Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    profesi mulia yang ditinggalkan

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 37
    Lokasi : rahasia

    profesi mulia yang ditinggalkan Empty profesi mulia yang ditinggalkan

    Post by kutubuku Sat Jul 03, 2010 4:24 pm

    Profesi Mulia yang Ditinggalkan Wanita




    Imbalannya surga, dan penentu masa depan
    bangsa. Tapi mengapa banyak ditinggalkan perempuan-perempuan modern?



    Urusan
    domestik, hingga saat ini masih menjadi cibiran orang. Pekerjaan urusan teknis
    kerumah-tanggaan ini hanya dianggap sepele dan dipandang sebelah mata saja oleh
    hampir seluruh lapisan masyarakat. Itu sebabnya kaum feminis memperjuangkan
    agar kaum wanita tidak dikaplingkan untuk urusan domestik saja. Kelompok ini
    sangat menginginkan peningkatan harkat dan martabat kaum wanita agar sejajar
    sebagai mitra kaum laki-laki.



    Yang
    mereka definisikan sebagai peningkatan harkat dan martabat wanita itu, satu
    diantaranya adalah pembebasan kaum wanita dari pengkotakan peran sebagai ibu
    rumah tangga. Menurut mereka, peran tersebut memberikan citra rendah pada diri
    wanita, sehingga untuk mengangkat citra dirinya, mereka menuntut untuk lepas
    dari tanggung jawab yang dianggap memalukan itu.



    Dianggap
    memalukan, salah satunya karena pekerjaan urusan domestik tersebut tidak menghasilkan
    pemasukan keuangan, padahal selama ini umumnya seseorang dihargai sesuai
    prestasinya dalam mengumpulkan uang. Apalagi secara sepintas, urusan domestik
    tersebut hanya berupa kegiatan teknis kasar dan kotor, sehingga tak pantas
    dikerjakan oleh orang terhormat.



    Kewajiban siapa?


    Opini
    yang berkembang di tengah masyarakat tentang citra buruk dan rendah dari
    pekerjaan urusan domestik ini, menjadi penyebab dari enggannya para wanita
    terpelajar untuk mengakuinya sebagai kewajibannya. Dan dengan berdalih dasar
    teori peran ganda suami, mereka menuntut agar bisa melepaskan diri dari
    tanggung jawab domestik tersebut.



    Secara
    bijak, Islam sudah pula menyinggung permasalahan ini dalam pedoman hidup
    al-Qur'an dan al-Hadits. Abdul Halim Abu Syuqqah, menyebutkan dalam bukunya, Tahrirul
    Mar-ah fi `Ashir Risalah
    , bahwa seorang wanita berkewajiban mengurus rumah
    tangga dan anak-anaknya sebaik mungkin. Dengan demikian kegiatan profesi tidak
    boleh sampai menghalanginya melaksanakan tanggung jawab ini.



    Dari
    Abdullah bin Umar ra dikatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "....dan
    seorang istri adalah pemimpin bagi rumah suami dan anak-anaknya, dan dia akan
    dimintai pertanggungjawaban tentang mereka......" (HR Bukhari Muslim)



    Dari
    Abu Hurairah dikatakan bahwa Rasulullah bersabda; "Sebaik-baik wanita yang
    mengendarai unta adalah wanita Quraisy". Dalam riwayat lain disebutkan,
    "Wanita Quraisy yang saleh adalah wanita yang sangat menyayangi anaknya
    yang masih kecil dan sangat menjaga suaminya dalam soal miliknya." (HR
    Bukhari)



    Jelas,
    posisi kaum ibu adalah sebagai `pemimpin bagi rumah suami' dan `pemimpin
    anak-anak'. Kalau orang sekarang kerap menyebut istilah pemimpin dengan sebutan
    direktur atau manajer, maka tak salah pula jika profesi ibu di rumah pun
    disebut sebagai manajer rumah tangga. Ruang lingkup tugasnya adalah memelihara
    rumah dan harta yang ada di dalamnya, dan merawat anak-anak. Tentu saja, urusan
    domestik ada di dalamnya. Kelak, kaum ibu akan dimintai pertanggungjawaban oleh
    Allah swt tentang kepemimpinannya itu.



    Dalam
    pandangan Islam, urusan domestik keluarga memiliki peran dan fungsi yang
    penting dan terhormat dalam mendukung kesuksesan keluarga. Begitu hebatnya
    Islam menjunjung tinggi pekerjaan ini, hingga menyamakan derajatnya dengan
    kewajiban pergi berperang bagi kaum laki-laki, yang menjanjikan syahid bagi
    mereka.



    Anas
    bin Malik menceritakan sebuah kisah, "Satu hari beberapa wanita mendatangi
    Rasulullah saw dan bertanya: "Ya Rasulullah. Kaum lelaki kembali dengan
    membawa pahala perjuangan di jalan Allah; sedang kami tidak mempunyai cara
    untuk dapat seperti mereka?" Mendengar ini beliau pun bersabda:
    "Jangan takut, tenanglah kalian! Mengurus rumah tangga kalian
    masing-masing dengan sungguh-sungguh dapat mengejar pahala syahid di jalan Alah
    seperti mereka."



    Walaupun
    pekerjaan domestik ini tak memberikan penghasilan secara langsung, tetapi
    memberikan manfaat sangat besar bagi seluruh anggota keluarga. Rumah yang
    bersih, sehat, rapi, indah dan nyaman ditinggali, tak mungkin tercipta tanpa
    dukungan keahlian urusan domestik. Dari surga dunia inilah muncul ide-ide
    brilyan dari seluruh anggota keluarga tersebut dalam bidang masing-masing. Ayah
    menemukan semangat bekerja dari kenyamanan tidur dan istirahatnya di rumah.
    Anak-anak pun menemukan keriangannya bermain dan belajar dari suasana rumah
    yang ditata bersih dan menyenangkan. Anda yang ingin lebih menyelami makna
    pentingnya urusan domestik ini, cobalah untuk berhenti satu atau dua hari saja
    untuk tidak menyapu dan mengepel rumah, tidak mencuci dan menyeterika baju,
    serta tidak memasak di dapur. Bagaimana jadinya keluarga Anda?



    Satu
    poin lagi untuk urusan domestik yang kerap dianggap sepele, adalah merawat dan
    mendidik anak. Salah sama sekali jika menganggap ini hal yang mudah dan remeh.
    Sebuah anggukan wajah, atau sekedar senyumam di ujung bibir, juga belaian
    tangan ibu di pundak anak, ternyata sangat menentukan bagi puluhan ribu hari
    berikutnya yang masih harus ia lewati. Satu detik keikhlasan ibu merawat anak,
    bisa menjadi bibit keuntungan jutaan rupiah yang kelak didapatkan anak dari
    kesuksesannya setelah dewasa.



    Beratnya
    beban urusan domestik ini, nampaknya seimbang dengan janji syahid yang
    diberikan oleh Allah swt kepada kaum ibu yang menunaikannya dengan baik.
    Pekerjaan ini bisa menjadi salah satu alternatif tercepat memperoleh surga bagi
    mereka. Begitu mulianya pekerjaan ini sehingga Rasulullah memberikan dorongan
    penuh kepada putri tercintanya, Fatimah ra, untuk tidak meninggalkan peran ini,
    walau seberat apapun beban yang harus ditanggungnya.



    Fatimah
    sang putri, yang bersuamikan Ali bin Abi Thalib, hidup dalam keadaan miskin,
    sehingga ia harus membanting tulang untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah
    tangga. Diriwayatkan Abu Daud bagaimana Ali mengisahkan tentang istrinya ini,
    "Suatu ketika Fatimah putri Nabi saw berada di dekatku. Dia memutar
    gilingan hingga lecet tangannya, dia memanggul girbah air hingga lecet
    pundaknya, dan dia menyapu rumah hingga berdebu pakaiannya." Dalam riwayat
    Abu Daud yang lain ditambahkan; "Fatimah membuat roti sehingga warna mukanya
    berubah (terkena arang)."



    Suatu
    ketika Ali mendesak istrinya untuk memohon kepada ayahandanya agar diberi
    bantuan seorang hamba yang diperoleh Rasulullah saw sebagai hasil jarahan
    perang, demi meringankan pekerjaan-pekerjaannya. Namun Rasulullah menolak
    permintaan putri tercintanya itu, sambil membesarkan hati Fatimah dan Ali
    dengan mengatakan, "Maukah kalian aku beritahu mengenai sesuatu yang lebih
    baik dari yang kalian minta? Apabila kalian sudah siap di tempat tidur kalian,
    maka hendaklah kalian baca tasbih tiga puluh tiga kali, tahmid tiga puluh tiga
    kali, dan takbir tiga puluh empat kali. Hal itu lebih baik buat kalian dari
    pada seorang pelayan." (HR Bukhari dan Muslim). Rupanya beliau
    menginginkan Fatimah memperoleh surganya dengan melalui ujian dalam rumah
    tangganya tersebut.



    Apa Kewajiban Suami?


    Suami
    telah diberi amanah oleh Allah untuk menjadi pemimpin keluarga. (An Nisa' 24).
    Agar kewajiban itu dapat terlaksana, maka istri sebagai anggota keluarga wajib
    mendukung kewajiban suami tersebut. Bagaimana caranya memberi dukungan? Yaitu
    dengan memberikan ketaatannya kepada sang pemimpin keluarga. Untuk mempertegas
    hal tersebut, melalui beragam haditsnya, Rasulullah telah mempertegas kewajiban
    istri untuk taat kepada suami. Semua itu diatur agar kepemimpinan suami bisa
    terlaksana dengan baik.



    Dianalogikan
    dengan keseimbangan tersebut, maka jika ternyata istri mengemban kewajiban
    menjadi manajer rumah tangga yang mengurus anak dan urusan domestik rumah
    tangga, maka suami pun wajib pula mendukungnya. Sama persis seperti dukungan
    yang diberikan istri untuk taat kepadanya, dalam rangka mendukung kewajibannya
    sebagai pemimpin keluarga. Lantas, bagaimana bentuk dukungan yang wajib
    diberikan suami untuk menyukseskan tugas istri dalam menangani urusan domestik?



    Yaitu,
    dengan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan istri dalam melaksanakan tugasnya
    tersebut. Kewajiban suamilah untuk mencukupi fasilitas tersebut, sesuai dengan
    kemampuannya dalam mencari nafkah. Keberadaan fasilitas seperti mesin cuci,
    almari es dan kompor gas, misalnya, tentu saja akan sangat membantu meringankan
    pekerjaan urusan domestik. Atau dengan menggaji orang yang membantu meringankan
    pekerjaan teknis operasional rumah tangga sehari-hari. Semakin banyak fasilitas
    bisa diberikan tentu lebih baik, karena akan meringankan beban istri, sehingga
    istri bisa memiliki waktu dan tenaga lebih banyak untuk bisa dipergunakan
    menangani pekerjaan-pekerjaan lain baik untuk keluarga ataupun untuk ummat.



    Rasulullah
    saw sendiri menyediakan pelayan khusus untuk mengatur urusan kerumahtanggaan
    istri-istri beliau. Sementara masing-masing istri pun memiliki pula budak-budak
    perempuan yang senantiasa menemani dan memberikan bantuan. Hal ini membuat
    Aisyah ra bisa meluangkan waktu untuk mempelajari berbagai sisi keilmuan dan
    melayani kebutuhan kaum muslimah sehingga nantinya ia menjadi ahli hadits dan
    menjadi guru dari banyak sahabat. Istri Rasulullah saw yang lain, seperti
    Hafshah, sempat mempelajari keahlian menulis kaligrafi, sementara Zainab
    berkonsentrasi membuka usaha ketrampilan tangan di rumahnya sehingga bisa
    memperoleh penghasilan sendiri.



    Lantas
    bagaimana jika nafkah yang diperoleh suami tak mencukupi untuk memberikan
    fasilitas tersebut? Tak mengapa, karena banyaknya fasilitas tak bisa ditetapkan
    dengan standar tertentu. Semuanya tergantung dari perolehan penghasilan
    masing-masing keluarga. Jika memang rejeki keluarga tersebut sedikit, maka
    suami wajib mendukung tugas istri dengan memberikan bantuan langsung.



    Rasulullah
    saw memberi contoh dengan sesekali mengurus sendiri keperluan-keperluannya.
    Beliau menjahit sendiri baju-baju yang sobek. Tentang bantuan itu, Aisyah
    berkata, "Beliau yang menjahit kainnya, menjahit sepatunya, dan
    mengerjakan apa yang biasa dikerjakan oleh kaum laki-laki di rumah mereka."
    (HR Bukhari)



    Dari
    al-Aswad, dia berkata; "Aku pernah bertanya kepada Aisyah mengenai apa
    yang dilakukan oleh Nabi saw di rumah beliau. Aisyah mengatakan; `Beliau
    biasanya suka membantu urusan keluarganya. Lalu bila waktu shalat tiba, beliau
    pergi untuk mengerjakan shalat.' (HR Bukhari)•

      Waktu sekarang Thu Nov 21, 2024 8:52 pm