Tarbiyah Imaniyah:
Jiddiyah Dalam Tarbiyah
oleh Ustaz Abdul Aziz Mohamed
(Anggota Majlis Tertinggi PERGAS)
Agar matlamat tarbiyah dan dakwah berjaya, seorang aktivis
harus mengetahui dengan baik aspek-aspek dasar yang harus dilakukan dalam
manhaj tarbiyah. Dengan pengetahuan itu, insyaAllah, akan lahirlah aktivis yang
memiliki sifat sempurna lagi menyempurnakan (syamil mutakamil) bukan juziyah.
Aktivis seperti itulah yang diperlukan dalam gerakan dakwah untuk meraih
kemenangan dan keredhaan Allah taala.
Tarbiyah Imaniyah yang diajarkan Rasulullah s.a.w bukanlah
satu jalan yang mudah dilalui. Ia merupakan pengembaraan panjang melalui bukit
yang penuh dengan onak dan duri. Berbagai rintangan seperti jurang yang
menjunam dan ribut taufan yang senantiasa datang bertalu-talu.
Seseorang yang mengakui beriman, akan diuji oleh Allah untuk
membuktikan keimanannya. Ujian itu sendiri merupakan cara Allah menempa
peribadinya agar semakin kental dan berkualiti.
Sebagaimana yang difirman oleh Allah taala yang bermaksud:
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja
mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya
Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Dia mengetahui orang-orang yang
dusta." (Al-Ankabut: 2-3)
Para sahabat Rasulullah
tidak putus-putusnya mengalami berbagai penderitaan dan kesulitan dalam dakwah.
Sejarah menggambarkan kepada kita bagaimana penderitaan para sahabat yang
mengalami permusuhan dari golongan kuffar dan musyirikin Mekah. Para sahabat dari kalangan dhu’afa mengalami penyiksaan
yang kejam, seperti yang dialami Bilal bin Rabah dan Amar ibn Yasir.
Tarbiyah Imaniyah menempa ruh seorang mukmin untuk bertaqwa
kepada Allah, kukuh dan kuat menghadapi badai kehidupan, serta mampu
mengendalikan pikiran dan perbuatannya dalam menghadapi sikap sahabat mereka
yang ujub atau berbangga dengan pendapatnya sendiri.
Tarbiyah Ar-Ruhiyah
Pada tahap pembinaan, gerakan dakwah hendaklah menjadikan
aspek tarbiyah ruhiyah sebagai salah satu keutamaan. Penekanan utama pembinaan
dalam masalah aqidah saja tidak ada artinya bila tidak diiringi dengan aplikasi
langsung berbentuk pendekatan kepada Allah taala dan minhajullah dalam ibadah.
Tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya dalam jiwa para aktivis dakwah,
selain daripada menekankan ibadah, keta’atan dan amalan-amalan sunnah.
Peningkatan ruhiyah adalah satu-satunya upaya untuk mencapai
kecintaan Allah terhadap para pendakwah atau mukmin yang menegakkan dinullah.
Dakwah akan kering dan hambar apabila para pendakwah tidak memiliki hubungan
yang erat dengan Allah taala.
Ibadah wajib mahupun sunnah akan menghubungkan hati dengan
Allah, serta meneguhkan jiwa dalam menghadapi segala penderitaan, lulus menghadapi
fitnah dan teguh di atas kebenaran. Semua ini menunjukkan bahwa imanlah yang
menolak dan menggerakkan manusia untuk memiliki pencapaian ruhiyah yang tinggi.
Sementara itu, gerakan dan amal Islami tidak akan terwujud bila seseorang itu
sakit, sama ada fizikalnya akal atau hatinya.
Para pejuang ke jalan Allah
sangat memerlukan senjata ruhiyah ini, dalam melaksanakan tugas dakwah yang
selalu menghadapi rintangan dan gangguan sama ada dari musuh yang di luar
mahupun dari dalam.
Jika pada tahap permulaan binaan rijalnya, gerakan dakwah
Islam yang tidak memperhatikan aspek ibadah, aspek ruhiyah dan tadabbur
ayat-ayat Al-Quran dalam qiyamullail secara berterusan serta program pengukuhan
ruhiyah secara berulang-ulang untuk hidup terus, pasti akan menyaksikan para
pengikutnya atau anggotanya berjatuhan dan berciciran satu demi satu serta cair
oleh benturan rancangan dan agenda pihak musuh Islam.
Sumber kekuatan dakwah Islam adalah Allah taala. Segala
macam bentuk rancangan atau saranan ketenteraan tidak ada ertinya tanpa
pertolongan Allah. Hanya dengan salimul Aqidah dan sahihul ibadah yang khusyuk,
pertolongan Allah pasti akan datang, sesuai dengan firmanNya yang bermaksud:
“Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan sholat, dan
sesungguhnya hal ini sangat berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (Al-
Baqarah: 45)
Ciri-ciri Para Pendakwah Tarbiyah Imaniyah
Tujuan dakwah jangka panjang adalah khilafah fil ard. Untuk
mencapai cita-cita yang besar itu, diperlukan sumber tenaga umat yang kuat dan
hebat yang bersaskan pada kader dakwah yang bercirikan jiwa jiddiyah
(keseriusan) dan Tarbiyah Imaniyah yang berterusan.
Mereka mengutamakan kerja dari hanya pandai mengkritik,
berinisiatif dari pada hanya sekadar menunggu arahan, mereka memahami betul
tugas dan peranan mereka dalam hidup dan perjuangan ini, dengan usaha yang
termampu disertai dengan mendekatkan diri kepada Allah dalam rangka meraih
bimbingan dan pertolonganNya.
Jiwa jiddiyah bermaksud menjalankan tugas-tugas syari’i,
pendidikan, dakwah dan harakah dengan berterusan, tabah dan mengerahkan seluruh
potensi secara yang termampu serta dapat mengatasi segala hambatan yang
dihadapinya demi terlaksananya tugas tersebut secara optimis.
Syarat-Syarat Jiddiyah (Kesungguhan) Dalam Beramal
Syarat-syarat Jiddiyah dalam beramal memiliki lima syarat:
1. Al-Istijabah al-Fauriyah (Menyahut dengan segera)
2. Al-Azmul al Qawiy (Kesungguhan yang kuat)
3. Al-Mutsabarah (Tabah dan istiqamah)
4. Taskhirul
kulli imkanaat (Mengerahkan seluruh potensi)
5. Mughalabul
‘adzar (Dapat mengatasi segala permasalahan yang dihadapi)
Anggota Pelapis
Jiddiyah adalah kader atau mukmin yang ketika mendapat tugas dan mendengar
perintah dari pihak qiadah (pemimpin, murabbi atau majlis syura) menyahutnya
dengan cepat tanpa ragu-ragu dan berkomentar, kerana ia memahami bahwa tugas
dan perintah yang datang dari kepimpinan adalah untuk segera dilaksanakan bukan
untuk didiskusikan. Kerana ia sama-sama berkongsi wawasan organisasi.
Demikianlah para
sahabat Nabi s.a.w memahami perintah ketika turun ayat yang mengharamkan khamar
(Al-Maidah 3: 90) dan perintah kewajiban menutup aurat (An-Nur 24 : 31). Begitu
para muslimat sahabiyat mendengar perintah menutup aurat ketika di pasar,
mereka langsung menarik kain kudung untuk menutup kepala dan dada mereka tanpa
ragu-ragu dan berkomentar.
Al-Azmul Qawiy
(Kesungguhan Yang Kuat)
Aktivis dan kader dakwah harus memiliki semangat dan
kesungguhan yang kuat, kerana amanah yang dipikulnya sangat berat. Di antara
doa Rasulullah s.a.w ialah:
“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari ketidakberdayaan dan
malas, aku berlindung kepadaMu dari sifat penakut dan kikir, dan aku berlindung
dari hutang yang membelenggu dan tertindas oleh orang zalim”
Al-Mutsabarah (Tabah & Istiqamah)
Kerja da’wah adalah kerja besar yang tidak akan berakhir
kecuali dengan kematian. Perjalanan dakwah penuh dengan ujian, cubaan,
tentangan dan rintangan. Tidak ada yang sanggup menjalaninya kecuali
orang-orang yang telah menjadikannya tugas pokok dan utama yang tidak boleh
dikalahkan dengan kegiatan apa pun, keberlangsungan dakwah dan keberhasilannya
menjadi fokus perhatiannya, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasululllah
s.a.w. Baginda tidak pernah lemah semangat dan putus asa, tidak pernah menyerah
atau mundur.
Ketika pembesar kafir Quraisy memusuhi dakwah, serta
mengancam untuk menghabiskan nyawanya, baginda berkata:
“Demi Allah, sekalipun mereka dapat meletakkan matahari di
samping kananku dan bulan di samping kiriku, agar aku meninggalkan dakwahku,
nescaya aku tidak akan berhenti berdakwah dan meninggalkannya sehingga Allah
memenangkannya atau aku mati di jalannya.”
Para sahabat generasi
terbaik yang langsung di bawah asuhan madrasah Rasulullah s.a.w, telah
meneruskan misi perjuangan rasul mereka. Mereka berdakwah dengan meninggalkan
kampung halaman, tanah air, isteri, anak dan harta benda sehingga panji Islam
berkibar di seluruh dunia. Kehidupan mereka adalah jihad yang tidak henti-henti
dan pengorbanan yang tanpa batas dalam membela Islam.
Taskhir Kulli Imkanat (Mengerahkan Seluruh Potensi)
Dakwah menuntut para aktivis dan kader mengerahkan seluruh
potensi yang dimiliki berupa pemikiran, harta, waktu, tenaga, jiwa dan raga.
Sehingga tidak ada potensi yang dimilikinya kecuali telah diberikan untuk
kepentingan dakwah.
Saat ini sebahagian besar aktivis masih belum mengerahkan
tenaga yang maksima dalam memperjuangkan dakwah.
Kita baru
memberikan sebahagian dari sisa potensi untuk dakwah, sisa baki waktu, sisa
pikiran, sisa tenaga dan sisa harta. Sehingga hasilnya pun belum
terlihat nyata.
Mughalabatul ‘Adzar (Dapat Mengatasi Segala Permasalahan
Yang Dihadapi)
Amanah dakwah hanya dapat dipikul oleh orang-orang yang
memilih azimah yang tinggi, bukan orang yang memilih tujuan yang rendah, senang
dengan hidup santai dan memiliih istirahat dan hidup tidak mahu susah.
Dakwah hanya dapat dikerjakan oleh orang yang dapat
mengatasi uzur (masalah) bukan pandai membuat keuzuran diri, berusaha semampu
mungkin untuk terus aktif di medan
perjuangan dan memberi sumbangan yang terbaik untuk amal Islam dan dakwah.
Salah satu contoh sahabat yang bernama Amru bin Jamuh,
seorang tua renta yang kakinya pincang dan matanya buta. Begitu mendengar
seruan jihad ia langsung menyatakan keinginan bergabung ke dalam barisan para
mujahidin, walaupun ketiga orang anaknya melarang bapa mereka untuk ikut serta
dalam jihad, dengan alasan mereka sudah mewakili keluarga dan beliau sudah
sangat udzur untuk tidak ikut jihad. Tapi apa komentarnya? Amru berkata
masalahnya adalah syurga Allah. Apakah kamu wahai anak-anakku dapat memberikan
jaminan syurga bagiku?
Hingga akhirnya ia mendapat restu dan doa dari Rasulullah
s.a.w: “Ya Allah masukkanlah ia ke dalam syurga dengan kakinya pincang”
Amru bin Jamuh selalu berpandangan positif ingin memberikan
kontribusi langsung untuk dakwah dan jihad.
Ciri-ciri jiddiyah Imaniyah merupakan sifat asasi serta
akhlak yang harus dimiliki oleh aktivis dan kader dakwah yang mengikat janji
setia dengan Allah dan menjual dirinya serta ingin mati demi dakwah.
Tarbiyah Jiddiyah Imaniyah dalam dakwah merupakan suatu
kenescayaan, kerana hanya dengannya amanah risalah dan kewajiban dakwah dapat
dipikul dan direalisasikan dengan semaksimal mungkin.
Ciri-ciri Jiddiyah Imaniyah
1. Menjaga dan memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang positif
dan berguna untuk dakwah.
2. Menghindari dari banyak bergurau dan melamun. Di antara
wasiat Imam Al-Banna adalah “Janganlah kamu banyak bergurau kerana umat yang
sedang berjuang tidak mengenal gurauan.”
3. Memilih azimah (kesungguhan yang kuat) yang berat dan
tidak memilih kemudahan-kemudahan kerana dakwah tidak akan tertegak di atas
rukhsah.
4. Melaksanakan
tugas dengan segera, tidak menundakan pekerjaan hari ini sehingga esok.
5. Selalu
memuhasabah diri, memperbaharui janji kepada Allah dan selalu beristighfar,
serta bertaubah atas segala dosa dan kelalaian.
6. Senantiasa
dalam keadaan siap siaga menanti arahan.
Saudara-saudaraku
dalam Islam jadilah aktivis dakwah dan harakah, janganlah menjadi penonton,
komentator, pengatur strategi atau pengamat dakwah. Jadilah orang yang terlibat
di dalamnya secara produktif untuk mengharapkan redha Allah taala bukan redha
manusia.
Sumber rujukan
1. Manhaj Harakah
Dalam Sirah An-Nabawiyah, Sheikh Muhammad Munir Ghadhoban.
2. Majalah Daurut
Tarbiyah dalam menjaga Asholah Da’wah, Ust. Abdul Muiz MA dan Ust Abdul Hasib
Hasan L.C, Edisi II thn 1, Jumadil Tsani 1424H, Edisi II, Julai/ Ogos 2003.
3. Aspek-aspek
Tarbiyah dalam Harakah Islamiyah, Aus Hidayat Nur
Jiddiyah Dalam Tarbiyah
oleh Ustaz Abdul Aziz Mohamed
(Anggota Majlis Tertinggi PERGAS)
Agar matlamat tarbiyah dan dakwah berjaya, seorang aktivis
harus mengetahui dengan baik aspek-aspek dasar yang harus dilakukan dalam
manhaj tarbiyah. Dengan pengetahuan itu, insyaAllah, akan lahirlah aktivis yang
memiliki sifat sempurna lagi menyempurnakan (syamil mutakamil) bukan juziyah.
Aktivis seperti itulah yang diperlukan dalam gerakan dakwah untuk meraih
kemenangan dan keredhaan Allah taala.
Tarbiyah Imaniyah yang diajarkan Rasulullah s.a.w bukanlah
satu jalan yang mudah dilalui. Ia merupakan pengembaraan panjang melalui bukit
yang penuh dengan onak dan duri. Berbagai rintangan seperti jurang yang
menjunam dan ribut taufan yang senantiasa datang bertalu-talu.
Seseorang yang mengakui beriman, akan diuji oleh Allah untuk
membuktikan keimanannya. Ujian itu sendiri merupakan cara Allah menempa
peribadinya agar semakin kental dan berkualiti.
Sebagaimana yang difirman oleh Allah taala yang bermaksud:
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja
mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya
Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Dia mengetahui orang-orang yang
dusta." (Al-Ankabut: 2-3)
Para sahabat Rasulullah
tidak putus-putusnya mengalami berbagai penderitaan dan kesulitan dalam dakwah.
Sejarah menggambarkan kepada kita bagaimana penderitaan para sahabat yang
mengalami permusuhan dari golongan kuffar dan musyirikin Mekah. Para sahabat dari kalangan dhu’afa mengalami penyiksaan
yang kejam, seperti yang dialami Bilal bin Rabah dan Amar ibn Yasir.
Tarbiyah Imaniyah menempa ruh seorang mukmin untuk bertaqwa
kepada Allah, kukuh dan kuat menghadapi badai kehidupan, serta mampu
mengendalikan pikiran dan perbuatannya dalam menghadapi sikap sahabat mereka
yang ujub atau berbangga dengan pendapatnya sendiri.
Tarbiyah Ar-Ruhiyah
Pada tahap pembinaan, gerakan dakwah hendaklah menjadikan
aspek tarbiyah ruhiyah sebagai salah satu keutamaan. Penekanan utama pembinaan
dalam masalah aqidah saja tidak ada artinya bila tidak diiringi dengan aplikasi
langsung berbentuk pendekatan kepada Allah taala dan minhajullah dalam ibadah.
Tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya dalam jiwa para aktivis dakwah,
selain daripada menekankan ibadah, keta’atan dan amalan-amalan sunnah.
Peningkatan ruhiyah adalah satu-satunya upaya untuk mencapai
kecintaan Allah terhadap para pendakwah atau mukmin yang menegakkan dinullah.
Dakwah akan kering dan hambar apabila para pendakwah tidak memiliki hubungan
yang erat dengan Allah taala.
Ibadah wajib mahupun sunnah akan menghubungkan hati dengan
Allah, serta meneguhkan jiwa dalam menghadapi segala penderitaan, lulus menghadapi
fitnah dan teguh di atas kebenaran. Semua ini menunjukkan bahwa imanlah yang
menolak dan menggerakkan manusia untuk memiliki pencapaian ruhiyah yang tinggi.
Sementara itu, gerakan dan amal Islami tidak akan terwujud bila seseorang itu
sakit, sama ada fizikalnya akal atau hatinya.
Para pejuang ke jalan Allah
sangat memerlukan senjata ruhiyah ini, dalam melaksanakan tugas dakwah yang
selalu menghadapi rintangan dan gangguan sama ada dari musuh yang di luar
mahupun dari dalam.
Jika pada tahap permulaan binaan rijalnya, gerakan dakwah
Islam yang tidak memperhatikan aspek ibadah, aspek ruhiyah dan tadabbur
ayat-ayat Al-Quran dalam qiyamullail secara berterusan serta program pengukuhan
ruhiyah secara berulang-ulang untuk hidup terus, pasti akan menyaksikan para
pengikutnya atau anggotanya berjatuhan dan berciciran satu demi satu serta cair
oleh benturan rancangan dan agenda pihak musuh Islam.
Sumber kekuatan dakwah Islam adalah Allah taala. Segala
macam bentuk rancangan atau saranan ketenteraan tidak ada ertinya tanpa
pertolongan Allah. Hanya dengan salimul Aqidah dan sahihul ibadah yang khusyuk,
pertolongan Allah pasti akan datang, sesuai dengan firmanNya yang bermaksud:
“Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan sholat, dan
sesungguhnya hal ini sangat berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (Al-
Baqarah: 45)
Ciri-ciri Para Pendakwah Tarbiyah Imaniyah
Tujuan dakwah jangka panjang adalah khilafah fil ard. Untuk
mencapai cita-cita yang besar itu, diperlukan sumber tenaga umat yang kuat dan
hebat yang bersaskan pada kader dakwah yang bercirikan jiwa jiddiyah
(keseriusan) dan Tarbiyah Imaniyah yang berterusan.
Mereka mengutamakan kerja dari hanya pandai mengkritik,
berinisiatif dari pada hanya sekadar menunggu arahan, mereka memahami betul
tugas dan peranan mereka dalam hidup dan perjuangan ini, dengan usaha yang
termampu disertai dengan mendekatkan diri kepada Allah dalam rangka meraih
bimbingan dan pertolonganNya.
Jiwa jiddiyah bermaksud menjalankan tugas-tugas syari’i,
pendidikan, dakwah dan harakah dengan berterusan, tabah dan mengerahkan seluruh
potensi secara yang termampu serta dapat mengatasi segala hambatan yang
dihadapinya demi terlaksananya tugas tersebut secara optimis.
Syarat-Syarat Jiddiyah (Kesungguhan) Dalam Beramal
Syarat-syarat Jiddiyah dalam beramal memiliki lima syarat:
1. Al-Istijabah al-Fauriyah (Menyahut dengan segera)
2. Al-Azmul al Qawiy (Kesungguhan yang kuat)
3. Al-Mutsabarah (Tabah dan istiqamah)
4. Taskhirul
kulli imkanaat (Mengerahkan seluruh potensi)
5. Mughalabul
‘adzar (Dapat mengatasi segala permasalahan yang dihadapi)
Anggota Pelapis
Jiddiyah adalah kader atau mukmin yang ketika mendapat tugas dan mendengar
perintah dari pihak qiadah (pemimpin, murabbi atau majlis syura) menyahutnya
dengan cepat tanpa ragu-ragu dan berkomentar, kerana ia memahami bahwa tugas
dan perintah yang datang dari kepimpinan adalah untuk segera dilaksanakan bukan
untuk didiskusikan. Kerana ia sama-sama berkongsi wawasan organisasi.
Demikianlah para
sahabat Nabi s.a.w memahami perintah ketika turun ayat yang mengharamkan khamar
(Al-Maidah 3: 90) dan perintah kewajiban menutup aurat (An-Nur 24 : 31). Begitu
para muslimat sahabiyat mendengar perintah menutup aurat ketika di pasar,
mereka langsung menarik kain kudung untuk menutup kepala dan dada mereka tanpa
ragu-ragu dan berkomentar.
Al-Azmul Qawiy
(Kesungguhan Yang Kuat)
Aktivis dan kader dakwah harus memiliki semangat dan
kesungguhan yang kuat, kerana amanah yang dipikulnya sangat berat. Di antara
doa Rasulullah s.a.w ialah:
“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari ketidakberdayaan dan
malas, aku berlindung kepadaMu dari sifat penakut dan kikir, dan aku berlindung
dari hutang yang membelenggu dan tertindas oleh orang zalim”
Al-Mutsabarah (Tabah & Istiqamah)
Kerja da’wah adalah kerja besar yang tidak akan berakhir
kecuali dengan kematian. Perjalanan dakwah penuh dengan ujian, cubaan,
tentangan dan rintangan. Tidak ada yang sanggup menjalaninya kecuali
orang-orang yang telah menjadikannya tugas pokok dan utama yang tidak boleh
dikalahkan dengan kegiatan apa pun, keberlangsungan dakwah dan keberhasilannya
menjadi fokus perhatiannya, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasululllah
s.a.w. Baginda tidak pernah lemah semangat dan putus asa, tidak pernah menyerah
atau mundur.
Ketika pembesar kafir Quraisy memusuhi dakwah, serta
mengancam untuk menghabiskan nyawanya, baginda berkata:
“Demi Allah, sekalipun mereka dapat meletakkan matahari di
samping kananku dan bulan di samping kiriku, agar aku meninggalkan dakwahku,
nescaya aku tidak akan berhenti berdakwah dan meninggalkannya sehingga Allah
memenangkannya atau aku mati di jalannya.”
Para sahabat generasi
terbaik yang langsung di bawah asuhan madrasah Rasulullah s.a.w, telah
meneruskan misi perjuangan rasul mereka. Mereka berdakwah dengan meninggalkan
kampung halaman, tanah air, isteri, anak dan harta benda sehingga panji Islam
berkibar di seluruh dunia. Kehidupan mereka adalah jihad yang tidak henti-henti
dan pengorbanan yang tanpa batas dalam membela Islam.
Taskhir Kulli Imkanat (Mengerahkan Seluruh Potensi)
Dakwah menuntut para aktivis dan kader mengerahkan seluruh
potensi yang dimiliki berupa pemikiran, harta, waktu, tenaga, jiwa dan raga.
Sehingga tidak ada potensi yang dimilikinya kecuali telah diberikan untuk
kepentingan dakwah.
Saat ini sebahagian besar aktivis masih belum mengerahkan
tenaga yang maksima dalam memperjuangkan dakwah.
Kita baru
memberikan sebahagian dari sisa potensi untuk dakwah, sisa baki waktu, sisa
pikiran, sisa tenaga dan sisa harta. Sehingga hasilnya pun belum
terlihat nyata.
Mughalabatul ‘Adzar (Dapat Mengatasi Segala Permasalahan
Yang Dihadapi)
Amanah dakwah hanya dapat dipikul oleh orang-orang yang
memilih azimah yang tinggi, bukan orang yang memilih tujuan yang rendah, senang
dengan hidup santai dan memiliih istirahat dan hidup tidak mahu susah.
Dakwah hanya dapat dikerjakan oleh orang yang dapat
mengatasi uzur (masalah) bukan pandai membuat keuzuran diri, berusaha semampu
mungkin untuk terus aktif di medan
perjuangan dan memberi sumbangan yang terbaik untuk amal Islam dan dakwah.
Salah satu contoh sahabat yang bernama Amru bin Jamuh,
seorang tua renta yang kakinya pincang dan matanya buta. Begitu mendengar
seruan jihad ia langsung menyatakan keinginan bergabung ke dalam barisan para
mujahidin, walaupun ketiga orang anaknya melarang bapa mereka untuk ikut serta
dalam jihad, dengan alasan mereka sudah mewakili keluarga dan beliau sudah
sangat udzur untuk tidak ikut jihad. Tapi apa komentarnya? Amru berkata
masalahnya adalah syurga Allah. Apakah kamu wahai anak-anakku dapat memberikan
jaminan syurga bagiku?
Hingga akhirnya ia mendapat restu dan doa dari Rasulullah
s.a.w: “Ya Allah masukkanlah ia ke dalam syurga dengan kakinya pincang”
Amru bin Jamuh selalu berpandangan positif ingin memberikan
kontribusi langsung untuk dakwah dan jihad.
Ciri-ciri jiddiyah Imaniyah merupakan sifat asasi serta
akhlak yang harus dimiliki oleh aktivis dan kader dakwah yang mengikat janji
setia dengan Allah dan menjual dirinya serta ingin mati demi dakwah.
Tarbiyah Jiddiyah Imaniyah dalam dakwah merupakan suatu
kenescayaan, kerana hanya dengannya amanah risalah dan kewajiban dakwah dapat
dipikul dan direalisasikan dengan semaksimal mungkin.
Ciri-ciri Jiddiyah Imaniyah
1. Menjaga dan memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang positif
dan berguna untuk dakwah.
2. Menghindari dari banyak bergurau dan melamun. Di antara
wasiat Imam Al-Banna adalah “Janganlah kamu banyak bergurau kerana umat yang
sedang berjuang tidak mengenal gurauan.”
3. Memilih azimah (kesungguhan yang kuat) yang berat dan
tidak memilih kemudahan-kemudahan kerana dakwah tidak akan tertegak di atas
rukhsah.
4. Melaksanakan
tugas dengan segera, tidak menundakan pekerjaan hari ini sehingga esok.
5. Selalu
memuhasabah diri, memperbaharui janji kepada Allah dan selalu beristighfar,
serta bertaubah atas segala dosa dan kelalaian.
6. Senantiasa
dalam keadaan siap siaga menanti arahan.
Saudara-saudaraku
dalam Islam jadilah aktivis dakwah dan harakah, janganlah menjadi penonton,
komentator, pengatur strategi atau pengamat dakwah. Jadilah orang yang terlibat
di dalamnya secara produktif untuk mengharapkan redha Allah taala bukan redha
manusia.
Sumber rujukan
1. Manhaj Harakah
Dalam Sirah An-Nabawiyah, Sheikh Muhammad Munir Ghadhoban.
2. Majalah Daurut
Tarbiyah dalam menjaga Asholah Da’wah, Ust. Abdul Muiz MA dan Ust Abdul Hasib
Hasan L.C, Edisi II thn 1, Jumadil Tsani 1424H, Edisi II, Julai/ Ogos 2003.
3. Aspek-aspek
Tarbiyah dalam Harakah Islamiyah, Aus Hidayat Nur
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as