TARBIYAH DINI
(TAUJIH MA)
“Haaulaai qaumunat
takhadzuu min duunihii aalihatan. Laula
ya’tuuna alaihim bi sulthaanim bayyin.
Faman azhlamu mimmaniftaraa alallahi kadziba. Shadaqallahul ‘adziim.” (Qs. Al Kahfi:15)
Ikhwan dan Akhwat fillah…
Alhamdulillah
pagi ini kita dipertemukan lagi oleh Allah SWT dalam rangka meningkatkan upaya
kita untuk bertaqarrub dan berta’abud kepada Allah. Mudah-mudahan pertemuan kita ini dihitung
oleh Allah sebagai bagian dari taqarub dan ta’abud kita kepadaNya
dan akan kita dapatkan pahalanya fi mizanin hasanah yaumul qiyamah.
Ikhwan dan Akhwat fillah…
Dakwah
sekolah adalah sebuah gerakan dakwah yang menjadikan tarbiyah sebagai basis
pembentukan SDM sejak dari (di) bangku sekolah.
Seperti kita ketahui tarbiyah mencakup (melingkupi) tarbiyatul
ummah/tarbiyatul ammah/dakwah ammah/ dakwah jamahiriyah dan dakwah
khashshah atau tarbiyah nukhbawiyah.
Dilihat dari sudut pandang Islam,
jelas Islam memberikan perhatian yang besar terhadap tarbiyah sejak dini. Bahkan sejak sangat dini yakni dimulai sejak
sang suami dan istri menunaikan tugas fitrahnya. Proses mentarbiyah anak manusia bermula
dengan doa-doa yang diucapkan di saat konsepsi awal. Itu sudah merupakan
langkah-langkah tarbawi. Memohon
perlindungan terutama terhadap hasil hubungan suami istri tersebut kepada Allah
SWT.
Berikutnya
ketika sang istri hamil. Ia bersikap
hati-hati menjaga makanan yang dikonsumsinya yakni yang bergizi, halal dan
tidak mengandung syubhat agar si janin sehat secara lahiriah dan rohaniyah. Disiapkannya janin secara dini untuk menerima
suplai darah dan nutrisi dari ibunya yang berasal dari yang halal dan
baik. Terlihat betapa dininya proses
tarbiyah islamiyah dimulai.
Bermula
dari hubungan suami istri yang diwarnai doa, penjagaan saat kehamilan sampai
kemudian lahir dan diasuh oleh orang-orang yang baik. Bahkan sampai masalah radha’ah
(penyusuan) pun sangat diperhatikan dalam Islam. Di masyarakat Arab dulu ada budaya mencari
ibu susu bagi anak yang dilahirkan dan biasanya mereka mencarinya di
keluarga-keluarga yang hanif dan bersih di kampung-kampung.
Pernah
dikisahkan tentang seorang ulama yang terkenal dengan imam haramain. Di saat ia masih bayi, ayah-ibunya sangat
cermat dan hati-hati terhadap apa yang dikonsumsi oleh bayinya tersebut. Suatu saat ada orang yang tidak begitu
dikenal oleh orang tuanya menyusuinya.
Maka begitu orang tersebut pergi, mulut bayinya tersebut dikorek-korek
dengan bulu ayam agar memuntahkan air susu yang syubhat itu. Dan subhanallah, wajarlah ia kemudian
menjadi ulama besar berkat keapikan, ketelatenan, ketertiban orang tuanya. Itulah yang dinamakan tarbiyah sejak
dini. Jadi bukanlah hal yang mengada-ada
bila kita kini mencanangkan pendinian atau penyegeraan tarbiyah. Karena hal itu memiliki landasan syar’i, landasan
sunnah dan landasan tradisi dalam kehidupan umat Islam.
Dan
bila kini kita mengatakan tarbiyah perlu dimulai sejak di bangku sekolah yakni
SMP dan SMU, sebenarnya ditilik dari target as shalah dakwah masih
jauh. Karena tarbiyah harusnya bermula sejak
terjadinya hubungan suami-istri. Suatu
ketika Insya Allah kita akan lebih menyegerakan lagi tarbiyah.
Pendinian
atau penyegeraan dakwah dan tarbiyah secara syar’i dan fitri adalah bagian dari
upaya dakwah Islam untuk membentuk kader-kader dakwah. Dilihat dari proses tumbuh kembangnya
manusia, semakin dini kita melakukan proses tarbiyah sudah tentu akan lebih
efektif. Karena semakin dini semakin
lebih sedikit kemungkinannya terkontaminasi oleh pengaruh-pengaruh jelek yang
dapat merubah fitrahnya.
Pengalaman
kita dalam berdakwah memperlihatkan bukti bahwa mendakwahi orang yang sudah tua
jauh lebih susah, karena tingkat terkontaminasi polusinya sudah lebih
tinggi. Sebaliknya semakin dini semakin
efektif karena obyek dakwahnya masih lebih dekat ke fitrahnya dan lebih sedikit
pengaruh kotoran-kotoran sosial budayanya.
Walaupun memang di zaman sekarang ini hal yang memprihatinkan adalah
kotoran-kotoran sosial budaya dan pengaruh-pengaruh buruk itu tidak hanya ada di
luar rumah melainkan juga di dalam rumah melalui televisi, VCD dan lain
sebagainya.
Akan
tetapi yang jelas fakta yang tidak bisa dipungkiri semakin dini semakin dekat
ke fitrah. Misalnya tingkat SD
anak-anaknya masih jernih dekat ke fitrah.
Dan di TQ semakin lebih jernih lagi.
Ada
lagi contoh kasus yang lain berkaitan dengan kedekatan pada fitrah yakni dakwah
di kampus atau universitas. Dakwah kita
umumnya lebih berhasil dan mendapat respon di fakultas-fakultas eksakta
dibandingkan di bagian sosial budaya.
Hal itu tak lain karena orang-orang eksak banyak bergulat dengan
hukum-hukum alam yang notabene adalah hukum Allah. Itulah adalah rumusan-rumusan fitri atau ulum
kauniyah yang masih fitrah.
Dan
rumusan Islam tidak bisa dikontaminasi atau diubah-ubah melainkan harus tetap
utuh. Sebaliknya fakultas-fakultas
seperti FISIP, Hukum, Sastra dan Psikologi, tingkat kontaminasinya tinggi
karena berbenturan dengan falsafah Barat-Sekuler berikut teori-teori sosial
budaya. Hal itu tidak terjadi di
fakultas-fakultas eksakta. Akibatnya
kader-kader kita di fakultas-fakultas sosial budaya itu masih kurang.
Hal
ini sebenarnya perlu dicarikan solusinya.
Seyogyanya pertumbuhan kader dakwah harus berimbang antara yang ada di
fakultas-fakultas ekasakta dan non eksakta.
Kita membutuhkan pula kader-kader di bidang sosial budayanya. Karena kader di fakultas-fakultas sosial
budaya jika berhasil dibina, dampaknya akan terasa sekali di tengah
masyarakat. Mereka akan cenderung vokal
dan aktif mengajak masyarakat. Beda
dengan orang-orang eksakta atau tehnik, mereka cenderung diam dan secara umum
bekerja di laboratorium-laboratorium pusat-pusat industri. Sementara orang politik satu saja sudah
“rame” alias vokal.
Pengalaman
saya ketika awal-awal dakwah di lingkungan UI tahun 1980-an sungguh unik. Bila berhadapan dengan mahasiswa-mahasiswa
sosial pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sangat kritis dan kadang
aneh-aneh. Sedangkan pertanyaan yang
diajukan mahasiswa eksakta lurus-lurus saja tidak ada yang aneh-aneh atau menyimpang.
Itu
sekedar salah satu contoh bahwa apa-apa yang lebih dekat ke fitrah akan lebih
mudah untuk didakwahi termasuk dalam kaitannya dengan bidang studi yang tengah
ditekuni. Bidang yang lebih dekat ke
fitrah lebih mudah diajak atau didakwahi tinimbang bidang-bidang yang tingkat
polutifnya sangat tinggi.
Kembali
kepada persoalan dakwah sekolah, insya Allah, dakwah sekolah akan lebih mudah
disbanding dakwah kampus karena masih lebih dekat ke fitrahnya. Oleh karena itu langkah awal adalah
bagaiimana caranya memunculkan karakter-karakter fitri dalam diri anak-anak
tersebut misalnya muwashaffat atau karakter serba ingin tahu. Ini harus dimunculkan dulu. Rasulullah sering berkomunikasi dengan para
sahabat dengan cara ini yang biasanya memang dijawab dengan kalimat, “Allah
wa rasuluhu a’lam” oleh para sahabat.
Bahkan
dalam al Quran pun banyak ayat-ayat yang bersifat merangsang keingintahuan
seseorang. Umpamanya ayat: “hal
adullukum ala tijarotin tunjikum min ‘adzabin ‘aliim” (Qs. 61:10-11). “Kutunjukkan kalian kepada sebuah perdagangan
atau bisnis tetapi yang justru dapat menghindarkan kalian dari siksaan yang
pedih.” Jadi menggugah rasa ingin tahu
kita.
Nah,
apalagi untuk anak-anak tingkat SMP dan SMU.
Sebelum kita memberikan arahan-arahan hendaknya dimunculkan dulu
akselerasi dalam penerimaan dan interaksi mereka sehingga karakter fitrahnya
jadi terbangkitkan. Selain sifat ingin
tahu, perlu pula dimunculkan sifat pembelaan diri (rabannajdah) dan rasa
memiliki. Kita bisa melihat anak-anak
kecil bila memegang sesuatu, langsung mendekapnya erat-erat takut diambil
orang. Itu namanya fitrah mempertahankan
hak milik.
Nanti
kita bisa masuk pada mereka dengan upaya menggugah bahwa iman adalah milik kamu
yang paling berharga. Jadi harus ada
rasa memiliki dan keinginan untuk mempertahankannya. Jadi karakter-karakter fitrah itu harus
digali. Anak-anak harus memiliki jiwa
survival yakni keinginan untuk hidup, selamat dan unggul. Jika karakter-karakter fitrah itu sudah
berhasil dibangkitkan maka akan segera bertemu atau nyambung dengan Islam yang
dienul fitrah.
Kemudian
perlu diteliti, dirinci dan diklasifikasi lagi bagaimana fitrahnya anak
SMP. Karakter fitrah yang mana harus
dimunculkan di usia SMP ini, kemudian juga di tingkat SMU.
Jadi,
proses awal upaya membangkitkan karakter fitrah harus menjadi ujung tombak
pembinaan dakwah sekolah. Sebab tidak
mungkin kita berdakwah di SMP langsung dengan qalallah wa qala rasul. Mereka sulit untuk tenang memperhatikan
itu. Jika dikumpulin lalu ditaujih
mereka langsung complain, “yah, khutbah lagi…”
Kecuali
bila kita telah lebih dulu mampu merangsang karakter-karakter fitrinya lalu
pengemasan arahan atau materi secara menarik sesuai dengan tingkat istijabah
atau daya serap mereka, maka insya Allah hasilnya akan bagus.
Dalam
upaya membangkitkan karakter fitri ini harus dilihat dulu tingkatan usia dan
pemahamannya. Selain itu juga faktor
psikologisnya. Untuk anak SMP dan SMU
sesuai dengan jiwa mudanya, perlu variasi seperti acara-acara olahraga, rihlah,
seni dan budaya dalam usaha mendakwahi, mentarbiyah atau membangkitkan karakter
fitrah dari diri mereka.
(TAUJIH MA)
“Haaulaai qaumunat
takhadzuu min duunihii aalihatan. Laula
ya’tuuna alaihim bi sulthaanim bayyin.
Faman azhlamu mimmaniftaraa alallahi kadziba. Shadaqallahul ‘adziim.” (Qs. Al Kahfi:15)
Ikhwan dan Akhwat fillah…
Alhamdulillah
pagi ini kita dipertemukan lagi oleh Allah SWT dalam rangka meningkatkan upaya
kita untuk bertaqarrub dan berta’abud kepada Allah. Mudah-mudahan pertemuan kita ini dihitung
oleh Allah sebagai bagian dari taqarub dan ta’abud kita kepadaNya
dan akan kita dapatkan pahalanya fi mizanin hasanah yaumul qiyamah.
Ikhwan dan Akhwat fillah…
Dakwah
sekolah adalah sebuah gerakan dakwah yang menjadikan tarbiyah sebagai basis
pembentukan SDM sejak dari (di) bangku sekolah.
Seperti kita ketahui tarbiyah mencakup (melingkupi) tarbiyatul
ummah/tarbiyatul ammah/dakwah ammah/ dakwah jamahiriyah dan dakwah
khashshah atau tarbiyah nukhbawiyah.
Dilihat dari sudut pandang Islam,
jelas Islam memberikan perhatian yang besar terhadap tarbiyah sejak dini. Bahkan sejak sangat dini yakni dimulai sejak
sang suami dan istri menunaikan tugas fitrahnya. Proses mentarbiyah anak manusia bermula
dengan doa-doa yang diucapkan di saat konsepsi awal. Itu sudah merupakan
langkah-langkah tarbawi. Memohon
perlindungan terutama terhadap hasil hubungan suami istri tersebut kepada Allah
SWT.
Berikutnya
ketika sang istri hamil. Ia bersikap
hati-hati menjaga makanan yang dikonsumsinya yakni yang bergizi, halal dan
tidak mengandung syubhat agar si janin sehat secara lahiriah dan rohaniyah. Disiapkannya janin secara dini untuk menerima
suplai darah dan nutrisi dari ibunya yang berasal dari yang halal dan
baik. Terlihat betapa dininya proses
tarbiyah islamiyah dimulai.
Bermula
dari hubungan suami istri yang diwarnai doa, penjagaan saat kehamilan sampai
kemudian lahir dan diasuh oleh orang-orang yang baik. Bahkan sampai masalah radha’ah
(penyusuan) pun sangat diperhatikan dalam Islam. Di masyarakat Arab dulu ada budaya mencari
ibu susu bagi anak yang dilahirkan dan biasanya mereka mencarinya di
keluarga-keluarga yang hanif dan bersih di kampung-kampung.
Pernah
dikisahkan tentang seorang ulama yang terkenal dengan imam haramain. Di saat ia masih bayi, ayah-ibunya sangat
cermat dan hati-hati terhadap apa yang dikonsumsi oleh bayinya tersebut. Suatu saat ada orang yang tidak begitu
dikenal oleh orang tuanya menyusuinya.
Maka begitu orang tersebut pergi, mulut bayinya tersebut dikorek-korek
dengan bulu ayam agar memuntahkan air susu yang syubhat itu. Dan subhanallah, wajarlah ia kemudian
menjadi ulama besar berkat keapikan, ketelatenan, ketertiban orang tuanya. Itulah yang dinamakan tarbiyah sejak
dini. Jadi bukanlah hal yang mengada-ada
bila kita kini mencanangkan pendinian atau penyegeraan tarbiyah. Karena hal itu memiliki landasan syar’i, landasan
sunnah dan landasan tradisi dalam kehidupan umat Islam.
Dan
bila kini kita mengatakan tarbiyah perlu dimulai sejak di bangku sekolah yakni
SMP dan SMU, sebenarnya ditilik dari target as shalah dakwah masih
jauh. Karena tarbiyah harusnya bermula sejak
terjadinya hubungan suami-istri. Suatu
ketika Insya Allah kita akan lebih menyegerakan lagi tarbiyah.
Pendinian
atau penyegeraan dakwah dan tarbiyah secara syar’i dan fitri adalah bagian dari
upaya dakwah Islam untuk membentuk kader-kader dakwah. Dilihat dari proses tumbuh kembangnya
manusia, semakin dini kita melakukan proses tarbiyah sudah tentu akan lebih
efektif. Karena semakin dini semakin
lebih sedikit kemungkinannya terkontaminasi oleh pengaruh-pengaruh jelek yang
dapat merubah fitrahnya.
Pengalaman
kita dalam berdakwah memperlihatkan bukti bahwa mendakwahi orang yang sudah tua
jauh lebih susah, karena tingkat terkontaminasi polusinya sudah lebih
tinggi. Sebaliknya semakin dini semakin
efektif karena obyek dakwahnya masih lebih dekat ke fitrahnya dan lebih sedikit
pengaruh kotoran-kotoran sosial budayanya.
Walaupun memang di zaman sekarang ini hal yang memprihatinkan adalah
kotoran-kotoran sosial budaya dan pengaruh-pengaruh buruk itu tidak hanya ada di
luar rumah melainkan juga di dalam rumah melalui televisi, VCD dan lain
sebagainya.
Akan
tetapi yang jelas fakta yang tidak bisa dipungkiri semakin dini semakin dekat
ke fitrah. Misalnya tingkat SD
anak-anaknya masih jernih dekat ke fitrah.
Dan di TQ semakin lebih jernih lagi.
Ada
lagi contoh kasus yang lain berkaitan dengan kedekatan pada fitrah yakni dakwah
di kampus atau universitas. Dakwah kita
umumnya lebih berhasil dan mendapat respon di fakultas-fakultas eksakta
dibandingkan di bagian sosial budaya.
Hal itu tak lain karena orang-orang eksak banyak bergulat dengan
hukum-hukum alam yang notabene adalah hukum Allah. Itulah adalah rumusan-rumusan fitri atau ulum
kauniyah yang masih fitrah.
Dan
rumusan Islam tidak bisa dikontaminasi atau diubah-ubah melainkan harus tetap
utuh. Sebaliknya fakultas-fakultas
seperti FISIP, Hukum, Sastra dan Psikologi, tingkat kontaminasinya tinggi
karena berbenturan dengan falsafah Barat-Sekuler berikut teori-teori sosial
budaya. Hal itu tidak terjadi di
fakultas-fakultas eksakta. Akibatnya
kader-kader kita di fakultas-fakultas sosial budaya itu masih kurang.
Hal
ini sebenarnya perlu dicarikan solusinya.
Seyogyanya pertumbuhan kader dakwah harus berimbang antara yang ada di
fakultas-fakultas ekasakta dan non eksakta.
Kita membutuhkan pula kader-kader di bidang sosial budayanya. Karena kader di fakultas-fakultas sosial
budaya jika berhasil dibina, dampaknya akan terasa sekali di tengah
masyarakat. Mereka akan cenderung vokal
dan aktif mengajak masyarakat. Beda
dengan orang-orang eksakta atau tehnik, mereka cenderung diam dan secara umum
bekerja di laboratorium-laboratorium pusat-pusat industri. Sementara orang politik satu saja sudah
“rame” alias vokal.
Pengalaman
saya ketika awal-awal dakwah di lingkungan UI tahun 1980-an sungguh unik. Bila berhadapan dengan mahasiswa-mahasiswa
sosial pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sangat kritis dan kadang
aneh-aneh. Sedangkan pertanyaan yang
diajukan mahasiswa eksakta lurus-lurus saja tidak ada yang aneh-aneh atau menyimpang.
Itu
sekedar salah satu contoh bahwa apa-apa yang lebih dekat ke fitrah akan lebih
mudah untuk didakwahi termasuk dalam kaitannya dengan bidang studi yang tengah
ditekuni. Bidang yang lebih dekat ke
fitrah lebih mudah diajak atau didakwahi tinimbang bidang-bidang yang tingkat
polutifnya sangat tinggi.
Kembali
kepada persoalan dakwah sekolah, insya Allah, dakwah sekolah akan lebih mudah
disbanding dakwah kampus karena masih lebih dekat ke fitrahnya. Oleh karena itu langkah awal adalah
bagaiimana caranya memunculkan karakter-karakter fitri dalam diri anak-anak
tersebut misalnya muwashaffat atau karakter serba ingin tahu. Ini harus dimunculkan dulu. Rasulullah sering berkomunikasi dengan para
sahabat dengan cara ini yang biasanya memang dijawab dengan kalimat, “Allah
wa rasuluhu a’lam” oleh para sahabat.
Bahkan
dalam al Quran pun banyak ayat-ayat yang bersifat merangsang keingintahuan
seseorang. Umpamanya ayat: “hal
adullukum ala tijarotin tunjikum min ‘adzabin ‘aliim” (Qs. 61:10-11). “Kutunjukkan kalian kepada sebuah perdagangan
atau bisnis tetapi yang justru dapat menghindarkan kalian dari siksaan yang
pedih.” Jadi menggugah rasa ingin tahu
kita.
Nah,
apalagi untuk anak-anak tingkat SMP dan SMU.
Sebelum kita memberikan arahan-arahan hendaknya dimunculkan dulu
akselerasi dalam penerimaan dan interaksi mereka sehingga karakter fitrahnya
jadi terbangkitkan. Selain sifat ingin
tahu, perlu pula dimunculkan sifat pembelaan diri (rabannajdah) dan rasa
memiliki. Kita bisa melihat anak-anak
kecil bila memegang sesuatu, langsung mendekapnya erat-erat takut diambil
orang. Itu namanya fitrah mempertahankan
hak milik.
Nanti
kita bisa masuk pada mereka dengan upaya menggugah bahwa iman adalah milik kamu
yang paling berharga. Jadi harus ada
rasa memiliki dan keinginan untuk mempertahankannya. Jadi karakter-karakter fitrah itu harus
digali. Anak-anak harus memiliki jiwa
survival yakni keinginan untuk hidup, selamat dan unggul. Jika karakter-karakter fitrah itu sudah
berhasil dibangkitkan maka akan segera bertemu atau nyambung dengan Islam yang
dienul fitrah.
Kemudian
perlu diteliti, dirinci dan diklasifikasi lagi bagaimana fitrahnya anak
SMP. Karakter fitrah yang mana harus
dimunculkan di usia SMP ini, kemudian juga di tingkat SMU.
Jadi,
proses awal upaya membangkitkan karakter fitrah harus menjadi ujung tombak
pembinaan dakwah sekolah. Sebab tidak
mungkin kita berdakwah di SMP langsung dengan qalallah wa qala rasul. Mereka sulit untuk tenang memperhatikan
itu. Jika dikumpulin lalu ditaujih
mereka langsung complain, “yah, khutbah lagi…”
Kecuali
bila kita telah lebih dulu mampu merangsang karakter-karakter fitrinya lalu
pengemasan arahan atau materi secara menarik sesuai dengan tingkat istijabah
atau daya serap mereka, maka insya Allah hasilnya akan bagus.
Dalam
upaya membangkitkan karakter fitri ini harus dilihat dulu tingkatan usia dan
pemahamannya. Selain itu juga faktor
psikologisnya. Untuk anak SMP dan SMU
sesuai dengan jiwa mudanya, perlu variasi seperti acara-acara olahraga, rihlah,
seni dan budaya dalam usaha mendakwahi, mentarbiyah atau membangkitkan karakter
fitrah dari diri mereka.
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as