Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    sekolah hari ini

    ratri
    ratri
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 281
    Join date : 01.04.10
    Age : 36
    Lokasi : di hati si admin

    sekolah hari ini Empty sekolah hari ini

    Post by ratri Fri Jun 18, 2010 9:04 pm


    SEKOLAH HARI INI...

    Oleh : Tarmidi, S.Psi


    Setiap tahun ajaran baru dimulai, di setiap simpang dan tiap sudut kota telah
    terpampang "iklan" yang menawarkan tentang keunggulan
    sekolah-sekolah, selain sekolah negeri yang rutin melakukan penerimaan siswa
    baru dengan seleksi tersendiri, ada juga sekolah-sekolah lainnya yang tidak
    kalah unggulnya dengan sekolah negeri.

    Namun ketika sekolah telah berjalan, kekecewaanpun mulai muncul dalam hati
    orang tua murid, ini tidak lain karena melihat nilai rapor anak mereka yang
    tidak sesuai dengan harapan. Padahal besar harapan mereka (baca: orang tua)
    untuk menjadikan anak mereka cerdas jika bersekolah di sekolah yang unggul dan
    elit. Kemudian keraguan dan ketakutanpun mulai muncul dalam hati mereka setelah
    kekecewaan. Keraguan disebabkan, para orang tua mulai meragukan keunggulan
    sekolah karena tidak bisa menjadikan anak mereka cerdas secara akademis. Dan
    ketakutan disebabkan, para orang tua mulai takut, jangan-jangan anak mereka
    memang bodoh karena mendapat nilai rapor yang jelek.

    Nilai rapor. Itulah yang menjadi tolak ukur para orang tua dalam menentukan
    apakah anak mereka cerdas atau tidak. Menurut mereka (baca: orang tua) anak
    yang cerdas adalah anak yang memiliki nilai rapor yang tinggi, sedangkan anak
    dengan nilai rapor yang rendah adalah anak yang bodoh. Tapi, bagaimanakah
    sebenarnya anak yang cerdas itu? Benarkah nilai rapor sebagai penentu
    kecerdasan seseorang? Sebelum pembahasan lebih lanjut, ada baiknya kita simak
    cerita berikut.

    "Terbetiklah sebuah kabar yang menggegerkan langit dan bumi. Kabar itu
    berasal dari dunia binatang. Menurut cerita, para binatang besar ingin membuat
    sekolah untuk para binatang kecil. Mereka, para bintang besar itu memutuskan
    untuk menciptakan sebuah sekolah memanjat, terbang, berlari, berenang, dan
    menggali.

    Anehnya mereka tidak menemukan kata sepakat tentang subjek mana yang paling
    penting. Mereka akhirnya memutuskan agar semua murid mengikuti kurikulum yang
    sama. Jadi setiap murid harus ikut mata pelajaran memanjat, terbang, berlari,
    berenang, dan menggali.

    Kita tentu tahu karakter rusa yang ahli berlari, nah suatu saat sang rusa
    hampir tenggelam saat mengikuti kelas (mata pelajaran) berenang. Dan pengalaman
    mengikuti kelas berenang sangat membuat batinnya terguncang, dia merasa seperti
    tidak punya potensi lagi. Lama-kelamaan, karena sibuk mengurusi pelajaran
    berenang, dan harus mengikuti pelajaran tambahan berenang, si rusa pun tidak
    lagi dapat berlalri secepat sebelumnya. Karena dia sudah mulai jarang melatih
    keahlian alaminya.

    Kemudian ada kejadian lain yang cukup memusingkan pengelola sekolah binatang
    tersebut. Kita juga tentu tahu karakter burung elang. Yang sangat pandai
    terbang. Namun, ketika mengikuti kelas menggali, si elang tidak mampu
    menjalanai tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Dan akhirnya, ia juga harus
    mengikuti les tambahan menggali. Les itu banyak menyita waktunya, sehingga ia
    melupakan cara terbang yang sebelumnya sangat dikuasainya.

    Demikianlah kesulitan demi kesulitan melanda juga binatang-binatang lain,
    seperti bebek, burung pipit, ular dll. Para binatang kecil itu tidak mempunyai
    kesempatan lagi untuk berprestasi dalam bidang keahliannnya mereka
    masing-masing. Ini lantaran mereka dipaksa melakukan hal-hal yang tidak
    menghargai sifat-sifat asli mereka. " (Hernowo dan Nurdin, 2004)

    Begitulah sekolah kita hari ini, persis seperti sekolah dunia binatang.
    Anak-anak dipaksa untuk mengikuti semua mata pelajaran yang bahkan tidak
    disukai mereka dan malah melupakan kemampuan alamiah mereka di bidang lain.
    Seperti misalnya, anak yang cerdas dalam berbahasa inggris, tapi tidak cerdas
    dalam matematika akan mengurangi kemampuan bahasa inggrisnya, karena harus
    mengikuti les tambahan matematika setiap hari, sehingga tidak mempunyai waktu
    untuk mengasah kemampuannya dalam berbahasa inggris. Alhasil, anak tersebut
    tetap tidak cerdas dalam matematika, juga tidak terampil dalam berbahasa
    inggris.

    Apakah kita mau, anak-anak kita tidak mempunyai keterampilan sama sekali? Atau
    apakah kita mau, demi bidang yang satu, anak kita menjadi hilang potensinya di
    bidang yang lain? Tentu jawabnnya tidak. Dan saya harap semua orang tua sepakat
    menjawab tidak.

    Lalu apa yang bisa kita lakukan terhadap ini semua? Sebelumnya ada sebuah
    pengalaman menarik dari Skinner (1904-1990) - seorang psikolog terkenal dari
    Austria - yang dapat memberikan gambaran keadaan sekolah kita hari ini.
    "Pada suatu hari dalam kapasitasnya sebagai orang tua murid pernah
    melihat-lihat bagaimana keadaan kelas anak perempuannya yang duduk di kelas 4
    setingkat SD pada saat pelajaran berlangsung. Ia melihat dalam kelas itu
    terdapat 20 "organisme hidup (murid) berharga" tapi menjadi korban
    pengajaran yang menurutnya situasi dalam kelas itu bukanlah suatu proses
    belajar. Ia sangat keberatan dengan teknik didaktik yang digunakan dalam kelas
    itu, dimana tidak memberikan efek penguatan yang kuat bagi siswa. Pelajaran
    yang diajarkan dalam kelas itu hanya sesuatu yang memang harus dipelajari oleh
    siswa tanpa peduli apakah siswa tersebut suka atau tidak, sehingga proses
    belajar mengajar tidak berjalan atas dasar minat asli siswa. Kemudian ia
    berkesimpulan bahwa sekolah sering dijalankan dengan memberikan pujian dan
    hukuman pada siswa yang hanya akan menghasilkan motivasi artifisial.

    Kemudian menurut Dave Meier - seorang pakar accelerated learning - memperkuat
    kesimpulan Skinner tentang sekolah kita saat ini. Sekolah saat ini
    kadang-kadang mencekik dan melumpuhkan orang dan merenggut kegembiraan belajar
    anak didik, sehingga dapat menghalangi mereka mengasah pikiran dan mewujudkan
    potensi sepenuhnya. Tentu kita tidak mau anak-anak kita menjadi tumpul
    potensinya, dan juga tidak mau jika melihat potensi anak-anak kita mati sia-sia
    karena harus mempelajari yang bukan minatnya.

    Sekolah hari ini tidak mampu mengakomodir kebutuhan siswa. Bahkan bisa-bisa
    membunuh potensi siswa yang beragam dengan kurikulum yang sama rata. Padahal
    kita tahu bahwa setiap anak mempunyai bakat dan minat alamiah yang
    berbeda-beda. Kelemahan lain pendidikan kita saat ini adalah bahwa
    penilaian/evaluasi dilakukan dengan angka-angka yang tertera di raport. Akan
    mudah terlihat mana anak cerdas dan anak yang tidak cerdas. Padahal, anak yang
    pintar berdasarkan nilai raport bisa jadi memang benar-benar cerdas. Tapi harus
    diingat mungkin ia cerdas dalam bidang akademik. Anak lain yang nilai rapornya
    rendah jangan langsung dianggap bodoh. Bisa jadi ia kurang berminat di bidang
    akademis, mungkin berminat di bidang lainnya seperti seni dan sastra ataupun olah
    raga. Nah disinilah peranan sekolah sangat dibutuhkan, yaitu melihat potensi
    siswa dan mengembangkannya menjadi potensi yang teraktualisaikan. Sekolah harus
    menjadi akselerator untuk menyuburtumbuhkan beragam potensi siswa, sehingga
    dengan demikian siswa mampu mengarungi kehidupan ini dengan bekal ketrampilan
    hidup yang dimilikinya ditambah dengan arahan dari sekolah. Nah dari sekolah
    model ini akan lahir manusia-manusia unggul yang semuanya mampu memancarkan
    potensinya dengan cemerlang. Karena sekali lagi, bukanlah siswa yang bodoh,
    tapi yang ada hanyalah siswa yang lebih unggul di bidang yang berbeda.

    Menurut Howard Gardner - seorang pakar pendidikan penemu multiple intelegence
    (kecerdasan majemuk) dari Harvard University - anak harus didorong untuk mengaktualisaksikan
    kecerdasannya. Setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda, Kecerdasan
    tersebut adalah kecerdasan spasial-visual (cerdas dalam menggambar atau
    membayangkan), linguistik verbal (cerdas dalam berkata-kata atau berbahasa).
    Kecerdasan interpersonal (cerdas dalam berinteraksi dengan sesama), kecerdasan
    musikal-ritmik (cerdas dalam bernyanyi dan memainkan alat musik), kecerdasan
    naturalis (cerdas dalam berhubungan dengan alam dan isinya). Kecerdasan badan
    (kinestetis)- cerdas dalam berolah raga dan menari, kecerdasan intrapersonal
    (cerdas dalam memahami diri atau merenung), dan kecersdasan logis matematis
    (cerdas dalam berhitung). Maka tugas sekolahlah untuk membantu anak
    mengaktualisasikannya.

    Di akhir tulisan ini saya mengutip sebuah pernyataan seorang guru teladan dari
    Georgia yang meyampaikan idenya tentang anak didik pada saat penganugerahan
    guru teladan. Beliau mengatakan "bahwa hal yang paling mengasyikkan dalam
    mengajar adalah saat saya menatap wajah seorang anak dan menyaksikan kebingungannya
    berubah menjadi konsentrasi, lalu konsentrasinya berubah menjadi keterkejutan,
    dan akhirnya keterkejutannya berubah menjadi rasa bangga akan
    prestasinya". Sekali lagi bahwa sekolah harus mampu membangkitkan minat
    dan bakat alamiah siswanya sehingga akan muncul loncatan-loncatan prestasi yang
    luar biasa.

    sumber: www.pendidikan.net

      Waktu sekarang Fri May 10, 2024 2:01 am