tertentu. Semuanya tergantung dari perolehan penghasilan
masing-masing keluarga. Jika memang rejeki keluarga tersebut sedikit, maka
suami wajib mendukung tugas istri dengan memberikan bantuan langsung.
Rasulullah
saw memberi contoh dengan sesekali mengurus sendiri keperluan-keperluannya.
Beliau menjahit sendiri baju-baju yang sobek. Tentang bantuan itu, Aisyah
berkata, "Beliau yang menjahit kainnya, menjahit sepatunya, dan
mengerjakan apa yang biasa dikerjakan oleh kaum laki-laki di rumah mereka."
(HR Bukhari)
Dari
al-Aswad, dia berkata; "Aku pernah bertanya kepada Aisyah mengenai apa
yang dilakukan oleh Nabi saw di rumah beliau. Aisyah mengatakan; `Beliau
biasanya suka membantu urusan keluarganya. Lalu bila waktu shalat tiba, beliau
pergi untuk mengerjakan shalat.' (HR Bukhari)•
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as