Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    tarbiyah imaniyah

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 36
    Lokasi : rahasia

    tarbiyah imaniyah Empty tarbiyah imaniyah

    Post by kutubuku Wed Jun 30, 2010 7:48 pm

    Tarbiyah Imaniyah:


    Jiddiyah Dalam Tarbiyah





    oleh Ustaz Abdul Aziz Mohamed


    (Anggota Majlis Tertinggi PERGAS)








    Agar matlamat tarbiyah dan dakwah berjaya, seorang aktivis
    harus mengetahui dengan baik aspek-aspek dasar yang harus dilakukan dalam
    manhaj tarbiyah. Dengan pengetahuan itu, insyaAllah, akan lahirlah aktivis yang
    memiliki sifat sempurna lagi menyempurnakan (syamil mutakamil) bukan juziyah.
    Aktivis seperti itulah yang diperlukan dalam gerakan dakwah untuk meraih
    kemenangan dan keredhaan Allah taala.





    Tarbiyah Imaniyah yang diajarkan Rasulullah s.a.w bukanlah
    satu jalan yang mudah dilalui. Ia merupakan pengembaraan panjang melalui bukit
    yang penuh dengan onak dan duri. Berbagai rintangan seperti jurang yang
    menjunam dan ribut taufan yang senantiasa datang bertalu-talu.





    Seseorang yang mengakui beriman, akan diuji oleh Allah untuk
    membuktikan keimanannya. Ujian itu sendiri merupakan cara Allah menempa
    peribadinya agar semakin kental dan berkualiti.





    Sebagaimana yang difirman oleh Allah taala yang bermaksud:





    "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja
    mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
    sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya
    Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Dia mengetahui orang-orang yang
    dusta." (Al-Ankabut: 2-3)





    Para sahabat Rasulullah
    tidak putus-putusnya mengalami berbagai penderitaan dan kesulitan dalam dakwah.
    Sejarah menggambarkan kepada kita bagaimana penderitaan para sahabat yang
    mengalami permusuhan dari golongan kuffar dan musyirikin Mekah. Para sahabat dari kalangan dhu’afa mengalami penyiksaan
    yang kejam, seperti yang dialami Bilal bin Rabah dan Amar ibn Yasir.





    Tarbiyah Imaniyah menempa ruh seorang mukmin untuk bertaqwa
    kepada Allah, kukuh dan kuat menghadapi badai kehidupan, serta mampu
    mengendalikan pikiran dan perbuatannya dalam menghadapi sikap sahabat mereka
    yang ujub atau berbangga dengan pendapatnya sendiri.





    Tarbiyah Ar-Ruhiyah


    Pada tahap pembinaan, gerakan dakwah hendaklah menjadikan
    aspek tarbiyah ruhiyah sebagai salah satu keutamaan. Penekanan utama pembinaan
    dalam masalah aqidah saja tidak ada artinya bila tidak diiringi dengan aplikasi
    langsung berbentuk pendekatan kepada Allah taala dan minhajullah dalam ibadah.
    Tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya dalam jiwa para aktivis dakwah,
    selain daripada menekankan ibadah, keta’atan dan amalan-amalan sunnah.





    Peningkatan ruhiyah adalah satu-satunya upaya untuk mencapai
    kecintaan Allah terhadap para pendakwah atau mukmin yang menegakkan dinullah.
    Dakwah akan kering dan hambar apabila para pendakwah tidak memiliki hubungan
    yang erat dengan Allah taala.





    Ibadah wajib mahupun sunnah akan menghubungkan hati dengan
    Allah, serta meneguhkan jiwa dalam menghadapi segala penderitaan, lulus menghadapi
    fitnah dan teguh di atas kebenaran. Semua ini menunjukkan bahwa imanlah yang
    menolak dan menggerakkan manusia untuk memiliki pencapaian ruhiyah yang tinggi.
    Sementara itu, gerakan dan amal Islami tidak akan terwujud bila seseorang itu
    sakit, sama ada fizikalnya akal atau hatinya.





    Para pejuang ke jalan Allah
    sangat memerlukan senjata ruhiyah ini, dalam melaksanakan tugas dakwah yang
    selalu menghadapi rintangan dan gangguan sama ada dari musuh yang di luar
    mahupun dari dalam.





    Jika pada tahap permulaan binaan rijalnya, gerakan dakwah
    Islam yang tidak memperhatikan aspek ibadah, aspek ruhiyah dan tadabbur
    ayat-ayat Al-Quran dalam qiyamullail secara berterusan serta program pengukuhan
    ruhiyah secara berulang-ulang untuk hidup terus, pasti akan menyaksikan para
    pengikutnya atau anggotanya berjatuhan dan berciciran satu demi satu serta cair
    oleh benturan rancangan dan agenda pihak musuh Islam.





    Sumber kekuatan dakwah Islam adalah Allah taala. Segala
    macam bentuk rancangan atau saranan ketenteraan tidak ada ertinya tanpa
    pertolongan Allah. Hanya dengan salimul Aqidah dan sahihul ibadah yang khusyuk,
    pertolongan Allah pasti akan datang, sesuai dengan firmanNya yang bermaksud:





    “Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan sholat, dan
    sesungguhnya hal ini sangat berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (Al-
    Baqarah: 45)





    Ciri-ciri Para Pendakwah Tarbiyah Imaniyah


    Tujuan dakwah jangka panjang adalah khilafah fil ard. Untuk
    mencapai cita-cita yang besar itu, diperlukan sumber tenaga umat yang kuat dan
    hebat yang bersaskan pada kader dakwah yang bercirikan jiwa jiddiyah
    (keseriusan) dan Tarbiyah Imaniyah yang berterusan.





    Mereka mengutamakan kerja dari hanya pandai mengkritik,
    berinisiatif dari pada hanya sekadar menunggu arahan, mereka memahami betul
    tugas dan peranan mereka dalam hidup dan perjuangan ini, dengan usaha yang
    termampu disertai dengan mendekatkan diri kepada Allah dalam rangka meraih
    bimbingan dan pertolonganNya.





    Jiwa jiddiyah bermaksud menjalankan tugas-tugas syari’i,
    pendidikan, dakwah dan harakah dengan berterusan, tabah dan mengerahkan seluruh
    potensi secara yang termampu serta dapat mengatasi segala hambatan yang
    dihadapinya demi terlaksananya tugas tersebut secara optimis.





    Syarat-Syarat Jiddiyah (Kesungguhan) Dalam Beramal


    Syarat-syarat Jiddiyah dalam beramal memiliki lima syarat:





    1. Al-Istijabah al-Fauriyah (Menyahut dengan segera)





    2. Al-Azmul al Qawiy (Kesungguhan yang kuat)





    3. Al-Mutsabarah (Tabah dan istiqamah)





    4. Taskhirul
    kulli imkanaat (Mengerahkan seluruh potensi)





    5. Mughalabul
    ‘adzar (Dapat mengatasi segala permasalahan yang dihadapi)





    Anggota Pelapis
    Jiddiyah adalah kader atau mukmin yang ketika mendapat tugas dan mendengar
    perintah dari pihak qiadah (pemimpin, murabbi atau majlis syura) menyahutnya
    dengan cepat tanpa ragu-ragu dan berkomentar, kerana ia memahami bahwa tugas
    dan perintah yang datang dari kepimpinan adalah untuk segera dilaksanakan bukan
    untuk didiskusikan. Kerana ia sama-sama berkongsi wawasan organisasi.





    Demikianlah para
    sahabat Nabi s.a.w memahami perintah ketika turun ayat yang mengharamkan khamar
    (Al-Maidah 3: 90) dan perintah kewajiban menutup aurat (An-Nur 24 : 31). Begitu
    para muslimat sahabiyat mendengar perintah menutup aurat ketika di pasar,
    mereka langsung menarik kain kudung untuk menutup kepala dan dada mereka tanpa
    ragu-ragu dan berkomentar.





    Al-Azmul Qawiy
    (Kesungguhan Yang Kuat)


    Aktivis dan kader dakwah harus memiliki semangat dan
    kesungguhan yang kuat, kerana amanah yang dipikulnya sangat berat. Di antara
    doa Rasulullah s.a.w ialah:





    “Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari ketidakberdayaan dan
    malas, aku berlindung kepadaMu dari sifat penakut dan kikir, dan aku berlindung
    dari hutang yang membelenggu dan tertindas oleh orang zalim”





    Al-Mutsabarah (Tabah & Istiqamah)


    Kerja da’wah adalah kerja besar yang tidak akan berakhir
    kecuali dengan kematian. Perjalanan dakwah penuh dengan ujian, cubaan,
    tentangan dan rintangan. Tidak ada yang sanggup menjalaninya kecuali
    orang-orang yang telah menjadikannya tugas pokok dan utama yang tidak boleh
    dikalahkan dengan kegiatan apa pun, keberlangsungan dakwah dan keberhasilannya
    menjadi fokus perhatiannya, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasululllah
    s.a.w. Baginda tidak pernah lemah semangat dan putus asa, tidak pernah menyerah
    atau mundur.





    Ketika pembesar kafir Quraisy memusuhi dakwah, serta
    mengancam untuk menghabiskan nyawanya, baginda berkata:





    “Demi Allah, sekalipun mereka dapat meletakkan matahari di
    samping kananku dan bulan di samping kiriku, agar aku meninggalkan dakwahku,
    nescaya aku tidak akan berhenti berdakwah dan meninggalkannya sehingga Allah
    memenangkannya atau aku mati di jalannya.”








    Para sahabat generasi
    terbaik yang langsung di bawah asuhan madrasah Rasulullah s.a.w, telah
    meneruskan misi perjuangan rasul mereka. Mereka berdakwah dengan meninggalkan
    kampung halaman, tanah air, isteri, anak dan harta benda sehingga panji Islam
    berkibar di seluruh dunia. Kehidupan mereka adalah jihad yang tidak henti-henti
    dan pengorbanan yang tanpa batas dalam membela Islam.





    Taskhir Kulli Imkanat (Mengerahkan Seluruh Potensi)


    Dakwah menuntut para aktivis dan kader mengerahkan seluruh
    potensi yang dimiliki berupa pemikiran, harta, waktu, tenaga, jiwa dan raga.
    Sehingga tidak ada potensi yang dimilikinya kecuali telah diberikan untuk
    kepentingan dakwah.





    Saat ini sebahagian besar aktivis masih belum mengerahkan
    tenaga yang maksima dalam memperjuangkan dakwah.





    Kita baru
    memberikan sebahagian dari sisa potensi untuk dakwah, sisa baki waktu, sisa
    pikiran, sisa tenaga dan sisa harta. Sehingga hasilnya pun belum
    terlihat nyata.





    Mughalabatul ‘Adzar (Dapat Mengatasi Segala Permasalahan
    Yang Dihadapi)


    Amanah dakwah hanya dapat dipikul oleh orang-orang yang
    memilih azimah yang tinggi, bukan orang yang memilih tujuan yang rendah, senang
    dengan hidup santai dan memiliih istirahat dan hidup tidak mahu susah.





    Dakwah hanya dapat dikerjakan oleh orang yang dapat
    mengatasi uzur (masalah) bukan pandai membuat keuzuran diri, berusaha semampu
    mungkin untuk terus aktif di medan
    perjuangan dan memberi sumbangan yang terbaik untuk amal Islam dan dakwah.





    Salah satu contoh sahabat yang bernama Amru bin Jamuh,
    seorang tua renta yang kakinya pincang dan matanya buta. Begitu mendengar
    seruan jihad ia langsung menyatakan keinginan bergabung ke dalam barisan para
    mujahidin, walaupun ketiga orang anaknya melarang bapa mereka untuk ikut serta
    dalam jihad, dengan alasan mereka sudah mewakili keluarga dan beliau sudah
    sangat udzur untuk tidak ikut jihad. Tapi apa komentarnya? Amru berkata
    masalahnya adalah syurga Allah. Apakah kamu wahai anak-anakku dapat memberikan
    jaminan syurga bagiku?





    Hingga akhirnya ia mendapat restu dan doa dari Rasulullah
    s.a.w: “Ya Allah masukkanlah ia ke dalam syurga dengan kakinya pincang”





    Amru bin Jamuh selalu berpandangan positif ingin memberikan
    kontribusi langsung untuk dakwah dan jihad.





    Ciri-ciri jiddiyah Imaniyah merupakan sifat asasi serta
    akhlak yang harus dimiliki oleh aktivis dan kader dakwah yang mengikat janji
    setia dengan Allah dan menjual dirinya serta ingin mati demi dakwah.





    Tarbiyah Jiddiyah Imaniyah dalam dakwah merupakan suatu
    kenescayaan, kerana hanya dengannya amanah risalah dan kewajiban dakwah dapat
    dipikul dan direalisasikan dengan semaksimal mungkin.





    Ciri-ciri Jiddiyah Imaniyah


    1. Menjaga dan memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang positif
    dan berguna untuk dakwah.





    2. Menghindari dari banyak bergurau dan melamun. Di antara
    wasiat Imam Al-Banna adalah “Janganlah kamu banyak bergurau kerana umat yang
    sedang berjuang tidak mengenal gurauan.”





    3. Memilih azimah (kesungguhan yang kuat) yang berat dan
    tidak memilih kemudahan-kemudahan kerana dakwah tidak akan tertegak di atas
    rukhsah.





    4. Melaksanakan
    tugas dengan segera, tidak menundakan pekerjaan hari ini sehingga esok.





    5. Selalu
    memuhasabah diri, memperbaharui janji kepada Allah dan selalu beristighfar,
    serta bertaubah atas segala dosa dan kelalaian.





    6. Senantiasa
    dalam keadaan siap siaga menanti arahan.





    Saudara-saudaraku
    dalam Islam jadilah aktivis dakwah dan harakah, janganlah menjadi penonton,
    komentator, pengatur strategi atau pengamat dakwah. Jadilah orang yang terlibat
    di dalamnya secara produktif untuk mengharapkan redha Allah taala bukan redha
    manusia.





    Sumber rujukan


    1. Manhaj Harakah
    Dalam Sirah An-Nabawiyah, Sheikh Muhammad Munir Ghadhoban.





    2. Majalah Daurut
    Tarbiyah dalam menjaga Asholah Da’wah, Ust. Abdul Muiz MA dan Ust Abdul Hasib
    Hasan L.C, Edisi II thn 1, Jumadil Tsani 1424H, Edisi II, Julai/ Ogos 2003.





    3. Aspek-aspek
    Tarbiyah dalam Harakah Islamiyah, Aus Hidayat Nur

      Similar topics

      -

      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 10:05 pm