Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    siksa dunia akhirat bagi pemutus silaturrahmi

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 37
    Lokasi : rahasia

    siksa dunia akhirat bagi pemutus silaturrahmi Empty siksa dunia akhirat bagi pemutus silaturrahmi

    Post by kutubuku Thu Jun 24, 2010 6:02 pm

    Siksaan
    Dunia Akhirat


    (Bagi
    Pemutus Silaturrahim dan Penzhalim)


    Mukaddimah

    Ada dua hal
    yang seringkali terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat dan tidak banyak
    diketahui oleh orang padahal keduanya memiliki implikasi yang tidak ringan
    terhadap si pelakunya, baik di dunia maupun di akhirat.


    Hal pertama
    dilarang oleh agama karena asy-Syâri', Allah Ta'ala sendiri telah
    mengharamkannya atas diriNya. Ia adalah kezhaliman yang sangat dibenci dan
    tidak disukai oleh sang Khaliq bahkan oleh manusia sendiri karena bertentangan
    dengan fithrah mereka yang cenderung untuk dapat hidup di lingkungannya secara
    berdampingan, rukun dan damai. Fithrah yang cenderung kepada perbuatan baik dan
    saling menolong serta mencela perbuatan jahat dan tindakan yang merugikan orang
    lain.


    Dalam
    berinteraksi dengan lingkungannya, manusia tak luput dari rasa saling
    membutuhkan satu sama lainnya sehingga terjadilah komunikasi dan hubungan
    langsung satu sama lainnya. Hal tersebut membuahkan rasa saling percaya dan
    ikatan yang lebih dekat lagi. Maka dalam tataran seperti inilah kemudian
    terjadi keterkaitan dan keterikatan dalam berbagai hal. Mereka, misalnya,
    saling meminjamkan barang atau harta, menggadaikan, berjual-beli dan lain
    sebagainya.


    Manakala
    hal tersebut berlanjut sementara manusia memiliki sifat yang berbeda-beda serta
    memiliki kecenderungan untuk serakah -kecuali orang yang dirahmati olehNya-
    sebagaimana yang disinyalir oleh sebuah hadits shahih bahwa bila manusia itu
    diberikan sebuah lembah berisi emas, maka pasti dia akan meminta dua buah, dan
    seterusnya; maka tidak akan ada yang menghentikannya dari hal itu selain
    terbujur di tanah alias mati. Manakala hal itu terjadi, maka terjadilah pula
    tindakan yang merugikan orang lain alias perbuatan zhalim tersebut. Tak heran
    misalnya, terdengar berita bahwa si majikan menzhalimi pembantunya, sang
    pemilik perusahaan menzhalimi buruhnya, orang tua tega menzhalimi anaknya
    sendiri, suami menzhalimi isterinya, tetangga menzhalimi tetangganya yang lain
    dan sebagainya.


    Perbuatan
    semacam ini kemudian dapat membuahkan hal kedua, yaitu pemutusan rahim alias
    hubungan kekeluargaan baik antara sesama tetangga, sesama komunitas masyarakat
    bahkan sesama hubungan darah daging sendiri padahal agama melarang hal itu dan
    memerintahkan agar menyambung dan memperkokohnya.


    Oleh karena
    besarnya implikasi dan dampak dari kedua hal tersebut, maka agama tak
    tanggung-tanggung menggandengkan keduanya ke dalam satu paket yang para
    pelakunya nanti akan dikenakan siksaan yang pedih.


    Bila
    dilihat dari sisi jenis siksaannya, hal pertama memang lebih besar siksaannya
    ketimbang hal kedua, karena disamping ia telah diharamkan oleh sang Khaliq
    sendiri terhadap diriNya, juga taubat dari hal tersebut tidak sempurna kecuali
    bila telah diselesaikan pula oleh si pelakunya terhadap orang yang terkaitnya
    dengannya. Artinya, dalam batasan dosa terhadap Allah taubat tersebut diterima
    bila memang taubat yang nashuh, namun bila masih terkait dengan bani Adam, maka
    harus diselesaikan dahulu.


    Sedangkan
    hal yang kedua, bisa terhindari dari siksaan yang terkait dengannya bila
    disambung kembali bahkan dampaknya amat positif bagi pelakunya.


    Namun
    begitu, keduanya adalah sama-sama menjerumuskan pelakunya ke dalam siksaan yang
    pedih, karenanya tidak ada artinya pembedaan dari sisi jenis siksaannya atau
    sisi lainnya bila hal yang dirasakan adalah sama, yakni "pedihnya
    siksaan"-Nya.


    Mengingat
    betapa urgennya kedua permasalahan ini, maka dalam kajian hadits kali ini
    (naskah aslinya adalah berbahasa Arab) kami mengangkatnya dengan harapan dapat menggugah
    kita semua agar kembali kepada jalan yang benar dan menyadari kesalahan yang
    telah diperbuat, bak kata pepatah "selagi hayat masih dikandung
    badan".


    Seperti
    biasa, kajian ini tak luput dari kekhilafan dan kekeliruan manusiawi, karenanya
    bila ada yang mendapatkannya -dan itu pasti ada- maka kami sangat mengharapkan
    masukannya, khususnya masukan yang membangun dan positif guna perbaikan di
    kemudian hari. Wamâ taufîqi illâ billâh. Wallaahu a'lam.


    Naskah
    Hadits



    Dari Abu
    Bakrah -radhiallaahu 'anhu-, dia berkata:Rasulullah Shallallâhu 'alaihi
    wasallam bersabda:" Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan
    oleh Allah siksaannya terhadap pelakunya di dunia beserta siksaan yang disimpan
    (dikemudiankan/ditangguhkan) olehNya untuknya di akhirat daripada kezhaliman
    dan memutuskan rahim (hubungan kekeluargaan)' ". (H.R.
    at-Turmuziy, dia berkata
    :"hadits hasan").

    Sekilas
    tentang Periwayat hadits


    Beliau
    adalah Abu Bakrah, seorang shahabat yang agung, Namanya Nufai' bin al-Hârits, maula
    Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam.. Ketika terjadi pengepungan
    terhadap Thâif, dia mendekati suatu tempat bernama Bakrah, lalu melarikan diri
    dan meminta perlindungan kepada Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam . Dia
    pun kemudian masuk Islam di tangan beliau. Dia juga memberitahukan bahwa
    kondisinya sebagai seorang budak, lalu beliau memerdekakannya. Dia meriwayatkan
    sejumlah hadits dan termasuk Faqîh para shahabat. Dia wafat di kota
    Bashrah pada masa kekhilafahan Mu'awiyah bin Abu Sufyan.


    Faedah-Faedah
    dan Hukum-Hukum Terkait



    1.
    Substansi
    kezhaliman dan dalil-dalil yang mencelanya
    Kezhaliman adalah kegelapan di dunia dan akhirat. Pelakunya pantas mendapatkan
    siksaan yang disegerakan baginya di dunia dan dia akan melihatnya sebelum
    meninggal dunia. Karenanya, banyak sekali ayat-ayat dan hadits-hadits yang
    memperingatkan agar menjauhinya. Allah Ta'ala berfirman: "…Orang-orang
    yang zhalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai
    seorang pemberi syafa'at yang diterima syafa'atnya". (QS.
    40/al-Mu'min:18).
    Allah juga berfirman:" Dan janganlah sekali-kali
    kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh
    orang-orang yang zalim..". (QS. 14/Ibrâhim: 42).
    Dalam firmanNya yang
    lain: "Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zalim itu menggigit dua
    tangannya, seraya berkata:'Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan (yang
    lurus) bersama Rasul' ". (QS.25/al-Furqân:27).

    Asy-Syaikhân meriwayatkan dari Abu Musa radhiallaahu 'anhu bahwasanya
    dia berkata: Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya
    Allah menunda/mengulur-ulur terhadap orang yang zhalim (memberikannya
    kesempatan-red) sehingga bila Dia menyiksanya maka dia (orang yang zhalim
    tersebut) tidak dapat menghindarinya (lagi) ".
    Kemudian beliau
    membacakan ayat (firmanNya): "Dan begitulah azab Rabbmu, apabila Dia
    mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu
    adalah sangat pedih lagi keras". (QS. 11/Hûd: 102).



    2.
    Macam-Macamnya
    Kezhaliman itu ada beberapa macam dan yang paling besar adalah syirik kepada
    Allah Ta'ala sebagaimana firmanNya -ketika menyinggung wasiat-wasiat Luqman
    kepada anaknya- : "…Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
    sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
    besar". (QS.31/Luqmân: 13).

    Diantara kezhaliman yang lain adalah:



    o
    Kezhaliman
    terhadap keluarga dan anak-anak; yaitu tidak mendidik mereka dengan pendidikan
    islam yang benar.



    o
    Kezhaliman
    terhadap manusia secara umum; yaitu berbuat hal yang melampaui batas dan
    menyakiti mereka, mengurangi hak-hak serta melecehkan kehormatan mereka.



    o
    Kezhaliman
    yang berupa kelalaian dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan kepentingan
    umum, seperti tidak bekerja secara optimal sesuai dengan tuntutan pekerjaan
    atau selalu mengundur-undur kepentingan orang banyak, dan lain-lain.



    o
    Kezhaliman
    yang terkait dengan para pekerja dan buruh; yaitu dengan mengurangi hak-hak
    mereka serta membebani mereka dengan sesuatu yang tak mampu mereka lakukan.



    3.
    Tentang
    Silaturrahim dan dalilnya
    Rahim merupakan masalah yang besar dalam dienullah karenanya
    wajib menyambungnya dan diharamkan memutuskannya.
    Diantara indikasinya adalah sabda Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam :
    "Sesungguhnya Allah Ta'ala (manakala) menciptakan makhlukNya hingga Dia
    selesai darinya, maka tegaklah rahim sembari berkata:'inilah saat
    meminta perlindunganMu dari pemutusan'. Dia Ta'ala berfirman: "Ya, apakah
    engkau rela agar Aku sambungkan dengan orang yang menyambungnya denganmu dan
    Aku putus orang yang memutuskannya darimu?". Ia (R ahim)
    berkata:'tentu saja, (wahai Rabb-ku-red)!'. Dia Ta'ala berfirman: "hal itu
    adalah untukmu".
    Kemudian Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda:
    "maka bacalah, jika kalian mau (firmanNya) : "Maka apakah kiranya
    jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan rahim
    (hubungan kekeluargaan) [22]. Mereka itulah orang-orang yang dila'nati Allah
    dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka
    [23]". (QS.47/Muhammad: 22-23).



    4.
    Bentuk-Bentuk
    silaturrahim
    Silaturrahim dapat berupa :



    o
    Kunjungan,
    bertanya tentang kondisi masing-masing, memberikan spirit kepada kerabat dekat
    serta lemah-lembut dalam bertutur kata.



    o
    Memberikan
    hadiah yang pantas, saling mengucapkan selamat bila mendapatkan kebaikan,
    membantu orang yang berutang dan kesulitan dalam membayarnya, menawarkan diri
    untuk hal-hal yang positif, memenuhi hajat orang, mendoakan agar diberikan
    taufiq dan maghfirahNya, dan lain sebagainya.



    5.
    Faedah
    silaturrahim dan implementasinya
    Silaturrahim dapat memanjangkan umur, memberikan keberkahan
    padanya, menambah harta dan mengembangkannya, disamping ia sebagai penebus
    keburukan-keburukan dan pelipat-ganda kebaikan-kebaikan. Hal ini dapat
    diimplementasikan dengan berupaya mendapatkan keridhaan dari Sang Pencipta,
    Allah Ta'ala.

    Imam al-Bukhâriy meriwayatkans dari Anas radhiallaahu 'anhu bahwasanya
    Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda:"Barangsiapa
    yang ingin agar dibentangkan baginya dalam rizkinya dan ditangguhkan dalam
    usianya (panjang usia), maka hendaklah ia menyambung rahimnya (silaturrahim)".



    6.
    Bentuk
    siksaan bagi pemutus silaturrahim
    Siksaan-siksaan yang Allah timpakan kepada sebagian hambaNya terkadang berlaku
    di dunia, terkadang juga ditangguhkan dan berlaku di akhirat; oleh karena itu
    hendaklah seorang muslim berhati-hati terhadap dirinya dan tidak menghina dosa
    dan maksiat sekecil apapun adanya manakala tidak melihat siksaannya di dunia.



    7.
    Renungan

    Muslim yang sebenarnya adalah orang yang mencintai orang lain sebagaimana dia
    mencintai dirinya sendiri. Jadi, dia senantiasa melaksanakan hak-hak mereka,
    tidak menyakiti atau menzhalimi serta tidak semena-mena terhadap mereka baik
    secara fisik maupun maknawi

      Waktu sekarang Sun Nov 24, 2024 5:16 pm