Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    ahlussunnah wal jama'ah versi NU

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 36
    Lokasi : rahasia

    ahlussunnah wal jama'ah versi NU Empty ahlussunnah wal jama'ah versi NU

    Post by kutubuku Wed Jun 30, 2010 6:30 pm

    Aswaja Klaim Nahdlatul Ulama
    Pembakuan terhadap Kemapanan dalam Visi
    Anak Muda Nahdlatul =91Ulama*
    Imam Ghazali MA


    Mukaddimah NU sejak berdirinya tahun 1926
    mencantumkan istilah aswaja
    pada Qanun Asasinya.Jadi bagi NU, aswaja adalah doktrin aqidah yang
    harus dimengerti, ditanamkan secara benar dan dipertahankan oleh
    pimpinan dan para anggotanya. Dalam perkembangan selanjutnya, konsep
    Ahlusunnah Waljamaah disingkat Aswaja yang dijabarkan oleh K.H.Bisyri
    Mustafa dibakukan menjadi Aswaja versi NU. Menurutnya Aswaja adalah
    golongan muslim yang mengikuti rumusan Abu Hasan Al-Asy=92ari dan Abu
    Mansur Al- Maturidi dalam bidang aqidah dan mengikuti salah satu dari
    mazhab empat dalam fiqih serta mengikuti Imam Al-Junaid al-Bagdadi dan
    Abu Hamid al-Ghazali dibidang tasawuf. Dan kesemuanya itu menjadi
    rangkaian kesatuan yang tak dapat dipisahkan.


    Tapi anehnya, ulama NU sejak berdiri sampai saat ini
    belum sempat
    melakukan =93kajian serius=94 terhadap pemikiran para tokoh perumus=
    Aswaja
    tadi. Kevakuman ini mendorong generasi muda NU terutama mereka yang
    mengenyam pendidikan tinggi, seperti Said Aqil, Masdar F. Mas=92udi,
    Nurhadi Iskandar, Ulil Absar Abdalla dan lain-lain mencoba untuk
    melakukan =93kajian kritis=94 terhadap keabsahan rumusan tersebut.=
    Apakah
    betul klaim aswaja sebagai doktrin kelompok tradisional (baca NU) ?.


    Jauh sebelumnya, Umar Hasyim dalam bukunya Apakah
    Anda Temasuk Golongan
    Ahlussunnah Wal Jamaah menekankan bahwa pengertian Ahlussunnah Wal
    Jamaah dianut oleh seluruh umat Islam kalangan Sunni dan menolak asumsi
    bahwa Ahlussunnah Wal Jamaah hanya dianut oleh segolongan tradisional
    saja.(Lihat, Einar Matahan Sitompul,Mth, NU dan Pancasila, footnote,
    hal 70)


    Walhasil, dengan melihat latar belakang
    intelektualitas para perumus
    Aswaja model NU dan kondisi sosialogis masyarakat Indonesia pada awal
    berdirinya NU, secara apriori ada satu keyakinan bahwa konsepsi Aswaja
    model NU tidak dimaksudkan sebagai defenisi mutlak dan oleh karenanya
    sangat kondisional dan temporal.


    Aswaja dalam Konteks Historis


    Kaum muslimin pada masa Rasullullah SAW adalah umat
    yang satu, tidak
    terkotak-kotak dalam aneka kecenderungan, baik kabilah, paham
    keagamaan, ataupun visi sosial politik. Segala masalah yang muncul
    segera teratasi dengan turunnya wahyu dan disertai dengan pengarahan
    dari Rasullulah SAW. Walaupun tradisi kaum muslimin yang cukup dinamis
    dan terkendali pada waktu itu. Konon Rasulullah SAW sering memfrediksi
    =93kondisi nyaman=94 ini akan segera pudar sepeninggal beliau. Prediksi
    Rasullulah SAW itu terungkap dalam beberapa hadits, yang biasanya
    diawali dengan kata-kata =93saya=92ti ala ummati Zaman=94 (umatku akan=
    sampai
    pada suatu masa), =93sataf tariqu ummati=94 (umatku akan terpecah) dan
    seterusnya.


    Berdasarkan hadits =93model Prediksi=94 itulah
    istilah Ahlusunnah Wal
    Jamaah ditemukan. Rasulullah SAW.bersabda :=94Umatku akan terpecah
    menjadi 73 golongan, hanya satu golongan yang selamat dan yang lain
    binasa=94. Ditanyakan :Siapakah golongan yang selamat itu ? Rasulullah
    menjawab Ahlussunnah Wal Jamaah. Ditanyakan: apa Ahlussunnah Wal Jamaah
    itu ?. Rasulullah menjawab: =93apa yang aku dan sahabat-sahabatku=
    lakukan
    saat ini=94


    Hadits =93iftiraqul ummah=94 diatas seperti yang
    dikatakan Abdul Qahir,
    mempunyai banyak isnad dan banyak sahabat yang meriwayatkannya. Namun
    demikian, ulama berbeda pendapat tentang keshahihan hadits tersebut.


    Yang pertama: berpendapat dhaif dengan hujjah tak
    satu pun dari sekian
    isnad yang tidak mengandung perawi dhaif . Yang kedua: berpendapat
    muhtajju bihi dengan alasan: meskipun tidak satu pun isnad yang tidak
    mengandung perawi dhaif tapi banyaknya isnad dan sahabat yang
    meriwayatkan, memperkuat dugaan adanya hadits tersebut.(lihat
    :Al-Baghdady, Al-farqu Bainal firaq,Hal 7 catatan kaki).


    Jadi, jika hadits itu shahih Aswaja sebagai informasi
    yang akan muncul
    kemudian, sudah dikenal sejak masa Rasulullah SAW,.tetapi Aswaja
    sebagai realitas komunitas muslim belum ada pada masa itu. Atau dengan
    kata lain kaum muslimin pada masa Rasulullah itulah Aswaja; berdasarkan
    hadits tadi =93ma ana alaihi al-yauma wa ashhabi=94 bahwa aswaja adalah
    sikap dan amalan yang kulakukan sekarang bersama sahabat-sahabatku.
    Jadi amalan (Sunnah) Rasul yang
    bersama para sahabat itulah yang
    disebut Aswaja. Yaitu ketika kaum muslimin tidak terkotak-kotak dalam
    kecenderungan misi politik. Ternyata setelah beliau wafat, para sahabat
    sudah terkotak dalam kecenderungan politik tertentu. Dengan mengikuti
    logika =93asap dan api=94, isu =93iftiragul ummah=94 dari prediksi=
    Rasul
    menjadi kenyataan dan adanya satu firqah (golongan) yang selamat, sudah
    dikenal pada masa sahabat. Akan tetapi klaim sebagai Aswaja belum ada
    pada masa sahabat. Dengan demikian pada masa khulafaurrasyidin pun
    masih dipertanyakan apakah masuk dalam kriteria ma ana =91alaihi=
    al-yauma
    wa ashhabi ?


    Setelah
    beliau wafat, kecenderungan politik dengan segala frediksinya
    mulai tampak ke permukaan, antara golongan Anshar, Muhajirin, dan Ahlul
    Bait. Tetapi .frediksi itu segera teratasi, setelah mayoritas umat
    sepakat membaiat Abu Bakar, kemudian Umar, Usman, dan Ali sebagai
    pimpinan tertinggi kaum muslimin (khalifah-Khulafa). Tetapi itu bukan
    berarti frediksi kecenderungan politik pudar pada masa yang dikenal
    dengan era Khulafa al-.Rasyidin itu. Frediksi itu terus berkembang dan
    menunggu waktu yang kondusif untuk muncul.


    Usman yang
    tewas secara tragis dan naiknya Ali sebagai khalifah
    dianggap oleh para sejarawan sebagai titik kulminasi munculnya friksi
    politik yang terpendam pada masa Abu Bakar dan Umar. Kejadian ini
    dikenal dengan Fitnah Kubra yang pertama. Dan dari sinilah visi politik
    kaum muslimin sulit dipadamkan bahkan mengarah pada konfrontasi yang
    terus menerus.


    Berangkat
    dari konfrontasi fitnah kubra I yang segera diikuti perang
    shiffin sebagai fitnah kubra II, visi dan friksi politik kaum muslimin
    sudah sulit untuk disatukan kembali. Semua golongan yakin akan
    =93kebenaran=94 visi politiknya. Atas dasar keyakinan itulah semua=
    golongan
    membangun tradisi intelektual dari semua lini disiplin ilmu keislaman
    yang berkembang. Masing- masing golongan sibuk meligitiasi Qur=92an,
    hadits dan atsar para sahabat sesuai dengan kecenderungan politik
    mereka masing-masing.


    Landasan
    tradisi intelektual diatas, akhirnya semakin kokoh, setelah
    kaum muslimin berinteraksi dengan ragam budaya lokal, seperti Parsi,
    India, Asyuri, Finiqi, Zoroaster Masehi, Yahudi, dan yang paling
    menonjol adalah tradisi Hellenisme Yunani.


    Kapan
    Klaim Aswaja pada Suatu Golongan Tertentu Muncul ?


    Pendapat
    pertama: Sejak akhir Khulafatur-Rasyidin sampai tumbangnya
    Dinasti Umayah, komunitas aswaja sebetulnya belum muncul. Istilah ini
    juga tidak dikenal dalam pengajian (halaqah-halaqah) Hasan al-Basri
    (22-110 H). Komunitas yang
    paling menonjol pada masa Dinasti Umayah
    adalah:Umayah. Alawiyyin yang berkoalisi dengan Abbasiyyin menjadi
    Hasyimiyyin, Mu=92tazilah, Hasyawiyah, Khawarij, dan Ahlul Hadits.


    Kemudian
    pada awal Dinasti Abbasiyah komunitas Ahlul-Hadits mulai
    nampak eksistensinya. Ini berawal sejak digulirkannya mihnah khuluqul
    Al-Quran oleh imam Ahmad bin Hanbal sebagai tokoh sentralnya.


    Dari
    paparan diatas, diskursus pemikiran yang paling menonjol dan
    berpengaruh pada tatanan sosial dan politik pada abad kedua dan ketiga
    Hijriyah (masa Abbasiyah I) adalah rasional Mu=92tazilah yang=
    berhadapan
    dengan golongan tektualis Ahlus Hadits Hanabilah. Golongan terakhir
    inilah kemudian mengklaim diri mereka sebagai aswaja


    Pendapat
    kedua; Menurut Abu Hatim Ar-Razi, seorang penganut Syiah
    Ismailiyah (wafat 322 H), tema Aswaja mulai populer dikalangan bani
    Umayyah setelah padamnya pemberontakan Hasan, Husein dan Ibnu Zubair.
    Pendukung Bani Umayyah berkata,=93kami adalah ahlul Jamaah Siapa
    menentang kami berarti menentang umat dan meninggalkan sunnah.Kami
    adalah ahlusunnah wal Jamaah=94. Ar-Razi mengomentari peristiwa itu
    dengan mengatakan, =93maksud mereka adalah menyepakati satu pemimpin
    meskipun berbeda pendapat dan mazhab=94 (lihat Ibrahim H=E2kat,=
    Assiy=E2sah
    wa Al-Mujtam=E2=92fi =91Ashri Al-Umawy, hal .295) Dengan mengacu pada
    pendapat Ar.-Razi, berarti klaim aswaja pertama kali dimunculkan oleh
    bani umayyah untuk menunjuk pada golongan politik dan bukan aqidah.


    Pendapat
    ketiga; Muhammad Abduh dalam Risalat at tauhid menjelaskan
    bahwa aswaja adalah klaim pendukung dan pengikut Al-Asy=92ari (wafat=
    303
    H) seperti Imam Haramain, Al- Isfiayny dan Abu Bakar Al-Baqilany untuk
    pendapat beliau. (lihat Muhammad Abduh, Ris=E2latut Tauhid, hal
    11).Secara implisit Abduh mengatakan bahwa tema aswaja baru muncul pada
    awal abad empat, dan untuk menunjuk golongan aqidah. Dari pendapat
    kedua dan ketiga dapat disimpulkan bahwa istilah aswaja belum ada pada
    masa pemulaan Islam. Sebab pada waktu itu umat Islam masih dalam
    kondisi Ummatun Wahidah.


    Perpecahan
    umat Islam akibat perbedaan haluan politik pada masa sahabat
    memang melahirkan kelompok-kelompok. Akan tetapi tak satu pun kelompok
    diberi nama Aswaja. Baru pada masa pemerintahan dinasti Umayyah,
    kelompok itu mengklaim dirinya sebagai kelompok Aswaja. Begitu juga
    ketika Ma=92bad Al-Juhany, Ghoylan Ad-Dimasyqy dan Yunus Al-Asway pada
    masa akhir sahabat mempermasalahkan qadla dan qadar (lihat
    Syahrasyatany, Milal wan Nihal,hal.22), lahir kelompok-kelompok dengan
    aqidah masing-masing. Namun tak satu pun kelompok yang dijuluki sebagai
    Aswaja. Baru setelah Asy=92ari memodernisasi ekstrem aqal dan ekstrem
    naql dalam aqidahnya, para pengikutnya memproklamirkan diri sebagai
    Aswaja. Dari fakta diatas ada indikasi bahwa munculnya klaim Aswaja
    merupakan upaya mendapatkan kemenangan psikologis bagi suatu golongan.


    Siapakah
    Ahlussunnah Wal Jamaah ?


    Hadits
    prediksi Rasul tentang iftiraqul ummah tidak menunjuk dengan
    sharih orang-orang yang termasuk dalam golongan Aswaja. Ia hanya
    memberikan petunjuk secara global bahwa Aswaja adalah orang-orang yang
    mengikuti =93jejak Nabi dan Sahabat=94 bisa berbeda antara satu orang
    dengan yang lain atau satu golongan dengan golongan lain.


    Secara
    etimologis Ahlussunnah Wal Jamaah terdiri dari tiga kata, yaitu:
    ahl; keluarga, kelompok, golongan, dan komunitas, al-sunnah; tradisi,
    jalan, kebiasaan dan perbuatan sedang al-jamaah; kebersamaan,
    kolektifitas, komunitas, mayoritas dan lain-lain. Tiga rangkaian kata
    diatas, kemudian berkembang menjadi istilah bagi sebuah komunitas
    muslim yang secara konsisten bepegang teguh kepada tradisi (sunnah)
    Nabi Muhammad Saw dan sebagai landasan normatif setelah Al-Qur.=92an,=
    dan
    selalu mengikuti alur pemikiran dan sikap mayoritas kaum muslimin.
    Dengan kata lain Ahlussunnah adalah golongan mayoritas. Bila bani
    Umayyah mengklaim sebagai kelompok mayoritas maka Syiah pun membalasnya
    dengan klaim yang sama. Bahkan mereka mengatakan bahwa bani Umayyah
    adalah kelompok separatis. (Ibahim Haokat,As-Siyasah wal Mujtama=92 i
    Ashil Umawy, hal 318)


    Jadi
    pendefenisian Aswaja oleh bani Umayyah tidak mereduksi globalitas
    konsep Aswaja dalam hadits. Aswaja masih saja tidak mempunyai ciri dan
    karakteristik tertentu yang bisa menunjuk pada kelompok tertentu


    Konsepsi
    Aswaja baru mendapatkan karakteristik politis dan theologis
    ketika para pendukung Asy=92ari memproklamasi kan diri sebagai Aswaja.
    Meskipun Asy=92ari dikenal sebagai theolog,wa bittalii mazhab yang
    didirikan adalah mazhab theologi, akan tetapi perbedaan umat Islam
    dalam aqidah pada waktu itu interen dengan perbedaan politis. Sehingga
    mazhab theologi Asya=92ri juga mencakup pendapat beliau tentang=
    khilafah
    .


    Al-Baqdhadi
    (wafat29 H) dalam alfarqu bainal firaq, mengembangkan
    cakupan Aswaja dan Beliau tidak memasukkan merumuskan konsepnya dengan
    karakteristik yang lebih jelas. Menurutnya ada lima belas pokok aqidah
    yang harus diketahui oang mukallaf. Dan orang yang mempunyai pendapat
    berbeda dengan 15 aqidah tersebut maka orang itu tersesat.Beliau juga
    membagi kelas kelas Aswaja menjadi delapan yaitu: mutakallimin, fuqaha,
    muhaditsin,mufassirin,ulamaahl lughah, mutashawwifin, orang-orang yang
    berjihad dan orang-orang yang mengikuti pendapat ulama Aswaja.


    Beliau
    tidak memasukkan Khawarij, Qadariyyah, Syi=92ah dan lain-lain
    dalam kelompok Aswaja karena menurutnya mereka adalah orang-orang yang
    mencela, mengfasikkan para sahabat bahkan mengkafirkannya. Padahal
    Aswaja adalah orang yang mengikuti jejak sahabat.


    Ada
    beberapa catatan yang perlu disampaikan bahwa:


    1. Dalam
    menafsirkan Aswaja ,Al-Bagd=E2dy tidak menyebut-nyebut dalil
    naqli. Penafsirannya hanya didukung pemahaman aqal terhadap lafadz
    ashhaby.
    2. Al-Bagdady memasukkan kelompok mutasawwifin dalam kelompok aswaja,
    padahal fuqaha menentang keras aliran tersebut.
    3. kelima belas kelompok yang ditetapkan Al-Bagdady adalah
    masalah-masalah yang sedang diperdebatkan.


    Jadi dari
    pembahasan diatas bisa disimpulkan bahwa perumusan Aswaja
    yang kemudian dibakukan adalah pengintian masalah-masalah aqidah yang
    sedang diperdebatkan dan penetapan salah satu pendapat yang dianggap
    sesuai dengan pendapat mayoritas sahabat.


    Konsep
    Aswaja Versi NU


    =93Hai
    para ulama dan pemimpin yang takut kepada Allah dari=
    kalangan
    Ahlussunnah Wal Jamaah dan pengikut mazhab imam empat! Kalian
    sudah menuntut ilmu agama dari orang-orang yang hidup sebelum
    kalian,begitu pula generasi sebelumnya dengan bersambung sanadnya
    sampai pada kalian. Begitu
    juga kalian harus melihat dari siapa
    kalian menuntut ilmu agama Islam. Karena dengan cara menuntut ilmu
    pengetahuan seperti itu maka kalian menjadi pemegang kuncinya,
    bahkan menjadi pintu gerbangnya ilmu agama Islam. Oleh karenanya
    janganlah memasuki satu rumah kecuali melalui pintunya. Barang
    siapa yang memasuki satu rumah tidak melalui pintunya maka ia
    adalah pencuri=94. (Einar,opcit,hal 69).


    Demikian
    Hadatus Syekh Hasyim Asy=92ari mulanya merumuskan aswaja.


    Yang
    menarik dari perumusan diatas adalah disebutkannya Pengikut Imam
    Mazhab Empat. Ini satu indikasi bahwa penekanan aswaja mulanya pada
    permasalahan figh yang dalam hal ini adalah masalah taqlid terhadap
    imam empat. Hal ini bisa dimengerti karena perbedaan esensial yamg
    terjadi antara kelompok pembaharu dengan kelompok tradisional adalah
    masalah taqlid dan ijtihad.


    Tetapi
    mengapa hanya pendapat imam yang empat dianut? Jawaban yang
    sering terdengar adalah hanya imam empat itulah yang mazhabnya
    terkodifikasi lengkap sehingga sampai ke tangan kita dengan selamat.
    Adapun mazhab lainnya belum terkodifikasi secara lengkap sehingga
    pendapatnya tidak utuh sampai ke tangan kita. Kalau benar ini
    alasannya, maka ada satu kejanggalan, mengapa madzhab Ad-Dzahiri dengan
    mengacu kitab al-Muhall=E2 Ibnu Hazm tidak diikuti. Padahal Ibnu Hazm
    juga disebut oleh Al-Baghdadi sebagai ulama Ahlussunnah.


    Jika NU
    merumuskan Aswaja dengan menyebut para tokoh bersama rumusannya
    sebagai panutan yang harus diikuti dapat diartikan bahwa NU ingin
    memadukan pemahaman ajaran islam yang mengandung unsur-unsur yang
    terjadi pada abad II, III, IV, V, dan VI Hijriyah.


    Definisi
    yang dirumuskan (hasil penjabaran KH.Bisyri Mustafa) adalah
    sebagai berikut : satu, menganut ajaran-ajaran imam madzhab dari salah
    satu empat madzhab dalam bidang fiqih. Kedua, menganut ajaran Imam Abu
    Hasan al-Asy=92ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi dalam bidang tauhid.
    Ketiga, menganut dasar-dasar ajaran Imam Abu Qasim Al-Junaidy dan
    Ghazali dalam bidang tasawwuf


    Rumusan
    pada point kedua menegaskan corak ke-Aswaja-an NU dan sikap
    kaum tradisional terhadap gerakan pembaruan, sedang pada point ketiga
    merupakan sikap penerimaan NU terhadap paktek tasawuf dengan menyeleksi
    tasawuf yang benar.


    Bila kita
    bandingkan dengan konsepsi Aswaja Al-Baghdadi, setidaknya ada
    dua hal yang berbeda ; Pertama, Aswaja versi NU tidak menyebutkan
    pandangannya tehadap masalah khilafah. Hal ini bisa dimengerti, karena
    Islam yang masuk di Indonesia bukan Islam Syiah juga bukan Khawarij
    oleh karenanya perbedaan umat Islam di Indonesia tidak berkisar pada
    masalah itu. Kedua, Aswaja model NU langsung dengan jelas menunjuk pada
    aliran tasawuf tertentu, yang itu tidak masuk dalam konsepsi Aswaja
    Al-Baghdadi. Jadi mengacu pada hal diatas bisa disimpulkan bahwa Aswaja
    model NU di satu sisi merupakan reaksi terhadap gerakan pembaruan dan
    di sisi lain merupakan pengakuan tehadap praktek keagamaan yang
    berkembang saat itu.


    Jika
    rumusan NU diatas dimaksudkan mendefinisikan Aswaja, maka definisi
    itu mengandung beberapa kelemahan; pertama, para imam madzhab fiqih
    tidak mungkin secara teologis mengikuti rumusan al-Asy=92ari dan
    al-Maturidi, karena masa hidup imam madzhab itu jauh lebih awal sebelum
    Al-Asy=92ari lahir malah yang terjadi Al-Asy=92ari dalam fiqih=
    mengikuti
    Imam Syafi=92i, dan al-Maturidi mengikuti madzhab Hanafi. Kedua, Imam
    Junaidi tidak mungkin mengikuti teologi al-Asy=92ari dan Al-Maturidi,
    karena yang pertama hidup satu abad sebelum tokoh kedua dan ketiga
    lahir. Junaidi juga tidak dikenal sebagai pengikut salah satu mazhab
    fiqih. Ketiga, Al-Ghazali walau pun sebagai pelanjut teologi al-Asy=92a=
    ri
    dan pengikut madzhab Syafi=92i dalam kategori tasawuf, ia bisa
    dikategorikan sebagai pengembang teori tasawuf liberal, seperti yang
    dikembangkan al-Hallaj. Keempat,
    rumusan teologi al-Asya=92ri sampai=
    saat
    ini masih simpang siur. Dalam kitab al-Ibanah, ia secara gamblang
    mengecam Mu=92tazilah karena sering mentakwil ayat-ayat mutasyabihat,
    seraya memuji Ahmad bin Hambal yang tak mau mentakwil. Ia sendiri
    menisbatkan diri sebagai pelanjut perjuangan Ahmad bin Hambal. Tetapi
    dalam kitab Al-Luma=92 dan Istihsan, ia mentakwil ayat-ayat=
    mutasyabihat,
    dan memuji Mu=92tazilah sebagai golongan Islam yang cerdas dan berjasa
    membentengi aqidah Islam dari serangan teologi Masehi, Yahudi,
    Hellenisme, dan lain-lain. Dalam dua kitab itu, ia menuduh kelompok
    Hambali , sebagai =93bodoh=94 dan jumud.


    Dilain
    pihak, golongan Al-Asya=92ari dan al-Maturidi dituduh sebagai
    zindiq yang menyesatkan kaum muslimin. bahkan Ibnu Taimiyah dalam
    beberapa kitabnya mengkafir-kan Al-Asy=92ari, jadi studi terhadap
    pemikiran teologi Al-Asy=92ari masih perlu diungkap secara tuntas.


    Buku-buku
    yang terbit di Saudi Arabia cenderung untuk mengatakan bahwa
    teologi Asy=92ari tidak berbeda dengan teologi yang dikembangkan oleh
    Ahmad bin Hambal dan Ibnu Taimiyah. Studi komprehensif tentang
    Al-Asy=92ari ditulis oleh Dr. Hamudah Gharabah menyimpulkan bahwa
    al-Asy=92ari merupakan pemikir yang mampu mengambil jalan tengah antara
    kecenderungan filosofis dan tektualis dalam menganalisa sifat-sifat dan
    kekuasaan Tuhan. Kiranya pendapat terakhir inilah yang dianut oleh
    warga NU.


    Penutup:
    Agenda Aswaja di Era Modern


    Rumusan NU
    diatas, walaupun mengandung beberapa kelemahan, harus
    dipahami sebagai upaya dini untuk meresponi perkembangan pemikiran yang
    tak akan keluar dari bingkai pemaduan secara seimbang antara landasan
    normatif Qur=92an dan Hadits, dan pengembangan penalaran. Rumusan ini
    juga harus dipahami sebagai metode untuk menyeleksi budaya lokal dan
    budaya asing yang masuk ke dunia Islam yang selalu berkembang.


    Karena rumusan itu kita anggap mengikuti metode
    berpikir pada tokoh,
    maka harus ada terobosan untuk merenovasi dalam berbagai bidang
    pemikiran, dengan tujuan kemaslahatan kaum muslimin secara menyeluruh
    dan melindungi hak-hak asasi manusia, sebagai realisasi Islam yang
    membawa rahmat bagi alam semesta.


    Hal yang paling mendesak untuk dirumuskan pada era
    modern ini adalah
    sebagai berikut, pertama, hubungan Islam dan negara yang sudah terkotak
    dalam nation state. Kedua, hubungan Syari=92ah Islam dengan hukum=
    publik
    baik nasional maupun internasional. Ketiga, konsep pemberdayaan rakyat
    menuju masyarakat yang musyawarah dan terbebas dari belenggu
    penghambaan. Keempat, konsep keadilan ekonomi, politik dan hukum.


    Ketika perdebatan aqidah makin marak dengan munculnya
    aliran Qadariyah
    dan Jabariyah, lahirlah al-Asy=92ari seorang teolog yang ingin
    mengembalikan pemahaman aqidah seperti pemahaman kaum salaf dengan
    memoderasi eksterm aqal dan ekstrem naql. Oleh pengikut dan pendukung
    nya, pendapat-pendapat beliau diklaim sebagai Aswaja. Awalnya
    pengertian Aswaja hanya sebatas pada kelompok aqidah, namun kemudian
    berkembang dan mencakup kelompok dalam mazhab fiqih.


    Konsep Aswaja baru mempunyai ciri dan karakteristik
    tertentu setelah
    al-Baghdady merumuskan beberapa aqidah yang menjadi ciri khas Aswaja.
    Akan tetapi perumusan Al- Baghdady lebih banyak didasarkan pada
    pelacakan terhadap kelompok mayoritas pada setiap era.


    Perumusan berikutnya dilakukan NU yang intinya
    merupakan penyempitan
    terhadap konsep Aswaja Al-Baghdady. Hal itu terjadi karena dasar
    keberdirian NU dari satu sisi merupakan reaksi terhadap gerakan
    pembaruan dan sisi lain merupakan pengakuan terhadap praktek keagamaan
    yang berlaku saat itu. Oleh karena
    itu Aswaja model NU tidak bersifat
    mutlak dan universal. Dan bisa juga Aswaja NU direvisi mengingat
    perkembangan keislaman yang terjadi. Bahkan boleh jadi konsep Aswaja
    ditiadakan karena akan mempersempit cakupan Aswaja itu sendiri. Wal-
    L=E2hu al musta=92=E2n


    *)Tulisan
    diambil dari naskah diskusi mingguan KMNU yang diramu kembali
    dengan makalah saudara Najib Buchori oleh Firdaus Dahlan


    =20

      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 6:22 am