Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    sejarah KAA

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 36
    Lokasi : rahasia

    sejarah KAA Empty sejarah KAA

    Post by kutubuku Thu Jun 24, 2010 6:51 pm

    Sejarah Singkat Konferensi Asia Afrika








    SEJARAH SINGKAT


    KONFERENSI ASIA AFRIKA





    1 Latar Belakang


    Berakhirnya
    Perang Dunia II pada bulan Agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi
    permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia dan tercipta perdamaian dan
    keamanan. Ternyata di beberapa pelosok dunia, terutama di belahan bumi Asia
    Afrika, masih ada masalah dan muncul masalah baru yang mengakibatkan permusuhan
    yang terus berlangsung, bahkan pada tingkat perang terbuka, seperti di Jazirah
    Korea, Indo Cina, Palestina, Afrika Selatan, Afrika Utara.








    Masalah-masalah
    tersebut sebagian disebabkan oleh lahirnya dua blok kekuatan yang bertentangan
    secara ideologi maupun kepentingan, yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Blok Barat
    dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Sovyet.
    Tiap-tiap blok berusaha menarik negara-negara di Asia dan Afrika agar menjadi
    pendukung mereka. Hal ini mengakibatkan tetap hidupnya dan bahkan tumbuhnya
    suasana permusuhan yang terselubung di antara kedua blok itu dan pendukungnya.
    Suasana permusuhan tersebut dikenal dengan sebutan "perang dingin".





    Timbulnya
    pergolakan dunia disebabkan pula oleh masih adanya penjajahan di bumi kita ini,
    terutama di belahan Asia dan Afrika. Memang
    sebelum tahun 1945, pada umumnya benua Asia
    dan Afrika merupakan daerah jajahan bangsa Barat dalam aneka bentuk. Tetapi sejak
    tahun 1945, banyak daerah di Asia Afrika menjadi negara merdeka dan banyak pula
    yang masih berjuang bagi kemerdekaan negara dan bangsa mereka seperti Aljazair,
    Tunisia, dan Maroko di wilayah Afrika Utara; Vietnam di Indo Cina; dan di ujung
    selatan Afrika. Beberapa negara Asia Afrika yeng telah merdeka pun masih banyak
    yang menghadapi masalah-masalah sisa penjajahan seperti Indonesia tentang Irian
    Barat, India dan
    Pakistan tentang Kashmir, negara-negara Arab tentang Palestina. Sebagian
    bangsa Arab-Palestina terpaksa mengungsi, karena tanah air mereka diduduki
    secara paksa oleh pasukan Israel
    yang dibantu oleh Amerika Serikat.





    Sementara
    itu bangsa-bangsa di dunia, terutama bangsa-bangsa Asia Afrika, sedang dilanda
    kekhawatiran akibat makin dikembangkannya pembuatan senjata nuklir yang bisa
    memusnahkan umat manusia. Situasi dalam negeri dibeberapa negara Asia Afrika
    yang telah merdeka pun masih terjadi konflik antar kelompok masyarakat sebagai
    akibat masa penjajahan (politik devide et impera) dan perang dingin antar blok
    dunia tersebut.





    Walaupun
    pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa
    (PBB) yang berfungsi menangani masalah¬masalah dunia, namun nyatanya badan ini
    belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut. Sedangkan kenyataannya, akibat
    yang ditimbulkan oleh masalah-masalah ini, sebagaian besar diderita oleh
    bangsa-bangsa di Asia Afrika. Keadaan itulah yang melatarbelakangi lahirnya
    gagasan untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika.














    2 Lahirnya Ide Konferensi


    Keterangan
    Pemerintah Indonesia
    tentang politik luar negeri yang disampaikan oleh Perdana Menteri Mr. Ali
    Sastroamidjojo, di depan parlemen pada tanggal 25 Agustus 1953, menyatakan
    "Kerja sama dalam golongan negara-negara Asia Arab (Afrika) kami pandang
    penting benar, karena kami yakin, bahwa kerja sama erat antara negara-negara
    tersebut tentulah akan memperkuat usaha ke arah tercapainya perdamaian dunia
    yang kekal. Kerja sama antara negara-negara Asia Afrika tersebut adalah sesuai
    benar dengan aturan-aturan dalam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang
    menyenangi kerja sama kedaerahan (regional arrangements). Lain dari itu
    negara¬negara itu pada umumnya memang mempunyai pendirian-pendirian yang sama
    dalam beberapa soal di lapangan internasional, jadi mempunyai dasar sama
    (commonground) untuk mengadakan golongan yang khusus. Dari sebab itu kerja sama
    tersebut akan kami lanjutkan dan pererat". Bunyi pernyataan tersebut
    mencerminkan ide dan kehendak Pemerintah Indonesia untuk mempererat kerja
    sama di antara negara¬negara Asia Afrika.





    Pada
    awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon (Srilanka) Sir John Kotelawala
    mengundang para Perdana Menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru),
    Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud
    mengadakan suatu pertemuan infor¬mal di negaranya. Undangan tersebut diterima
    baik oleh semua pimpinan pemerintah negara yang diundang. Pertemuan yang
    kemudian disebut Konferensi Kolombo itu dilaksanakan pada tanggal 28 April
    sampai dengan 2 Mei 1954. Konferensi ini membicarakan masalah-masalah yang
    menjadi kepentingan bersama.





    Yang
    menarik perhatian para peserta konferensi, diantaranya pertanyaan yang diajukan
    oleh Perdana Menteri Indonesia



    "Where do we stand now, we
    the peoples ofAsia, in this world of ours to day?" ("Dimana sekarang
    kita berdiri, bangsa Asia sedang berada di
    tengah-tengah persaingan dunia?"), kemudian pertanyaan itu dijawab sendiri
    dengan menyatakan


    "We
    have now indeed arrived at the cross-roads of the history of mankind. It is
    therefore that we Prime Ministers of five Asian countries are meeting here to
    discuss those crucial problems of the peoples we represent. There are the very
    problems which urge Indonesia
    to propose that another conference be convened wider in scope, between the
    African andAsian nations. Iam convinced that the problems are not only convened
    to the Asian countries represented here but also are of equal importance to the
    African and other Asian countries".


    ("Kita sekarang berada
    dipersimpangan jalan sejarah umat manusia. Oleh karena itu kita lima Perdana Menteri negara-negara Asia
    bertemu di sini untuk membicarakan masalah-masalah yang krusial yang sedang
    dihadapi oleh masyarakat yang kita wakili. Ada
    beberapa hal yang mendorong Indonesia
    mengajukan usulan untuk mengadakan pertemuan lain yang lebih luas, antara
    negara-negara Afrika dan Asia. Saya percaya
    bahwa masalah-masalah itu tidak hanya terjadi di negara-negara Asia yang
    terwakili di sini, tetapi juga sama pentingnya bagi negara-negara di Afrika dan
    Asia lainnya").





    Pernyataan tersebut memberi arah kepada
    lahirnya Konferensi Asia Afrika.









    Selanjutnya,
    soal perlunya Konferensi Asia Afrika diadakan, diajukan pula oleh Indonesia dalam
    sidang berikutnya. Usul itu akhirnya diterima oleh semua peserta konferensi,
    walaupun masih dalam suasana keraguan.


    Perdana Menteri Indonesia pergi ke Kolombo untuk memenuhi
    urndangan Perdana Menterl Srilanka dengan membawa bahan-bahan hasil perumusan
    Pemerintah Indonesia.
    Bahan-bahan tersebut merupakan hasil rapat dinas Kepala-kepala Perwakilan Indonesia di negara-negara Asia
    dan Afrika yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Mr. Sunario. Rapat dinas
    tersebut diadakan di Tugu (Bogor)
    pada tanggal 9 sampai dengan 22 Maret 1954.


    Akhirnya,
    dalam pernyataan bersama pada akhir Konferensi Kolombo, dinyatakan bahwa para
    Perdana Menteri peserta konferensi membicarakan kehendak untuk mengadakan
    konferensi negara-negara Asia Afrika dan menyetujui usul agar Perdana Menteri
    Indonesia dapat menjejaki sampai dimana kemungkinannya mengadakan konferensi
    semacam itu.








    3 Usaha-Usaha Persiapan Konferensi


    Di
    atas telah diungkapkan bahwa Konferensi Kolombo menugaskan Indonesia agar menjejaki
    kemungkinan untuk diadakannya Konferensi Asia Afrika. Dalam rangka menunaikan
    tugas itu Pemerintah Indonesia
    melakukan pendekatan melalui saluran diplomatik kepada 18 negara Asia Afrika.
    Maksudnya, untuk mengetahui sejauh mana pendapat negara-negara tersebut
    terhadap ide mengadakan Konferensi Asia Afrika. Dalam pendekatan tersebut
    dijelaskan bahwa tujuan utama konferensi itu ialah untuk membicarakan
    kepentingan bersama bangsa-bangsa Asia Afrika pada saat itu, mendorong
    terciptanya perdamaian dunia, dan mempromosikan Indonesia sebagai tempat
    konferensi. Ternyata pada umumnya negara-negara yang dihubungi menyambut baik
    ide tersebut dan menyetujui Indonesia
    sebagai tuan rumahnya, walaupun dalam hal waktu dan peserta konferensi terdapat
    berbagai pendapat yang berbeda.





    Pada
    tanggal 18 Agustus 1954, Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India, melalui
    suratnya, mengingatkan Perdana Menteri Indonesia tentang perkembangan situasi
    dunia dewasa itu yang semakin gawat, sehubungan dengan adanya usul untuk mengadakan
    Konferensi Asia Afrika. Memang Perdana Menteri India dalam menerima usul itu masih
    disertai keraguan akan berhasil-tidaknya usul tersebut dilaksanakan. Barulah
    setelah kunjungan Perdana Menteri Indonesia
    pada tanggal 25 September
    1954, beliau yakin benar akan pentingnya diadakan konferensi
    semacam itu, seperti tercermin dalam pernyataan bersama pada akhir kunjungan
    Perdana Menteri Indonesia


    "The prime Ministers
    discussed also the proposal to have a conference of representatives of Asian
    and African countries and were agreed that a conference of this kind was
    desirable and world be helpful in promoting the cause of peace and a common
    approach to these problems. It should be held at an early date".


    ("Para Perdana Menteri telah
    membicarakan usulan untuk mengadakan sebuah konferensi yang mewakili
    negara-negara Asia dan Afrika serta menyetujui
    konferensi seperti ini sangat diperlukan dan akan membantu terciptanya
    perdamaian sekaligus pendekatan bersama ke arah masalah (yang dihadapi).
    Hendaknya konferensi ini diadakan selekas mungkin").





    Keyakinan
    serupa dinyatakan pula oleh Perdana Menteri Birma U Nu pada tanggal 28
    September 1954.


    Dengan demikian, maka usaha-usaha
    penyelidikan atas kemungkinan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika
    dianggap selesai dan berhasil serta usaha selanjutnya ialah mempersiapkan
    pelaksanaan konferensi itu.


    Atas undangan Perdana Menteri
    Indonesia, para Perdana Menteri peserta Konferensi Kolombo (Birma, Srilanka,
    India, Indonesia, dan Pakistan) mengadakan konferensi di Bogor pada tanggal 28
    dan 29 Desember 1954, yang dikenal dengan sebutan Konferensi Panca Negara.
    Konferensi ini membicarakan persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika.


    Konferensi Bogor berhasil
    merumuskan kesepakatan bahwa Konferensi Asia Afrika diadakan atas penyelenggaraan
    bersama dan kelima negara peserta konferensi tersebut menjadi negara
    sponsornya.Undangan kepada negara-negara peserta disampaikan oleh Pemerintah Indonesia atas nama lima negara.








    4 Tujuan Konferensi


    Konferensi Bogor menghasilkan 4
    (empat) tujuan pokok Konferensi Asia Afrika, yaitu


    1. Untuk memajukan goodwill
    (kehendak yang luhur) dan kerja sama antara bangsa-bangsa Asia
    dan Afrika, untuk menjelajah serta memaj ukan kepentingan-kepentingan mereka,
    baik yang silih ganti maupun yang bersama, serta untuk menciptakan dan
    memajukan persahabatan serta perhubungan sebagai tetangga baik;


    2. Untuk mempertimbangkan
    soal-soal serta hubungan-hubungan di lapangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan
    negara yang diwakili;


    3. Untuk mempertimbangkan
    soal-soal yang berupa kepentingan khusus bangsa-bangsa Asia
    dan Afrika, misalnya soal-soal yang mengenai kedaulatan nasional dan tentang
    masalah-masalah rasialisme dan kolonialisme;


    4. Untuk meninjau kedudukan Asia dan Afrika, serta rakyat¬rakyatnya di dalam dunia
    dewasa ini serta sumbangan yang dapat mereka berikan guna memajukan perdamaian
    serta kerja sama di dunia.








    5 Peserta dan Waktu Konferensi


    Negara-negara yang diundang
    disetujui berjumlah 25 negara, yaitu : Afganistan, Kamboja, Federasi Afrika
    Tengah, Republik Rakyat Tiongkok (China), Mesir, Ethiopia, Pantai Emas (Gold
    Coast), Iran, Irak, Jepang, Yordania, Laos, Lebanon, Liberia, Libya, Nepal,
    Filipina, Saudi Arabia, Sudan, Syria, Thailand (Muang Thai), Turki, Republik
    Demokrasi Viet-nam (Viet-nam Utara), Viet-nam Selatan, dan Yaman. Waktu
    konferensi ditetapkan pada minggu terakhir April 1955.





    Mengingat
    negara-negara yang akan di undang mempunyai politik luar negeri serta sistem
    politik dan sosial yang berbeda-beda, Konferensi Bogor menentukan bahwa
    menerima undangan untuk turut dalam Konferensi Asia Afrika tidak berarti bahwa
    negara peserta tersebut akan berubah atau dianggap berubah pendiriannya
    mengenai status dari negara-negara lain. Konferensi menjunjung tinggi pula azas
    bahwa bentuk pemerintahan atau cara hidup sesuatu negara sekali¬sekali tidak
    akan dapat dicampuri oleh negara lain. Maksud utama konferensi ialah supaya
    negara-negara peserta menjadi lebih saling mengetahui pendirian mereka
    masing-masing.











    6 Struktur Organisasi Panitia
    Pelaksana


    Dalam persiapan pelaksanaan
    Konferensi Asia Afrika, Indonesia
    membentuk sekretariat konferensi yang diwakili oleh negara-negara
    penyelenggara.





    Guna
    mewujudkan keputusan-keputusan Konferensi Bogor, segera dibentuk Sekretariat
    Bersama (Joint Secretariat) oleh lima
    negara penyelenggara. Indonesia diwakili oleh Sekretaris Jenderal Kementerian
    Luar Negeri Roeslan Abdul Gani yang juga menjadi ketua badan itu, dan 4 (empat)
    negara lainnya diwakili oleh Kepala¬kepala Perwakilan mereka masing-masing di
    Jakarta, yaitu U Mya Sein dari Birma, M. Saravanamuttu dari Srilanka, B.F.H.B.
    Tyobji dari India, dan Choudhri Khaliquzzaman dari Pakistan. Di dalam
    Sekretariat Bersama itu terdapat 10 (sepuluh) orang staf yang melaksanakan
    pekerjaan sehari-hari, terdiri atas 2 (dua) orang dari Birma, seorang dari
    Srilanka, 2 (dua) orang dari India, 4 (empat) orang dari Indonesia, dan seorang
    dari Pakistan. Selain itu terdapat pula 4 (empat) komite terdiri atas Komite
    Politik, Komite Ekonomi, Komite Sosial, Komite Kebudayaan. Selain itu, ada pula
    panitia yang menangani bidang¬bidang : keuangan, perlengkapan, dan pers.





    Pemerintah
    Indonesia sendiri pada tanggal 11 Januari 1955 membentuk Panitia
    Interdepartemental (Interdepartemental Committee) yang diketuai oleh Sekretaris
    Jenderal SekretariatBersama dengan anggota-anggota dan penasehatnya berasal
    dari berbagai departemen guna membantu persiapan-persiapan konferensi itu. Di
    Bandung, tempat diadakannya konferensi, dibentuk Panitia Setempat (Local
    Committee) pada tanggal 3 Januari 1955 dengan ketuanya Sanusi Hardjadinata,
    Gubernur Jawa Barat. Panitia Setempat bertugas mempersiapkan dan melayani
    soal-soal yang bertalian dengan akomodasi, logistik, transport, kesehatan,
    komunikasi, keamanan, hiburan, protokol, penerangan, dan lain-lain.








    Gedung
    Concordia dan Gedung Dana Pensiun dipersiapkan sebagai tempat sidang-sidang
    konferensi. Hotel Homann, Hotel Preanger, dan 12 (dua belas) hotel lainnya
    serta perumahan perorangan dan pemerintah dipersiapkan pula sebagai tempat
    menginap para tamu yang berjumlah 1300 orang. Keperluan transport dilayani oleh
    143 mobil, 30 taksi, 20 bus, dengan jumlah 230 orang sopir dan 350 ton bensin
    tiap hari serta cadangan 175 ton bensin.





    Dalam
    kesempatan memeriksa persiapan-persiapan terakhir di Bandung pada tanggal 17
    April 1955, Presiden RI Soekarno meresmikan penggantian nama Gedung Concordia
    menjadi Gedung Merdeka, Gedung Dana Pensiun menjadi Gedung Dwi Warna, dan
    sebagian Jalan Raya Timur menjadi Jalan Asia Afrika. Penggantian nama tersebut
    dimaksudkan untuk lebih menyemarakkan konferensi dan menciptakan suasana
    konferensi yang sesuai dengan tujuan konferensi.





    Pada
    tanggal 15 Januari 1955, surat undangan
    Konferensi Asia Afrika dikirimkan kepada kepala pemerintahan 25 (dua puluh lima) negara Asia dan
    Afrika. Dari seluruh negara yang diundang hanya satu negara yang menolak
    undangan itu, yaitu Federasi Afrika Tengah (Central African Federation), karena
    memang negara itu masih dikuasai oleh orang-orang bekas penjajahnya. Sedangkan
    24 (dua puluh empat) negara lainnya menerima baik undangan itu, meskipun pada
    mulanya ada negara yang masih ragu-ragu. Sebagian besar delegasi peserta
    konferensi tiba di Bandung lewat Jakarta pada tanggal 16 April 1955.








    3.7 Pelaksanaan Konferensi


    Pada
    hari Senin 18 April 1955, sejak fajar menyingsing telah tampak kesibukan di
    Kota Bandung untuk menyambut pembukaan Konferensi Asia Afrika. Sejak pukul
    07.00 WIB kedua tepi sepanjang Jalan Asia Afrika dari mulai depan Hotel
    Preanger sampai dengan kantor pos, penuh sesak oleh rakyat yang ingin menyambut
    dan menyaksikan para tamu dari berbagai negara. Sementara para petugas keamanan
    yang terdiri dari tentara dan polisi telah siap di tempat tugas mereka untuk
    menjaga keamanan dan ketertiban.





    Sekitar
    pukul 08.30 WIB, para delegasi dari berbagai negara berjalan meninggalkan Hotel
    Homann dan Hotel Preanger menuju Gedung Merdeka secara berkelompok untuk
    menghadiri pembukaan Konferensi Asia Afrika. Banyak di antara mereka memakai
    pakaian nasional masing-masing yang beraneka corak dan wama. Mereka disambut
    hangat oleh rakyat yang berderet disepanjang Jalan Asia Afrika dengan tepuk
    tangan dan sorak sorai riang gembira. Perjalanan para delegasi dari Hotel
    Homann dan Hotel Preanger ini kemudian dikenal dengan nama Langkah Bersejarah
    (The Bandung Walks). Kira-kira pukul 09.00 WIB, semua delegasi masuk ke dalam
    Gedung Merdeka.





    Tak
    lama kemudian rombongan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Ir.
    Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta, tiba di depan Gedung Merdeka dan disambut
    oleh rakyat dengan sorak-sorai dan pekik "merdeka". Di depan pintu
    gerbang Gedung Merdeka kedua pucuk pimpinan pemerintah Indonesia itu disambut oleh lima Perdana Menteri negara sponsor. Setelah
    diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia
    : "Indonesia Raya", maka Presiden RI Ir. Soekarno mengucapkan pidato
    pembukaan yang berjudul "LET A NEW ASIA AND NEW AFRICA BE BORN"
    (Lahirlah Asia Baru dan Afrika Baru) pada pukul 10.20 WIB.





    Dalam
    kesempatan tersebut Presiden RI Ir. Soekarno menyatakan bahwa kita, peserta
    konferensi, berasal dari kebangsaan yang berlainan, begitu pula latar belakang
    sosial dan budaya, agama, sistem politik, bahkan warna kulit pun berbeda-beda.
    Meskipun demikian, kita dapat bersatu, dipersatukan oleh pengalaman pahit yang
    sama akibat kolonialisme, oleh ketetapan hati yang sama dalam usaha
    mempertahankan dan memperkokoh perdamaian dunia. Pada bagian akhir pidatonya
    beliau mengatakan


    "I hope that it will give
    evidence of the fact that we, Asian and African leaders, understand that Asia
    and Africa can prosper only when they are united,
    and that even the safety of the world at large can not be safeguarded without a
    united Asia-Africa. I hope that it conference will give guidance to mankind,
    will point out to mankind the way which it must take to attain safety and
    peace. I hope that it will give evidence that Asia and Africa
    have been reborn, that a New Asia and New Africa have been born !"


    ("Saya berharap konferensi
    ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita, pemimpin pemimpin Asia dan Afrika,
    mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila mereka
    bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan Asia-Afrika tidak
    akan terjamin. Saya harap konferensi ini akan memberikan pedoman kepada umat
    manusia, akan menunjukkan kepada umat manusia jalan yang harus ditempuhnya
    untuk mencapai keselamatan dan perdamaian. Saya berharap, bahwa akan menjadi
    kenyataan, bahwa Asia dan Afrika telah lahir
    kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa Asia Baru dan Afrika Baru telah
    lahir!")





    Pidato
    Presiden RI Ir. Soekarno berhasil menarik perhatian, mempesona, dan
    mempengaruhi hadirin, terbukti dengan adanya usul Perdana Menteri India yang
    didukung oleh semua peserta konferensi untuk mengirimkan pesan ucapan
    terimakasih kepada Presiden atas pidato pembukaannya.





    Pada
    pukul 10.45 WIB., Presiden RI Ir. Soekarno mengakhiri pidatonya, dan
    selanjutnya bersama rombongan meninggalkan ruangan. Perdana Menteri Indonesia,
    sebagai pimpinan sidang sementara, membuka sidang kembali. Atas usul Ketua
    Delegasi Mesir (Perdana Menteri Gamal Abdel Nasser) yang kemudian disetujui
    oleh pimpinan delegasi-delegasi : Republik Rakyat Cina, Yordania, dan Filipina,
    serta karena tidak ada calon lain yang diusulkan, maka secara aklamasi Perdana
    Menteri Indonesia
    terpilih sebagai ketua konferensi. Selain itu, Ketua Sekretariat Bersama
    Konferensi, Roeslan Abdulgani dipilih sebagai Sekretaris Jenderal Konferensi.





    Kelancaran
    pemilihan pimpinan konferensi dan acara-acara sidang selanjutnya dimungkinkan
    oleh adanya pertemuan informal terlebih dahulu di antara para pimpinan delegasi
    negara sponsor dan negara peserta sebelum konferensi dimulai (16 dan 17 April
    1955). Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan yang bertalian
    dengan prosedur acara, pimpinan konferensi, dan lain-lain yang dipandang perlu.
    Beberapa kesepakatan itu antara lain bahwa prosedur dan acara konferensi
    ditempuh dengan sesederhana mungkin.








    Dalam
    memutuskan sesuatu akan ditempuh sistem musyawarah dan mufakat (sistem
    konsensus) dan untuk menghemat waktu tidak diadakan pidato sambutan delegasi.
    Perdana Menteri Indonesia
    akan dipilih sebagai ketua konferensi. Sidang konferensi terdiri atas sidang
    terbuka untuk umum dan sidang tertutup hanya bagi peserta konferensi. Dibentuk
    tiga komite, yaitu Komite Politik, Komite Ekonomi, dan Komite Kebudayaan. Semua
    kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui oleh sidang dan susunan pimpinan
    konferensi adalah sebagai berikut :


    Ketua Konferensi : Mr. Ali
    Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia


    Ketua Komite Politik Mr. Ali
    Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia


    Ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir.
    Roosseno,


    Menteri Perekonomian Indonesia


    Ketua Komite Kebudayaan : Mr.
    Moh. Yamin,


    Menteri Pendidikan, Pengajaran,
    dan Kebudayaan Indonesia





    Dalam
    sidang-sidang selanjutnya muncul beberapa kesulitan yang bisa diduga sebelumnya.
    Kesulitan-kesulitan itu terutama terjadi dalam sidang-sidang Komite Politik.
    Perbedaan-perbedaan pandangan politik dan masalah-masalah yang dihadapi antara
    negara-negara Asia Afrika muncul ke permukaan, bahkan sampai pada tahap yang
    agak panas.


    Namun berkat sikap yang bijaksana
    dari pimpinan sidang serta hidupnya rasa toleransi dan kekeluargaan di antara
    peserta konferensi, maka jalan buntu selalu dapat dihindari dan pertemuan yang
    berlarut¬larut dapat diakhiri.





    Setelah
    melalui sidang-sidang yang menegangkan dan melelahkan selama satu minggu, maka
    pada pukul 19.00 WIB. (terlambat dari yang direncanakan) tanggal 24 April 1955 Sidang Umum
    terakhir Konferensi Asia Afrika dibuka. Dalam Sidang Umum itu dibacakan oleh
    Sekretaris Jenderal Konferensi rumusan pemyataan dari tiap-tiap panitia sebagai
    hasil konferensi. Sidang Umum menyetujui seluruh pemyataan tersebut. Kemudian
    sidang dilanjutkan dengan pidato sambutan para ketua delegasi. Setelah itu,
    Ketua Konferensi menyampaikan pidato penutupan dan menyatakan bahwa Konferensi
    Asia Afrika ditutup.





    Dalam
    komunike terakhir itu diantaranya dinyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika telah
    meninjau soal-soal mengenai kepentingan bersama negara-negara Asia dan Afrika
    dan telah merundingkan cara-cara bagaimana rakyat negara-negara ini dapat
    bekerja sama dengan lebih erat di bidang ekonomi, kebudayaan, dan politik. Yang
    paling mashur dari hasil konferensi ini ialah apa yang kemudian dinamakan Dasa
    Sila Bandung, yaitu suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam
    usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia. Kesepuluh prinsip itu ialah :


    1. Menghormati hak-hak dasar
    manusia dan tujuan-tujuan serta azas-azas yang termuat dalam piagam PBB.


    2. Menghormati kedaulatan dan
    integritas teritorial semua bangsa-bangsa.


    3. Mengakui persamaan semua
    suku-suku bangsa dan persamaan


    semua bangsa-bangsa besar maupun
    kecil.


    4. Tidak melakukan intervensi
    atau campur tangan dalam soal¬


    soal dalam negeri negara lain.


    5. Menghormati hak tiap-tiap
    bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendirian atau secara kolektif,
    yang sesuai dengan Piagam PBB.


    6. a. Tidak mempergunakan
    peraturan-peraturan dari pertaha¬


    nan kolektif untuk bertindak bagi
    kepentingan khusus dari salah satu dari negara-negara besar.


    b. Tidak melakukan tekanan
    terhadap negara lain.


    7. Tidak melakukan
    tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap
    integritas teritorial atau kemerdekaan politik sesuatu negara.


    8. Menyelesaikan segala
    perselisihan-perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti
    perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hakim atau pun lain-lain
    cara damai lagi menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai
    dengan Piagam PBB.


    9. Memajukan kepentingan bersama
    dan kerja sama.


    10. Menghormati hukum dan
    kewajiban-kewajiban internasio-nal.








    3.8 Penutup


    Dalam penutup komunike terakhir
    dinyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika menganjurkan supaya kelima negara
    penyelenggara mempertimbangkan untuk diadakan pertemuan berikutnya dari
    konferensi ini, dengan meminta pendapat negara-negara peserta lainnya. Tetapi
    usaha untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika kedua selalu mengalami hambatan
    yang sulit diatasi. Tatkala usaha itu hampir terwujud (1964), tiba-tiba di
    negara tuan rumah (Aljazair) terjadi pergantian pemerintahan, sehingga
    konferensi itu tidak jadi.


    Konferensi Asia Afrika di
    Bandung, telah berhasil menggalang persatuan dan kerja sama di antara
    negara-negara Asia dan Afrika, baik dalam
    menghadapi masalah internasional maupun masalah regional. Konferensi serupa
    bagi kalangan tertentu di Asia dan Afrika beberapa kali diadakan pula, seperti
    Konferensi Wartawan Asia Afrika, Konferensi Islam Asia Afrika, Konferensi
    Pengarang Asia Afrika, dan Konferensi Mahasiswa Asia Afrika.





    Konferensi Asia Afrika telah
    membakar semangat dan menambah kekuatan moral para pejuang bangsa-bangsa Asia
    dan Afrika yang pada masa itu tengah memperjuangkan kemerdekaan tanah air
    mereka, sehingga kemudian lahirlah sejumlah negara merdeka di benua Asia dan Afrika. Semua itu menandakan bahwa cita-cita dan
    semangat Dasa Sila Bandung semakin merasuk ke dalam tubuh bangsa-bangsa Asia dan Afrika.





    Jiwa Bandung dengan Dasa Silanya
    telah mengubah pandangan dunia tentang hubungan internasional. Bandung
    telah melahirkan faham Dunia Ketiga atau "Non-Aligned' terhadap Dunia
    Pertamanya Washington
    dan Dunia Keduanya Moscow. Jiwa Bandung telah mengubah juga struktur
    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Forum PBB bukan lagi forum eksklusif Barat
    atau Timur.





    Sebagai penutup uraian singkat
    ini, dikutip bagian terakhir pidato penutupan Ketua Konferensi Asia Afrika
    sebagai berikut


    "May we continue on the way
    we have taken together and may the Bandung Conference stay as a beacon guiding
    the future progress of Asia and Africa".


    ("Semoga kita dapat meneruskan
    perjalanan kita di atas jalan yang telah kita pilih bersama-sama dan semoga
    Konferensi Bandung ini tetap tegak sebagai sebuah mercusuar yang membimbing
    kemajuan di masa depan dari Asia dan
    Afrika").








    Note: Sumber : Buku Panduan
    Museum Konferensi Asia Afrika, Departement Luar Negeri RI Direktorat Jenderal
    Informasi, Diplomasi Publik, Dan Perjanjian Internaioanal,Juni 2004

      Waktu sekarang Wed May 08, 2024 11:43 am