Beriman kepada yang Gaib
Di antara dasar akidah Islam ialah beriman kepada
yang gaib, bahkan ia merupakan sifat pertama yang dipakai Allah untuk menyifati
orang-orang yang bertakwa.
Allah SWT berfirman yang artinya, "Alif, laam,
miim. Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang
bertakwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan salat
dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka."
(Al-Baqarah: 1--3).
Oleh sebab itu, setiap muslim wajib beriman tanpa ragu sedikit pun kepada yang
gaib. Ibnu Mas'ud mengatakan, "Yang gaib ialah apa yang gaib dari kita dan
hal itu diberitahukan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Yang termasuk
sesuatu yang gaib itu misalnya roh, jin/setan, malaikat, alam barzakh, alam
akhirat, arsy, neraka, surga, dan lain sebagainya.
Kaitannya dalam kajian kita berikut ini yang berhubungan dengan hal gaib di
atas adalah makhluk yang disebut dengan istilah jin. Adapun jin termasuk "yang gaib" yang wajib kita
imani, karena terdapat banyak dalil, dari Alquran dan sunah yang menyatakan
eksistensinya.
Di antara dalil-dalil Alquran adalah sebagai berikut.
"Dan
(ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan
Alquran …." (Al-Ahqaf: 29).
"Hai golongan jin dan manusia,
apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang
menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap
pertemuanmu dengan hari ini? …."
(Al-An'am: 130).
"Hai
golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit
dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan
kekuatan." (Ar-Rahman: 33).
"Katakanlah
(hai Muhammad): 'Telah diwahyukan kepadaku bahwasannya sekumpulan jin telah
mendengarkan (Alquran), lalu mereka berkata, 'Sesungguhnya kami telah
mendengarkan Alquran yang menakjubkan." (Al-Jin: 1).
"Dan
bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan
kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka
dosa dan kesalahan." (Al-Jin: 6).
Adapun dalil-dalil dari sunah adalah sebagai berikut.
Imam Muslim meriwayatkan di dalam Shahihnya,
dari Ibnu Mas'ud r.a., ia berkata, "Kami pernah bersama-sama Rasulullah
saw. pada suatu malam, lalu kami kehilangan beliau sehingga kami mencarinya ke
beberapa lembah dan perkampungan. Kemudian kami berkata, dia dibawa terbang
atau terbunuh. Kemudian malam itu kami bermalam buruk bersama orang-orang. Pada
harinya tiba-tiba beliau datang dari arah Hira. Ibnu Mas'ud berkata lalu kami
berkata, 'Wahai Rasulullah, kami kehilangan engkau lalu kami mencarimu tetapi
kami tidak menemukanmu sehingga kami bermalam buruk bersama orang-orang.'
Rasulullah saw. berkata, 'Telah datang kepadaku pengundang dari bangsa jin lalu aku
pergi bersamanya kemudian aku bacakan Alquran kepada mereka.' Ibnu
Mas'ud berkata, 'Kemudian Rasulullah saw. pergi bersama kami lalu
memperlihatkan kepada kami bekas-bekas mereka dan bekas-bekas api mereka.
Mereka bertanya kepadanya tentang bekal (mkanan) mereka, lalu Nabi saw.
bersabda, 'Bagi
kalian setiap tulang yang disebutkan nama Allah padanya (ketika
menyembelihnya), ia jatuh ke tangan kalian menjadi makanan, dan setiap kotoran
dari binatang kalian.' Kemudian
Rasulullah saw. bersabda, 'Karena itu, janganlah kalian beristinja dengan kedua benda
tersebut Karena keduanya adalah makanan saudara-saudara kalian'."
Dari Abu Sa'id al-Khudri r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda kepadaku, "Aku melihatmu
senang kepada kambing dan padang (gembalaan). Jika kamu berada di tengah
kambingmu dan padang (gembalaanmu) lalu kamu
azan untuk salat, maka keraskanlah suara azanmu karena sesungguhnya tidaklah
jin, manusia, atau apa saja yang mendengar gema suara orang muazin, kecuali
akan menjadi saksinya pada hari kiamat." (HR Bukhari, Malik,
Nasai, dan Ibnu Majah).
Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, "Rasulullah saw. pernah pergi bersama
sejumlah sahabatnya menuju ke pasa Ukaz; sementara itu setan-setan telah
dihalangi dari mendapatkan berita langit dan dilempari dengan meteor sehingga
setan-setan itu kembali kepada kaum mereka. Kaum mereka bertanya, 'Mengapakah
kalian? Mereka menjawab, 'Kami telah dihalangi untuk mendapatkan berita langit
dan kami pun dilempari sejumlah meteor.' Kaum mereka berkata, 'Tidak ada
sesuatu yang menghalangi kalian dari berita langit kecuali sesuatu yang telah
terjadi, karena itu pergilah ke penjuru timur dan barat bumi dan lihatlah apa
yang telah menghalangi kalian dari berita langit tersebut. Kemudian mereka yang
berangkat ke arah Tihamah berpaling kepada Nabi saw. yang ketika itu berada di
Nikhlah menuju pasar Ukaz dan sedang mengimami para sahabatnya salat subuh.
Ketika mendengar Alquran (yang dibaca oleh Nabi saw.), maka mereka pun
mendengarkannya seraya berkata, 'Demi Allah, inilah yang menghalangi kalian
dari berita langit itu.' Di sinilah kemudian mereka kembali kepada kaum mereka
seraya berkata, 'Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengar Alquran
yang menakjubkan, yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami
beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun
dengan Rab kami.' Kemudian, Allah menurunkan kepada Nabi-Nya ayat (yang artinya), 'Katakanlah (hai
Muhammad), 'Telah diwahyukan kepadaku bahwasannya sekelompok jin telah mendengarkan
(Alquran) …'." (HR Bukhari, Muslim, dan Nawawi).
Dalil tentang eksistensi jin sangat banyak dan insya Allah akan Anda dapatkan
yang lainnya dalam pembahasan selanjutnya.
Tidak Terlihat Bukan Berarti Tidak Ada
Tidak terlihatnya jin bukan berarti tidak ada. Berapa banyak hal yang tidak
dapat kita lihat tetapi benda itu ada. Arus listrik, misalnya, kita tidak dapat
melihatnya, tetapi ia mengalir di dalam kabel. Kita membuktikan keberadaannya
dengan pengaruh-pengaruhnya yang nampak dalam bohlam dan lainnya. Demikian pula
udara yang kita hirup untuk mempertahankan hidup, ia juga merupakan sesuatu
yang bagi kita tidak nampak ujudnya, tetapi kita bisa merasakan keberadannya.
Bahkan, roh yang merupakan esensi kehidupan kita, kita tidak bisa melihatnya dan
tidak mengetahui hakikatnya, tetapi kita meyakini keberadannya.
Jadi, sesuatu yang tidak bisa kita lihat itu bukan berarti sesuatu itu tidak
ada. Inilah mengapa di dalam Islam itu tidaklah merupakan suatu kebodohan bahwa
sesuatu yang gaib itu termasuk yang harus diimani. Maka, sesungguhnya mereka
yang tidak mengimani yang gaib itulah orang-orang yang bodoh.
Sumber: Diadaptasi dari Kesurupan Jin dan
Cara Pengobatannya secara Islami, Syekh Wahid Abdus Salam Bali
Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi
Islam Indonesia
Di antara dasar akidah Islam ialah beriman kepada
yang gaib, bahkan ia merupakan sifat pertama yang dipakai Allah untuk menyifati
orang-orang yang bertakwa.
Allah SWT berfirman yang artinya, "Alif, laam,
miim. Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang
bertakwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan salat
dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka."
(Al-Baqarah: 1--3).
Oleh sebab itu, setiap muslim wajib beriman tanpa ragu sedikit pun kepada yang
gaib. Ibnu Mas'ud mengatakan, "Yang gaib ialah apa yang gaib dari kita dan
hal itu diberitahukan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Yang termasuk
sesuatu yang gaib itu misalnya roh, jin/setan, malaikat, alam barzakh, alam
akhirat, arsy, neraka, surga, dan lain sebagainya.
Kaitannya dalam kajian kita berikut ini yang berhubungan dengan hal gaib di
atas adalah makhluk yang disebut dengan istilah jin. Adapun jin termasuk "yang gaib" yang wajib kita
imani, karena terdapat banyak dalil, dari Alquran dan sunah yang menyatakan
eksistensinya.
Di antara dalil-dalil Alquran adalah sebagai berikut.
"Dan
(ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan
Alquran …." (Al-Ahqaf: 29).
"Hai golongan jin dan manusia,
apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang
menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap
pertemuanmu dengan hari ini? …."
(Al-An'am: 130).
"Hai
golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit
dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan
kekuatan." (Ar-Rahman: 33).
"Katakanlah
(hai Muhammad): 'Telah diwahyukan kepadaku bahwasannya sekumpulan jin telah
mendengarkan (Alquran), lalu mereka berkata, 'Sesungguhnya kami telah
mendengarkan Alquran yang menakjubkan." (Al-Jin: 1).
"Dan
bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan
kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka
dosa dan kesalahan." (Al-Jin: 6).
Adapun dalil-dalil dari sunah adalah sebagai berikut.
Imam Muslim meriwayatkan di dalam Shahihnya,
dari Ibnu Mas'ud r.a., ia berkata, "Kami pernah bersama-sama Rasulullah
saw. pada suatu malam, lalu kami kehilangan beliau sehingga kami mencarinya ke
beberapa lembah dan perkampungan. Kemudian kami berkata, dia dibawa terbang
atau terbunuh. Kemudian malam itu kami bermalam buruk bersama orang-orang. Pada
harinya tiba-tiba beliau datang dari arah Hira. Ibnu Mas'ud berkata lalu kami
berkata, 'Wahai Rasulullah, kami kehilangan engkau lalu kami mencarimu tetapi
kami tidak menemukanmu sehingga kami bermalam buruk bersama orang-orang.'
Rasulullah saw. berkata, 'Telah datang kepadaku pengundang dari bangsa jin lalu aku
pergi bersamanya kemudian aku bacakan Alquran kepada mereka.' Ibnu
Mas'ud berkata, 'Kemudian Rasulullah saw. pergi bersama kami lalu
memperlihatkan kepada kami bekas-bekas mereka dan bekas-bekas api mereka.
Mereka bertanya kepadanya tentang bekal (mkanan) mereka, lalu Nabi saw.
bersabda, 'Bagi
kalian setiap tulang yang disebutkan nama Allah padanya (ketika
menyembelihnya), ia jatuh ke tangan kalian menjadi makanan, dan setiap kotoran
dari binatang kalian.' Kemudian
Rasulullah saw. bersabda, 'Karena itu, janganlah kalian beristinja dengan kedua benda
tersebut Karena keduanya adalah makanan saudara-saudara kalian'."
Dari Abu Sa'id al-Khudri r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda kepadaku, "Aku melihatmu
senang kepada kambing dan padang (gembalaan). Jika kamu berada di tengah
kambingmu dan padang (gembalaanmu) lalu kamu
azan untuk salat, maka keraskanlah suara azanmu karena sesungguhnya tidaklah
jin, manusia, atau apa saja yang mendengar gema suara orang muazin, kecuali
akan menjadi saksinya pada hari kiamat." (HR Bukhari, Malik,
Nasai, dan Ibnu Majah).
Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, "Rasulullah saw. pernah pergi bersama
sejumlah sahabatnya menuju ke pasa Ukaz; sementara itu setan-setan telah
dihalangi dari mendapatkan berita langit dan dilempari dengan meteor sehingga
setan-setan itu kembali kepada kaum mereka. Kaum mereka bertanya, 'Mengapakah
kalian? Mereka menjawab, 'Kami telah dihalangi untuk mendapatkan berita langit
dan kami pun dilempari sejumlah meteor.' Kaum mereka berkata, 'Tidak ada
sesuatu yang menghalangi kalian dari berita langit kecuali sesuatu yang telah
terjadi, karena itu pergilah ke penjuru timur dan barat bumi dan lihatlah apa
yang telah menghalangi kalian dari berita langit tersebut. Kemudian mereka yang
berangkat ke arah Tihamah berpaling kepada Nabi saw. yang ketika itu berada di
Nikhlah menuju pasar Ukaz dan sedang mengimami para sahabatnya salat subuh.
Ketika mendengar Alquran (yang dibaca oleh Nabi saw.), maka mereka pun
mendengarkannya seraya berkata, 'Demi Allah, inilah yang menghalangi kalian
dari berita langit itu.' Di sinilah kemudian mereka kembali kepada kaum mereka
seraya berkata, 'Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengar Alquran
yang menakjubkan, yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami
beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun
dengan Rab kami.' Kemudian, Allah menurunkan kepada Nabi-Nya ayat (yang artinya), 'Katakanlah (hai
Muhammad), 'Telah diwahyukan kepadaku bahwasannya sekelompok jin telah mendengarkan
(Alquran) …'." (HR Bukhari, Muslim, dan Nawawi).
Dalil tentang eksistensi jin sangat banyak dan insya Allah akan Anda dapatkan
yang lainnya dalam pembahasan selanjutnya.
Tidak Terlihat Bukan Berarti Tidak Ada
Tidak terlihatnya jin bukan berarti tidak ada. Berapa banyak hal yang tidak
dapat kita lihat tetapi benda itu ada. Arus listrik, misalnya, kita tidak dapat
melihatnya, tetapi ia mengalir di dalam kabel. Kita membuktikan keberadaannya
dengan pengaruh-pengaruhnya yang nampak dalam bohlam dan lainnya. Demikian pula
udara yang kita hirup untuk mempertahankan hidup, ia juga merupakan sesuatu
yang bagi kita tidak nampak ujudnya, tetapi kita bisa merasakan keberadannya.
Bahkan, roh yang merupakan esensi kehidupan kita, kita tidak bisa melihatnya dan
tidak mengetahui hakikatnya, tetapi kita meyakini keberadannya.
Jadi, sesuatu yang tidak bisa kita lihat itu bukan berarti sesuatu itu tidak
ada. Inilah mengapa di dalam Islam itu tidaklah merupakan suatu kebodohan bahwa
sesuatu yang gaib itu termasuk yang harus diimani. Maka, sesungguhnya mereka
yang tidak mengimani yang gaib itulah orang-orang yang bodoh.
Sumber: Diadaptasi dari Kesurupan Jin dan
Cara Pengobatannya secara Islami, Syekh Wahid Abdus Salam Bali
Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi
Islam Indonesia
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as