Kembali Kepada Allah SWT
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Sesungguhnya umat yang jauh dari manhaj Alquran dan
sunah adalah umat yang akan menuai kehancuran dan azab. Kita sebagai bangsa
muslim, meskipun mendapat perlakuan zalim dari musuh-musuh Islam, masih saja
banyak di antara kita yang berkecimpung dalam kesesatan dan enggan kembali
kepada Allah Tabaraka wa Taala. Mereka ini adalah orang-orang yang ikut
berpartisipasi dalam menzalimi pihak lain. Akibatnya, kerusakan tersebar di
tengah kaum muslimin, pencurian merajalela, minum-minuman keras merebak,
tempat-tempat bahaya menjadi sasaran, para wanita keluar dengan telanjang tanpa
rasa malu dan perlindungan, dan zina pun marak. Padahal, Rasululah saw. telah
bersabda yang artinya, "Apabila riba
dan zina telah nampak dalam sebuah desa, mereka telah halal untuk mendapatkan
azab Allah."
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Apabila kita berkeinginan untuk merealisasikan
prinsip ideal dalam sebuah masyarakat, tidak ada jalan lain kecuali kembali
kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya. Wahai Rab kami, terimalah amalan kami,
sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dan terimalah taubat
kami karena sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Marilah kita bertanya kepada diri kita
masing-masing. Apakah di sana ada kesempurnaan, sementara jiwa kita dipenuhi
dengan rasa iri, kebencian, dan permusuhan? Apakah di sana ada kesempurnaan,
sementara kita masih mabuk dalam luapan minuman keras? Apakah di sana ada
kesempurnaan, sementara kita memakan daging sebagian kita dengan sebagian yang
lain?
Bila kita ingin mengobati itu semua, merilah kita
kembali kepada Allah Tabaraka wa Taala. Marilah kita lantunkan kalimat lailaaha Illallah muhammadar rasulullah.
Marilah kita perbaiki hubungan kita dengan Allah. Marilah kita mendidik diri
kita dan anak-anak kita dengan pendidikan Islam. Marilah kita tolong-menolong
atas dasar kebaikan dan takwa dan jangan tolong menolong atas dasar dosa dan
permusuhan.
Marilah kita mengambil pelajaran dan nasihat dari para sahabat besar yang telah
dididik Rasulullah saw. Di antaranya adalah seorang sahabat wanita mulia,
Sahlah binti Mulhan, yang ketika menikah maharnya adalah kalimat tauhid
"laa ilaaha illallah". Sebuah kalimat yang mampu menggoncang
gunung-gunung.
Nabi Musa a.s. berkata, "Ya Rab,
ajarilah aku sesuatu yang dengannya aku berdoa kepada-Mu dan menyebut-MU."
Allah Tabaraka wa Taala berfirman, "Katakanlah,
laa ilaaha illallah." Musa berkata, "Wahai Rab, semua hamba-Mu mengatakannya." Maka, Allah
yang telah meninggikan langit tanpa tiang berfirman, "Hai Musa, demi izah dan kebesaran-Ku, seandainya langit yang
tujuh dan siapa yang ada di dalamnya dan bumi-bumi dan siapa yang ada di
dalamnya diletakkan dalam sebuah telapak dan saya meletakkan laa ilaaha
illallah dalam telapak yang lain, maka akan condonglah telapak yang terdapat
kalimat lailaaha lllallah."
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Sahabat mulia, Sahlah binti Mulhan, menikah dengan
Abu Thalhah dan Allah menganugerakan kepada mereka seorang anak. Mereka memberi
nama anak ini dengan Umair. Suatu hari anak tersebut sakit keras. Sebelum Abu
Thalhah berangkat bekerja, ia mencium anak itu. Tidak berapa lama kemudian
Allah Yang Maha Kuasa pun memanggilnya. Marilah kita melihat apa yang dilakukan
Sayyidah Sahlah r.a. ketika kematian telah menjemput anaknya! Apakah ia
merobek-robek pakaiannya, apakah ia menampar pipinya? Apakah ia menyeru dengan
seruan jahiliyah? Tidak, namun yang ia katakan adalah innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun (sesungguhnya kita semuanya milik Allah, dan kita semua akan kembali
kepadanya), tidak ada tempat lari dari pertemuan kepada Allah.
"Kuburan adalah pintu dan semua manusia akan memasukinya. Wahai umurku,
setelah pintu niscaya terdapat rumah. Rumah itu adalah rumah kenikmatan jika
aku berbuat dengan yang apa diridhai Allah, namun bila aku menyelisihinya,
neraka adalah tempat tinggalnya. Keduanya adalah tempat kembali. Tidak ada
manusia yang tinggal selain di kedua tempat tersebut, maka lihatlah dirimu,
rumah manakah yang engkau pilih? Seorang hamba bila beramal dan memberikan
pemberian, maka tidak ada baginya kecuali surga Firdaus, sementara Rab itu Maha
Pengampun."
Sahlah kemudian memandikan jasad anaknya, mengafani, dan menyolatkannya, setelah
itu mengkuburkannya. Lalu, pada malam harinya suaminya pulang dari bekerja. Ia
lalu mempersiapkan dirinya dan makanan untuk suaminya. Suaminya pun menikmati
makanan yang dihidangkannya, lalu ia bertanya, "Bagaimanakah keadaan
Umair, wahai istriku?" Perkataan yang sungguh menakjubkan, namun jawaban
yang diberikan Sahlah jauh lebih menakjubkan. "Bagaimana
keadaaannya?" Maka bagaimanakah jawaban yang diberikan sahabat yang telah
mengikat tangan Rasulullah saw. ini? Ia berkata, "Wahai Abu Thalhah,
sesungguhnya Umair tengah menikmati malam harinya, ia tidak merasakah lelah, ia
tengah tidur dengan tenang."
Manakala Rasulullah saw. berada dalam sakaratul maut ia membasuh wajahnya
dengan air yang dingin. Beliau berkata, "Subhanallah
(maha suci Allah) sesungguhnya kematian saat-saat sekarat. Ya Allah,
mudahkanlah sakaratul maut untuk kami." Saat itu sayyidah Fathimah
tengah menangis, "Alangkah sedihnya wahai ayahanda." Rasulullah saw.
kemudian bersabda, "Wahai Fathimah,
tidak ada kesedihan atas ayahmu setelah hari ini."
Bilal bin Rabah tatkala berada dalam sakaratul maut, istrinya berkata,
"Alangkah sedihnya." Bilal kemudian membuka matanya dan berkata,
"Katakanlah, 'Alangkah gembiranya saya akan berjumpa denga para kekasihku,
muhammad dan para sahabatnya'."
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Tatkala Ibrahim a.s. tengah tidur di atas kasur
kematiannya, datanglah malaikat pencabut nyawa. Ibrahim lalu berkata kepadanya,
"Engkau datang ataukah akan menyabut
nyawa wahai malaikat maut?" Malaikat maut menjawab, "Saya datang untuk mencabut nyawamu
wahai kekasih Ar-Rahman." Maka, berkatalah Ibrahim, "Wahai malaikat maut, apa pendapatmu
tentang seorang kekasih yang mematikan kekasihnya?" Maka, Allah
Tabaraka wa Taala mewahyukan jawaban kepada malaikat maut. Berkatalah malaikat
maut, "Wahai kekasih Ar-Rahman,
As-Salam (Allah) membacakan salam kepadamu dan berkata kepadamu, 'Apakah
pendapatmu tentang seorang kekasih yang enggan bertemu dengan kekasihnya?'
Allah berfirman yang artinya, 'Dan datanglah sakaratul maut dengan
sebenar-benarnya, Itulah yang kamu selalu daripadanya'." (Qaf: 19).
Marilah kita kembali kepada kisah Abu Thalhah, "Bagaimana keadaan
Umair?" Sahlah lalu berkata kepadanya, "Ia tidur malam dengan tenang
dan tidak merasakan lelah." Seandainya Sahlah adalah salah satu wanita
yang hidup pada masa sekarang, maka dunia telah berbalik, atas menjadi bawah.
Akidah adalah dasar utama untuk mendidik jiwa. Akidah inilah yang mendidik jiwa
merasakan pengawasan Allah SWT. Setelah itu mereka berdua tidur. Ketika Abu
Thalhah hendak berangkat salat fajar ke masjid, ia bertanya kepada istrinya,
"Di manakah Umair? Saya hendak menciumnya." Maka apakah jawaban yang
diberikan Sahlah, apakah ia akan berdusta? Sungguh mereka tidak mengenal
perkataan dusta dan bohong. Rasululalh telah mendidik mereka. Ia menjawab,
"Wahai Abu Thalhah, sesungguhnya saya dalam kesedihan." Abu Thalhah
bertanya, "Mengapa?" Ia menjawab, "Tetangga telah meminjamkan
sesuatu kepdaku, tetapi ia kemudian mengambilnya kembali." Abu Talhah
berkata, "Apakah engkau akan sedih bila mereka mengambil titipanya?"
Maka berkatalah Sahlah, "Apakah engkau akan sedih wahai Abu Thalhah bila
Allah mengambil titipan-Nya dari kita?"
Maka saat itu tidak terdengar dari lisan Abu Thalhah, melainkan kalimat innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiun.
Ia kemudian pergi ke masjid untuk menunaikan salat fajar berjamaah bersama
Rasulullah saw. Setalah salat usai, ia menceritakan ucapan istrinya kepada
Rasulullah. Maka, nampaklah senyum keridaan dari kedua bibir beliau, atas apa
yang telah diperbuat Sahlah r.a., lalu beliau mendoakan Abu Thalhah. Doa yang
membuka pintu langit yang tinggi. "Semoga
Allah memberkahi malam kalian berdua wahai Aba Thalhah"
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Seorang perawi hadis berkata, "Setelah itu saya
menyaksikan Abu Thalhah memiliki 10 anak laki-laki yang semuanya hafal Alquran
dan tidak ada di antara mereka yang memiliki kendaraan, bangunan, atau harta
yang berlimpah. Sesungguhnya mereka menjaga kitab Allah Tabaraka wa Taala. Ini
adalah kemuliaan dan ini adalah izah. Ini adalah doa Rasulullah saw. untuk Aba
Thalhah."
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Seandainya para wanita di dunia ini seperti Sahlah,
niscaya kaum wanita akan melebihi kaum pria. Wallahu a'lam bish-shawab.
Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Sesungguhnya umat yang jauh dari manhaj Alquran dan
sunah adalah umat yang akan menuai kehancuran dan azab. Kita sebagai bangsa
muslim, meskipun mendapat perlakuan zalim dari musuh-musuh Islam, masih saja
banyak di antara kita yang berkecimpung dalam kesesatan dan enggan kembali
kepada Allah Tabaraka wa Taala. Mereka ini adalah orang-orang yang ikut
berpartisipasi dalam menzalimi pihak lain. Akibatnya, kerusakan tersebar di
tengah kaum muslimin, pencurian merajalela, minum-minuman keras merebak,
tempat-tempat bahaya menjadi sasaran, para wanita keluar dengan telanjang tanpa
rasa malu dan perlindungan, dan zina pun marak. Padahal, Rasululah saw. telah
bersabda yang artinya, "Apabila riba
dan zina telah nampak dalam sebuah desa, mereka telah halal untuk mendapatkan
azab Allah."
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Apabila kita berkeinginan untuk merealisasikan
prinsip ideal dalam sebuah masyarakat, tidak ada jalan lain kecuali kembali
kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya. Wahai Rab kami, terimalah amalan kami,
sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dan terimalah taubat
kami karena sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Marilah kita bertanya kepada diri kita
masing-masing. Apakah di sana ada kesempurnaan, sementara jiwa kita dipenuhi
dengan rasa iri, kebencian, dan permusuhan? Apakah di sana ada kesempurnaan,
sementara kita masih mabuk dalam luapan minuman keras? Apakah di sana ada
kesempurnaan, sementara kita memakan daging sebagian kita dengan sebagian yang
lain?
Bila kita ingin mengobati itu semua, merilah kita
kembali kepada Allah Tabaraka wa Taala. Marilah kita lantunkan kalimat lailaaha Illallah muhammadar rasulullah.
Marilah kita perbaiki hubungan kita dengan Allah. Marilah kita mendidik diri
kita dan anak-anak kita dengan pendidikan Islam. Marilah kita tolong-menolong
atas dasar kebaikan dan takwa dan jangan tolong menolong atas dasar dosa dan
permusuhan.
Marilah kita mengambil pelajaran dan nasihat dari para sahabat besar yang telah
dididik Rasulullah saw. Di antaranya adalah seorang sahabat wanita mulia,
Sahlah binti Mulhan, yang ketika menikah maharnya adalah kalimat tauhid
"laa ilaaha illallah". Sebuah kalimat yang mampu menggoncang
gunung-gunung.
Nabi Musa a.s. berkata, "Ya Rab,
ajarilah aku sesuatu yang dengannya aku berdoa kepada-Mu dan menyebut-MU."
Allah Tabaraka wa Taala berfirman, "Katakanlah,
laa ilaaha illallah." Musa berkata, "Wahai Rab, semua hamba-Mu mengatakannya." Maka, Allah
yang telah meninggikan langit tanpa tiang berfirman, "Hai Musa, demi izah dan kebesaran-Ku, seandainya langit yang
tujuh dan siapa yang ada di dalamnya dan bumi-bumi dan siapa yang ada di
dalamnya diletakkan dalam sebuah telapak dan saya meletakkan laa ilaaha
illallah dalam telapak yang lain, maka akan condonglah telapak yang terdapat
kalimat lailaaha lllallah."
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Sahabat mulia, Sahlah binti Mulhan, menikah dengan
Abu Thalhah dan Allah menganugerakan kepada mereka seorang anak. Mereka memberi
nama anak ini dengan Umair. Suatu hari anak tersebut sakit keras. Sebelum Abu
Thalhah berangkat bekerja, ia mencium anak itu. Tidak berapa lama kemudian
Allah Yang Maha Kuasa pun memanggilnya. Marilah kita melihat apa yang dilakukan
Sayyidah Sahlah r.a. ketika kematian telah menjemput anaknya! Apakah ia
merobek-robek pakaiannya, apakah ia menampar pipinya? Apakah ia menyeru dengan
seruan jahiliyah? Tidak, namun yang ia katakan adalah innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun (sesungguhnya kita semuanya milik Allah, dan kita semua akan kembali
kepadanya), tidak ada tempat lari dari pertemuan kepada Allah.
"Kuburan adalah pintu dan semua manusia akan memasukinya. Wahai umurku,
setelah pintu niscaya terdapat rumah. Rumah itu adalah rumah kenikmatan jika
aku berbuat dengan yang apa diridhai Allah, namun bila aku menyelisihinya,
neraka adalah tempat tinggalnya. Keduanya adalah tempat kembali. Tidak ada
manusia yang tinggal selain di kedua tempat tersebut, maka lihatlah dirimu,
rumah manakah yang engkau pilih? Seorang hamba bila beramal dan memberikan
pemberian, maka tidak ada baginya kecuali surga Firdaus, sementara Rab itu Maha
Pengampun."
Sahlah kemudian memandikan jasad anaknya, mengafani, dan menyolatkannya, setelah
itu mengkuburkannya. Lalu, pada malam harinya suaminya pulang dari bekerja. Ia
lalu mempersiapkan dirinya dan makanan untuk suaminya. Suaminya pun menikmati
makanan yang dihidangkannya, lalu ia bertanya, "Bagaimanakah keadaan
Umair, wahai istriku?" Perkataan yang sungguh menakjubkan, namun jawaban
yang diberikan Sahlah jauh lebih menakjubkan. "Bagaimana
keadaaannya?" Maka bagaimanakah jawaban yang diberikan sahabat yang telah
mengikat tangan Rasulullah saw. ini? Ia berkata, "Wahai Abu Thalhah,
sesungguhnya Umair tengah menikmati malam harinya, ia tidak merasakah lelah, ia
tengah tidur dengan tenang."
Manakala Rasulullah saw. berada dalam sakaratul maut ia membasuh wajahnya
dengan air yang dingin. Beliau berkata, "Subhanallah
(maha suci Allah) sesungguhnya kematian saat-saat sekarat. Ya Allah,
mudahkanlah sakaratul maut untuk kami." Saat itu sayyidah Fathimah
tengah menangis, "Alangkah sedihnya wahai ayahanda." Rasulullah saw.
kemudian bersabda, "Wahai Fathimah,
tidak ada kesedihan atas ayahmu setelah hari ini."
Bilal bin Rabah tatkala berada dalam sakaratul maut, istrinya berkata,
"Alangkah sedihnya." Bilal kemudian membuka matanya dan berkata,
"Katakanlah, 'Alangkah gembiranya saya akan berjumpa denga para kekasihku,
muhammad dan para sahabatnya'."
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Tatkala Ibrahim a.s. tengah tidur di atas kasur
kematiannya, datanglah malaikat pencabut nyawa. Ibrahim lalu berkata kepadanya,
"Engkau datang ataukah akan menyabut
nyawa wahai malaikat maut?" Malaikat maut menjawab, "Saya datang untuk mencabut nyawamu
wahai kekasih Ar-Rahman." Maka, berkatalah Ibrahim, "Wahai malaikat maut, apa pendapatmu
tentang seorang kekasih yang mematikan kekasihnya?" Maka, Allah
Tabaraka wa Taala mewahyukan jawaban kepada malaikat maut. Berkatalah malaikat
maut, "Wahai kekasih Ar-Rahman,
As-Salam (Allah) membacakan salam kepadamu dan berkata kepadamu, 'Apakah
pendapatmu tentang seorang kekasih yang enggan bertemu dengan kekasihnya?'
Allah berfirman yang artinya, 'Dan datanglah sakaratul maut dengan
sebenar-benarnya, Itulah yang kamu selalu daripadanya'." (Qaf: 19).
Marilah kita kembali kepada kisah Abu Thalhah, "Bagaimana keadaan
Umair?" Sahlah lalu berkata kepadanya, "Ia tidur malam dengan tenang
dan tidak merasakan lelah." Seandainya Sahlah adalah salah satu wanita
yang hidup pada masa sekarang, maka dunia telah berbalik, atas menjadi bawah.
Akidah adalah dasar utama untuk mendidik jiwa. Akidah inilah yang mendidik jiwa
merasakan pengawasan Allah SWT. Setelah itu mereka berdua tidur. Ketika Abu
Thalhah hendak berangkat salat fajar ke masjid, ia bertanya kepada istrinya,
"Di manakah Umair? Saya hendak menciumnya." Maka apakah jawaban yang
diberikan Sahlah, apakah ia akan berdusta? Sungguh mereka tidak mengenal
perkataan dusta dan bohong. Rasululalh telah mendidik mereka. Ia menjawab,
"Wahai Abu Thalhah, sesungguhnya saya dalam kesedihan." Abu Thalhah
bertanya, "Mengapa?" Ia menjawab, "Tetangga telah meminjamkan
sesuatu kepdaku, tetapi ia kemudian mengambilnya kembali." Abu Talhah
berkata, "Apakah engkau akan sedih bila mereka mengambil titipanya?"
Maka berkatalah Sahlah, "Apakah engkau akan sedih wahai Abu Thalhah bila
Allah mengambil titipan-Nya dari kita?"
Maka saat itu tidak terdengar dari lisan Abu Thalhah, melainkan kalimat innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiun.
Ia kemudian pergi ke masjid untuk menunaikan salat fajar berjamaah bersama
Rasulullah saw. Setalah salat usai, ia menceritakan ucapan istrinya kepada
Rasulullah. Maka, nampaklah senyum keridaan dari kedua bibir beliau, atas apa
yang telah diperbuat Sahlah r.a., lalu beliau mendoakan Abu Thalhah. Doa yang
membuka pintu langit yang tinggi. "Semoga
Allah memberkahi malam kalian berdua wahai Aba Thalhah"
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Seorang perawi hadis berkata, "Setelah itu saya
menyaksikan Abu Thalhah memiliki 10 anak laki-laki yang semuanya hafal Alquran
dan tidak ada di antara mereka yang memiliki kendaraan, bangunan, atau harta
yang berlimpah. Sesungguhnya mereka menjaga kitab Allah Tabaraka wa Taala. Ini
adalah kemuliaan dan ini adalah izah. Ini adalah doa Rasulullah saw. untuk Aba
Thalhah."
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Seandainya para wanita di dunia ini seperti Sahlah,
niscaya kaum wanita akan melebihi kaum pria. Wallahu a'lam bish-shawab.
Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as